• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ringkasan - Studi tentang Pola Hubungan Kekerabatan dan Fenomena Anak Jalanan Di Kota Padang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ringkasan - Studi tentang Pola Hubungan Kekerabatan dan Fenomena Anak Jalanan Di Kota Padang."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL

Studi tentang Pola Hubungan Kekerabatan dan Fenomena Anak Jalanan Di Kota Padang

Oleh:

Wahyu Pramono, Dwiyanti Hanandini, Rinaldi Eka Putra Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Andalas

1. Masalah Penelitian

Maraknya anak jalanan di kota Padang perlu dicermati dan disikapi dengan baik, karena anak-anak merupakan generasi penerus yang memerlukan perhatian yang serius agar dapat tumbuh secara wajar. Disamping itu undang-undang perlindungan anak memberikan hak kepada anak untuk mendapatkan berbagai perlindungan agar dapat tumbuh dengan wajar dan mempunyai masa depan yang baik. Dengan tetap di jalanan, anak-anak akan terganggu dalam proses pendidikan dan sosialisasi nilai-nilai yang akan berdampak pada perilaku sosialnya. Disamping itu kehidupan anak jalanan penuh dengan tindak kekerasan yang akan membuat anak menjadi trauma sehingga perlu dicarikan upaya-upaya untuk menghindarkan anak-anak dari kehidupan di jalanan.

Dalam adat Minangkabau anak akan mendapat perlindungan yang kuat dari keluarga luasnya. Disamping sebagai anak kandung dari orangtuanya, anak juga berkedudukan .sebagai kemenekan. Kedudukan sebagai kemenakan, memberikan hak kepadanya untuk dipelihara oleh mamaknya. Dalam kondisi yang demikian, secara kultural anak tidak akan terlantar. Fenomena anak jalanan dengan demikian mengindikasikan adanya perubahan hubungan antara keluarga luas, mamak, anak dan kemenakanya.

2. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan dan menganalisa perubahan bentuk keluarga dan hubungan kekerabatan yang menyebabkan munculnya fenomena anak jalanan dalam masyarakat Minangkabau perkotaan di kota Padang.

b. Menganalisa konsekuensi perubahan bentuk keluarga dan peran keluarga luas terhadap anak jalanan di kota Padang.

c. Merumuskan cara-cara pendekatan yang lebih manusiawi dalam memahami anak jalanan. 3. Metode Penelitian

(2)

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Perkembangan dan Pembinaan Anak Jalanan di Kota Padang

Data mengenai jumlah anak jalanan di Kota Padang agak sulit dipastikan mengingat perkembangan anak jalanan bisa jadi berubah setiap harinya. Berdasarkan hasil pemetaan dan survey sosial yang dilakukan oleh Kanwil Departemen Sosial pada tahun 1999 jumlah anak jalanan di kota Padang sebanyak 2.096 yang berkisar antara batas bawah atau pemunculan paling sedikit anak jalanan adalah 1810 anak dan batas atas atau pemunculan paling banyak anak jalanan adalah 2383 anak. Puncak kegiatan anak jalanan terjadi pada sore hari dengan jumlah anak jalanan 1.832 orang terdiri dari 1.529 anak laki-laki dan 362 anak perempuan.

Gambaran anak jalanan pada tahun 1999 tersebut nampaknya mengalami perubahan yang cukup signifikan pada ahun 2004. Berdasarkan data perkiraan yang diperoleh dari Dinas Kesejahteraan Sosial kota Padang jumlah pekerja anak/anak jalanan di kota Padang 1.336 anak. Mereka dikatagorikan sebagai anak jalanan murni yaitu anak jalanan yang tidak tinggal dengan orangtuanya berjumlah 150 anak dan anak jalanan yang tinggal dengan orangtuanya berjumlah 1.186 anak. Gambaran tersebut memperlihatkan kondisi yang cukup memprihatinkan mengingat kota Padang termasuk kota yang jumlah penduduknya relative lebih sedikit dibandingkan dengan kota-kota propinsi lainnya.

Anak-anak jalanan dibina secara serius oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Padang sejak tahun 2003 melalui proyek Rumah Singgah. Berdasarkan data dari Dinas Sosial, Propinsi Sumatera Barat dari 24 rumah singgah yang ada, saat ini tinggal 12 rumah singgah berada di Kota Padang. Pemerintah kota menyediakan dana untuk membina anak jalanan melalui kebijakan rumah singgah. Lembaga Swadaya Kemasyarakatan (LSK)1 yang bergerak di bidang penanganan anak-anak jalanan berkembang ketika pemerintah Indonesia memberikan dana untuk pembinaan melalui Anggaran Belanja Tambahan (ABT)2 di 12 propinsi pada tahun 1999. Lembaga Swadaya Kemasyarakatan (LSK) meliputi antara lain Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang sosial, Organisasi Sosial (Orsos), Yayasan Keagamaan dsb. Bantuan untuk pembinaan anak jalanan diberikan dalam bentuk paket bantuan dimana 1 paket bantuan senilai Rp. 43.430.000 untuk 40 anak dan 20 orang tua selama 3 bulan.

4.2. Perubahan Bentuk dan Peran Keluarga Luas terhadap Anak Jalanan.

Perubahan bentuk keluarga dari bentuk keluarga luas ke keluarga inti, dalam masyarakat Minangkabau mempunyai implikasi dan konsekuensi yang sangat luas pada kehidupan anak-anak dan kemenakan. Berbagai jaminan sosial tradisional yang melekat pada keanggotannya dalam keluarga luas dapat menjadi hilang. Kondisi ini menjadi salah satu faktor pendorong anak-anak menjadi anak jalanan pada keluarga-keluarga inti yang hidup di daerah perkotaan. Fenomena adanya kecenderungan keluarga-keluarga yang hidup dalam keluarga batih di perkotaan, menjadi faktor pendorong hubungan-hubungan sosial dalam keluarga luas menjadi semakin kurang akrab. Menguatnya kedudukan ayah dalam keluarga batih menjadi faktor yang dapat mengurangi peran mamak terhadap kemenakannya yang merupakan anak kandung dari keluarga inti.

Peran keluarga luas nampaknya masih cukup kuat pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut gengsi dan eksistensi kaum misalnya dalam hal upacara adat, perkawinan dan

1 LSK adalah lembaga-lembaga yang bergerak dibidang kemasyarakatan yang memfokuskan diri pada

kegiatan-kegiatan sosial.

2 ABT adalah sebuah istilah untuk menyebutkan sumber dana dari kegiatan bantuan kesejahteraan

(3)

kematian. Kuatnya peran keluarga luas pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan gengsi dan eksistensi kaum tersebut nampaknya tidak diikuti dengan peranya yang cukup kuat pada hal-hal yang menyangkut kehidupan intern keluarga inti. Peran keluarga luas yang menyangkut keberlangsungan kehidupan keluarga inti cenderung melemah bersamaan dengan menguatnya peran ayah dalam keluarga inti. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keluarga pada kasus-kasus yang diteliti, dimana ayah sudah bertangungjawab penuh sebagai kepala keluarga intinya, kehidupan dalam keluarga batih secara ekonomi sudah merupakan tanggungjawab penuh kepala keluarga. Ayah sebagai kepala keluarga bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya.

4.3. Pendekatan Dalam Memahami Anak Jalanan.

Pendekatan ekonomi keluarga selama ini digunakan sebagai faktor tunggal penyebab anak turun ke jalan. Kemiskinan yang pertama-tama dipakai sebagai starting point untuk menjadi dasar merumuskan kebijakan menangani anak jalanan. Penanganan anak jalanan dengan entry point kondisi kemiskinan keluarga, tidak dapat disalahkan akan tetapi tidak seharusnya menjadi satu-satunya pertimbangan yang menjadi dasar dalam menetapkan kebijakan penangananya.

Pendekatan untuk memahami anak jalanan melalui pemahamanan terhadap latar belakang ekonomi keluarga anak jalanan tetap perlu digunakan, tetapi perlu ditambah dengan pamahaman terhadap latar belakang ekonomi keluarga luas, hubungan dengan mamak, tipe anak jalanan, dan pendekatan teori yang digunakan. Kemiskinan tetap menjadi faktor utama yang harus digunakan sebagai dasar dalam mengatasi masalah tersebut. Langkah selanjutnya untuk terapi terhadap kemiskinan tidak hanya dilakukan melalui pemberian bantuan untuk meningkatkan ekonomi keluarga saja, tetapi juga diarahkan pada peningkatan harga diri orang tua dan keluarga luasnya. Bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah hanya sebagai pemancing untuk memperlihatkan kepedulian pemerintah terhadap masalah yang dihadapi keluarga anak jalanan, untuk selanjutnya pemantauan terlahadap pelaksanaan bantuan tersebut dapat disinergikan dengan Satpol PP, keluarga luas anak jalanan, dan dinas sosial Kota Padang maupun Kanwil Propinsi Sumatera Barat.

5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan

a. Secara sosiologis keluarga-keluarga yang hidup di daerah perkotaan mempunyai ciri-ciri yang mengarah kepada bentuk kehidupan keluarga batih, dalam satu rumah hanya terdiri ayah, ibu, dan anak. Kondisi ini membuat hubungan antara ayah, anak menjadi lebih akrab. Kecenderungan ini bisa jadi disebabkan oleh berbagai macam sebab. b. Kuatnya peran keluarga luas pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan gengsi dan

eksistensi kaum tersebut nampaknya tidak diikuti dengan peranya yang cukup kuat pada hal-hal yang menyangkut kehidupan intern keluarga inti. Peran keluarga luas yang menyangkut keberlangsungan kehidupan keluarga inti cenderung melemah bersamaan dengan menguatnya peran ayah dalam keluarga inti.

(4)

5.1. Saran

Keluarga luas terutama mamak, pada setiap level kelompok kekerabatan masyarakat Minangkabau (samande, saparuik, sanenek, saninik, sakaum, sesuku) harus direvitalisasi dan lebih fungsikan sebagai perekat hubungan dengan kemenakanya terutama untuk menjalin hubungan kembali antar mamak dengan kemenakan yang mengalami keretakan. Para mamak harus diyakinkan bahwa fungsi ekonominya terhadap kemenakanya sangat diperlukan dalam membantu mengentaskan kemenakanya dari dunia anak jalanan. Kemenakan yang terlantar menjadi anak jalanan diangkat sebagai malu dari keluarga luas sehingga menjadi persoalan kaum yang memerlukan perhatian serius untuk dipecahkan oleh seluruh anggota kaumnya.

6. Daftar Pustaka

Afrizal, 1996, “A Study of Matrilineal Kin Relation in Cotemporary Minangkabau Society of West Sumatera”, Tesis Master of Art, Tasmania University.

Azwar, 2005, “Implikasi Perubahan Struktur Pemilikan Tanah Dalam Relasi Sosial Komunitas Lokal di Wilayah Pinggiran Kota Padang, Studi Kasus di Kecamatan Koto Tangah”, Disertasi, Program Pasca Sarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Azwar, Welhendri, 2001, Matrilokal dan Status Perempuan dalam Tradisi Bajapuik, Galang Press, Yogyakarta

Anwar, Evi Nurvidya dan Turro S. Wongkaren. 1997. "Masalah Anak dan Implikasi Ekonomi", Prisma, No.2, 1997, LP3ES, Jakarta.

Benda-Beckmann, Franz von, 2000, Kesinambungan dan Perubahan Dalam Pemeliharaan Hubungan-Hubungan Properti Sepanjang Masa di Minangkabau, Grasindo, Jakarta. Damsar, 2008, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Diktat (tidak diterbitkan).

---. 2005. Sosiologi Pasar, Laboratorium Sosiologi, Fisip, Universitas Andalas, Padang. Erwin, 2004, “Perubahan Fungsi Sosial Ekonomi Dan Dinamika Pengelolaan Tanah Dalam

Keluarga Matrilineal Minangkabau, Studi Kasus Nagari Sungai Tarab Sumatera Barat”, Disertasi, Program Pasca Sarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Farid, Mohammad. 1997. "Pekerja Anak, Upaya Implementasi Konvensi Hak Anak di Indonesia dan Konvensi ILO (no.138)", Jurnal Analisis Sosial, Edisi 5 Juli 1997, AKATIGA dan UNICEF, Jakarta.

Fiza, Yandri. 1997. Anak-Anak Penyemir Sepatu: Studi Kasus Anak-Anak Penyemir Sepatu di Kodya Bukittinggi, Skripsi, FISIP. Universitas Andalas, Padang.

Gautama, Candra. 2000. Konvensi Hak Anak, Panduan bagi Jurnalis, Lembaga Studi Pers dan Pembangunan, Jakarta.

Hanandini, Dwiyanti. 1996. Perubahan Fungsi dan Makna Mamak Dalam Sistem Matrilineal Masyarakat Minangkabau Perantauan di Kota Madya Surabaya, Tesis S2, Universitas Airlangga, tidak diterbitkan.

---. 1998. “Hubungan Antara Perubahan Sosial Ekonomi Dengan Status Dan Peranan Mamak Dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau”. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Andalas, Padang.

Hanandini, Dwiyanti, dkk. 2004, “Tindak Kekerasan dan Pelecehan Seksual terhadap Anak Jalanan”, Laporan Penelitian, Dana HEDS.

(5)

Hanandini, Dwiyanti, dkk, 2006. “Fungsi Keluarga Luas dan Mamak Dalam Budaya Minangkabau Perkotaan dan Fenomen Anaka Jalanan Di Kota Padang”, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Andalas, Padang.

Irwanto, dkk. 1995. Pekerja Anak di Tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya, Medan, Seri Penelitian Pusat Penelitian UNIKA Atmadjaya, No. 002 dan UNICEF. Jakarta.

---. 1999. Anak Yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di Indonesia: Analisis Situasi, PKPM Unika Atmajaya Jakarta, Depsos, Unicef, Jakarta.

Kato, Tsuyosi. 1982. Matriliny and Migration, Ithaca: Cornell University Press.

Mansyur, Rachman. 1995. "Need Assessment terhadap Anak Jalanan di Lima Wilayah DKI Jakarta", dalam Tenaga Kerja Anak Indonesia: Rangkuman dan Sari Literatur, PDII-LIIP dan UNICEF, Jakarta.

Meiyenti, Sri. 1999. Kekerasan terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga, Kerjasama Penelitian Kependudukan UGM dengan Ford Foundation, Yogyakarta.

--- dkk, 2005, Etnografi Minangkabau, Labor Antropologi, Jurs. Antropologi, FISIP, Universitas Andalas, Padang.

Munthe, Rostymaline. 1996. "Perlindungan dan Pemberdayaan Anak" dalam Mulandar Dehumanisasi Anak Marjinal: Berbagai Pengalaman Pemberdayaan, AKATIGA dan Gugus Analisis, Bandung.

Mulandar. 1996. Dehumanisasi Anak Marjinal: Berbagai Pengalaman Pemberdayaan, AKATIGA dan Gugus Analisis, Bandung.

Nachrowi, Nachrowi D dan Salahudin A. Muhidin. 1997. "Pekerja Anak dan Industrialisasi", Prisma No. 2, 1997, PT.Pustaka, LP3ES, Jakarta.

Nasution. 1987. Metode Penelitian Kualitatif Naturalistik, Tarsito, Bandung.

Oktaviana SP. 1996. "Perundang-undangan yang Tegas dalam Perlindungan Buruh Anak" dalam Mulandar Dehumanisasi Anak Marjinal: Berbagai Pengalaman Pemberdayaan, AKATIGA dan Gugus Analisis, Bandung.

Pramono, Wahyu. 2000. Pekerja Anak Sektor Informal Di Terminal Bus dan Angkutan Kota Kotamadya Padang, Laporan Penelitian (tidak diterbitkan), Lembaga Penelitian Universitas Andalas, Padang.

Purwanti, dkk.1995. "Anak Jalanan" dalam Tenaga Kerja Anak Indonesia: Rangkuman dan Sari Literatur, PDII-LIIP dan UNICEF, Jakarta.

Sarwono, Sarlito Wirawan, tanpa tahun "Anak Jalanan: Kondisi, Masalah, dan Penanggulangannya", dalam Tenaga Kerja Anak Indonesia: Rangkuman dan Sari Literatur, PDII-LIIP dan UNICEF, Jakarta.

Simandjuntak, Anny. 1996. Pendampingan Pekerja Anak Perempuan", dalam Mulandar Dehumanisasi Anak Marjinal: Berbagai Pengalaman Pemberdayaan, AKATIGA dan Gugus Analisis, Bandung.

Soetomo, 1995, Masalah Sosial dan Pembangunan, PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.

Tjandraningsih, Indrasari. 1997. "Pekerja Anak: Hak sebagai Anak Vs Hak sebagai Pekerja", Jurnal Analisis Sosial, Edisi 5 Mei 1997. AKATIGA dan UNICEF, Bandung.

Utomo, Suwarno. 1996. "Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Anak Usia Sekolah di Sektor Informal di Kotamadya Bengkulu" Tenaga Kerja Anak Indonesia: Rangkuman dan Sari Literatur, PDII-LIIP dan UNICEF, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) perlu diadakannya observasi kelas agar materi yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat diterima secara optimal sesui

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan arus kas operasi, investasi dan pendanaan memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan perubahan laba

Tabung kosong pada umumnya memiliki berat 5 kg, dengan penambahan isi seberat 3 kg maka digunakan loadcell dengan beban maksimum lebih dari 8 kg.. Loadcell yang

a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian,

Advá Mendes Silva –

Tipe tidak kontak langsung adalah tipe alat penukar kalor dimana antara kedua zat yang dipertukarkan energinya dipisahkan oleh permukaan bidang padatan seperti dinding pipa,

Islam dalam keluarga dengan kecerdasan emosional peserta didik.

Sifat larut air ini menunjukkan bahwa dinding sel bakteri Gram positif bersifat lebih polar, sehingga senyawa bioaktif yang bersifat polar dengan mudah masuk