• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja terhadap Tingkat Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja terhadap Tingkat Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, MASA BEKERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP TINGKAT STRES KERJA

PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH ACEH

T E S I S

Oleh

UMMI UMMAMAH 097032021/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, MASA BEKERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP TINGKAT STRES KERJA

PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH ACEH

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

UMMI UMMAMAH 097032021/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : P ENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, MASA BEKERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH ACEH

Nama Mahasiswa : Ummi Ummamah Nomor Induk Mahasiwa : 097032021

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. H.M. Joesoef Simbolon, Sp. KJ (K) Ketua

) (Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S Anggota

)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 11 Oktober 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. H.M. Joesoef Simbolon, Sp. KJ (K) Anggota : 1. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, MASA BEKERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP TINGKAT STRES KERJA

PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH ACEH

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diajukan dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2011

(6)

ABSTRAK

Jumlah pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh pada tahun 2010 melebihi daya tampung rumah sakit. Di sisi lain jumlah perawat tidak mengalami penambahan yang menyebabkan beban kerja perawat semakin berat yang dapat berdampak pada stres kerja.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, masa bekerja, beban kerja terhadap tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. Jenis Penelitian analitik dengan desain crossectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perawat Rumah sakit Jiwa Pemerintah Aceh sebanyak 120 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi berganda dengan α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja berpengaruh terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. Variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat stres kerja adalah variabel beban kerja.

Disarankan kepada pimpinan di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh agar meningkatkan pengawasan terhadap semua perawat supaya bekerja optimal dan melakukan refreshing terhadap perawat sehingga dapat mengurangi stres kerja.

(7)

ABSTRACT

The number of mental disorder patient at Aceh Provincial Mental Hospital in 2010 were exceed its capacity. Meanwhile, the number of nurses has not increased that caused the high work load of the nurses which gave impact to work stress.

The purpose of this research was to analyze the influence of education level, length of work, and work load on the level of work stress in the Aceh Provincial Mental Hospital. Type of analytical research was cross sectional. Population and sample in this study were nurses of Aceh Provincial Mental Hospital as much as 120 peoples. The data were obtained by interviews with questioner, and analyzed using

multiple regression with α = 0,05.

The result showed that statistically the education level, length of work, and work load influence on the level of work stress in the Aceh Provincial Mental Hospital. The most influenced variable on the level of work stress was the word load.

It suggested to the chairman of the Aceh Provincial Mental Hospital to increase the evaluation to all nurses in order to optimally their performance and conduct refreshing for all nurses, that can reduce their work stress.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala kasih karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja terhadap Tingkat Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.”

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Manyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

6. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S selaku komisi pembimbing dua yang telah meluangkan waktu, pikiran serta pengarahan terus menerus sejak penyusunan proposal hingga menyelesaikan tesis ini.

7. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku pembanding satu yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Ir. Kalsum, M. Kes selaku pembanding dua yang telah bersedia untuk menguji dan menyempurnakan tesis ini.

9. Drs. H. Saifuddin Abdurrahman, SMPH, M. Kes selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.

10. Suami tercinta Ampera Miko, DNCom, M.M dan anak-anakku tersayang Ipak, Sausan, Lutfi, Muhammad yang telah memberikan saya motivasi, dukungan serta do’anya sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

11. Kedua Orang tua saya Ilyas dan Ibunda Nursiah, serta seluruh keluarga tercinta atas pengorbanan dan kasih sayangnya.

12. Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ummi Ummamah yang dilahirkan di Desa Cot Trueng Kecamatan Muara Batu di Kabupaten Aceh Utara pada tanggal delapan belas bulan agustus tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, telah berkeluarga dan mempunyai empat orang anak yaitu dua putri dan dua putra, beralamat di Jalan Mon Kuta Lorong Seuruni Nomor 12 Lambhuk Ulee Kareng Banda Aceh

(11)

DAFTAR ISI

2.1.1. Pengertian Beban Kerja ... 12

2.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja ... 13

2.1.3. Dampak Beban Kerja ... 14

2.1.4. Tanda – Tanda Stres Berkaitan Tingkat Beban Kerja ... 14

2.2. Stres ... 15

2.2.6. Dampak Psikofisiologis dari Stres ... 19

2.2.7. Klasifikasi Stres ... 20

2.3. Stres Kerja ... 21

2.3.1. Pengertian Stres Kerja ... 21

2.3.2. Penyebab Stres Kerja ... 23

2.3.3. Dampak Stres Kerja ... 27

(12)

2.4. Perawat ... 30

2.8. Kerangka Konsep Penelitian ... 38

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.3. Populasi dan Sampel ... 41

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.5.1. Variabel Penelitian ... 42

3.5.2. Defenisi Operasional ... 42

3.6. Metode Pengukuran ... 43

3.7. Metode Analisis Data ... 45

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 47

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh ... 47

4.2. Mekanisme Pelaksanaan Penelitian ... 49

4.2.1. Gambaran Pelaksanaan Asuhan Keperawatan ... 49

4.3. Analisis Univariat ... 54

4.3.1. Karakteristik Responden ... 54

4.3.2. Pendidikan, Masa Bekerja, Beban Kerja dan Stress Kerja Responden di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh ... 54

4.3.3. Analisis Bivariat ... 56

4.3.3.1. Hubungan Pendidikan dengan Stres Kerja ... 56

4.3.3.2. Hubungan Masa Bekerja dengan Stres Kerja ... 57

3.3.3.3. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja ... 58

4.4. Analisis Multivariat ... 58

BAB 5. PEMBAHASAN ... 60

5.1. Tingkat Pendidikan dan Stres Kerja ... 60

(13)

5.3. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja ... 63

5.4. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja ... 66

5.5. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Tanda-tanda Stres Berkaitan dengan Beban Kerja ... 14 2.2. Stresor dari Sumber Pekerjaan ... 26 3.1. Metode Pengukuran Variabel Penelitian ... 44 4.1 Kunjungan Pasien Rawat Inap Berdasarkan Jenis Penyakit Tahun

2007-2009 ... 48 4.2 Kunjungan Pasien Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Penyakit Tahun

2007-2009 ... 49 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Beban Kerja di Rumah

Sakit Jiwa Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 51 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Stres Kerja di Rumah

Sakit Jiwa Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 53 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Petugas Kesehatan Jiwa di Rumah

Sakit Jiwa Pemerintah Aceh ... 54 4.6 Pendidikan, Masa Bekerja, Beban Kerja dan Stres Kerja Responden Di

Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh ... 56 4.7 Hubungan pendidikan dengan Stres kerja di Rumah Sakit Jiwa

Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 57 4.8 Hubungan Masa Bekerja dengan Stres kerja di Rumah Sakit Jiwa

Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 57 4.9 Hubungan Beban kerja dengan Stres kerja di Rumah Sakit Jiwa

Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 58 4.10. Hasil Uji Regresi Untuk Identifikasi Variabel Independen yang Paling

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ... 73

2. Kuesioner Penelitian ... 74

3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Data ... 77

(17)

ABSTRAK

Jumlah pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh pada tahun 2010 melebihi daya tampung rumah sakit. Di sisi lain jumlah perawat tidak mengalami penambahan yang menyebabkan beban kerja perawat semakin berat yang dapat berdampak pada stres kerja.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, masa bekerja, beban kerja terhadap tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. Jenis Penelitian analitik dengan desain crossectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perawat Rumah sakit Jiwa Pemerintah Aceh sebanyak 120 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi berganda dengan α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja berpengaruh terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. Variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat stres kerja adalah variabel beban kerja.

Disarankan kepada pimpinan di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh agar meningkatkan pengawasan terhadap semua perawat supaya bekerja optimal dan melakukan refreshing terhadap perawat sehingga dapat mengurangi stres kerja.

(18)

ABSTRACT

The number of mental disorder patient at Aceh Provincial Mental Hospital in 2010 were exceed its capacity. Meanwhile, the number of nurses has not increased that caused the high work load of the nurses which gave impact to work stress.

The purpose of this research was to analyze the influence of education level, length of work, and work load on the level of work stress in the Aceh Provincial Mental Hospital. Type of analytical research was cross sectional. Population and sample in this study were nurses of Aceh Provincial Mental Hospital as much as 120 peoples. The data were obtained by interviews with questioner, and analyzed using

multiple regression with α = 0,05.

The result showed that statistically the education level, length of work, and work load influence on the level of work stress in the Aceh Provincial Mental Hospital. The most influenced variable on the level of work stress was the word load.

It suggested to the chairman of the Aceh Provincial Mental Hospital to increase the evaluation to all nurses in order to optimally their performance and conduct refreshing for all nurses, that can reduce their work stress.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada kenyataannya peranan perawat dalam pemeliharaan kesehatan sangat vital. Dewasa ini, perawat merupakan segmen profesi terbesar dalam bidang kesehatan. World

Health Organization (WHO) melaporkan bahwa sekarang terdapat lebih dari 9 juta

perawat dan bidan di 141 negara. The Athlantic Monthly menyatakan bahwa keperawatan merupakan perpaduan dari perhatian, pengetahuan dan keterandalan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup pasien (Inawati, 2004).

Perawat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pemulihan pasien, tidak hanya sekedar melakukan rutinitas seperti memeriksa tekanan darah, denyut nadi, atau suhu pasien saja. Menurut The American Medical

Association Encyclopedia of Medicine bahwa perhatian perawat lebih tertuju pada

(20)

Menurut Haryani (2008) yang mengutip pendapat Irwandy (2007), dalam merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun modul Dasar Susunan Personalia (DSP) yang memuat tentang metode perhitungan tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan tugas dan fungsinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat analisa beban kerjanya dapat dilihat berdasarkan aspek-aspek tugas yang dijalankan menurut fungsi utamanya. Beberapa aspek yang berhubungan dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, shift yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya yang sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik.

(21)

Dengan adanya program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang meringankan biaya bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan, maka Rumah Sakit milik pemerintah menjadi padat pengunjungnya. Semakin banyak pengunjung suatu Rumah Sakit maka, akan meningkatkan angka Bed Occupancy Rate (BOR). Semakin padat pengunjung maka akan semakin berat beban kerja yang ditanggung oleh petugas kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit tersebut (salah satunya adalah perawat). Semakin berat beban kerja yang ditanggung maka akan semakin besar resiko perawat yang bekerja di tempat tersebut terkena stres (Mahwidhi, 2008).

Stres kerja adalah situasi faktor yang terkait dengan pekerjaan, berinteraksi dengan faktor dari dalam diri individu dan mengubah kondisi fisiologi dan psikologi sehingga keadaannya menyimpang dari normal (Bernardin cit anonim2, 2007). Lima sumber stres kerja perawat secara umum adalah beban kerja berlebih, kesulitan berhubungan dengan staf lain, kesulitan merawat pasien kritis, berurusan dengan pengobatan dan perawatan pasien dan kegagalan merawat (Abraham & Shanley, 1997).

(22)

konflik antara rekan kerja, kekaburan peran dan tanggungjawab dalam pekerjaan, adanya persaingan yang tidak sehat antar sesama rekan kerja (Rice, 1992, dalam Safaria dan Saputra, 2009).

Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, la akan mengalami stres (Siagian, 2008). National Safety Council (2003) menyatakan bahwa 2 dari 3 pekerja mengaku mengalami stres kerja dan 80% penyakit dan kesakitan dipicu dan diperburuk oleh stres.

Andil stres berbeda untuk tiap penyakit, mulai dari yang paling rawan seperti penyakit-penyakit gastrointestinal, sakit kepala, kelelahan yang kronis, sampai penyakit dimana stres hampir tidak berperan didalamnya seperti keracunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pencetus terjadinva kanker juga sering kali disebabkan oleh stres yang berkepanjangan (Siswanto, 2007).

Menurut Marbusan (2007), konsekuensi stres mencangkup empat macam yaitu: penyakit fisik yang di timbulkan oleh stres, kecelakaan kerja terutama pada pekerja dengan tuntutan kinerja yang tinggi dan perhatian yang kurang,

Absentateisme sering terjadi pada individu yang sulit menyesuaikan diri dengan

pekerjaanya sebagai akibat stres pekerjaan, lesu kerja (burn-out) terjadi bila individu kehabisan motivasi dalam upaya meneruskan suatu kinerja yang tinggi.

(23)

stres kerja dapat berupa: terjadinya kekacauan hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja, mengganggu kenormalan aktivitas kerja, menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan pemasukan dan keuntungan rumah sakit. Selanjutnya stres kerja pada perawat berpengaruh terhadap prestasi kerja perawat, ini sesuai dengan penelitian sebelumnya tentang hubungan stres dengan kinerja, yaitu hubungan terbalik, artinya makin tinggi tingkat stres, tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi kerja juga bertambah. Tetapi apabila tingkat stres sudah optimal maka akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi kerja (Ilmi, 2003).

Apabila stres mencapai titik puncak yang kira-kira sesuai dengan kemampuan maksimum kinerja karyawan maka pada titik ini stres tambahan cenderung tidak menghasilkan perbaikan kinerja selanjutnya bila stres yang dialami karyawan terlalu besar, maka kinerja akan mulai menurun, karena stres tersebut mengganggu pelaksanaan kerja karyawan dan akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya atau menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan dan perilakunya menjadi tidak menentu. Akibat yang paling ekstrim adalah kinerja menjadi nol, karyawan mengalami gangguan, menjadi sakit, dan tidak kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa, keluar atau menolak bekerja (Anonim, 2007).

(24)

sangat tinggi terpapar oleh stres adalah karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia (Basuki, 2009).

Beban kerja perawat akan memberikan dampak terhadap kualitas layanan, terutama dalam meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Selain terganggunya kinerja perawat, juga dapat menimbulkan stres pada pekerjaan, kebosanan atau kejenuhan, kelelahan mental, dan menurunnya efektifitas kerja. Adapun dampak psikologis yang dirasakan akibat beban kerja yang tinggi adalah stres, ketegangan dan kebosanan atau kejenuhan dan ada pula perasaan jengkel, wring march atau meningkatnya emosi (Qadarsyah, 2006).

Menurut Basuki (2009) yang mengutip pendapat Robin (1998), bahwa stres kerja yang dihadapi oleh perawat akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Sedangkan Arnold (1986), menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan (Widyasari, 2010).

(25)

Berdasarkan hasil observasi peneliti

1.

peneliti, terdapat 13 ruangan di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh, yaitu antara lain:

2.

Ruang Narkoba sebanyak 14 pasien

3.

Ruang Dahlia sebanyak 3 pasien

4.

Ruang Anggrek sebanyak 6 pasien

5.

Ruang Jeumpa sebanyak 87 pasien

6.

Ruang Cempaka sebanyak 16 pasien

7.

Ruang Selanga sebanyak 90 pasien

8.

Ruang Tanjung sebanyak 90 pasien

9.

Ruang Bougenvil sebanyak 90 pasien

10.

Ruang Melati sebanyak 33 pasien

11.

Ruang Asoka sebanyak 16 pasien

12.

Ruang Teratai sebanyak 73 pasien

13.

Ruang Melur sebanyak 20 pasien Ruang Mawar sebanyak 30 pasien

(26)

pelaksanaan perawatan, hal ini dikarenakan jumlah pasien yang berbeda-beda dalam setiap ruangan. Akan tetapi, minimal dalam setiap ruangan terdapat dua orang perawat per setiap shift dan maksimal terdapat 9 orang perawat, di mana untuk 9 orang perawat ini dibagi dalam 3 shift, yaitu 5 orang pada shift pagi, 2 orang pada

shift siang dan 2 orang pada shift

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijono (2006), yang dimuat

dalam Jurnal Kesehatan Insan Vol 8 No 3 Desember 2006 tentang Pengaruh Type A

dan Peran Terhadap Stres Kerja Perawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

menunjukkan bahwa tipe A dan peran berpengaruh sekaligus terhadap stres kerja

perawat, dimana pengaruh variable kepribadian tipe A dan peran sekaligus dengan

variabel stres kerja sebesar 33,2 %, sedangkan sisanya (66,8%) dipengaruhi oleh

variabel lainnya.

malam. Jumlah perawat ini disesuaikan dengan jumlah pasien yang ada di masing-masing ruangan. Di antara 3 shift tersebut, ada kalanya mereka libur 1 atau 2 orang dan ada yang libur ketika naik dinas malam dan ada juga libur setelah menjalankan dinas malam. Semua itu belum termasuk libur mingguan dan libur di hari-hari besar. Hal ini menyebabkan beban kerja perawat yang berdinas semakin berat. Berdasarkan hal ini peneliti berasumsi bahwa jumlah antara pasien dan perawat belum proporsional, dikarenakan jumlah pasien yang banyak yang tidak didukung oleh jumlah perawat yang memadai.

(27)

yang memerlukan tindakan perawatan medis, tingkat pendidikan dan masa bekerja yang berbeda, hubungan antar karyawan yang kurang harmonis. Pendidikan diyakini mempunyai kaitan dengan tingkat stres kerja, seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi dipandang cukup cakap melakukan coping ketika menghadapi masalah sehingga tingkat stres nya juga akan menururn.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja pada Perawat terhadap Tingkat Stres kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.

1.2. Permasalahan

Permasalahan penelitian ini adalah apakah ada pengaruh tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja pada perawat terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

a. Menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.

b. Menganalisis pengaruh masa bekerja terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh

(28)

d. Menganalisis faktor yang paling dominan yang mempengaruhi stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.

1.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja terhadap Tingkat Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk : 1.5.1. Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat tertentu yang berkaitan dengan pengaruh tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.

1.5.2. Perawat

(29)

1.5.3. Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beban Kerja

2.1.1. Pengertian Beban Kerja

Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Utomo, 2008).

(31)

2.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja

Rodahl (1989) dan Manuaba (2000, dalam Prihatini, 2007), menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

1) Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti :

a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang diperoleh, tanggung jawab pekerjaan.

b. Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis.

Ketiga aspek ini disebut wring stresor. 2) Faktor internal

(32)

2.1.3. Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba, 2000, dalam Prihatini, 2007).

2.1.4. Tanda-Tanda Stres Berkaitan Tingkat Beban Kerja

Menurut Keith W. Sehnert (1981), tanda-tanda stres yang dialami berkaitan dengan tingkat beban kerja yaitu :

Tabel 2.1. Tanda-tanda Stres Berkaitan dengan Beban Kerja

Terlalu Sedikit Beban Penampilan Optimal Terlalu Banyak Beban

Kebosanan

• Terlalu mampu dalam pekerjaan

Apatis

• Tidur yang tak menentu dan terganggu • Semangat yang tinggi • Kewaspadaan mental • Energi yang tinggi • Daya ingat yang lebih

baik

• Persepsi yang tajam • Ketenangan dalam

keadaan tertekan

Insomnia (tidak dapat tidur) • Lekas marah

• Kecanduan alcohol • Perubahan dalam hal nafsu

makan • Apatis

(33)

2.2. Stres

2.2.1. Pengertian Stres

National Safety Council (2003), mendefinisikan stres sebagai

ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.

Stres adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya (Clonninger, 1996, dalam Safaria dan Safutra, 2009).

Lain halnya dengan pendapat Kartono dan Gulo (2000, dalam Safaria dan Safutra, 2009), yang mendefinisikan stres sebagai berikut :

1) Suatu stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya) psikologis atau fisiologis organisme

2) Sejenis frustasi, dengan aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah terganggu atau dipersukar, tetapi tidak terhalang-halangi, peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan was-was khawatir dalam pencapaian tujuan.

3) Kekuatan yang diterapkan pada suatu sistem, tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pribadi.

(34)

2.2.2. Sumber Stres

Menurut Rasmun (2004), sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan di luar tubuh, sumber stres dapat berupa biologik, fisiologik, kimia, psikologik, sosial dan spiritual, terjadinya stres karena stresor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis.

1) Stresor biologik dapat berupa mikroba, bakteri, virus dan jasad renik lainnya, hewan, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan, misalnya tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit binatang, dan lain-lain, yang dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.

2) Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi, yang meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi, berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi, kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan, dan lain-lain. 3) Stresor kimia, dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa sedangkan

dari luar tubuh dapat berupa obat, pengobatan, pemakaian alkohol, nikotin, kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan kosmetika, bahan-bahan-bahan-bahan pengawet, pewarna dan lain-lain.

(35)

5) Stresor spiritual, yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ketuhanan. Tidak hanya stresor negatif yang menyebabkan stres, tetapi stresor positif pun dapat menyebabkan stres, misalnya kenaikan pangkat, promosi jabatan, tumbuh kembang, menikah, mempunyai anak, dan lain-lain, semua yang terjadi sepanjang daur kehidupan.

2.2.3. Jenis Stres

Para ahli psikologi mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Definisi kontemporer menyebut stres dari lingkungan eksternal sebagai stresor (misalnya masalah pekerjaan), respon terhadap stresor sebagai stres atau distres (misalnya perasaan terhadap tekanan). Para peneliti Juga membedakan antara stres yang merugikan dan merusak yang disebut distres, dan stres yang positif dan menguntungkan, yang disebut eustres.

Selye (Sarafino, 1998), menyebutkan satu jenis stres sangat berbahaya dan merugikan, disebut dengan distres. Satu jenis stres lainnya yang justru bermanfaat atau konstruktif disebut eustres. Stres jangka pendek mungkin mempunyai akibat yang bermanfaat, tetapi jika stres berlangsung terus-menerus akibat yang terjadi menjadi negatif, karena akan menggangu kesehatan dan kehidupan pada umumnya (Safaria dan Safutra, 2009).

2.2.4. Reaksi Stres

(36)

berwujud negatif reaksi yang bersifat negatif antara lain berikut ini :

(1) Reaksi psikologis, biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti mudah marah, sedih ataupun mudah tersinggung.

(2) Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan seperti pusing, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit, ataupun rambut rontok.

(3) Reaksi proses berfikir (kognitif), biasanya tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa, ataupun sulit mengambil keputusan.

(4) Reaksi perilaku, pada para remaja tampak dari perilaku-perilaku menyimpang seperti mabuk, ngepil, frekuensi merokok meningkat, ataupun menghindar bertemu dengan temannya.

2.2.5. Dampak Negatif Stres

Stres dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu. Dampak bisa merupakan gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu. Reaksi stres bagi individu dapat digolongkan menjadi beberapa gejala (Rice, 1992, dalam Safaria dan Safutra, 2009), yaitu sebagal berikut :

(1) Gejala fisiologis, berupa keluhan seperti sakit kepala, konstipasi, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi gangguan pencernaan, berubah selera makan, susah tidur dan kehilangan semangat.

(37)

(3) Gejala kognitif, berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, keputus asaan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau.

(4) Gejala interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah mempersalahkan orang lain.

(5) Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja/kuliah, menurunnya produktivitas, ketegangan dengan rekan kerja, ketidakpuasan kerja dan menurunnya dorongan untuk berpretasi.

2.2.6. Dampak Psikofisiologis dari Stres

Dampak negatif yang terjadi akibat stres dapat dijelaskan menurut teori sindrom adaptasi umum (General Adaptation System) dari Selye. Menurut Selye (Rice, 1992) ada 3 tahap yang disebut sebagai sindrom adaptasi umum , yaitu berikut ini.

Tahap pertama : reaksi alarm (alarm reaction). Reaksi alarm terjadi ketika stimulasi pertama kalinya dari stresor yang menimbulkan ketegangan yang diterima oleh reseptor. Selama tahap ini, sistem simpatetik dan kelenjar-kelenjar tubuh mulai mengeluarkan hormon-hormonnya untuk tujuan penciptaan energi tubuh menghadapi tegangan. Jika ketegangan itu terus terjadi maka tubuh akan memasuki tahap berikutnya.

(38)

noradrenalin, dan kortisol. Semua hormon-hormon itu digunakan untuk memberi

energi pada tubuh untuk melawan ketegangan. Keadaan ini akan menyebabkan sistem-sistem pertumbuhan dalam tubuh akan terganggu fungsinya. dan jika ketegangan masih terus berlangsung tubuh akan masuk pada tahap akhir.

Tahap ketiga : kelelahan (exhaustion). Selama tahap ini tubuh telah kehabisan energi untuk terus menerus melawan ketegangan-ketegangan yang ada sehingga jika hal ini terus berlangsung akan berdampak negatif karena rusaknya sistem-sistem pertumbuhan di dalam tubuh. Dampak tersebut antara lain timbulnya penyakit jantung, maag, hipertensi, migrain, diabetes, dan lain sebagainya.

Beberapa dampak negatif dari stres yang berlebihan telah diteliti oleh beberapa ahli diantaranya dapat menyebabkan serangan jantung (Haskel, 1987) penurunan kekebalan tubuh dan peningkatan pertumbuhan tumor (Rice, 1986), ketidak hadiran kerja dan turn over (Crampton dkk, 1995, dalam Safaria dan Safutra, 2009).

2.2.7. Klasifikasi Stres

Potter dan Perry (1998, dalam Rasmun, 2004), mengklasifikasikan stres menjadi 3 yaitu :

(39)

terus menerus.

(2) Stres sedang, terjadi lebih lama, beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama, Situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.

(3) Stres berat, adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan financial dan penyakit fisik yang lama.

2.3. Stres kerja

2.3.1. Pengertian Stres Kerja

Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stresor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stresor kerja. Stresor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan (Selye, dalam Widyasari, 2010).

(40)
(41)

2.3.2. Penyebab stres kerja

Alasan yang meyebabkan stres kerja sangat banyak, berkisar dari perubahan ekonomi sampai ke kemajuan teknologi yang sangat cepat. Kemajuan di bidang teknologi, yang seharusnya dapat menambah waktu luang, ternyata malah menambah tekanan untuk berbuat lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Penyebab lainnya dapat dikelompokkan kedalam 3 kategori (Safaria dan Safutra, 2009) yaitu : (1) Penyebab organisasional.

a. Kurangnya otonomi dan kreativitas.

b. Harapan, tenggat waktu, dan kuota yang tidak logis. c. Relokasi pekerjaan.

d. Kurangnya pelatihan. e. Karier yang melelahkan.

f. Hubungan dengan majikan (penyelia) yang buruk.

g. Selalu mengikuti perkembangan teknologi (mesin faks, voice mail, dan lain-lain).

h. Downsizing, bertambahnya tanggung jawab tanpa penambahan gaji.

i. Pekerja dikorbankan (penurunan laba yang didapat). (2) Penyebab individual.

a. Pertentangan antara karier dan tanggungjawab keluarga. b. Ketidakpastian ekonomi.

(42)

e. Perawatan anak yang tidak adekuat. f. Konflik dengan rekan kerja.

(3) Penyebab lingkungan.

a. Buruknya kondisi lingkungan kerja (pencahayaan, kebisingan, ventilasi, suhu, dan lain-lain).

b. Diskriminasi ras. c. Pelecehan seksual.

d. Kekerasan di tempat kerja.

e. Kemacetan saat berangkat dan pulang kerja.

Banyak ahli mengemukakan mengenai penyebab stres kerja itu sendiri. Soewondo 1992 (dalam Widyasari, 2010), mengadakan penelitian dengan sampel 300 karyawan swasta di Jakarta, menemukan bahwa penyebab stres kerja terdiri atas 4 (empat) hal utama, yakni:

(1) Kondisi clan situasi pekerjaan (2) Pekerjaannya

(3) Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas

(4) Hubungan interpersonal

Luthans (1992, dalam Widyasari, 2010), menyebutkan bahwa penyebab stres

(stresor) terdiri atas empat hal utama, yakni:

(1). Extra organizational stresors, yang terdiri dari perubahan sosial dan teknologi,

(43)

(2). Organizational stresors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur

organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.

(3). Group stresors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya

dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup. (4). Individual stresors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran,

serta disposisi individu seperti pola Tipe A, kontrol personal, learned

helplessness, sel-efficacy, dan daya tahan psikologis.

Sedangkan Cooper dan Davidson (1991, dalam Widyasari, 2010) membagi penyebab stres dalam pekerjaan menjadi dua, yakni:

(1). Group stresor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun keadaan

di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan.

(2). Individual stresor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu,

misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.

(44)

Tabel 2.2. Stresor dari Sumber Pekerjaan

Stresor dari Stres Kerja

Faktor yang Memengaruhi (Hal-hal yang Mungkin Terjadi

di Lapangan) • Beban kerja berlebihan

secara kualitatif Assembly-line hysteria • Keputusan yang'dibuat oleh

seseorang • Bahaya fisik • Jadwal. Bekerja Technostres

Kelelahan mental dan/atau fisik • Kelelahan yang amat sangat

dalam bekerja (burnout) • Meningkatkan kesensitivan dan

ketegangan

Stres karena

peran •

Ketidakjelasan peran

• Adanya bias dalam

membedakan gender dan

Hasil kerja dan sistem dukungan sosial yang buruk • Persaingan politik, • Meningkatnya tekanan darah • Ketidakpuasan kerja

Perkembangan

karir •

Promosi ke jabatan yang lebih rendah dari

kemampuannya

• Promosi ke jabatan yang lebih tinggi dari

kemampuannya

• Keamanan pekerjaannya

• Ambisi yang berlebihan sehingga mengakibatkan frustasi

• Menurunnya produktivitas • Kehilangan rasa percaya diri • Meningkatkan kesensitifan

dan ketegangan • Ketidakpuasan kerja

Struktur

Organisasi •

Struktur yang kaku dan tidak bersahabat

• Pertempuran politik • Pengawasan dan pelatihan

yang tidak seimbang • Ketidakterlibatan dalam

membuat keputusan

• Menurunnya motivasi dan produktivitas

(45)

Tabel 2.2 (Lanjutan)

• Kurangnya dukungan dari pasangan hidup

• Konflik pernikahan • Stres karena memiliki dua

pekerjaan

• Meningkatnya konflik dan kelelahan mental

• Menurunnya motivasi dan produktivitas

• Meningkatnya konflik pernikahan

2.3.3. Dampak Stres Kerja

(46)

1. Efek pada fisiologis mereka, seperti : Jantung berdegup kencang, denyut jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.

2. Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas. tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres. 2.3.4. Gejala Stres Kerja

Terry Beehr dan John Newman (dalam Widyasari, 2010), mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:

1. Gejala psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stres pekerjaan :

a. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersingmmg b. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

c. Sensitif dan hyperreactivity

d. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi e. Komunikasi yang tidak efektif

f. Perasaan terkucil dan terasing g. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

h. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi i. Kehilangan spontanitas dan kreativitas

(47)

2. Gejala fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah :

a. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular

b. Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin) c. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)

d. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

e. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome)

f. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada g. Gangguan pada kulit

h. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot i. Gangguan tidur

j. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker

3. Gejala sosial

Gejala-gejala sosial yang utama dari stres kerja adalah:

a. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan b. Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas c. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan d. Perilaku sabotase dalam pekerjaan

(48)

mengarah ke obesitas

f. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi

g. Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi

h. Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

i. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman j. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

2.4. Perawat

2.4.1. Definisi Perawat

Ellis dan Hartley (1984) dalam Gaffar (1999), menjelaskan pengertian dasar, seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan.

(49)

2.4.2. Peran Perawat

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat, pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu (Hidayat, 2004).

a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. b. Peran sebagai advokat klien

(50)

c. Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. d. Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Peran kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Peran konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

g. Peran pembaharu.

(51)

2.4.3. Fungsi Perawat

Dalam menjalankan perannya, perawat (Hidayat, 2004) akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya :

a. Fungsi independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis, pemenuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

b. Fungsi dependen.

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

c. Fungsi interdependen.

(52)

2.5. Masa Bekerja

(53)

2.6. Pendidikan Perawat

Tingkat pendidikan formal yang semakin tinggi berakibat pada peningkatan harapan dalam hal karir dan perolehan pekerjaan dan penghasilan. Akan tetapi di sisi lain, lapangan kerja yang tersedia tidak selalu sesuai dengan tingkat dan jenis pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja tersebut (Ellitan, 2003).

Menurut Arfida (2003), terdapat dua konsekuensi yang dihadapi oleh organisasi pengguna tenaga kerja, yaitu :

a. Menyelenggarakan pelatihan secara intensif dan terprogram agar para pegawai memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

b. Menawarkan pekerjaan yang sebenarnya memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang lebih rendah dari yang dimiliki oleh para pekerja berkat pendidikan formal yang pernah ditempuhnya apabila diterima oleh pekerja yang bersangkutan berarti tingkat imbalan yang diperoleh lebih rendah dari yang semula diharapkan.

(54)

Salah satu faktor yang dapat meingkatkan produktifitas atau kinerja perawat adalah pendidikan formal perawat. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan tugas, tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada di sekitar kita untuk kelancaran tugas, semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula produktivitas kerja (Arfida, 2003).

Menurut Grossman (1999), pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Agar perawat termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya, sebaiknya instansi pelayanan kesehatan menggunakan keterampilan sebagai dasar perhitungan kompensasi. Kepada perawat juga perlu dijelaskan bahwa kompensasi yang diberikan, dihitung berdasarkan keterampilan dan kemampuannya menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada perawat. Misalnya perawat yang mampu menggunakan komputer dengan terampil, dinilai lebih dari perawat yang hanya mampu mengoperasikan mesin ketik manual.

2.7. Landasan Teori

(55)

mereka, dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan. Stres kerja menurut Kahn, dkk (dalam Cooper, 2003), merupakan suatu proses yang kompleks, bervariasi, dan dinamis dimana stressor, pandangan tentang stres itu sendiri, respon singkat, dampak kesehatan, dan variabel- variabelnya saling berkaitan.

Selye (dalam Rice, 1992), menyatakan bahwa stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa gejala pada fisiologis, psikologis, dan perilaku. Terry B dan John N menyatakan gejala stres kerja dapat dibagi dalam 3 aspek yaitu gejala psikologis seperti : hipersensitif emosi dan hiperaktif, merasa frustasi, marah, dan kebencian, cemas, tegang, kebingungan dan sensitive, merasa tertindas, berkurangnya efektifitas berkomunikasi, menarik diri dan depresi, merasa terisolasi dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, kelelahan mental dan penurunan fungsi intelektual, kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreatifitas, menurunnya self-esteem. Sedang gejala fisiologis seperti: meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan nonadrenalin, gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung), mudah terluka, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan

kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit,

(56)

atau kekurangan), kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi seperti berjudi, kecenderungan bunuh diri, meningkatnya agresifitas, kriminalitas dan mencuri, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, serta penurunan prestasi dan produktivitas.

Banyak hal yang dapat menyebabkan pegawai mengalami stres kerja, seperti yang dikatakan oleh (Rice, 1992), ada beberapa hal yang dapat menyebabkan stres kerja, salah satunya adalah kondisi kerja, seperti people decisions, kondisi fisik yang berbahaya, pembagian waktu kerja, kemajuan teknologi (technostres), beban kerja yang kurang (work underload) dan beban kerja yang berlebihan (work overload). Seringkali beban kerja yang berlebihan (work overload) diakibatkan oleh pegawai sendiri yang selalu menunda dan tidak dapat mengatur jadwal dalam menyelesaikan tugasnya, namun terkadang pegawai menunda mengerjakan tugasnya diakibatkan karena pekerjaan yang terlalu mudah ataupun sedikit Pada umumnya pegawai yang memiliki beban kerja yang tinggi cenderung menimbulkan stres kerja, hal ini juga dipengaruhi oleh masa bekerja dan faktor internal pegawai (Buchari, 2007).

2.8. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Stres Kerja - Tingkat Pendidikan

(57)
(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan berupa penelitian analitik dengan desain

cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban kerja, tingkat

pendidikan dan lamanya bekerja petugas kesehatan terhadap stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. Jenis penelitian ini mempelajari aspek respon individu tertentu di suatu waktu tertentu dan tidak dilakukan pengukuran ulang kembali (Dempsey & Dempsey, 2002).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh dengan pertimbangan bahwa berdasarkan hasil observasi dan tanya jawab peneliti dengan perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh dapat dilihat adanya ketidakseimbangan antara jumlah pasien dan jumlah perawat yang bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.

3.2.1. Waktu Penelitian

(59)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh berjumlah 150 orang. Alasan dipilihnya perawat yang bertugas di ruang rawat inap adalah karena perawat yang bertugas di rungan tersebut yang paling lama berinteraksi dan melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Dari jumlah populasi tersebut sebanyak 30 orang diambil untuk dilakukan analisis validitas dan reliabilitas instrument penelitian, dengan jumlah populasi seluruhnya menjadi 120 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengukuran terhadap beban kerja dan stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh dengan cara memberikan kuesioner pada perawat.

Data sekunder diperoleh dari dokumentasi Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh berupa jumlah perawat yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh, jumlah pasien, jumlah ruangan rawat inap serta profil rumah sakit.

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Data

(60)

valid sedangkan nilai Corrected Item-Total Correlation dari variabel butir pertanyaan Y dan X > r tabel, juga dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Nilai Cronbach alpha dari masing-masing variabel > dari nilai r tabel sebesar 0,777 ( df = 30-2 ; 0,05 ), dengan demikian setiap pertanyaan dari masing-masing kuesioner adalah reliabel

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari

(1). Variabel independen yaitu tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja perawat.

(2). Variabel dependen yaitu stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel yaitu :

1. Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal yang pernah diikuti oleh perawat, seperti SPK, DIII keperawatan dan S1 keperawatan, merupakan skala ordinal.

(61)

3. Beban kerja adalah suatu kondisi banyaknya jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh, merupakan skala ordinal.

4. Stres kerja adalah suatu kondisi yang dialami oleh perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh setelah menjalankan suatu pekerjaan dengan jumlah tertentu, merupakan skala ordinal.

3.6 Metode Pengukuran

Untuk mengukur tingkat pendidikan, lamanya bekerja dan beban kerja terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh dengan cara menggunakan kuesioner. Instrumen penelitian beban kerja dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan referensi yang telah dipelajari oleh peneliti. Cara perhitungan dengan melihat skor tertinggi = 50 dan skor terendah = 10. Kategori beban kerja adalah sebagai berikut :

1. Beban kerja berat apabila responden memperoleh skor > 33 2. Beban kerja sedang apabila responden memperoleh skor 17 – 33

3. Kategori beban kerja ringan apabila responden memperoleh skor < 17

(62)

1. Stres kerja berat apabila responden memperoleh skor > 93 -140 2. Stres kerja sedang apabila responden memperoleh skor 47 – 93 3. Stres kerja ringan apabila responden memperoleh skor < 47

Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Penelitian

No Variabel Jumlah Pertanyaan

Alternatif Jawaban dan

Bobot Nilai Kategori

Alat dan

- Tinggi, jika telah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2/ sederajat - Menengah, jika telah

(63)

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistik memakai bantuan program komputer. Analisis data yang digunakan meliputi :

a. Analisis data univariat, untuk melihat gambaran dan karakteristik setiap variabel independen yaitu tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja serta variabel dependen yaitu stress kerja

b. Analisis data bivariat.

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel penelitian dalam hal ini adalah variabel tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja dengan variabel stres kerja. Analisis ini menggunakan uji Chi square, penggunaan uji Chi square digunakan karena skala pengukuran dari variabel independen dan dependen penelitian adalah ordinal. Berikut adalah persamaan uji Chi square :

Jika salah satu sel tabel terdapat nilai E ≤ 5 maka dipakai rumus koreksi Yates:

(64)

Penilaian dilakukan sebagai berikut :

a. Jika p value ≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh variabel tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja dengan stres kerja.

b. Jika p value > 0,05, maka disimpulkan tidak ada pengaruh variabel tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja dengan stres kerja.

c. Analisis multivariat, untuk melihat pengaruh variabel independen dan dependen digunakan uji regresi berganda.

Analisis regresi berganda untuk mengetahui atau meramalkan nilai pengaruh dua variabe bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan antara dua atau lebih variabel bebas terhadap suatu variabel terikat) (Somantri, 2006).

Y = a + b1X1 +b2X2+....+bnX

y = Stres kerja

n

a = konstanta

b = koefiesien regresi x1

x

= tingkat pendidikan

2

x

= masa bekerja

3

(65)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh

Belanda tahun 1920 dengan memanfaatkan Rumah Sakit Tentara di Sabang milik Dephankam yang telah kosong yang dapat menampung 1300 tempat tidur. Kini diatas pertapakan Rumah Sakit Jiwa Sabang dipakai kembali sebagai pangkalan TNI Angkatan Laut. Sesudah kemerdekaan RI, Rumah Sakit Jiwa menempati 2 bangsal pada Rumah Sakit Umum yang kini bernama Rumah Sakit Umum Dr. Zainal Abidin. Sedangkan sebagian lagi menumpang di Rumah Sakit Tentara Kuta Alam Banda Aceh. Pada tahun 1963, didirikan beberapa bangsal Rumah Sakit Jiwa berikut berikut perumahan bagi pegawai di Lhok Nga Aceh Besar. Namun karena lokasi di Lhok Nga tersebut saat itu sulit dijangkau kendaraan umum dari pusat kota Banda Aceh, dikembangkanlah Rumah Sakit Jiwa di lokasi sekarang, yaitu di kawasan Lamprit Banda Aceh, berdekatan dengan RSU Dr. Zainal Abidin.

Pada tahun 1976 Rumah Sakit Jiwa yang ada sekarang mulai di bangun. Pada awal berdirinya, Rumah Sakit Jiwa berada di bawah pengelolahan pemerintah pusat melalui Departemen Kesehatan RI. Nama atau penyebutan rumah sakit jiwa Banda Aceh kelas B berdasarkan SK Menkes No. 135/78, kemudian berdasarkan keputusan Menkes No.303/MENKES/SK/IV/1994 tanggal 8 April 1994 menjadi Rumah Sakit Jiwa Kelas A.

(66)

menjadi Badan Pelayanan Kesehatan Jiwa (BPKJ) Provinsi NAD. Pada bulan Maret 2008 Badan Pelayanan Kesehatan Jiwa (BPKJ) Provinsi NAD kembali menjadi Rumah Sakit Jiwa Provinsi NAD sesuai dengan penerapan Qanun No.5 tahun 2007 tentang susunan organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah, dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.

Saat tsunami melanda Aceh dan sekitarnya 26 Desember 2004, Rumah Sakit Jiwa kehilangan 26 orang karyawannya. Banyak peralatan medis dan inventaris yang terendam air tsunami yang tingginya mencapai 1 meter. Tembok yang mengelilingi kompleks BPKJ Provinsi NAD menjadi runtuh. Pasca tsunami sebagai bangunan telah direkontruksi dan direnovasi oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD-Nias dan sebagian bangunan lainnya sejak bulan Juni 2008 direkontruksi oleh Palang Merah Norwegia.

Tabel 4.1 Kunjungan Pasien Rawat Inap Berdasarkan Jenis Penyakit Tahun 2007-2009

5 Gangguan prilaku dan emosional anak

dan remaja 1 0 0 1

6 Epilepsi 16 7 8 31

7 Retardasi mental 2 0 0 2

8 Surat keterangan/visum 5 5 6 16

Jumlah 2477 2306 1956 6729

(67)

Tablel 4.2 Kunjungan Pasien Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Penyakit Tahun

6 Sindrom prilaku yang berhubungan

dengan psikologis 10 14 16 40

7 Gangguan perkembangan psikologis 1 0 0 1 8 Gangguan prilaku dan emosional anak

dan remaja 0 1 19 20

Sumber: Data Sekunder Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh Tahun 2011

4.2 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2010 hingga Juli 2011 di RS Jiwa Pemerintah Aceh.

4.2.1 Gambaran Pelaksanaan Asuhan keperawatan

(68)
(69)

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Beban Kerja di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh Tahun 2011

No. Indikator Beban Kerja

2 Harus menyelesaikan

pekerjaan setiap hari 0 0 34 28,3 31 25,8 52 43,3 3 2,5 120

3 Banyak tuntutan dari

keluarga pasien 6 5,0 23 19,2 37 30,8 44 36,7 10 8,3 120

4 Atasan menuntut terlalu

banyak 20 16,7 43 35,8 34 28,3 22 18,3 1 0,8 120

8 Rasio perawat pasien

tidak sesuai 2 1,7 20 16,7 19 15,8 37 30,8 42 35,0 120

9 Jam kerja terlalu banyak 5 4,2 41 34,2 46 38,3 20 16,7 8 6,7 120

10 Harus menyelesaikan

pekerjaan yang tidak sesuai dengan pendidikan

3 2,5 20 16,7 33 27,5 46 38,3 18 15,0 120

Indikator stres kerja adalah hasil perolehan informasi dari keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner yang berjumlah 35 soal berupa pertanyaan pada tidak pernah, kadang-kadang, sering dan selalu.

(70)
(71)

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Stres Kerja di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh Tahun 2011

No. Indikator Beban Kerja TP KD SE SL Jum

31 Ketegangan dalam berinteraksi dengan teman

57 47,5 53 44,2 8 6,7 2 1,7 120

32 Tegang dalam berintegrasi dengan tim kesehatan

52 43,3 62 51,7 4 3,3 2 1,7 120

33 Mudah tersinggung 61 50,8 51 42,5 6 5,0 2 1,7 120

34 Mudah marah 96 80,0 19 15,8 3 2,5 2 1,7 120

(72)

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat ini adalah analisis terhadap variabel penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi dan disajikan dalam tabel persentase terhadap variabel umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa bekerja, beban kerja dan stres kerja. 4.3.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur dan jenis kelamin, umur dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu 20-30 tahun, 31-40 tahun dan ≥ 40 tahun.

Berdasarkan umur bahwa sebagian besar responden berumur 31-40 tahun yaitu 61 orang (50,8%), dan berjenis kelamin perempuan yaitu 77 orang (64,2%). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Petugas Kesehatan Jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh

No. Karakteristik

4.3.2 Pendidikan, Masa Bekerja, Beban Kerja dan Stres Kerja Responden di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh

(73)

menamatkan pendidikan sampai dengan DIII dan tinggi jika dapat menyelesaikan pendidikan setingkat S1 dan S2. Masa bekerja diklasifikasikan berdasarkan masa waktu bekerja responden di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh yaitu <= 5 tahun dan > 5 tahun, variabel beban kerja dikategorikan berdasarkan skor yang diperoleh responden dalam menjawab pernyataan yaitu beban kerja berat apabila responden memperoleh skor > 33, beban kerja sedang apabila responden memperoleh skor 17 – 33, dan beban kerja ringan apabila responden memperoleh skor < 17. Sama halnya dengan stres kerja responden dikategorikan berdasarkan skor yang diperoleh responden dalam menjawab pernyataan yaitu stres kerja berat apabila responden memperoleh skor > 95, stres kerja sedang apabila responden memperoleh skor 47-93 dan stres kerja ringan apabila responden memperoleh skor < 47

(74)

Tabel 4.6 Pendidikan, Masa Bekerja, Beban Kerja dan Stres Kerja Responden di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh

No. Variabel Jumlah

4.3.3 Analisis Bivariat

4.3.3.1 Hubungan Pendidikan dengan Stres Kerja

(75)

Tabel 4.7 Hubungan Pendidikan dengan Stress Kerja di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh Tahun 2011

Variabel Kategori

Stres Kerja

P value

Ringan Sedang Jumlah

n % n % n %

4.3.3.2 Hubungan Masa Bekerja dengan Stres Kerja

Berdasarkan Tabel 4.8 di bawah ini diketahui bahwa dari 69 responden yang bekerja ≤ 5 tahun ternyata 56 orang diantaranya (81,2%) mengalami stress ringan dalam bekerja dan dari 51 orang responden yang bekerja > 5 tahuan ternyara 49 orang diantaranya (96,1%) mengalami stress ringan dalam bekerja Hasil uji statistic menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ada hubungan antara masa bekerja dengan stress kerja.

Tabel 4.8 Hubungan Masa Bekerja dengan Stress Kerja di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh Tahun 2011

Variabel Kategori

Stres Kerja

P value

Ringan Sedang Jumlah

(76)

4.3.3.3 Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja

Berdasarkan Tabel 4.9 di bawah ini diketahui bahwa yang mempunyai beban kerja ringan ringan ternyata 23 orang (19,2%) mempunyai stress kerja ringan, yang mempunyai beban kerja sedang ternyata 75 orang (62,5%) dan mempunyai beban kerja berat ternyata 7 orang (5,8%) mempunyai stress kerja ringan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ada hubungan (P value 0,040) antara beban kerja dengan stress kerja.

Tabel 4.9 Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh Tahun 2011

Variabel Kategori

Stres Kerja

P value

Ringan Sedang Jumlah

n % n % n %

4.4 Analisis Multivariat

Analisa multivariat bertujuan untuk menentukan pengaruh tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja dengan stres kerja perawat di rumah sakit jiwa pemerintah Aceh. Dengan menggunakan uji regresi linear dilakukan uji bivariat antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen, hasil uji p

Gambar

Tabel 2.1. Tanda-tanda Stres Berkaitan dengan Beban Kerja
Gambar 2.1. Skema Model Stres Kerja
Tabel 2.2. Stresor dari Sumber Pekerjaan
Tabel 2.2  (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini penting dilakukan, karena pada penelitian-penelitian yang sudah dilakukan masih menggunakan teknologi RFID ( Radio Frequency IDentification ) dan belum

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

DETEKSI PEPPER VEIN YELLOWS VIRUS YANG BERASOSIASI DENGAN PENYAKIT YELLOW VEIN BANDING PADA TANAMAN MENTIMUN.. DI TABANAN

Untuk mencegah hal itu, pasangan akan memilih melakukan kawin lari, karena selain perempuan telah hamil, laki-laki juga terkendala dengan masalah biaya jika

Pengendalian bahan baku sudah dilakukan dengan sangat baik oleh perusahaan, penulis memberikan rekomendasi hal-hal berikut untuk perbaikan dalam pengendalian bahan

Oleh karena itu, pendapat masuknya Islam ke Indonesia mulai abad XIII M, tentu tidak dapat diterima begitu saja, mengingat orang-orang Islam dari Arab, Persia, dan India

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD dan STPD sebagaimana dimaksud pada ayat

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.” Dari pernyataan di atas menyatakan bahawa adanya