• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kepuasan Kerja Dan Disiplin Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Pada Hotel Inna Dharma Deli Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kepuasan Kerja Dan Disiplin Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Pada Hotel Inna Dharma Deli Medan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Kerja

2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2008:99) kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif

tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi

karakteristiknya.

Handoko (2001:193) mengemukakan kepuasan kerja adalah keadaan

emosional yang menyenangkan bagi para karyawan memandang pekerjaan

mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjannya. Ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan

segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

Hasibuan (2000:199) menyatakan kepuasan kerja adalah sikap emosional

yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh

moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam

pekerjaaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.

2.1.2 Faktor – Faktor Kepuasan Kerja

Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut As’ad

(2003:114) :

1. Kesempatan untuk maju, yaitu ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh

(2)

2. Keamanan, sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja bagi karyawan

pria maupun wanita.

3. Gaji/upah lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang

mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang

diperolehnya.

4. Perusahaan dan manajemen, perusahaan dan manajemen yang baik adalah

yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil.

5. Pengawasan atau supervisi, bagi karyawan supervisor dianggap sebagai figur

ayah sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat mengakibatkan

kemangkiran dan perputaran pegawai.

6. Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada dalam pekerjaan

mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar mudahnya serta kebanggaan akan

tugas dapat meningkatkan atau mengurangi kepuasan.

7. Kondisi kerja, termasuk kondisi tempat, ventilasi kantin serta tempat parkir.

8. Aspek sosial dalam pekerjaan, merupakan salah satu sikap yang sulit

digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor penunjang kepuasan kerja.

9. Komunikasi, antara karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan

untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan

untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat atau prestasi para

karyawan sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.

10.Fasilitas lainnya, seperti rumah sakit, cuti, dana pensiun atau perumahan

merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan

(3)

Menurut Robbins (2001:149), menyatakan bahwa faktor-faktor yang lebih

penting yang mendorong kepuasan kerja adalah :

1. Kerja yang secara mental menantang

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi

mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan

mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik

mengenai betapa baik mereka bekerja. Karakteristik ini membuat pekerja

secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan

kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan

perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan

akan mengalami kesenangan dan kepuasan.

2. Ganjaran yang pantas

Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang

mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan

pengharapan mereka.

3. Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi

maupun untuk memudahankan mengerjakan tugas yang baik. Studi-studi

memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang

tidak berbahaya dan merepotkan.

4. Rekan sekerja yang mendukung

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang

(4)

mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidaklah

mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah.

5. Kesesuaian antara kepribadian-pekerjaan

Kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang karyawan dan pekerjaan

akan menghasilkan individu yang lebih terpuaskan. Pada hakikatnya logika

adalah: orang-orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun)

dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka

mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari

pekerjaan mereka; dengan demikian lebih besar kemungkinan untuk berhasil

pada pekerjaan tersebut; dan karena sukses ini, mempunyai probabilitas yang

lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari pekerjaan mereka.

2.1.3 Teori Kepuasan Kerja

Teori kepuasan kerja yang cukup dikenal Rivai (2004:475) adalah :

a. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory). Teori ini mengukur kepuasan

kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya

dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh

melebihi dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi,

sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif.

Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang

dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.

b. Teori Keadilan (Equity Teory). Teori ini mengemukakan bahwa orang akan

(5)

(equity) dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini

komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan

ketidakadilan. Input adalah faktor yang bernilai bagi karyawan yang dianggap

mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah

tugas dan peralatan atau perlengkapan yang dipergunakan untuk

melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai

oleh seorang karyawan yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti : upah/gaji,

keuntungan sampingan, simbol, status, penghargaan, dan kesempatan untuk

berhasil atau aktualisasi diri. Sedangkan orang selalu membandingkan dapat

berupa seseorang di perusahaan yang sama, atau ditempat lain atau bisa pula

dengan dirinya dimasa lalu.

c. Teori Dua Faktor (Two Factor Teory). Menurut teori ini kepuasan kerja dan

ketidakpuasan kerja merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan

ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinu.

Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu

satisfies atau motivator dan dissatisfies. Satisfies ialah faktor – faktor atau

situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari:

pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi,

kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi. Terpenuhinya faktor

tersebut akan menimbulkan kepuasan, namun tidak terpenuhinya faktor ini

tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfies (hygiene factor)

adalah faktor – faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari:

(6)

2.2 Disiplin Kerja

2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Menurut Hasibuan (2011:193) kedisiplinan adalah kesadaran dan

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma

sosial yang berlaku. Rivai (2004:444) mengemukakan disiplin kerja sebagai suatu

alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar

mereka bersedia mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk

meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati peraturan perusahaan

dan norma-norma sosial yang berlaku.

2.2.2 Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja

Bentuk-bentuk disiplin kerja menurut Rivai (2004:444) yaitu :

a. Disiplin Retributif (Retributive Discipline) yaitu berusaha menghukum orang

yang berbuat salah.

b. Disiplin Korektif (Corrective Discipline) yaitu berusaha membantu karyawan

mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat.

c. Perspektif hak-hak individu (Individual Rights Perspektive) yaitu berusaha

melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner.

d. Perspektif Utilitarian (Utilitarian Perspective) yaitu berfokus pada

penggunaan disiplin kerja pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan

(7)

2.2.3 Tujuan Disiplin Kerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:292) secara umum dapat disebutkan

bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan organisasi sesuai

dengan motif organisiasi atau perusahaan. Secara khusus tujuan pembinaan

disiplin kerja para pegawai, antara lain:

a. Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan

maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik tertulis

maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.

b. Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu

memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang

berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang

diberikan kepadanya.

c. Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang

dan jasa perusahaan dengan sebaik-baiknya.

d. Para pegawai dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma

yang berlaku pada perusahaan.

e. Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan

harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Menurut Hasibuan (2000:191) indikator disiplin kerja yaitu :

(8)

Tujuan yang ingin dicapai oleh karyawan harus jelas dan ditetapkan secara

ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan

1. Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplin karyawan

karena pimpinan dijadikan contoh dan panutan bagi bawahannnya.

2. Balas Jasa

Balas jasa juga mempengaruhi kedisiplinan karyawan, dengan balas jasa akan

memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap pekerjaannya.

3. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama

dengan manusia lainnya.

4. Waskat (pengawasan melekat)

Adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan

karyawan, karena dengan waskat ini, atasan harus aktif dan langsung

mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja

bawahannya.

5. Ketegasan

Pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan

karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk

menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman

(9)

6. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan harmonis yang terjalin antas sesama karyawan akan menciptakan

kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.

2.2.5 Jenis Sanksi Disiplin Kerja

Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para tenaga kerja yang

melanggar norma-norma perusahaa adalah memperbaiki dan mendidik para

tenaga kerja yang melakukan pelanggaran disiplin (Sastrohadiwiryo, 2002:293).

Pada umumnya sebagai pegangan manajer meskipun tidak mutlak, tingkat

dan jenis sanksi disiplin kerja terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin

sedang, dan sanksi disiplin ringan. Menurut Sastrohadiwiryo (2002: 293) jenis

sanksi disipli kerja yaitu :

1. Sanksi Disiplin Berat

Sanksi disiplin berat misalnya:

a. Demosi Jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan/pekerjaan yang

diberikan sebelumnya.

b. Pembebasan dari jabatan/pekerjaan untuk dijadikan sebagai tenaga kerja

biasa bagi yang memegang jabatan.

c. Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormatsebagai tenaga kerja di

perusahaan.

2. Sanksi Disiplin Sedang

(10)

a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancangkan

sebagaimana tenaga kerja lainnya.

b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan harian,

mingguan atau bulanan.

c. Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan pada

jabatan yang lebih tinggi.

3. Sanksi Disiplin Ringan

Sanksi disiplin Ringan misalnya:

a. Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan

b. Teguran tertulis

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

2.3 Produktivitas Kerja

2.3.1 Pengertian Produktivitas Kerja

Karyawan yang bekerja pada perusahaan mengharapkan sesuatu dari

perusahaan tempat dia bekerja. Sesuatu yang diharapkan itu bukan sekedar

upah/gaji, tetapi juga hal-hal lain yang dapat memberikan jaminan kepada

karyawan tersebut tentang kesinambungan pekerjaan dan karirnya. Tercapainya

harapan karyawan tersebut akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Menurut Sinungan (2005:16) terdapat beberapa pengertian dalam berbagai

(11)

1. Rumusan tradisonal bagi keseluruhan produktivitas tidak lain adalah ratio

dari apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi

yang dipergunakan (input).

2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu

mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada

hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari 3 faktor esensial,

yaitu: Investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset,

manajemen dan tingkat kerja.

Menurut Atmosoeprapto (2001:1) produktivitas merupakan perbandingan

antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang diberikan.

Produktivitas juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan

efektivitas pencapaian sasaran.

2.3.2 Indikator Produktivitas Kerja

Menurut Robbins (2002:155) ada tiga indikator penentu produktivitas

karyawan yaitu :

a. Kuantitas kerja adalah banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh

karyawan, maka dapat diketahui tingkat kompetensi karyawan tersebut dalam

melakukan pekerjaannya.

b. Kualitas kerja, menunjukkan sejauh mana kemampuan seseorang karyawan

dalam memberikan hasil yang optimal yang dapat diraih dari pekerjaaan yang

(12)

c. Disiplin kerja, menunjukkan ketepatan waktu melaksanakan tugas dan

tanggung jawab

2.3.3 Metode – Metode Pengukuran Produktivitas

Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat

dibedakan dalam tiga jenis :

1. Perbandingan – perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan

pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan

sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah

meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit perorangan tugas, seksi, proses

dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.

3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang

terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/ tujuan.

2.4 Penelitian terdahulu

Enjelia G (2011) melakukan penelitian berjudul “ Pengaruh Kepuasan

Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Enseval Putera

Megatrading, Tbk Medan “ menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja dan

disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.

Enseval Putera Megatrading, Tbk Medan. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis

(13)

hubungan antara variabel kepuasan kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja

karyawan sebesar 33,9%.

Harahap (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan

Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi dengan Organizational Citizenship

Behavior (OCB) di PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan” menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif dan signifikan antara Kepuasan Kerja dan Komitmen

Organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB).

Mbah, Ikemefuna (2012) “ Kepuasan kerja dan intensi turnover karyawan

di Nigeria plc di Lagos” bahwa semakin tinggi kepuasan dengan pemberian gaji,

semakin rendah intensi turnover karyawan, semakin tinggi kepuasan dengan sifat

pekerjaan semakin rendah intensi turnover karyawan, semakin tinggi kepuasan

dengan pengawasan semakin rendah intensi turnover karyawan.

Mokaya, et.al. (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kondisi Kerja Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Industri Hotel

di Kenya” menunjukkan bahwa kondisi kerja di sebagian besar hotel di Kenya

kondusif, ditandai dengan fasilitas dan ruang kerja yang memadai sehingga

berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan, dalam hal memberikan

imbalan sesuai dengan keahlian dan pengalaman karyawan sehingga berpengaruh

positif terhadap kepuasan kerja karyawan, promosi juga berkorelasi positif dan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.

Shah, et.al. (2012) “Kepuasan Kerja dan Motivasi Guru Lembaga

Pendidikan Publik “ menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukan untuk

(14)

menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara reward dan pengakuan,

kepuasan dengan pengawasan dan pekerjaan itu sendiri dengan kepuasan kerja.

Hubungan juga diamati antara kepuasan kerja dan motivasi intrinsik.

2.5 Kerangka Konseptual

Sumber daya manusia sebagai suatu elemen penting dalam perusahaan

untuk menjalankan aktivitas untuk mencapai tujuannya. Sehingga keberadaan

karyawan dalam perusahaan harus dijaga dengan memperhatikan kebutuhaan akan

karyawan terutama yang berhubungan dengan kepuasan kerja. Karyawan yang

memiliki kepuasan dalam bekerja akan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap

perusahaannya.

Karyawan yang merasa puas secara alamiah akan berusaha meningkatkan

hasil kerja mereka (output) atau produktivitas karyawan (Yuli, 2005 : 203). Jika

output yang diberikan tidak sebanding dengan semangat yang diberikan maka

kepuasan kerja juga akan ikut menurun.

Jika seorang bekerja atau karyawan merasakan kepuasan dalam bekerja,

maka akan menimbulkan semangat dan gairah dalam bekerja dengan demikian

akan terjadi peningkatan produktivitas. Demikian sebaliknya, Adanya perasaan

tidak puas dalam bekerja menyebabkan turunnya semangat dan gairah kerja dan

bila ini terjadi maka akan menurunkan produktivitas kerja karyawan.

Pendapat yang dikemukakan oleh Almigo (2004:58) bahwa kepuasan kerja

bagi seseorang akan berdampak positif bagi perusahaan, yang tentunya

(15)

Faktor lain yang juga mempengaruhi produktivitas kerja adalah disiplin

kerja. Menurut Hasibuan (2011:193) Kedisiplinan dapat diartikan bilamana

karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua

pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma

sosial yang berlaku. Bila para karyawan memiliki disiplin kerja yang tinggi,

diharapkan akan mampu menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat sehingga

hasil kerja yang dicapai juga akan baik.

Secara sederhana kerangka konseptual dapat digunakan sebagai berikut :

Sumber : Yuli (2005: 203),Hasibuan (2011:193), Atmosoeprapto (2001:1)

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Kepuasan Kerja (X1)

Disiplin Kerja (X2)

(16)

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk

kalimat pertanyaan Sugiyono (2006 : 306). Berdasarkan latar belakang,

perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan maka hipotesis

dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Kepuasan kerja dan disiplin kerja

berhubungan positif dan signifikan dengan produktivitas kerja karyawan pada

Gambar

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Workshop Pelatihan Data Sakerti dengan Menggunakan Program STATA 2011. Orientasi Pengembangan Pembimbing Kemahasiswaan (OPPEK) UNY

DAFTAR PENERIMA BANTUAN DANA SOSIAL KORPRI Triwulan IV ( bulan Oktober s.d... ISWOYO HADIWARNO

The research results show that: the average of waiting time graduates is 2.9 months; first types of work graduates 50,00 % graduates work as educators, 36,30 % work as

Calculating The Unit Cost Of Education Using Activity Based Costing (ABC) Model For Vocational High School In Yogyakarta Special Province..

ENDANG

Akan tetapi jika dilihat nilai rataan antara bagian ruas dan buku, keragaman kekuatan tarik sejajar serat antar jenis bambu dipengaruhi oleh kadar lignin (Gambar

Pembuatan desain antarmuka ( interface ) Sistem Pakar Diagnosa Penyakit ISPA Berbasis Web Desain antarmuka yang akan dibuat yaitu: desain form login, form gejala, form

Jika Kamu belum memiliki produk atau modal untuk stok barang, Kamu dapat menjalankan.