II 45.00 4.60
III 42.35 4.45
Total 151.63 13.90
Rataan 50.54 4.63
K3 I 75.00 3.60
II 72.25 4.00
III 71.95 4.17
Total 219.20 11.77
Lampiran 2. Data kapasitas efektif alat (kg/jam)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K1 51.42 46.15 45.00 142.57 47.52
K2 64.28 45.00 42.35 151.63 50.54
K3 75.00 72.25 71.95 219.20 73.07
Total 190.70 163.40 159.30 513.40
Rataan 63.57 54.47 53.10 57.04
Analisis Sidik Ragam
SK Db JK KT Fhit. F.05 F.01
Perlakuan 2 1168.883 584.441 11.109 ** 5.14 10.92
Galat 6 315.644 52.607
Total 8 1484.527
Ket : FK = 29286.61778 ** = sangat nyata
Analisis Sidik Ragam
SK Db JK KT Fhit. F.05 F.01
Perlakuan 2 1.999 1.000 16.449 ** 5.14 10.92
Galat 6 0.365 0.061
Total 8 2.364
Ket : FK = 185.5952 ** =
Lampiran 4. Flow Chart pengujian alat
Pengirisan Bahan Mulai
Analisa data Data
Selesai
Dipersiapkan Bahan
Dicuci Bahan Dikupas Kulit Bahan
Ditibang Bahan sebanyak 1 kg
Dipersiapkan Alat
Dimasukkan Bahan ke hopper
Dinyalakan Alat
Lampiran 6.Gambar alat
Singkong sebelum dikupas Singkong sesudah dikupas
Ubi Jalar sebelum dikupas Ubi Jalar sesudah dikupas
K1. Singkong 1 kg
K2. Ubi jalar 1 kg
Tebal : 0,8 cm
Diameter : 30 cm
Sarang / rumah pengiris
Diameter : 30 cm
Lebar : 15 cm
Saluran pemasukan (hopper)
Panjang : 20 cm
Lebar : 20 cm (atas), 7 cm (bawah)
Tinggi : 15 cm
Pengumpan
Diameter : 6,5 cm
Panjang : 55 cm
Saluran Pengeluaran
Lampiran 9. Prinsip kerja alat
Pengirisan singkong adalah suatu proses untuk mengecilkan ukuran bahan
dengan proses pengirisan bahan. Singkong dimasukkan ke dalam alat melalui
hopper pada saat piringan pengiris sudah berputar. Pada saat piringan berputar,
pisau akan mengiris bahan yang masuk secara horizontal. Piringan pengiris
dipasang tegak lurus dengan poros yang dihubungkan dengan pulley. V-belt
menghubungkan pulley 9 inci yang terdapat di poros dengan pulley 3 inci yang
terdapat pada motor listrik dan pulley akan digerakkan dengan motor listrik
dengan tenaga 0,25 HP dan kecepatan putaran 1450 rpm. Untuk menghasilkan
jarak mata pisau yang diinginkan seperti jarak 1mm, 2 mm, dan 3 mm, digunakan
pemarut singkong mekanis maka alat dapat dipergunakan untuk produksi sesuai
dengan rencana atau tidak terganggu sebelum jangka waktu tertentu yang
direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan adalah sebagai berikut :
- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai
- Menghindari kerusakan yang lebih berat
- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik
- Hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Pemeliharaan bagian-bagian alat
Agar pemeliharaan alat pemarut singkong mekanis dapat dilakukan dengan
baik dan benar maka harus terlebih dahulu diketahui prinsip kerja dari alat
tersebut.Diharapkan dengan menguasai prinsip kerja maka kemungkinan
kerusakan yang terjadi dapat ditanggulangi sedini mungkin.Kegiatan
Tabel 6. Pemeliharaan bagian-bagian alat pengiris singkong mekanis
No Bagian alat Bentuk pemeliharaan
1.
Piringan Pengiris
Sarang/ rumah
pengiris
Motor Listrik
Hopper
Poros
- Menyetel tegangan sabuk agar tidak kendur
- Menjauhkan bahan-bahan atau cairan kimia yang
dapat erusak sabuk
- Membersihkan dari minyak dan kotoran yang
menyebabkan terganggunya pentransmisian daya
dari pulley motor listrik pada pulley silinder
pengiris
- Dibersihkan sebelum digunakan untuk menjaga
kebersihan bahan hasil irisan
- Dibersihkan setiap selesai digunakan
- Dibersihkan dari kotoran dan cairan yang dapat
menyebabkan korosi
Hindari terkena air untuk mencegah hubungan
pendek listik
- Dibersihkan sebelun dan sesudah digunakan
- Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat
bahan tidak mengenai mata pisau pengiris jika terlalu dekat karena akan terjadi
benturan yang kuat. Dipastikan juga semua kabel tidak ada yang terbuka dan tidak
Lampiran 12. Analisis Ekonomi
1. Unsur Produksi
1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp 3.469.000
2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun
9. Bunga modal dan asuransi = Rp 374.652/tahun
10. Biaya sewa gedung = Rp 34.690/tahun
11. Pajak = Rp 69.380/tahun
12. Jam kerja alat per tahun = 2.400 jam/tahun (asumsi 300 hari efektif
berdasarkan tahun 2012)
2. Perhitungan Biaya Produksi
1. Biaya Tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (D)
Bunga modal pada bulan Februari 16% dan Asuransi 2%
3. Biaya sewa gedung
2. Biaya listrik
Total biaya tidak tetap = Rp 5079,07/jam
N =
(
R BTT)
BT−
Biaya Tetap (BT)
• Biaya Tetap K1 = Rp 1.103.142/tahun
= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam)
= Rp 9,673/kg (1 jam = 47,52 kg)
• Biaya Tetap K2 = Rp 1.103.142/tahun
= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam)
= Rp 9,095/kg (1 jam = 50,54 kg)
• Biaya Tetap K3 = Rp 1.103.142/tahun
= Rp 459,64/jam (1 tahun = 2.400 jam)
= Rp 6,290/kg (1 jam = 73,07 kg)
• Biaya Tidak Tetap K3 = Rp 5.079,07/jam (1 jam = 73,07 kg)
= Rp 69,510/kg
Penerimaan setiap kg produksi (R)
• Untuk K1 = (16% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)
Alat akan mencapai break even point jika alat mampu menghasilkan tiap komoditi
sebanyak :
= 38.950,004 kg/tahun
• Rp kg Rp kg
= 41.424,784 kg/tahun
• Rp kg Rp kg
bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :
Penerimaaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)
Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaaan (P/A, i, n).
Kriteria NPV yaitu :
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan 1 tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
- NPV = 0, berarti tambahan manfaaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
Nilai NPV dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
CIF - COF ≥ 0
Suku Bunga Bank = 16%
Suku Bunga Coba-coba = 20%
Umur Alat = 5 tahun
CIF 16%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 15.419.859,84 x 3,277 = Rp 50.530.880,7
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68
Jumlah CIF = Rp 50.696.421,38
COF 16%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 256.519,2 x 3,277 = Rp 840.613,42
Jumlah COF = Rp 4.309.613,42
NPV 16% = CIF – COF
= Rp 50.696.421,38 – Rp 4.309.613,42
= Rp 46.386.807,96
CIF 20%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 15.419.859,84 x 2,991 = Rp 46.120.800,78
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11
= Rp 46.260.219,89 – Rp 4.236.248,93
= Rp 42.023.970,96
Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.386.807,96 dan NPV 20% adalah Rp
42.023.970,96. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
dijalankan.
• Untuk K2
Investasi = Rp 3.469.000
Pendapatan = Rp 15.419.875,84/tahun (RK2 x 2.400 x Kapasitas alat K2 )
Nilai Akhir = Rp 346.900
Pembiayaan = Rp 241.190,4/tahun (BTTK2 x 2.400)
Suku Bunga Bank = 16%
Suku Bunga Coba-coba = 20%
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68
Jumlah CIF = Rp 50.696.473,81
COF 16%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 241.190,4 x 3,277 = Rp 790.380,94
Jumlah COF = Rp 4.259.380,94
NPV 16% = CIF – COF
= Rp 50.696.473,81 – Rp 4.259.380,94
= Rp 46.437.092,87
CIF 20%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 15.419.875,84 x 2,991 = Rp 46.120.848,64
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11
Jumlah CIF = Rp 46.260.267,75
COF 20%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 241.190,4 x 2,991 = Rp 721.400,49
Jumlah COF = Rp 4.190.400,49
• Untuk K3
Investasi = Rp 3.469.000
Pendapatan = Rp 15.419.757,5/tahun (RK3 x 2.400 x Kapasitas alat K3 )
Nilai Akhir = Rp 346.900
Pembiayaan = Rp 166.824/tahun (BTTK3 x 2.400)
Suku Bunga Bank = 16%
Suku Bunga Coba-coba = 20%
Umur Alat = 5 tahun
CIF 16%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%, 5)
= Rp 15.419.757,5 x 3,277 = Rp 50.530.545,33
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 16%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4772 = Rp 165.540,68
Jumlah CIF = Rp 50.696.086,01
NPV 16% = CIF – COF
= Rp 50.696.086,01 – Rp 4.015.682,25
= Rp 46.680.403,76
CIF 20%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 15.419.757,5 x 2,991 = Rp 46.120.494,68
2. Nilai Akhir = Nilai Akhir x (P/F, 20%, 5)
= Rp 346.900 x 0,4019 = Rp 139.419,11
Jumlah CIF = Rp 46.259.913,79
COF 20%
1. Investasi = Rp 3.469.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 20%, 5)
= Rp 166.824 x 2,991 = Rp 498.970,58
Jumlah COF = Rp 3.967.970,58 NPV 20% = CIF – COF
= Rp 46.259.913,79 – Rp 3.967.970,58 = Rp 42.291.943,21
Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp 46.680.403,76 dan NPV 20% adalah Rp
42.291.943,21. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :
Dimana : p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba – coba (> dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (p) = 16 %