• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Eating Disorder

Makan merupakan proses terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada saat makan terjadi interaksi antara anak dengan orang tua. Lebih kurang 25-40% bayi dan anak-anak mengalami gangguan makan yang bersifat sementara. Terkadang masalah ini menetap sehingga orang tua membutuhkan bantuan tenaga ahli (Sudjatmoko, 2011). Gangguan makan pada anak merupakan penolakan yang dilakukan oleh anak akibat dari beberapa faktor, diantaranya anak tidak menyukai makanan yang diberikan secara paksaan, makanan tidak menarik perhatian anak, orang tua tidak sabar dalam memberikan makan dan terlalu merasa cemas serta khawatir ketika anak tidak mau makan sehingga terkadang orang tua selalu menyiapkan makanan yang bergizi tanpa memperdulikan selera makan atau kesukaan anak (Hidayat, 2007). Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melatih perilaku makan pada anak yaitu :

a. Mengenalkan jadwal makan yang teratur untuk pemenuhan nutrisi.

Membiasakan anak makan secara teratur dan tepat waktu untuk mengembangkan kepekaan anak terhadap sensasi rasa lapar dan kenyang. Orang tua juga dapat memberikan makanan yang bervariasi sesuai dengan perkembangannya.

b. Mengajari Anak Makan Yang Baik.

Pola makan yang baik dan teratur dimulai dari orang tua. Orang tua harus memberikan contoh cara makan yang baik dan teratur untuk anak. Cara makan yang baik bisa

(2)

diajarkan orang tua ketika anak dibiasakan duduk dikursinya saat makan, meskipun hal ini sulit dilakukan karena anak susah duduk tenang di kursinya. Hal yang perlu dihindari adalah dengan membiasakan anak makan sambil bermain. Hal ini menunjukan kepada anak bahwa kegiatan makan adalah hal yang penting. Kemudian orang tua tidak boleh khawatir ketika cara makan anak berantakan. Hal ini disebabkan karena anak mulai belajar makan sendiri dan dia butuh diberi kesempatan untuk bereksplorasi karena anak sering memandang bahwa aktivitas makan sebagai sesuatu yang baru.

c. Orang tua Juga Harus Mengenalkan Finger Food .

Finger food adalah makanan yang mudah dimakan oleh balita dengan cara mudah digigit, mudah dihaluskan saat dikunyah maupun dipegang oleh tangannya sendiri. Orang tua harus memberikan makanan yang bisa dimakan oleh anak dengan tangan. Makanan yang diberikan kepada balita harus sesuai dengan usia balita dan memperhatikan kandungan gizi dan nutrisi makanan. Contohnya cheese stick, sayuran rebus (seperti wortel dan kentang) atau potongan buah yang matang.

d. Perhatikan Cara Makan Anak.

Apakah makanannya benar-benar masuk ke mulut atau berhamburan di lantai. Untuk menyiasatinya, ibu tetap menyuapi anak, sembari memberikan sendok untuk memuaskan keinginannya untuk makan sendiri. Cara ini akan melatih gerakan motoriknya, mengembangkan kemandirian serta asupan nutrisi pada anak terpenuhi (Harun, 2013).

2.1.1 Dampak Eating Disorder

Gangguan makan bisa berlanjut hingga anak tumbuh dewasa, sehingga anak yang sulit makan akan mengalami dampak seperti kerusakan fisik, mental dan perilaku,

(3)

risiko kematian yang lebih tinggi, gangguan makan yang terus berulang di usia dewasa akibat tidak ditanggulangi sejak dini serta gangguan makan yang parah bisa menyebabkan anoreksia dan bulimia (Harun, 2013)

2.1.2 Intervensi Keperawatan dalam Mengelola Eating Disorder

Penanganan untuk mengatasi masalah anak dengan gangguan makan adalah dengan memberikan terapi simtomatik (mengatasi gejala atau keluhan) seperti pemberian vitamin pada anak apabila anak mengalami gangguan malnutrisi dan memberikan kombinasi makanan untuk menambah selera makan anak (Hidayat, 2007). Orang tua juga harus menetapkan batasan yang wajar khususnya jajanan kepada anak dengan menyediakan makanan yang sehat, membuat jadwal makan yang terstruktur dan meminimalisir gangguan makan (Blaine et al., 2017).

Diagnosa keperawatan yang terkait dengan permasalahan ini yaitu ketidakefektifan pola makan balita (Kamitsuru, 2015). Sehingga perencanaan keperawatan atau intervensi prioritas yang dilakukan adalah eating disorder management dimana orang tua harus berkomunikasi dengan tim kesehatan dan keluarga untuk pengembangan pengobatan, mengajarkan konsep nutrisi yang baik, mengembangkan hubungan yang mendukung antara orang tua dan anak, cek TTV (BB dan TB), monitor cairan yang masuk dan keluar, memantau asupan makanan sehari-hari anak, menetapkan harapan untuk perilaku makan yang sesuai asupan cairan atau makanan dan aktifitas fisik, batasi mengkonsumsi makanan ringan dan jajanan, modifikasi perilaku makan anak, observasi anak selama dan sesudah ngemil untuk memastikan bahwa asupan tercapai dan pertahankan, berdiskusi dengan tim kesehatan terkait kemajuan kondisi anak, mengambil tanggung jawab penuh terkair aktivitas fisik dan perilaku makan anak untuk mencapai hasil atau outcome yang diharapkan (Gloria M

(4)

Bulechek, Howard K Butcher, 2013). Outcome atau evaluasi yang diharapkan setelah melakukan intervensi yaitu intake nutrisi sepenuhnya adekuat dengan kategori (5), intake makanan dan minuman lewat mulut (5), toleransi makanan (5), perbandingan berat/tinggi (5), hidrasi (5), pertumbuhan (5) (Sue Moorhead, Marion Johnson, Maridean L. Maas, 2013).

2.2. Konsep Subsistem Perilaku Ketergantungan Dalam Johnson Behavioral System Model

Teori perilaku Johnson dipengaruhi oleh pendapat dari Nightingale. Teori behavioral system dari Dorothy E. Johnson memandang individu sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun eksternal (Oktovia, 2018). Lingkungan mencakup semua faktor dimana semua bagian berkaitan dengan sistem perilaku dan saling mempengaruhi. Lingkungan harus menyediakan persyaratan fungsional atau perlindungan dari rangsangan yang tidak diinginkan dan yang mengganggu pengasuhan mulai dari makanan, perhatian, kondisi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta stimulasi oleh pengalaman, peristiwa, dan perilaku yang akan meningkatkan pertumbuhan dan mencegah stagnasi. Ketidakseimbangan sistem perilaku muncul ketika struktur, fungsi, atau regimen fungsional menjadi terganggu (Martín et al., 2015). Sistem terdiri dari tujuh subsistem yang saling tergantung. Gangguan yang terjadi pada satu subsistem dapat mengganggu subsistem lainnya (Martín et al., 2015). Masing-masing subsistem memiliki fungsi dan tugas khusus dari keseluruhan subsistem serta mempunyai struktur.

Sistem perilaku menurut johnson behavioral system model salah satunya adalah ketergantungan. Ketergantungan merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan. Johnson

(5)

mencirikan subsistem ketergantungan dari subsistem affiliative. Sebuah bentuk perilaku atau tindakan yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk memenuhi kebutuhan anak. Pemenuhan kebutuhan pada anak menurut johnson terdiri dari 3 subsistem yaitu dengan persetujuan, perhatian atau bantuan pengenalan maupun bantuan fisik. Ketiga subsistem ini sangat berkaitan dengan penentuan kesehatan perkembangan dan pertumbuhan anak. Perilaku ketergantungan yang ditujukan oleh orang tua merupakan hal yang terpenting karena orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi keberhasilan anak. Peran orang tua sangat besar terutama dalam memberikan perhatian karena orang tua yang memberikan perhatian, pengenalan, dan bantuan fisik kepada anak akan menentukan keberhasilan anak dalam lingkungan internal maupun eksternalnya (Spruijt et al., 2018).

Perhatian adalah pemusatan kesadaran jiwa terhadap suatu objek. Perhatian juga merupakan konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan obyek (Nurhayati, 2017). Sedangkan menurut Fausi, (2017) perhatian adalah banyak sedikitnya keadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Dalam penelitian ini, perhatian yang menjadi fokus adalah perhatian orang tua. Perhatian orang tua kepada anak adalah sesuatu hal yang sangat penting karena dari orang tua lah anak belajar nilai-nilai keyakinan, etika, norma, ataupun ketrampilan hidup. Perhatian orang tua adalah suatu aktivitas yang tertuju pada suatu hal dalam hal ini adalah aktivitas anak dalam kebutuhan makan yang dilakukan oleh orang tua baik ayah maupun ibu (Mawarsih et al., 2013). Perhatian orang tua adalah usaha yang dilakukan oleh orang tua yang berfokus pada anak dalam memberikan teladan dan arahan yang akan berdampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak (Fausi, 2017).

(6)

Kekuatan cinta, perhatian, dan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak seringkali menjadi obat atau penangguh bagi rasa sedih dan sakit yang dirasakan anak. Ketika anak sedang sedih, menangis, cemas dan takut ia akan menjadi lebih tenang ketika diberikan kasih sayang, belaian, dan pelukan dari orang tua. Perhatian dan pengertian yang diberikan oleh orang tua kepada anak tentang apa yang dibutuhkannya akan membuat rasa sedih dan sakit berkurang atau bahkan menjadi tidak terasa. Orang tua dapat mengarahkan anak menjadi lebih baik maka orang tua harus berusaha mengenali, merasakan serta mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam benak dan hidup anak. Salah satunya adalah dengan mengajak anak untuk berbicara, mendengarkan dengan saksama apa yang dibicarakan anak dan memuji ketika dia melakukan sesuatu yang positif (Rezky, 2010).

Menurut Hidayati, (2011) ada beberapa macam perhatian orang tua meliputi perhatian orang tua yang intensif yaitu perhatian yang betul-betul terarah pada suatu objek, Perhatian orang tua tidak intensif yaitu perhatian yang kurang tercurah pada suatu objek, Perhatian orang tua spontan atau tidak disengaja yaitu perhatian yang timbul tanpa direncanakan, tetapi terjadi begitu saja secara tiba-tiba, perhatian orang tua sekehendak atau perhatian disengaja yaitu perhatian yang timbul secara sengaja, perhatian orang tua yang sempit yaitu perhatian dimana individu pada suatu waktu halnya dapat memperhatikan sedikit objek, perhatian orang tua yang luas yaitu dimana orang tua dapat memperhatikan banyak hal atau objek dalam satu waktu secara bersamaan, perhatian orang tua yang statis, dan perhatian orang tua yang dinamis.

Menurut Fausi, (2017) Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian meliputi pembawaan yang berhubungan dengan objek yang direaksi, latihan dan kebiasaan dapat menyebabkan timbulnya perhatian, kebutuhan sesuatu akan menimbulkan

(7)

timbulnya perhatian karena kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan yaitu tujuan yang harus dicurahkan kepadanya, kewajiban merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi maka agar terlaksanakan tugas yang menjadi kewajiban akan dilaksanakan dengan penuh perhatian, keadaan jasmani mempengaruhi perhatian terhadap suatu objek, suasana jiwa, keadaan batin atau perasaan dapat membantu ataupun menghambat perhatian, suasana di sekitar, dan kuat tidak rangsangan dari objek. Perhatian orang tua bisa menjadi dukungan dan bantuan bagi anak baik secara fisik maupun psikis.

Bantuan fisik meliputi pemberian makan dan minum pada anak (Hidayati, 2011). Bantuan fisik merupakan salah satu dari dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain dalam jaringan sosial misalnya keluarga atau orang tua maupun teman sebaya untuk membantu meningkatkan kemampuan diri untuk bertahan dari pengaruh-pengaruh yang merugikan. Dukungan orang tua adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh ayah maupun ibu yang bermanfaat bagi anak untuk merespon kebutuhan orang lain. Dukungan orang tua merupakan bentuk penerimaan dari orang tua terhadap anak mereka, yang dapat menimbulkan persepsi anak bahwa dirinya disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong. Persepsi dukungan orang tua terhadap anak memiliki 3 dimensi, yaitu :

a. Dukungan otonomi yaitu memberikan dorongan kepada anak dengan tujuan untuk membentuk kepribadian pada anak.

b. Keterlibatan yaitu orang tua harus terlibat dalam setiap proses perkembangan anak sehingga tercipta hubungan emosional seperti keterlibatan, dukungan maupun hubungan pribadi.

(8)

c. Kehangatan yaitu orang tua yang bersifat hangat dan responsif ketika sedang berinteraksi dengan anak dimana orang tua selalu menyampaikan kecintaannya kepada anak dan menanggapi kebutuhan makan anak (Zahra, 2018).

Selain 3 dimensi persepi dukungan orang tua terhadap anak maka fungsi dukungan orang tua yang diberikan kepada anak adalah fungsi emosional dimana orang tua sebagai kolektor dan desminator (penyebar) informasi, fungsi penilaian dimana orang tua bertindak membimbing dan membantu memecahkan permasalahan anak, fungsi instrumental karena orang tua adalah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya memberikan makan atau minum kepada anak ketika anak sedang lapar, yang terakhir adalah fungsi emosional dimana orang tua sebagai tempat yang aman dan damai dalam membantu penguasaan terhadap emosi (Zahra, 2018).

Dari beberapa literatur di atas, maka dapat disimpulkan beberapa indikator subsistem perilaku ketergantungan yaitu orang tua dapat menenangkan anak ketika sedih maupun menangis, memeluk anak ketika ketakutan, berusaha menjaga kontak mata dengan anak ketika berbicara, mendengarkan anak ketika anak mengungkapkan perasaannya, membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh anak, dan orang tua memberikan makan atau minum ketika anak merasa lapar untuk memenuhi kebutuhannya.

2.3. Definisi Pengasuhan Orang tua dalam Mengelola Eating Disorder

Pengasuhan orang tua atau bisa disebut dengan pola asuh adalah seluruh sikap yang diterapkan oleh orang tua kepada anak. Pola asuh yang dijalankan oleh orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Handayani et al., 2017). Sedangkan menurut Santrock, (2007) pola asuh dapat diartikan pula dengan kedisiplinan. Disiplin merupakan cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk

(9)

mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima oleh kelompok. Tujuan kedisiplinan adalah memberitahukan kepada anak sesuatu yang baik dan buruk serta mendorongnya untuk berperilaku dengan standar yang berlaku di masyarakat dalam lingkungan sekitarnya. Orang tua juga tidak dianjurkan untuk menghukum anak dengan cara kekerasan akan tetapi orang tua dapat mengembangkan aturan untuk anak serta memberikan kasih sayang. Kondisi orang tua sangat mempengaruhi pengasuhan kepada anak. Ketika orang tua tidak bisa menyeimbangkan kondisi yang bisa menekan stabilitas kecemasan dalam memberikan pengasuhan maka akan mengganggu proses adaptasi serta menimbulkan berbagai masalah pada anak. Salah satunya adalah anak kehilangan kepercayaan diri, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan cenderung berperilaku secara nonnormatif misalnya asosial atau anti sosial dan sebagainya karena pola asuh yang tidak tepat yang diterapkan oleh orang tua kepada anak.

2.3.1 Jenis dan ciri pengasuhan

Penggolongan jenis-jenis pengasuhan orang tua terdiri atas 3 kategori utama, yaitu pengasuhan otoriter, autoritatif dan permisif (Lopez et al., 2018).

a. Pola Asuh Otoritarian (authoritarian parenting)

Pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan yang bersifat menghukum atau membatasi anak. Dimana orang tua sangat berusaha agar anak mengikuti pengarahan yang diberikan dan menghormati pekerjaan serta usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh orang tua (Santrock, 2007). Tujuan pola asuh ini untuk membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi setiap perilaku maupun sikap berdasarkan standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Pada pola asuh ini juga orang tua

(10)

kadang-kadang menolak anak dan sering menerapkan hukuman. Pola asuh otoriter memiliki ciri pokok tidak demokratis dan menerapkan kontrol yang kuat pada anak (Sarwar, 2016).

Orang tua yang otoriter tidak menyadari pentingnya menghargai pendapat anak. Mereka tidak menyadari bahwa dengan mendengarkan pendapat anak bisa mendorong kepercayaan diri dan kemandirian anak dalam berpikir, dan dapat diarahkan untuk mencapai standar moral yang internal melalui diskusi yang dilakukan antara orang tua dan anak. Mereka juga tidak menyadari bahwa dengan menuntut anak maka telah mengikis kehangatan hubungan sehingga anak tidak menemukan suasana hubungan yang memungkinkan anak untuk mengekspresikan pikiran maupun perasaannya (Widyarini, 2013). Pengasuhan orang tua yang bersifat otoriter berkaitan dengan perilaku anak yang tidak kompeten. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter seringkali merasa cemas dengan perbandingan sosial, kurang memperlihatkan inisiatif dan memiliki komunikasi yang buruk (Santrock, 2007).

Dampak negatif pada pola asuh ini adalah rendahnya harga diri dan penurunan prestasi akademik anak (Olla et al., 2018). Orang tua juga cenderung terpisah dengan anak dan mempunyai hubungan yang kurang hangat dengan anak. Anak cenderung menarik diri, tidak percaya diri dan tidak berkomunikasi dengan orang tua (Feldman, 2014). Padahal kehangatan hubungan antara orang tua dan anak merupakaan prasyarat bagi kesejahteraan psikologis baik bagi orang tua maupun anak (Widyarini, 2013).

b. Pola Asuh Autoritatif (authoritative parenting/Demokratiis)

Pola asuh autoritatif adalah pengasuhan orang tua untuk mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi pada masalah yang dihadapi, serta menghargai setiap komunikasi yang saling memberi dan menerima. Anak juga menjelaskan alasan rasional

(11)

yang mendasari tiap-tiap permintaan. Orang tua seringkali mengharapkan anak untuk mematuhi orang dewasa akan tetapi orang tua juga mengharapkan anak untuk mandiri dan mengarahkan diri sendiri, saling menghargai antara anak dan orang tua serta memperkuat standar-standar perilaku.

Pola asuh Authoritatif atau demokratis ditandai dengan adanya drorongan orang tua untuk melibatkan anak dalam mengambil sebuah keputusan tertentu. Orang tua sering mengajak untuk berdialog, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan anak. Orang tua selalu menghargai pemikiran atau ide, sikap dan tindakan anak-anaknya (Dariyo, 2018). Pada pola asuh ini juga orang tua tidak mengambil posisi secara mutlak dan tidak mendasarkan pada kebutuhan anak semata (Widyarini, 2013). Pada pengasuhan orang tua yang bergaya autoritatif orang tua seringkali mendorong anak untuk mandiri namun masih membatasi dan mengendalikan setiap aksi-aksi mereka. Disamping itu orang tua bersikap hangat dan mengasuh. Pengasuhan orang tua secara autoritatif akan berkaitan dengan perilaku anak yang kompeten secara sosial. Anak dari orang tua yang autoritatif biasanya memiliki jiwa yang mandiri serta memiliki tanggung jawab secara sosial (Santrock, 2007).

c. Pola Asuh Permisif (indulgent parenting)

Pola asuh permisif merupakan gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak namun hanya sedikit memberikan kendali terhadap mereka. Pada pola asuh ini orang tua sangat memanjakan dan membiarkan anak melakukan apapun yang mereka inginkan. Akibatnya, anak tidak pernah belajar untuk mengendalikan setiap perilakunya sendiri dan selalu berharap agar kemauannya diikuti (Santrock, 2007). Pola asuh permissive atau pemanja biasanya orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar. Mereka cenderung tidak menegur atau

(12)

memperingatkan anak apabila anak sedang berada dalam bahaya dan jarang memberikan bimbingan kepada anak (Karnangsyah, 2017). Orang tua yang memiliki pola asuh permisif cenderung berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls atau dorongan emosi, keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya. Hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya ssedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan anak mengatur aktifitasnya sendiri dan orang tua tidak mengontrol (Widyarini, 2013).

Pola asuh ini berkaitan dengan penelitian dari Taraban & Shaw, (2018) dimana ada 2 jenis pola asuh yang luas yaitu pola asuh positif dan negatif. Pada pola asuh positif atau disebut istilah payung yang digunakan untuk merujuk pada dimensi pengasuhan seperti memberikan kehangatan, kepekaan, pengaturan batas dan penguatan berbasis kontingensi. Sebaliknya pada pola asuh negatif mengacu pada perilaku pengasuhan yang tidak konsisten, over reaktif, mengendalikan dan kasar.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan

1). Usia Orang tua

Rentang usia orang tua sangat mempengaruhi pengasuhan. Apabila terlalu muda dan terlalu tua mungkin tidak dapat menjalankan peran secara optimal karena dalam memberikan pengasuhan diperlukan kekuatan fisik atau psikososial.

2). Keterlibatan Orang tua

Kedekatan hubungan antara ibu dan anak sama pentingnya dengan ayah. Walaupun secara kodrat ada perbedaan. Didalam sebuah rumah tangga ayah dapat melibatkan dirinya dalam melakukan peran pengasuhan kepada anaknya. Seorang ayah

(13)

tidah hanya bertanggung jawab dalam memberikan nafkah akan tetapi dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam melakukan perawatan kepada anak.

3). Pendidikan Orang tua

Pengasuhan anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua. Orang tua yang berpendidikan tinggi dengan orang tua yang berpendidikan rendah sangat berbeda. Karena orang tua yang berpendidikan tinggi lebih mengetahui cara mengasuh anak dengan baik.

4). Pengalaman Sebelumnya dalam Mengasuh Anak

Orang tua yang mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap untuk menjalankan pengasuhan yang lebih rileks (Hidayah, 2017).

Dari beberapa literatur tentang pengasuhan orang tua dalam mengelola eating disorder maka dapat disimpulkan beberapa indikator dalam penelitian ini yaitu orang tua dapat bekerjasama dengan tim kesehatan atau keluarga dalam mengembangkan rencana untuk menyelesaikan masalah sulit makan pada anak, orang tua dapat mengembangkan hubungan yang suportif dengan anak, monitor tanda-tanda vital seperti BB dan TB anak, monitor jumlah cairan yang masuk dan keluar pada anak, menetapkan harapan yang sesuai dari perilaku makan seperti asupan makanan atau cairan, orang tua dapat memodifikasi perilaku dalam meningkatkan perilaku makan yang sehat, orang tua dapat berdiskusi dengan tim kesehatan terhadap kemajuan kondisi anak, dan orang tua mengambil tanggungjawab penuh terkait dengan aktifitas fisik dan kebutuhan makan anak. Sehingga anak tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan harapan orang tua.

(14)

2.4 Hubungan Ketergantungan dengan Pengasuhan Orang Tua

Pengasuhan orang tua adalah sikap dan perilaku orang tua dalam mendidik anak, membimbing anak berkomunikasi dengan anak dan melakukan banyak hal dengan anak guna membentuk pengetahuan dasar anak serta ikut mempengaruhi karakteristik anak (Nurhayati, 2017). Dimana dalam memberikan pengasuhan, orang tua memperlakukan anak dengan cara memberikan perhatian kepada anak, lebih mengenali anak, serta memberikan bantuan fisik berupa dukungan kepada anak. Perhatian, pengenalan dan bantuan fisik untuk memenuhi kebutuhan anak merupakan subsistem dari ketergantungan menurut Jhonson Behavioural System Models.

Aspek ketergantungan yang pertama adalah perhatian. Perhatian orang tua merupakan sesuatu hal yang penting yang harus dilakukan oleh orang tua kepada anak karena merupakan teladan dan arahan yang akan berdampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak (Fausi, 2017). Perhatian dan pengenalan orang tua kepada anak akan membuat anak menjadi lebih disayangi dan dilindungi. Salah satunya adalah dengan mengajak anak untuk berbicara, mendengarkan apa yang dibicarakan anak, dan memuji anak ketika dia melakukan sesuatu (Rezky, 2010). Perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap gangguan makan anak karena perhatian orang tua kepada anak merupakan aktivitas yang dilakukan oleh orang tua baik ayah maupun ibu dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum anak (Fausi, 2017).

Aspek ketergantungan yang selanjutnya adalah bantuan fisik maupun dukungan fisik. Bantuan fisik maupun dukungan disik sangat berpengaruh terhadap gangguan makan anak karena merupakan salah satu dari dukungan social yang diberikan oleh orang tua maupun keluarga yang bermanfaat bagi anak untuk merespon kebutuhannya. Dukungan orang tua merupakan bentuk penerimaan dari orang tua

(15)

terhadap anak, yang dapat menimbulkan persepsi anak bahwa dirinya disayangi, diperhatikan dan dihargai (Zahra, 2018). Dukungan dari orang tua akan memberikan kehangatan terhadap hubungan antara orang tua dan anak dan bersifat responsif dimana orang tua selalu berinteraksi dengan anak dan menanggapi kebutuhan makan anak (Lopez et al., 2018).

Perhatian, pengenalan dan bantuan fisik yang merupakan aspek ketergantungan menurut Jhonson Behavioral System Model sangat berhubungan dengan pengasuhan orang tua karena hal itu merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua dalam memberikan pengasuhan. Perhatian, pengenalan dan bantuan fisik pada Pengasuhan orang tua yang negatif dalam memenuhi kebutuhan makan anak seperti cara menyiapkan makanan, cara memberikan makanan, cara menenangkan anak dengan memberikan jajanan, memaksa anak untuk makan secara tepat waktu, terlambat memberikan makanan yang padat dan ibu tidak membiasakan anak makan secara tepat waktu hal ini disebabkan karena orang tua tidak memberikan perhatian dan bantuan fisik penuh tentang kebutuhan makan anak dengan baik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Handayani et al., 2017).

Referensi

Dokumen terkait

Yang berarti bahwa dari variabel produk/hasil belum secara signifikan mendukung tercapainya tujuan program BOS SMA dalam mewujudkan Pendidikan Menengah Universal

Padahal Rhodamin B merupakan pewarna untuk kertas dan tekstil sehingga pewarna ini berbahaya bagi kesehatan (Salam, 2008). Permasalahan ini mendorong untuk

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Rembug: Wigatine prapta Prabu Baladewa palapuran menawa Prabu Duryudana minta sraya marang Prabu Dasakindra nalendra Talanggantungan supaya mateni Prabu Kresna lan

TIC )Tourism Information Center) yang kurang memahami KKTJ ini secara keseluruhan. Selain itu, mereka tidak menggunakan atribut guest service officer yang sesuai seperti

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Minhajul Muslim karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi sangat relevan apa