• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Maloklusi

Studi dari oklusi merupakan aspek yang penting dalam kedokteran gigi. Studi dan tindakan dari banyak cabang kedokteran gigi terutama bidang ortodonti seharusnya didasari pengetahuan yang kuat mengenai oklusi, karena banyak perubahan oklusi yang dapat terjadi selama perawatan ortodonti.4

Apa yang didefenisikan Angle sebagai oklusi normal lebih dikatakan sebagai oklusi ideal. Susunan gigi interdigitalis secara sempurna dan garis oklusi yang sejajar sangatlah langka. Ada beberapa terminologi oklusi yang dikenal dalam bidang ortodonti yaitu :

a. Oklusi ideal : adalah konsep relasi struktural dan fungsional oklusal yang merupakan prinsip ideal dan karakteristik dari oklusi yang seharusnya dimiliki.

4

b. Oklusi fisiologis : oklusi ini disebut sebagai oklusi yang tidak termasuk ideal namun beradaptasi dengan suatu lingkungan dengan baik, estetik, dan tidak menunjukan satupun gejala patologis maupun disfungsi.

c. Oklusi seimbang : oklusi di mana kontak yang sama dan seimbang dipertahankan di seluruh lengkung selama gerakan ekstrusi mandibula.

d. Oklusi fungsional : susunan dari gigi yang akan memberikan efisiensi terbaik selama seluruh gerakan ekstrusif dari mandibula dan diperlukan selama fungsi.

e. Oklusi terapeutik : oklusi yang sudah dimodifikasi dengan modalias terapeutik dengan tujuan untuk mengubah oklusi non-fisiologis menjadi oklusi fisiologis.

f. Oklusi traumatik : oklusi traumatik adalah stress oklusal abnormal yang mampu menimbulkan cidera pada jaringan periodonsium.

(2)

Untuk waktu yang cukup lama, studi epidemiologi mengalami perdebatan mengenai nilai deviasi dari ideal yang dapat diterima sebagai batas normal. Di antara tahun 1930 dan 1965, prevalensi maloklusi di Amerika Serikat diperkirakan 35% hingga 95%.

Pada tahun 1970, beberapa studi dari universitas di negara berkembang menyediakan gambaran yang jelas mengenai beberapa variasi relasi oklusi atau maloklusi. Di Amerika, dua survey berskala besar dilakukan oleh Division of Health

Statistics of the U.S. Public Helath Service (USPHS) melibatkan anak-anak usia 6

hingga 11 di antara tahun 1963 dan 1965, serta usia muda antara 12 hingga 17 di antara tahun 1969 dan 1970 sebagai bagian dari survey nasional berskala besar mengenai masalah dan kebutuhan perawatan kesehatan di Amerika Serikat pada tahun 1989-1994 (National Health and Nutrition Estimates Survey III). Perkiraan dari maloklusi kembali diperoleh, Studi yang melibatkan 14.000 individu ini secara statistika cukup mewakili 150 juta orang dengan variasi ras dan grup umur. Data tersebut memberikan informasi yang baik mengenai maloklusi.

4

Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, sebanyak 14 provinsi mengalami masalah gigi dan mulut yaitu 25,9%. Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi sekitar 80% dari jumlah penduduk. Persentase tersebut menunjukan bahwa maloklusi merupakan salah satu masalah yang cukup besar dalam bidang kedokteran gigi dan mulut di Indonesia. Kondisi lain yang dapat meningkatkan prevalensi maloklusi adalah kebiasaan buruk dan kurangnya kesadaran dalam perawatan gigi.

4

Menurut Profit, maloklusi dapat berhubungan dengan satu atau lebih kondisi, antara lain: ketidaksejajaran (malalignment) dan ketidakharmonisan

(malrelationship). Ketidaksejajaran (malalignment) dari masing-masing gigi dalam

setiap lengkung misalnya; bergeser (displace), miring (tipped), rotasi, infraoklusi, supraoklusi, dan pindah posisi (transpose).

1

14

(3)

a. Maloklusi intra lengkung rahang yang meliputi variasi pada posisi gigi individual dan maloklusi yang mempengaruhi sekelompok gigi dalam sebuah rahang.

b. Maloklusi antar lengkung rahang yang termasuk malrelasi dari lengkung dental satu dengan yang lain di dalam basis tulang skeletal dan relasi rahang tersebut adalah normal.

c. Maloklusi skeletal yang melibatkan basis tulang yang mendasarinya. Maloklusi dapat terjadi dalam kombinasi yang bervariasi dan sulit untuk diklasifikasikan maloklusi itu menjadi maloklusi intra lengkung, antar lengkung, dan maloklusi skeletal.

2.1.1 Klasifikasi Maloklusi 2.1.1.1 Klasifikasi Angle

Sistem Klasifikasi ini diperkenalkan oleh Edward Angle pada tahun 1899. Klasifikasi angle masih digunakan hingga sekarang, karena klasifikasi ini sangat sederhana. Klasifikasi Angle dibuat berdasarkan relasi mesio-distal dari gigi, lengkung gigi, dan rahang. Menurut Angle, gigi molar permanen pertama merupakan kunci dari oklusi.

Angle mendeskripsikan tujuh malposisi dari gigi individual yaitu bukal atau labial, lingual, mesial, distal, rotasi, infra, dan supra. Malposisi gigi secara individual tersebut dapat membantu dalam mendeskripsikan maloklusi. Sistem klasifikasi Angle menjadi sistem yang dipergunakan secara luas untuk mendeskripsikan maloklusi secara umum sehingga memudahkan dokter gigi berkomunikasi mengenai maloklusi. Sistem klasifikasi Angle mendeskripsikan relasi anteroposterior dari gigi molar satu permanen dan kaninus.

14,15

Angle mengklasifikasikan maloklusi menjadi tiga kelas utama yang dinomori dengan angka romawi I, II, dan III. Defenisi dari masing-masing kelas tersebut antara lain :

15

1. Klas I Angle

14,15

(4)

groove bukal molar satu permanen bawah. Pasien mungkin saja memiliki ketidakteraturan gigi seperti crowding, spacing, rotasi, kehilangan gigi, dan lain-lain.14,16

2. Klas II Angle

Pasien memiliki relasi skeletal yang normal dan menunjukan fungsi otot yang normal. Maloklusi lain yang sering dikategorikan sebagai Klas I adalah

bimaxillary protrusion dengan ciri khas pasien memiliki relasi molar Klas I normal

namun susunan gigi dari kedua rahang lebih ke depan dibandingkan dengan profil wajah.

Kelompok ini memiliki karakteristik yaitu relasi molar Klas II, dengan ciri

cusp disto-bukal dari molar satu permanen atas beroklusi pada groove bukal molar satu permanen bawah.14,16

a. Klas II, divisi 1

Angle membagi Klas II menjadi dua divisi :

Dikarakteristikan dengan insisivus atas proklinasi dengan nilai overjet di atas normal. Terdapat variasi kedalaman overbite dan mungkin saja terdapat open bite

anterior.Ciri dari maloklusi ini adalah adanya aktivitas otot yang abnormal. Bibir atas biasanya hipotonik, pendek, dan tidak dapat menutup bibir.

b. Klas II, divisi 2

14,16

Seperti Klas II divisi 1, divisi 2 juga memiliki relasi molar Klas II. Ciri klasik dari maloklusi ini adalah adanya insisivus sentralis atas memiliki inklinasi ke arah lingual dan insisivus lateral yang miring ke arah labial dan melewati insisivus sentralis disertai overbite yang dalam serta overjet yang sedikit meningkat.14 Karakteristik lain dari maloklusi ini adalah rahang atas yang sedikit menyempit disertai crowding pada daerah anterior.

c. Klas II, subdivisi

16

(5)

3. Klas III maloklusi

Maloklusi ini memiliki relasi molar Klas III dengan cusp mesio-bukal dari molar satu permanen rahang atas beroklusi pada ruang interdental di antara molar satu dan dua permanen rahang bawah.14 Relasi mesiodistal yang relatif terhadap rahang yang abnormal dengan semua gigi bawah beroklusi lebih ke mesial dari normal menghasilkan ketidakharmonisan yang tampak dari garis wajah.15

a. True Klas III

Maloklusi klas III dapat diklasifikasikan menjadi true Klas III atau pseudo Klas III.

Ini merupakan maloklusi Klas III skeletal berasal dari genetik yang dapat disebabkan oleh :

- Mandibula yang membesar - Mandibula yang lebih ke depan - Maksila yang lebih kecil dari normal - Maksila yang direposisi

- Kombinasi dari kasus-kasus di atas

b. Pseudo Klas III

Maloklusi tipe ini terjadi oleh karena pergerakan mandibula ke arah depan sewaktu penutupan rahang, maloklusi ini juga disebut sebagai maloklusi Klas III postural atau habitual. Berikut ini adalah beberapa penyebab pseudo Klas III antara lain :

- Prematuritas dari mandibula dapat menyebabkan defek mandibula ke arah depan.

14

- Dalam kasus kehilangan prematur gigi desidui posterior, anak-anak cenderung menggerakan mandibula ke depan untuk menstabilkan kontak pada daerah anterior.

- Anak-anak dengan pembesaran adenoid cenderung menggerakan mandibula ke depan untuk menghindari kontak antara lidah dengan adenoid.

c. Klas III, Subdivisi

(6)

2.2Ortodonti Cekat

Aspek terpenting dalam rencana perawatan adalah memilih piranti yang tepat untuk pasien tertentu. Banyak pilihan piranti yang dapat digunakan dalam perawatan ortodonti namun ortodontis harus memilih satu yang sesuai dengan kondisi pasien. Kebanyakan maloklusi membutuhkan terapi ortodonti cekat untuk mengkoreksinya. Alat yang dicekatkan pada gigi oleh operator dan tidak dapat dilepaskan oleh pasien disebut sebagai piranti ortodonti cekat. Kerja sama pasien sangat dibutuhkan dalam perawatan ortodonti cekat. Ortodontis tidak dapat bergantung pada lamanya pasien menggunakan dan menjaga piranti cekat tersebut. Tidak seperti piranti lepasan yang hanya mampu menggerakan gigi dengan gerakan tipping, piranti ortodonti cekat dapat menyebabkan pergerakan lainnya termasuk gerakan bodily, rotasi, tipping, intrusi, ekstrusi, dan bahkan pergerakan akar. Oleh karena itu piranti ortodonti cekat memiliki banyak kegunaan dan dapat digunakan untuk merawat banyak kasus maloklusi.

Masalah yang sering terjadi dari piranti ortodonti cekat adalah menjaga kebersihan mulut yang sangat sulit. Plak dan debris makanan cenderung menumpuk di sekitar perlekatan yang membuat proses pembersihan gigi pasien terganggu. Selain itu, piranti cekat membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melekatkan dan menyesuaikannya serta membutuhkan pelayanan ortodontis.

4,14

14

2.2.1 Komponen Ortodonti Cekat 1. Braket

(7)

Gambar 1. Beberapa variasi braket.21

2. Band

Band adalah komponen pasif yang membantu kecekatan dari braket.

Komponen ini ada dalam berbagai jenis ukuran untuk disesuaikan pada gigi yang berbeda. Komponen ini terbuat dari stainless steel halus. Perlekatan seperti molar

tubes dan braket dilas pada band yang kemudian disemen pada posisi di sekitar gigi

(Gambar 2).14

Gambar 2. Metal Band.21

3. Buccal Tubes

(8)

Gambar 3. Buccal Tubes.22

4. Ligature Wires

Merupakan kawat stainless steel berdiameter 0,009 hingga 0,011 inchi dan digunakan untuk menjaga arch wire tetap berada pada braket. Komponen ini disebut juga ligation. Ligation biasanya diperlukan pada braket tipe edgewise yang memiliki slot menghadap labial (Gambar 4).14

Gambar 4. Ligature wires.21

5. Lock Pins

Komponen ini adalah pin kecil yang digunakan untuk menjaga arch wire tetap melekat pada braket dengan vertical slot seperti braket ribbon arch. Lock pin

biasanya terbuat dari brass.

6. Arch Wires

14

Arch wires adalah salah satu komponen aktif dari piranti ortodonti cekat.

Komponen ini dapat membuat bermacam pergerakan gigi melalui medium braket dan

buccal tubes (Gambar 5).

C

(9)

Gambar 5. Arch Wire.21

2.3 Plak

Plak dental adalah lapisan berisi organisme yang berkembang di permukaan gigi, gusi, piranti dalam rongga mulut dan restorasi. Plak akan selalu terbentuk pada gigi bahkan setelah pembersihan yang teliti, karena ada banyak daerah pada gigi yang tidak terbersihkan. Plak terbentuk kembali dengan cepat setelah pembersihan dan dipengaruhi oleh faktor diet secara relatif, meskipun asupan sukrosa dapat mempercepat pembentukannya.

Plak dental merupakan faktor penyebab utama karies dan penyakit periodontal. Pengguna ortodonti cekat merupakan individu yang rentan terhadap akumulasi plak sehingga diperlukan pemeriksaan dan perawatan yang baik dalam menjaga kebersihan rongga mulut.

11,12

17

2.3.1 Pembentukan Plak

Pembentukan dari plak biasanya dimulai dengan deposisi pelikel saliva, meskipun organisme plak terkadang ditemukan merekat langsung pada enamel. Pelikel saliva dikolonisasi oleh bakteri, umumnya Streptococcus gram-positif.

Pembentukan terjadi lebih cepat di daerah servikal yang berbatasan dengan gingiva, dan di daerah tersembunyi lainnya seperti fisur oklusal dan pit. Ada beberapa bukti menunjukan bahwa plak pada lokasi yang sulit dibersihkan seperti saku periodontal memiliki komposisi yang berbeda dengan plak supragingiva. Hal ini terjadi karena lingkungan yang anaerobik dan persistensi plak matang.

11

Lapisan plak supragingiva hanya bisa dilihat dengan bantuan disclosing agent,

namun bila akumulasi meningkat, plak menjadi lebih mudah dilihat tanpa bantuan

(10)

pewarnaan. Bila semakin tebal, maka plak akan menutupi sebagian besar bagian gigi.

Kehadiran sukrosa dalam diet sangat mempengaruhi pembentukan plak. Sukrosa dimetabolisme oleh organisme streptococcus dan menghasilkan polisakarida ekstraselular, komponen ini memudahkan perlekatan organisme lain pada enamel gigi. Perkembangan dari massa plak juga berhubungan dengan kebutuh sukrosa yang meningkat.

11

11

2.3.2 Komposisi Plak

Plak terbentuk dari 70 persen mikroorganisme dan 30 persen substansi interbakterial termasuk polisakarida ekstraselular dan sel host.

1. Mikroorganisme

11

Tipe mikroorganisme bervariasi pada setiap individual, lokasi dan lama pembentukan plak. 1 mm3 dari dental plak dengan berat sekitar 1 mg dapat mengandung 108 bakteri. Bagaimanapun, gigi yang baru dibersihkan akan mengandung flora yang tersebar pada koloni individual bakteri. Plak supragingiva melalui beberapa tahap setelah permukaan gigi dibersihkan yaitu :

a. Segera setelah pembersihan : dalam waktu yang singkat pelikel saliva berdeposit pada gigi.

11,12

b. 3-8 jam : terdapat kolonisasi bakteri kokus gram positif dan basil kecil. Organisme ini terdiri dari Streptococcus sanguis, Streptococcus mutans,

Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius dan Actinomyces viscosus.

(11)

d. 3 hari : jumlah dari organisme yang ada terus meningkat, dengan bakteri kokus gram negatif dan basil yang lebih menonjol. Jumlah bakteri anaerob juga meningkat dan ditemukan fusobacteria serta filaments.

e. 7 hari : fase final dari pematangan plak memperlihatkan penurunan presentasi kokus gram positif dan basil. Flora kompleks mengandung spirilla,

spirochaetes, fusiform bacilli dan vibrios. Demikian juga dengan jumlah kokus gram

negatif, basil dan organisme berfilamen.

Plak subgingiva biasanya terbentuk dari deposit plak supragingiva. Bagaimanapun, kondisi dari saku periodontal mempengaruhi kolonisasi bakteri. Lingkungan pada lokasi ini anaerob dan nutrisi disuplai dari cairan crevicular. Sekitar 90 persen dari organisme yang dikultur adalah anerobic yaitu Bacteroides

melaninogenicus, Fusobacterium nucleatum, Actinomyces dan spirochaetes.

2. Substansi Interbakterial

Meskipun mikroorganisme merupakan komponen yang paling berperan pada plak, komponen tambahan dapat diidentifikasi secara mikroskopis.

a. Protein. Protein pada plak merupakan turunan dari glikoprotein atau saliva.

11

b. Karbohidrat. Kandungan karbohidrat dari plak berasal dari diet dan tidak ditemukan pada pasien yang memilih diet non-karbohidrat. Karbohidrat dengan berat molekul ringan seperti sukrosa berdifusi ke dalam plak. Streptokokus di dalam plak mengolah karbohidrat ini dan menghasilkan polisakarida ekstraselular yang lengket, fruktan dan glukan.

c. Sel Epitel. Sel epitel yang terdisintegrasi dapat ditemukan pada permukaan gigi dan dikelilingi deposit plak.

d. Leukosit. Sel darah putih dari derajat vitalitas yang berbeda dapat ditemukan pada plak. Biasanya mikroorganisme ditemukan terjebak pada sitoplasma leukosit.

(12)

f. Debris makanan. Serpihan kecil makanan seperti serat otot, dapat ditemukan pada sampel plak yang diambil dari daerah interproximal.

g. Enzim. Banyak enzim yang ditemukan termasuk kolagenase yang mampu membuat serat kolagen dan fibril mengalami depolimerisasi. Enzim hyaluronidase menghancurkan asam hyaluronic, jaringan penting yang melapisi polisakarida di antara sel-sel epitel.

h. Toxins. Endotoxins yang ditemukan dalam plak merupakan komponen

lipopolisakarida dari dinding sel bakteri gram negatif. Komponen ini merupakan mediator yang kuat untuk respon inflamasi dan imunitas.

i. Asam. Asam organik seperti lactic dan asam pyruvici dibentuk oleh bakteri pada karbohidrat dengan berat molekul ringan.

j. Antigen. Antigen memicu respon imunitas dan secara konsisten menyebabkan kerusakan jaringan.

2.3.3 Indeks Plak

Ada beberapa indeks plak yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi antara lain:

1. Loe and Silness

Dikeluarkan pada tahun 1964 oleh Loe dan Sillness.18

a. Kriteria skor : biofilm dapat diperiksa secara visual atau probing di daerah sepertiga servikal; disclosing solution dapat digunakan.

Indeks ini digunakan terutama bersamaan dengan dengan indeks gingiva oleh beberapa penulis. Metode ini melihat ketebalan biofilm pada permukaan gigi di margin gingiva. Prosedur dari metode ini adalah pemeriksaan gigi spesifik dan seluruh gigi yang dinilai dari permukaan distal, mesial, fasial dan lingual.

- 0 = tidak ada biofilm melekat atau terlihat pada sepertiga gingiva.

- 1 = biofilm melekat pada sepertiga gingiva; terlihat dengan sonde.

- 2 = jumlah biofilm yang terlihat pada sulkus atau margin gingiva adalah sedang.

(13)

b. Kriteria penggunaan :

- Untuk gigi individual: total skor dari setiap permukaan dan dibagi empat; untuk kelompok gigi, total gigi individual dari semua gigi dalam satu kelompok dibagi dengan jumlah gigi pada kelompok tersebut; digunakan untuk membandingkan area di mulut.

- Untuk susunan gigi individual: total skor individual dari semua gigi dan dibagi jumlah gigi; untuk sekelompok individu, total skor individual dan dibagi jumlah anggota di dalam kelompok tersebut.

2. Quigley

Plak dinilai dari permukaan fasial dan lingual dari semua gigi setelah menggunakan disclosing agent. Skor plak dari setiap orang diperoleh dengan menjumlahkan semua skor plak dan dengan jumlah permukaan yang diperiksa. Sistem skor plak ini mudah digunakan karena defenisi objektif dari setiap skor numerik. Kekuatan dari indeks plak ini adalah dapat digunakan dalam studi longitudinal dan percobaan klinis untuk pencegahan dan bahan terapi.

Kriteria skor :

20 20

- 0 = Tidak ada plak

- 1 = Bercak plak terpisah pada margin servikal gigi - 2 = Setipis kumpulan plak (1mm) pada margin servikal

- 3 = Tumpukan plak lebih luas dari 1mm namun menutupi lebih kurang dari sepertiga mahkota

- 4 = Plak menutupi setidaknya sepertiga namun lebih kurang dari dua per tiga mahkota

- 5 = Plak menutupi dua per tiga atau lebih dari mahkota 3. Indeks Plak Navy Modifikasi

(14)

Setiap permukaan gigi dibagi menjadi gingiva, tengah dan sepertiga insisal. Sepertiga gingiva dibagi menjadi dua bagian lagi, kedua bagian itu dibagi lagi menjadi longitudinal ke distal, tengah dan sepertiga mesial. Pertengahan dibagi menjadi distal dan mesial. Bagian insisal tidak dibagi.20

4. O’Leary

Dipopulerkan oleh O’Leary dan dianggap ideal untuk menilai kebersihan rongga mulut. Indeks ini menggunakan grafik atau gambar sehingga lebih mudah bagi dokter gigi maupun pasien untuk mengevaluasi hasil dari kontrol plak.

Meskipun nol persen adalah ideal, kurang dari 10 persen telah disarankan sebagai panduan dalam terapi periodontal. Setelah terapi inisial, ketika pasien mencapai level 10 persen maka prosedur perawatan periodontal dan retorasi dilakukan. Dengan perbandingan, evaluasi yang sama menggunakan pencatatan skor bebas plak berarti memiliki tujuan untuk mencapai 90 persen atau skor bebas plak yang lebih baik sebelum perawatan fase surgical dilakukan.

18

5. Podshadley dan Hadley

20

a. Keuntungan dari indeks ini adalah :

- Merupakan indeks pertama yang dikembangkan untuk menilai kemampuan individual dalam menghilangkan debris setelah dilakukan penyikatan gigi.

- Mudah digunakan dan dilakukan - Untuk edukasi pasien indivdiual b. Pemilihan dari gigi dan permukaan

(15)

c. Skala Nominal Skor

- Baik = 0,1 hingga 1,7 - Sedang = 1,8 hingga 3,4 - Buruk = 3,5 hingga 5,0

Gambar 6. Pembagian permukaan gigi yang diperiksa dalam indeks Podshadley dan Hadley.10

2.4 Sikat Gigi

Sangat memuaskan bila kita dapat menyatakan bahwa penyakit gigi dapat dicegah dengan prosedur dan sikap yang benar dengan perawatan dini. Pengetahuan sudah berkembang dengan pesat sehingga banyak penyakit dapat dikurangi dan bahkan dieliminasi dengan tindakan pencegahan.

Pencegahan dari penyakit dapat dibagi menjadi pasif atau aktif tergantung dari tindakan pasien itu sendiri. Semakin pasif perawatan pencegahan maka semakin sukses perawatan tersebut, sedangkan perawatan pencegahan penyakit yang disebabkan oleh makan dan minum yang berlebih hanya dapat dicegah dengan tindakan aktif dari pasien.

11

Sayangnya, satu-satunya perawatan dental pasif adalah fluoridasi. Kebanyakan perawatan dental lainnya membutuhkan peran aktif dari pasien. Hal tersebut menjadi alasan kenapa kesuksesan dalam perawatan sangat terbatas.

11

Pencegahan dari penyakit dapat diklasifikasikan menjadi tiga fase yaitu perawatan primer, sekunder dan tersier.

11

(16)

a. Pencegahan primer: prosedur dilakukan untuk mencegah agar penyakit tidak terjadi.

b. Pencegahan sekunder: deteksi awal dari penyakit, mengganggu prosesnya dengan perbaikan atau pengobatan awal.

c. Pencegahan tersier: perawatan pada penyakit yang sudah berkembang dengan tujuan untuk meminimalisasi atau menghentikan proses penghancuran. Pada tahap ini perawatan bertujuan untuk menolak serangan lebih lanjut dari penyakit.

Pendekatan dalam perawatan adalah sama apapun penyakitnya, namun peran utama dokter gigi dalam perawatan pencegahan kini adalah fase 2. Idealnya, kita harus mencoba membuat fase 1 berhasil. Salah satu perawatan pencegahan fase 1 adalah menyikat gigi.

Pada masa lalu, sudah cukup banyak waktu didedikasikan untuk mendiskusikan desain dari sikat gigi dan teknik menyikat gigi. Pada umumnya instruksi menyikat gigi secara formal tidak berhubungan dengan susunan gigi pasien tersebut, karena pasien memiliki masalah tersendiri di dalam rongga mulutnya. Bagaimanapun, sangat penting bagi seorang dokter gigi untuk mendiskusikan desain sikat gigi, metode menyikat gigi, frekuensi menyikat gigi dan peranan pasta gigi.

12

12

2.4.1 Desain Sikat Gigi

Ada beberapa pilihan bentuk, tekstur dan ukuran dari sikat gigi yang ada di publik. Beberapa sikat dinilai tidak efektif dalam membersihkan gigi, namum belum banyak perkembangan yang dibuat terjadi pada area ini. Beberapa perusahaan menghasilkan sikat gigi yang sangat memuaskan.

1. Ukuran. Susunan gigi dianggap lebih rumit dan memiliki beberapa daerah yang sulit untuk dijangkau. Sudah jelas bahwa sikat gigi tidak boleh memiliki kepala yang terlalu besar agar muat di sudut yang sulit dijangkau, namun kepala yang terlalu kecil membuat waktu menyikat gigi lebih lama. Beberapa dokter gigi setuju bahwa sikat gigi dengan panjang kepala sekitar 2-5 cm direkomendasikan untuk digunakan oleh orang dewasa, sedangkan kepala sikat yang sedikit lebih kecil untuk anak-anak.

11

(17)

2. Material. Bulu sikat nilon dianggap lebih baik daripada bulu sikat natural oleh karena :11

a. Kontrol kualitas dan ukuran bulu sikat nylon lebih baik.

b. Bulu sikat plastik berpotensial lebih bersih daripada bulu sikat natural, oleh karena bulu sikat ini tidak menyerap cairan dan mikroorganisme.

c. Tekstur dari bulu sikat nilon tidak dipengaruhi oleh kondisi basah, di mana bulu sikat natural lebih halus dalam kondisi basah.

Ada anggapan umum bahwa bulu sikat multi-tufted adalah yang paling efektif karena bulu sikat seperti itu memiliki sejumlah tuft kecil dibandingkan bulu sikat dengan tuft

yang lebih besar dan sedikit. Setiap helai bulu sikat biasanya memiliki diameter 0,007 hingga 0,011 inchi.

11

3. Tekstur. Sikat bertekstur medium adalah yang paling sering direkomendasikan. Sikat gigi yang lebih keras dapat memungkinkan terjadinya resesi gingiva dan abrasi gigi. Bila bulu sikat terlalu keras maka bulu mungkin saja tidak bisa mencapai daerah embrasur atau daerah lain yang sama.

11

Bulu sikat dengan tekstur lembut bisa saja tidak efisien dalam menghilangkan plak. Sikat gigi berbulu lembut mungkin saja terasa tidak efektif bagi orang yang menggunakannya. Sikat gigi dengan bulu lembut biasanya direkomendasikan untuk pasien dengan sensitivitas servikal.

11

Kekerasan bulu sikat bergantung pada tiga faktor yaitu material, diameter dan panjang. Semenjak bulu sikat dibuat dengan nilon dan kebanyakan bulu sikat memiliki panjang 10 hingga 12 mm, diameter dari bulu sikat menjadi penting dalam menentukan tekstur. Dalam proses pembuatannya, diameter dapat diatur dengan presisi yang ekstrem. Bulu sikat gigi untuk dewasa biasanya memiliki diameter 0,007 hingga 0,015 inchi. Bulu sikat gigi memiliki beberapa jenis diameter, yaitu dari 0,007 hingga 0,009 inchi dikatakan sebagai soft dan dinomori 7, 8, atau 9. Untuk diameter 0,010 hingga 0,012 inchi. (10, 11, 12) dikategorikan mediumhard, nomor 13 dan 14 dengan diameter 0,013 dan 0,014 dikategorikan hard, sedangkan untuk sikat gigi bernomor 15 ( 0,015 inchi ) adalah extra hard.

11

(18)

Gambar 7. Variasi sikat gigi dari desain kepala dan gagang.23

2.4.2 Sikat Gigi Khusus Ortodonti

Beberapa perusahaan membuat sikat gigi khusus untuk pemakai ortodonti cekat, dikenal sebagai sikat gigi bi-level yang bulu sikat pada pinggirnya panjang dan bulu sikat pada bagian tengah lebih pendek. Bulunya dirancang sedemikian rupa agar baris terluar relatif lembut dan panjang. Bulunya dalam pola panjang dan memendek secara bertahap. Sikat gigi khusus ini dipakai karena mampu membersihkan kotoran yang menempel di sela-sela gigi dan kawat, yang tidak bisa dijangkau oleh sikat gigi biasa. Perlu diperhatikan bahwa pasien perlu hati-hati pada waktu membersihkan plak yang menempel pada kawat agar tidak sampai merusak kawat giginya.11

(19)

2.4.3 Metode Menyikat Gigi

Banyak metode menyikat gigi sudah dikembangkan dan kebanyakan memiliki namanya sendiri, seperti Bass, Stillman, Charter dan lain-lain. Tujuan dari menyikat gigi adalah untuk menghilangkan dan mengganggu formasi plak, membersihkan gigi dari makanan, debris dan stain, menstimulasi jaringan gingiva serta mengaplikasikan pasta gigi berfluorida. Metode menyikat gigi yang paling ditekankan adalah

horizontal scrub, Fones, Leonard’s, Stillman’s, Charters, Bass, rolling stroke dan

Smith-bell. Semua teknik ini mampu membersihkan permukaan gigi bagian fasial, lingual dan oklusal. Semua teknik di atas secara relatif tidak efektif dalam membersihkan daerah interproksimal dan hanya teknik Bass yang efektif membersihkan daerah sulkus.

1. Metode Menyikat Natural

11,12

Metode menyikat natural yang paling banyak digunakan oleh pasien yang belum diedukasi dalam menyikat gigi adalah teknik reciprocal horizontal scrub,

gerakan memutar, atau gerakan atas bawah pada gigi maksila dan mandibula. Pasien mampu efektif menyikat gigi dengan teknik ini tanpa menyebabkan trauma ataupun penyakit.

2. Horizontal

11,12

Teknik horizontal scrub merupakan metode yang paling sering digunakan. Bulu sikat diposisikan perpendikular terhadap mahkota gigi. Sikat gigi digerakan ke belakang dan ke depan dengan gerakan horizontal pendek. Teknik ini terbilang yang paling efektif untuk anak-anak dengan gigi desidui karena anatomi bell shape yang ada pada gigi. Dalam periode waktu yang lama, tekanan berlebihan dan pasta gigi abrasif dapat menyebabkan resesi gingiva dan kerusakan gigi pada daerah

cementoenamel junction.

3. Fones

11,12,18

(20)

4. Leonard

Dalam metode leonard, gerakan menyikat ke atas dan bawah digunakan pada bagian fasial gigi posterior untuk membersihkan plak dan menstimulasi gingiva. Ketiga gerakan menyikat digunakan oleh individu yang sama selama menyikat gigi dan tidak mungkin untuk menentukan gerakan dominan menghilangkan debris dan stain dari permukaan gigi. Semua gerakan bisa menstimulasi dan terkadang merusak gingiva.

5. Stillman

11,12,18

Metode Stillman sesungguhnya dikembangkan agar mampu menstimulasi gingiva. Bulu sikat diposisikan sehingga membentuk sudut 45 derajat terhadap akar gigi, dengan sebagian dari bulu sikat terletak pada gingiva dan sisanya pada gigi. Gerakan bergetar digunakan dengan tekanan ringan untuk menstimulasi gingiva. Bulu sikat diangkat dan diletakan kembali di area yang sama dengan tekanan yang ringan secara berulang.

6. Charters

11,12

Charters memperkenalkan teknik tekanan dengan getaran untuk membersihkan daerah interproksimal. Tujuan utama dari Charter adalah untuk mengurangi insiden karies interproksimal. Bulu sikat diletakan pada gingiva dengan sudut 90 derajat terhadap permukaan gigi dan secara perlahan memasuki daerah interproksimal. Gerakan menggetarkan dimulai dan bulu sikat ditarik. Prosedur ini diulaing beberapa kali pada setiap daerah interproksimal. Metode sangat berguna dalam membersihkan permukaan abutment dari fixed bridges,sekitar piranti ortodonti cekat dan ketika jaringan interproksimal hilang. Ketika papila normal ada, metode lain lebih mudah digunakan dan memiliki kemampuan yang sama dalam membersihkan daerah interproksimal.

7. Bass

11,12

(21)

menghilangkan plak di bawah margin gingiva sebagai bagian dari pencegahan penyakit periodontal dan karies.

Bass memperkenalkan kualitas spesifik untuk sikat gigi yang digunakan dalam penyikatan sirkular, beberapa syaratnya adalah :

11,12,18

a. Ukuran sikat gigi individual

11,12

b. Mudah dan efektif untuk digunakan c. Mudah dibersihkan

d. Tahan terhadap kelembaban e. Tahan lama

f. Tidak mahal

Dalam teknik Bass sikat gigi diposisikan pada sulkus gingiva dengan sudut 450 terhadap apex gigi. Bulu sikat secara perlahan ditekankan ke dalam sulkus. Gerakan menggetarkan yaitu gerakan maju mundur secara horizonal, menyebabkan tekanan dari bulu sikat membersihkan sulkus.

8. Rolling Stroke

11,12

(22)

2.5 Kerangka Teori

Maloklusi

Perawatan

Ortodonti Lepasan

Ortodonti Cekat

Plak

Pembentukan plak

Komposisi plak

Indeks plak

Kontrol plak

Kimia

Mekanis

Sikat gigi

Konvensional

Berbulu lembut

Berbulu sedang

Berbulu kasar

(23)

2.6 Kerangka konsep

Variable tergantung : Indeks plak pengguna ortodonti

cekat Variable Bebas :

Gambar

Gambar 2. Metal Band.21
Gambar 8. Sikat gigi khusus ortodonti.24

Referensi

Dokumen terkait

mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional... Schools,

Hasil penelitian menunjukkan Peranan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Di

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus II maka peneliti melakukan refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus II yang hasilnya

Teknis Usaha Pembuatan Tempe milik Bapak Joko Sarwono masih merupakan industri rumah tangga dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan tempe dilakukan secara tradisional

Judul buku : Salah Asuhan Nama pengarang : Abdoel Moeis Penerbit : Balai Pustaka Ketebalan : 273

As this research focuses on the recognization of potencies of the students who have the tendency to the linguistic intelligence more than other kind of intelligence

JUDUL : MENGENAL GEJALA SERANGAN JANTUNG MEDIA : MINGGU PAGI. TANGGAL : 21

rata-rata hasil belajar matematika peserta didik untuk kelas eksperimen yang diajarkan dengan metode pembelajaran Think Pair Share lebih tinggi dari pada hasil