• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RHIZOBIUM ASAL TANAH BEKAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI UNTUK PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN | Anggriani | EJIP BIOL 9374 30597 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH RHIZOBIUM ASAL TANAH BEKAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI UNTUK PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN | Anggriani | EJIP BIOL 9374 30597 1 SM"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RHIZOBIUM ASAL TANAH BEKAS TANAMAN KEDELAI (Glycine maxL.)TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI BERIKUTNYA UNTUK PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Ria Anggriani1, Gamar B. Non Shamdas2, Lilies Tangge2 1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD

2Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD

Email: riaanggriani29@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk menentukan pengaruh Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai (Glycine max L.) terhadap pertumbuhan tanaman kedelai berikutnya, menentukan konsentrasi tanah berrhizobium dapat memberikan pertumbuhan terbaik bagi tanaman kedelai (Glycine max L.) dan menghasilkan poster yang layak dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Metode yang digunakan adalah eksperimen. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yang diulang 3 kali. Perlakuan Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai (Glycine max L.) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun dan luas daun. Konsentrasi tanah 25 % tanah berrhizobium steril + 75 % tanah berrhizobium tidak steril memberikan pertumbuhan terbaik bagi tanaman kedelai. Persentase rata-rata penilaian media berupa poster yang diperoleh dari dosen ahli isi, ahli desain, ahli media dan mahasiswa biologi sebesar 81,67 % dengan kategori poster layak digunakan sebagai media pembelajaran.

(2)

EFFECT OF RHIZOBIUM ORIGINATED FROM USED SOIL OF SOYBEAN (Glycine maxL.) ON NEXT SOYBEAN PLANTS AND IT IS FOR LEARNING MEDIUM

Ria Anggriani1, Gamar B. Non Samdas2, Lilies Tangge2

1Student of Biological Education Study Program, P-MIPA Departement FKIP UNTAD

2Lecturers of Biological Education Study Program, P-MIPA Departement FKIP UNTAD

Email:riaanggriani29@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to determine an effect of Rhizobium originated from used soil of soybean (Glycine max L.) on next soybean plant growth, to determine the most concentration of the used soil-originated Rhizobium on soybean growth and to produce an eligible poster for learning medium. The study used an experimental method and completely randomized design with 4 treatment and 3 replicates. In Fact, the used soil-originated Rhizobium affected significantly on plant high, branch number, number and wide of leaves. 25% concentration of the soil without Rhizobium added to 75% the soil with Rhizobium gave the most growth of the soybean plants. Percentage of poster score average marked by content, medium, design experts and student groups was 81,67 %, suggested that it was eligible poster for learning medium.

(3)

PENDAHULUAN

Kedelai menjadi komoditas sangat penting di Indonesia, karena merupakan tanaman pangan ketiga setelah padi dan jagung. Hal tersebut diindikasikan dari tingginya permintaan pasar. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan

di tingkat nasional, khususnya

ketersediaan bahan pangan kedelai,

diperlukan upaya yang

sungguh-sungguh untuk meningkatkan

produksinya dan tentunya harus

diprogramkan secara teliti, terencana, berjangka panjang, dan tepat sasaran. Tujuan utamanya tidak lain adalah untuk meningkatkan produksi dalam negeri secara bertahap sehingga secara bertahap pula kebutuhan kedelai melalui impor bisa berkurang atau hanya dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri benar-benar tidak dapat dipenuhi (Adisarwanto, 2008).

Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah yang berperan sebagai penyangga pangan nasional. Produksi kedelai Sulawesi Tengah dalam kurun empat tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Hal ini sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Sulawesi Tengah, Trie Iriany Lamakampali, di

Palu pada wawancara dengan Metro Sulawesi TV, bahwa pada tahun 2014 produksi kedelai di Sulawesi Tengah mencapai 16.741 ton atau meningkat 54,26 % dari tahun 2013 yang hanya 12.654 ton. Namun pada tahun 2015 produksi kedelai hanya 13.270 ton atau mengalami penurunan sebesar 1,32 %. Data yang diperoleh dari BPS Sulteng bahwa produksi kedelai di Sulawesi Tengah sudah cukup menggembirakan, hanya saja di daerah Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi masih tergolong rendah bahkan tidak ada sama sekali, dibanding padi dan jagung. Produksi padi di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi pada tahun 2015 sebesar 280.217 ton, jagung sebesar 76.143 ton sedangkan produksi kedelai tidak ada.

Hasil observasi awal yang dilakukan pada petani di Kecamatan Palolo

Kabupaten Sigi yaitu diperoleh

(4)

kandungan unsur hara tanahnya sudah mengalami penurunan. Oleh karena itu tanah bekas penanaman kedelai hanya dapat digunakan untuk bertanam padi, jagung atau kacang tanah.

Tanah yang subur tidak hanya dapat dinilai dari keadaan fisik dan kimia saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kandungan biologis tanah atau efektifitas renik yang

ada di dalamnya. Aktifitas

mikroorganisme di dalam tanah banyak memberi manfaat yang berarti dalam menjaga kesuburan tanah. Rhizobium merupakan salah satu mikroorganisme yang berperan dalam menyediakan hara tanah terutama nitrogen. Tanah yang belum pernah ditanami kedelai tidak

mengandung bakteri rhizobium,

sehingga dibutuhkan inokulasi tambahan pada tanah tersebut (Soedarjo, 2003).

Secara teoritis Rhizobium hanya terdapat pada akar tanaman legum dan tidak ditemukan pada tanaman lain. Hal ini disebabkan oleh Rhizobium hanya dapat bersimbiosis dengan akar tanaman

kacang-kacangan (legum). Dengan

demikian, tanah yang sudah pernah ditanami oleh tanaman legum tidak perlu menambahkan Rhizobium, karena pada tanah tersebut sudah mengandung bakteri Rhizobium. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jutono (1981), bahwa dalam tanah bekas penanaman

kedelai telah tumbuh bakteri Rhizobium. Tanah tersebut merupakan sumber bakteri Rhizobium sehingga menjadi inokulan yang dapat digunakan untuk menginokulasi dengan cara dicampur pada lahan dan benih untuk penanaman kedelai berikutnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Suprapto (2004), bahwa tanah bekas ditanami kacang-kacangan biasanya diambil sebagai bahan inokulan yang mengandung bakteri Rhizobium dan bila tanah tersebut digunakan

kembali untuk tanaman kedelai

berikutnya maka pertumbuhan kedelai akan lebih baik, bintil akar akan mulai terbentuk sekitar 15-20 hari setelah tanam, sedangkan pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, bakteri Rhizobium tidak terdapat dalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk.

Rhizobium merupakan kelompok bakteri berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman kedelai, karena

potensinya dapat bersimbiosis

mutualisme dengan tanaman polong

(Leguminoceae) dengan cara

membentuk bintil pada akar tanaman polong. Bintil akar berfungsi mengambil

nitrogen di atmosfer dan

menyalurkannya sebagai unsur hara

yang diperlukan tanaman inang.

(5)

tanaman kedelai. Nitrogen (N2)

merupakan unsur paling penting bagi pertumbuhan tanaman kedelai (Soedarjo, 2003).

Bakteri rhizobium sebagai penyedia hara tanaman khususnya nitrogen sangat baik jika digunakan kembali sebagai pupuk biologis yang dicampurkan dengan media tanam untuk tanaman kedelai berikutnya. Namun demikian, belum ada data yang tersedia mengenai kandungan Rhizobium yang ada pada tanah bekas tanaman kedelai di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berikutnya. Hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai informasi ilmiah yang dimanfaatkan dalam bentuk media pembelajaran berupa poster. Sajian tentang hasil penelitian ini meliputi pertumbuhan tanaman yang terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun dan luas daun. Informasi hasil penelitian ini

menjadi penting dijadikan media

pembelajaran karena belum adanya

informasi yang akurat mengenai

pengaruh Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai (Glycine max L.)

terhadap pertumbuhan tanaman kedelai berikutnya.

METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Jenis penelitian

eksperimen merupakan penelitian

pengujian hipotesa yaitu menguji hubungan sebab akibat diantara variabel yang diteliti (Mardalis, 2008).

b. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dipakai adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu R0, R1,

R2, R3 dan setiap perlakuan diulang

sebanyak 3 kali. Sehingga dibuat 2 unit percobaan yaitu 1 unit percobaan

digunakan untuk mengamati

pertumbuhan dan 1 unit percobaan untuk cadangan. Dengan demikian terdapat 24 satuan percobaan yang dilakukan.

c. Prosedur Kerja

1) Persiapan Bahan Tanaman

Pengadaan benih kedelai dilakukan dengan cara membeli benih pada petani kedelai yang ada di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.

2) Pemilihan Wadah dan Media

Tanaman

(6)

untuk budidaya tanaman kedelai dengan menggunakan pot yang berbahan plastik (polybag) bermuatan 8 kg. Sedangkan media tanaman yang digunakan adalah tanah bekas tanaman kedelai yang

diperoleh dari Kecamatan Palolo

Kabupaten Sigi. Tanah bekas tersebut diayak menggunakan ayakan tanah untuk mendapatkan tekstur tanah bebas dari kotoran seperti kerikil dan sisa-sisa tanaman lain.

3) Sterilisasi Tanah

Untuk melihat pengaruh atau peran mikroba tanah terhadap pertumbuhan tanaman kedelai dilakukan sterilisasi tanah, yang dilakukan di Laboratorium

Centre for Tropical Forest Margin

(CTFM) Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Metode yang digunakan dengan pemanasan, yaitu tanah yang sudah diayak dimasukkan ke dalam kardus dan dipanaskan menggunakan oven selama 72 jam dengan suhu 700C.

4) Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam dilakukan dengan menimbang tanah. Tanah ditimbang masing-masing untuk setiap perlakuan.

 Untuk R1 75% (tanah berRhizobium

75% steril atau setara dengan 4500 gr + tanah berRhizobium 25% tidak steril atau setara dengan 1500 gr ).

 Untuk R2 50% (tanah berRhizobium

50% steril atau setara dengan 3000 gr + tanah berRhizobium 50% tidak steril atau setara dengan 3000 gr ).

 Untuk R325% (tanah berRhizobium

25% steril atau setara dengan 1500 gr + tanah berRhizobium 75% tidak steril atau setara dengan 4500 gr ).

Tanah untuk masing-masing

perlakuan dicampur merata secara homogen lalu dimasukkan kedalam polybag ukuran 30×15 cm. Kemudian media tanam disiram dengan air sampai jenuh untuk memperlancar sistem aerasi di dalam tanah. Polybag yang telah terisi oleh media tanam diletakkan sesuai dengan tata letak percobaan.

5) Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman

(7)

untuk mencegah kegagalan tumbuh dari benih yang ditanam.

6) Pemupukan

Pemberian pupuk dilakukan untuk

menunjang pertumbuhan tanaman.

Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran. Ada tiga jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk N (urea), P (SP3/TSP), dan K (KCL). Dari ketiga

jenis pupuk ini, tingkat kelarutannya berbeda-beda sehingga waktu pemberian pupuk berbeda pula. Pupuk urea tingkat kelarutannya sangat mudah larut dalam air, sehingga pemberian pupuk ini sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman berumur 3

minggu. Pupuk KCL tingkat

kelarutannya sulit larut dalam air, sehingga pemberian pupuk ini sebanyak 1 kali yaitu pada saat 1 minggu sebelum tanam. Sedangkan pupuk SP3/TSP

tingkat kelarutannya agak sulit larut di dalam air, sehingga pemberian pupuk SP3/TSP sebanyak 1 kali yaiu pada saat

2 minggu sebelum tanam. Pupuk diaplikasikan dengan cara larikan di sekitar pertanaman.

7) Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman yang

dilakukan berupa penyiraman,

pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menunjang tingkat

pertumbuhan tanaman dan berguna untuk menghindari adanya kontaminasi dari organisme yang dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman. Penyiraman

dilakukan sebanyak satu kali dalam sehari, yaitu saat sore hari. Pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mancabut dan membuang gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman dengan menggunakan tangan.

8) Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada saat satu minggu setelah tanam. Penyulaman dilakukan bila terdapat ada benih yang tidak tumbuh dalam satu polybag. Penyulaman dilakukan dengan cara memindahkan polybag yang ditumbuhi tanaman cadangan yang berisi perlakuan sama dengan tanaman yang diganti untuk menyeragamkan pertumbuhan tanaman kedelai.

9) Parameter Amatan

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap komponen

pertumbuhan tanaman kedelai yang

dihasilkan. Adapun komponen

pengamatan yang diamati yaitu: 1. Tinggi tanaman

(8)

Parameter amatan yang dilakukan akan diuraikan sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman

dilakukan pada saat tanaman berumur 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah tanam (MST). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar dan diukur dengan cara mendekatkan mistar pada batang tumbuhan, yang diukur dari dipangkal batang hingga ujung batang.

2. Jumlah cabang

Jumlah cabang dihitung secara manual dengan alat counter, pada saat tanaman berumur 2, 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah tanam (MST), semua cabang yang telah terbentuk pada

tanaman yang ditandai dengan

terbentuknya dua daun sempurna. 3. Jumlah daun

Jumlah daun yang dihitung

berdasarkan daun yang tumbuh pada batang tanaman, dengan menghitung secara manual dengan alat counter, pada saat tanaman berumur 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah tanam (MST).

4. Luas daun

Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada umur tanman 7 minggu setelah tanam (MST) menggunakan alat Laser Area Meter (LAM).

d. Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) (Gomez dan Gomez, 1995).

HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang pengaruh

Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai (Glycine max L.) terhadap

pertumbuhan tanaman kedelai

berikutnya telah selesai dilakukan dalam waktu 7 minggu dan berakhir tepatnya saat tanaman akan memasuki fase generatif. Dalam penelitian ini beberapa parameter yang diamati yaitu mengukur tinggi tanaman, menghitung jumlah cabang dan jumlah daun serta mengukur luas daun. Masing-masing parameter yang telah diukur maupun dihitung akan diuraikan sebagai berikut:

1) Tinggi Tanaman

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman

Data yang terdapat pada Tabel 1 menunjukkan perbedaan tinggi tanaman yang cukup bervariasi yaitu R0 dari I

(9)

berada pada kisaran 8,2 – 56, R2 dari I

MST – VI MST berada pada kisaran 9,2 – 60,3 dan R3dari I MST – VI MST

berada pada kisaran 12 – 62,5. Terlihat jelas bahwa perlakuan R1 dan R2 pada

minggu ke I, II dan III MST

menunjukkan peningkatan tinggi

tanaman yang sangat tipis dengan nilai

selisih yang cenderung seragam.

Demikian halnya dengan minggu ke IV MST R0 dan R1 tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan karena hanya pada range 32,3 – 32,8.

Pembuktian terhadap kebenaran dari data faktual yang diperoleh di lapangan, analisis dilanjutkan dengan uji statistik. Hasil rekapitulasi uji statistik yaitu analisis varian terhadap tinggi tanaman

pada setiap minggu pengamatan

ditujukan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis varian terhadap tinggi tanaman

Hasil analisis statistik yang ditujukan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai umur I MST, III MST dan IV MST memperoleh

nilai F hitung > F tabel 1 % dan diberi tanda 2 bintang (**) berarti pengaruhnya sangat nyata. Pada umur V MST nilai F hitung > F tabel 5 % dan diberi tanda 1 bintang (*) berarti pengaruhnya nyata. Sedangkan pada umur II MST dan VI MST nilai F hitung < F tabel 5 % berarti pengaruhnya tidak nyata.

Berdasarkan hasil yang diperoleh secara keseluruhan yaitu terdapat perbedaan nyata antara perlakuan R0, R1,

R2 dan R3 setiap ulangan. Untuk

memperoleh perlakuan yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji BNT terhadap tinggi tanaman

Hasil uji beda nyata terkecil sebagaimana ditujukan pada Tabel 3 bahwa selisih rata-rata sebagian besar perlakuan yaitu R1 pada minggu ke III,

R2 pada minggu ke III, IV dan V MST,

serta R3 pada minggu I, III, IV dan V

(10)

dari taraf BNT 5 %. Terjadi peningkatan dari semua perlakuan pada setiap waktu pengamatan, hal ini juga didukung oleh

hasil analisis statistika yang

menunjukkan bahwa semua perlakuan terjadi peningkatan artinya berpengaruh nyata pada minggu ke I, III, IV dan V MST tetapi tidak berpengaruh pada minggu ke II dan VI MST. Hasil yang terbaik diperoleh dari perlakuan R3pada

minggu ke V sebesar 11,2.

2) Jumlah Cabang

Tabel 4. Rata-rata jumlah cabang

Data yang terdapat pada Tabel 4 menunjukkan perbedaan jumlah cabang yang cukup bervariasi yaitu R0 dari II

MST – VI MST berada pada kisaran 1 – 18, R1 dari II MST – VI MST berada

pada kisaran 1,3 – 20,3, R2 dari II

MST – VI MST berada pada kisaran 1,7 – 23 dan R3 dari II MST – VI MST

berada pada kisaran 2,7 – 29. Terlihat jelas bahwa semua perlakuan mengalami kenaikan jumlah cabang pada minggu ke II sampai minggu ke VI pengamatan meskipun kenaikan untuk R1 dan R2

relatif sama dibanding kontrol pada

minggu ke II, jumlah cabang untuk R1

juga cenderung sama dengan R0

meskipun R2= R3pada minggu ke III.

Pembuktian terhadap kebenaran dari data faktual yang diperoleh di lapangan, analisis dilanjutkan dengan uji statistik. Hasil rekapitulasi uji statistik yaitu analisis varian terhadap jumlah cabang pada setiap minggu pengamatan ditujukan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi hasil analisis varian terhadap jumlah cabang

Hasil analisis statistik yang ditujukan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah cabang tanaman kedelai umur II MST, III MST dan IV MST memperoleh nilai F hitung > F tabel 5 % dan diberi tanda 1 bintang (*) berarti pengaruhnya nyata. Pada umur VI MST nilai F hitung > F tabel 1 % dan diberi tanda 2 bintang (**) berarti pengaruhnya sangat nyata. Sedangkan pada umur V MST nilai F hitung < F tabel 5 % berarti pengaruhnya tidak nyata.

(11)

perbedaan nyata antara perlakuan R0, R1,

R2 dan R3 setiap ulangan. Untuk

memperoleh perlakuan yang terbaik terhadap pertumbuhan jumlah cabang

tanaman kedelai maka analisis

dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil uji BNT terhadap jumlah cabang

Hasil uji beda nyata terkecil sebagaimana ditujukan pada Tabel 6 bahwa selisih rata-rata sebagian besar perlakuan memiliki nilai yang lebih besar dari taraf BNT 5 %. Terjadi peningkatan dari semua perlakuan pada setiap waktu pengamatan, hal ini juga didukung oleh hasil analisis statistika yang menunjukkan bahwa semua perlakuan terjadi peningkatan artinya berpengaruh nyata pada minggu ke II, III, IV dan VI MST tetapi tidak berpengaruh pada minggu ke V MST. Namun demikian jumlah cabang yang terbaik dan efektif diperoleh dari perlakuan R3pada minggu ke VI sebesar

11.

3) Jumlah Daun

Tabel 7. Rata-rata jumlah daun

Data yang terdapat pada Tabel 7 menunjukkan perbedaan jumlah daun yang cukup bervariasi yaitu R0 dari I

MST – VI MST berada pada kisaran 3,7 – 50,7, R1 dari I MST – VI MST

berada pada kisaran 4,7 – 53,7, R2 dari I

MST – VI MST berada pada kisaran 5 – 61,7 dan R3 dari I MST – VI MST

berada pada kisaran 6,3 – 83,7.

Pembuktian terhadap kebenaran dari data faktual yang diperoleh di lapangan, analisis dilanjutkan dengan uji statistik. Hasil rekapitulasi uji statistik yaitu analisis varian terhadap jumlah daun

pada setiap minggu pengamatan

ditujukan pada Tabel 8.

(12)

Hasil analisis statistik yang ditujukan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman kedelai umur I MST, II MST dan III MST memperoleh nilai F hitung < F tabel 5 % berarti pengaruhnya tidak nyata. Pada umur IV MST dan VI MST nilai F hitung > F tabel 1 % dan diberi tanda 2 bintang (**) berarti pengaruhnya sangat nyata. Sedangkan pada umur V MST nilai F hitung > F tabel 5 % dan diberi tanda 1 bintang (*) berarti pengaruhnya nyata.

Berdasarkan hasil yang diperoleh secara keseluruhan yaitu terdapat perbedaan nyata antara perlakuan R0, R1,

R2 dan R3 setiap ulangan. Untuk

memperoleh perlakuan yang terbaik terhadap pertumbuhan jumlah daun

tanaman kedelai maka analisis

dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil uji BNT terhadap jumlah daun

Hasil uji beda nyata terkecil sebagaimana ditujukan pada Tabel 9 bahwa selisih rata-rata sebagian

perlakuan yaitu R2 pada minggu ke IV

MST dan R3 pada minggu ke IV, V dan

VI MST memiliki nilai yang lebih besar dari taraf BNT 5 %. Terjadi peningkatan dari semua perlakuan pada setiap waktu pengamatan, hal ini juga didukung oleh

hasil analisis statistika yang

menunjukkan bahwa semua perlakuan terjadi peningkatan artinya berpengaruh nyata pada minggu ke IV, V dan VI MST tetapi tidak berpengaruh pada minggu ke I, II dan III MST. Namun demikian jumlah daun yang terbaik dan efektif diperoleh dari perlakuan R3 pada

minggu ke VI sebesar 33.

4) Luas Daun

Tabel 10. Rata-rata luas daun

Data yang terdapat pada Tabel 10 menunjukkan perbedaan luas daun yang cukup bervariasi pada minggu VII MST yaitu R0 = 14,163, R1 = 18,13, R2 =

22,184, dan R3= 28,763, namun semua

perlakuan menunjukkan luas daun yang lebih tinggi dibanding kontrol. Terlihat jelas bahwa perlakuan R3 menunjukkan

nilai tertinggi yaitu 28,763 dibanding R0,

(13)

Pembuktian terhadap kebenaran dari data faktual yang diperoleh di lapangan, analisis dilanjutkan dengan uji statistik. Hasil uji statistik yaitu analisis varian terhadap luas daun pada minggu ke VII pengamatan ditujukan pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil analisis varian terhadap luas daun

Hasil analisis statistik yang ditujukan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa luas daun tanaman kedelai umur VII MST memperoleh nilai F hitung > F tabel pada taraf α 1 % dan diberi tanda 2 bintang (**) berarti pengaruhnya sangat nyata. Hasil analisis ini dibuktikan oleh data yang terdapat pada Tabel 10 bahwa semua perlakuan menunjukkan luas daun yang lebih tinggi dari pada kontrol.

Berdasarkan hasil yang diperoleh secara keseluruhan yaitu terdapat perbedaan nyata antara perlakuan R0, R1,

R2 dan R3 setiap ulangan. Untuk

memperoleh perlakuan yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil uji BNT terhadap luas daun

Hasil uji beda nyata terkecil sebagaimana ditujukan pada Tabel 12 bahwa selisih rata-rata pada perlakuan R2 dan R3 memiliki nilai yang lebih

besar dari taraf BNT 5 %, meskipun

terjadi peningkatan dari semua

perlakuan terhadap luas daun. Namun demikian hasil yang terbaik pada uji BNT diperoleh pada perlakuan R3 yaitu

sebesar 14,6.

PEMBAHASAN

Pertumbuhan merupakan proses

dalam kehidupan tanaman yang

mengakibatkan perubahan ukuran,

pertambahan bobot, volume dan

diameter batang dari waktu ke waktu.

Keberhasilan pertumbuhan suatu

(14)

tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal memanfaatkan sarana

tumbuh dan kemampuan untuk

melakukan adaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga mempengaruhi potensi hasil tanaman. Dalam penelitian ini beberapa parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun dan luas daun.

1) Tinggi Tanaman

Rata-rata tinggi tanaman kedelai akibat perlakuan pemberian Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai berpengaruh sangat nyata pada tinggi tanaman kedelai umur I MST, III MST dan IV MST dengan nilai F hitung > F tabel 1 %, berpengaruh nyata pada umur V MST dengan nilai F hitung > F tabel 5 % dan pengaruhnya tidak nyata pada umur II MST dan VI MST dengan nilai F hitung < F tabel 5 %.

Pada konsentrasi yang sama dengan ulangan tiga kali menunjukkan tinggi tanaman yang berbeda pada perlakuan R0 dan R1 minggu ke V MST dan R0

pada minggu VI MST. Perbedaan ini terjadi diduga karena faktor lingkungan yaitu kondisi lingkungan tidak stabil diakibatkan karena faktor cuaca yang berfruktuasi yaitu kadangkala terjadi hujan pada saat tanaman memasuki vase pertumbuhan generatif. Pada saat hujan, kondisi screen house/ruang tempat

tumbuh tanaman hanya beratapkan kain berpori kecil yang memungkinkan air hujan masuk dan mengenai tanaman

dalam jumlah banyak yang

mengakibatkan tergenangnya tanah pada polybag tempat hidup tanaman kedelai, sehingga tanah menjadi berair. Padahal dalam pertumbuhannya, tanaman kedelai lebih menyukai tanah yang kering atau cukup akan air untuk menunjang pertumbuhannya. Cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam screen house juga tidak merata pada sebagian tanaman kedelai, tanaman kedelai yang terkena cahaya matahari yang cukup dapat dilihat pada tanaman yang berdiri

kokoh namun berukuran pendek,

berbeda dengan sebagian tanaman yang tidak terkena cahaya matahari yaitu tanaman berukuran tinggi namun

batangnya mudah rapuh. Sesuai

pernyataan dari Sitompul dan Guritno (1995), tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang mendapat cahaya cukup. Rhizobium yang terbentuk pada kedelai juga akan berpengaruh terhadap

pertumbuhannya, terutama dalam

memfiksasi Nitrogen.

Secara keseluruhan perlakuan R1, R2

dan R3 membentuk tinggi tanaman yang

lebih besar dari pada R0 (kontrol). Hal

(15)

pada R0 yaitu 100 % tanah

berRhizobium yang disterilkan artinya tanah steril tersebut tidak mengandung Rhizobium dan tidak juga terdapat organisme lain. Dengan demikian, kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan tinggi tanaman kedelai hanya disuplai oleh pupuk kimia yang diberikan tanpa ada kontribusi dari Rhizobium dan mikroorganisme lain. Berbeda dengan konsentrasi tanah pada R1, R2 dan R3

yaitu sebagian tanah disterilkan dan sebagian tidak disterilkan dengan konsentrasi yang berbeda-beda artinya tanah tersebut bukan hanya mengandung

Rhizobium tetapi terdapat

mikroorganisme lain. Peran dari

Rhizobium dan mikroorganisme lain

secara bersama-sama memberikan

kontribusi hara kepada tanaman kedelai yang dapat mengikat nitrogen sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman kedelai yang diperlihatkan oleh tinggi tanaman.

Peran simbiosis Rhizobium yang dapat memberi pertumbuhan terbaik tinggi tanaman bagi tanaman kedelai dapat dilihat pada perlakuan R3 (25%

tanah berRhizobium steril + 75% tanah berRhizobium tidak steril) minggu ke V MST. Pada konsentrasi tanah tersebut diduga peran Rhizobium cukup dominan

menyuplai kebutuhan unsur hara

nitrogen dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kedelai, sehingga tinggi tanaman kedelai yang diberi perlakuan tersebut lebih baik pertumbuhannya apalagi pada saat umur V MST tanaman kedelai berada pada puncak fase pertumbuhan vegetatif sehingga peranan Rhizobium dalam pertambahan tinggi tanaman sangat menonjol dibanding pada minggu VI MST atau tanaman berangsur-angsur memasuki fase generatif.

2) Jumlah Cabang

Rata-rata jumlah cabang tanaman kedelai akibat perlakuan pemberian Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai berpengaruh sangat nyata pada jumlah cabang tanaman kedelai pada umur VI MST dengan nilai F hitung > F tabel 1 %, berpengaruh nyata pada umur II MST, III MST dan IV MST dengan nilai F hitung > F tabel 5 % dan pengaruhnya tidak nyata pada umur V MST dengan nilai F hitung < F tabel 5 %.

Pada konsentrasi yang sama dengan ulangan tiga kali menunjukkan jumlah cabang yang berbeda pada perlakuan R2

dan R3minggu ke V MST. Perbedaan ini

(16)

cuaca yang berfruktuasi yaitu kadangkala terjadi hujan. Dilain pihak, kondisi screen house yang digunakan sebagai ruang tempat tumbuh tanaman hanya beratapkan kain berpori kecil, keadaan demikian yang memungkinkan air hujan masuk dan mengenai tanaman dalam jumlah banyak mengakibatkan tergenangnya tanah pada polybag tempat tumbuh tanaman kedelai ditumbuhkan sehingga tanah menjadi berair. Padahal dalam pertumbuhannya tanaman kedelai lebih menyukai tanah yang kering atau cukup akan air utnuk menunjang pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan AAK (1989), bahwa hasil observasi menunjukkan pengaruh curah

hujan dan temperatur terhadap

pertumbuhan terbaik pada tanaman kedelai di sepanjang musim adalah sekitar 60 – 70 %.

Cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam screen house juga tidak merata pada seluruh tanaman kedelai. Keadaan ini mempengaruhi proses fotosintesis yang tentunya berakibat pula pada pertambahan batang tanaman. Selain faktor hujan, cahaya matahari juga diduga mempengaruhi perbedaan jumlah cabang tanaman kedelai.

Secara keseluruhan perlakuan R1, R2

dan R3 memberi jumlah cabang yang

lebih besar dari pada R0 (kontrol). Hal

ini disebabkan karena konsentrasi tanah

pada R0 yaitu 100 % tanah

berRhizobium yang disterilkan artinya tanah steril tersebut tidak mengandung Rhizobium dan tidak juga terdapat organisme lain. Dengan demikian, kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan jumlah cabang tanaman kedelai hanya disuplai oleh pupuk kimia yang diberikan tanpa ada kontribusi dari Rhizobium dan mikroorganisme lain. Berbeda dengan konsentrasi tanah pada R1, R2 dan R3 yaitu sebagian tanah

disterilkan dan sebagian tidak disterilkan dengan konsentrasi yang berbeda-beda artinya tanah tersebut bukan hanya mengandung Rhizobium tetapi terdapat

mikroorganisme lain. Peran dari

Rhizobium dan mikroorganisme lain

secara bersama-sama memberikan

kontribusi hara kepada tanaman kedelai yang dapat mengikat nitrogen sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman kedelai yang diperlihatkan oleh jumlah cabang tanaman kedelai.

Peran simbiosis Rhizobium yang dapat memberi pertumbuhan jumlah cabang terbaik bagi tanaman kedelai dapat dilihat pada perlakuan R3 (25%

(17)

menyuplai kebutuhan unsur hara nitrogen dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kedelai, sehingga jumlah cabang tanaman kedelai yang diberi perlakuan tersebut lebih baik pertumbuhannya. Pada umur VI MST, tanaman kedelai berangsur-angsur memasuki fase pertumbuhan generatif sehingga peranan Rhizobium dalam pertambahan jumlah cabang tanaman sangat besar pada fase pertumbuhan vegetatif.

3) Jumlah Daun

Rata-rata jumlah daun tanaman kedelai akibat perlakuan pemberian Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai berpengaruh sangat nyata pada jumlah daun tanaman kedelai umur IV MST dan VI MST dengan nilai F hitung > F tabel 1 %, berpengaruh nyata pada umur V MST dengan F hitung > F tabel 5 %, dan pengaruhnya tidak nyata pada umur I MST, II MST dan III MST dengan nilai F hitung < F tabel 5 %.

Pada konsentrasi yang sama dengan ulangan tiga kali menunjukkan jumlah daun yang berbeda pada perlakuan R3

minggu ke V MST dan R0, R1, R2dan R3

pada minggu VI MST. Perbedaan ini terjadi diduga karena faktor cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam screen house juga tidak merata pada seluruh tanaman kedelai. Hal ini

berpengaruh pada organ utama tanaman yang menyerap radiasi matahari lebih banyak yaitu pada bagian daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto dan Sundari (2010), berkurangnya intensitas sinar matahari menyebabkan tanaman tumbuh lebih tinggi, ruas buku lebih panjang, jumlah daun sedikit, jumlah polong makin sedikit dan ukuran biji semakin kecil.

Secara keseluruhan perlakuan R1, R2

dan R3memberi jumlah daun yang lebih

besar dari pada R0 (kontrol). Hal ini

disebabkan karena konsentrasi tanah

pada R0 yaitu 100 % tanah

berRhizobium yang disterilkan artinya tanah steril tersebut tidak mengandung Rhizobium dan tidak juga terdapat organisme lain. Dengan demikian, kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan jumlah daun tanaman kedelai hanya disuplai oleh pupuk kimia yang diberikan tanpa ada kontribusi dari Rhizobium dan mikroorganisme lain. Berbeda dengan konsentrasi tanah pada R1, R2 dan R3 yaitu sebagian tanah

disterilkan dan sebagian tidak disterilkan dengan konsentrasi yang berbeda-beda artinya tanah tersebut bukan hanya mengandung Rhizobium tetapi terdapat

mikroorganisme lain. Peran dari

Rhizobium dan mikroorganisme lain

(18)

kontribusi hara kepada tanaman kedelai yang dapat mengikat nitrogen sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman kedelai yang diperlihatkan oleh jumlah daun tanaman kedelai. Pada vase vegetatif nitrogen memiliki peranan yang sangat penting karena menurut Satifah (2004), nitrogen yang diserap oleh tanaman berfungsi meningkatkan jumlah daun sehingga proses fotosintesis berlangsung sempurna.

Peran simbiosis Rhizobium yang dapat memberi pertumbuhan jumlah daun terbaik bagi tanaman kedelai dapat dilihat pada perlakuan R3 (25% tanah

berRhizobium steril + 75% tanah berRhizobium tidak steril) minggu ke VI MST. Konsentrasi tanah tersebut mampu

menyuplai kebutuhan unsur hara

nitrogen dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kedelai, sehingga jumlah daun tanaman kedelai

yang diberi perlakuan tersebut

pertumbuhannya lebih baik. Rhizobium sebagai penambat nitrogen yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, hal ini didukung oleh pernyataan Sutejo (2002), bahwa unsur nitrogen salah satunya berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan organ-organ vegetatif yaitu batang, daun, dan akar. Apabila unsur hara N ini terdapat dalam jumlah yang kurang maka

aktivitas metabolisme yang terkait akan terganggu dan akhirnya pertumbuhan tanaman akan terhambat dan hasil tanaman akan menjadi rendah.

4) Luas Daun

Rata-rata luas daun tanaman kedelai akibat perlakuan pemberian Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai berpengaruh sangat nyata pada luas daun tanaman kedelai umur VII MST dengan nilai F hitung > F tabel 1 %.

Pada konsentrasi yang sama dengan ulangan tiga kali menunjukkan luas daun yang berbeda pada perlakuan R0 dan R3

pada ulangan 1, 2 dan 3. Perbedaan terjadi diduga sebabkan oleh faktor cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam screen house juga tidak merata pada seluruh tanaman kedelai. Luas daun merupakan adaptasi tanaman terhadap tinggi rendahnya cahaya matahari yang diterima oleh tanaman, dimana semakin rendahnya cahaya matahari yang diterima oleh tanaman maka akan bertambah luas daun yang dibentuk oleh tanaman. Menurut Ong, dkk (1996), besarnya radiasi yang

diserap tanaman sejalan dengan

kecepatan pertumbuhan awal dan

perkembangan luas daun, karena

(19)

(2013) tanaman akan meningkatkan laju pertumbuhan daunnya supaya bisa menangkap cahaya secara maksimal sehingga proses fotosintesis di dalam daun dapat berjalan dengan lancar.

Secara keseluruhan perlakuan R1, R2

dan R3 memberi luas daun yang lebih

besar dari pada R0 (kontrol). Hal ini

disebabkan karena konsentrasi tanah

pada R0 yaitu 100 % tanah

berRhizobium yang disterilkan artinya tanah steril tersebut tidak mengandung Rhizobium dan tidak juga terdapat organisme lain. Dengan demikian, kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan luas daun tanaman kedelai hanya disuplai oleh pupuk kimia yang diberikan tanpa ada kontribusi dari Rhizobium dan mikroorganisme lain. Berbeda dengan konsentrasi tanah pada R1, R2 dan R3 yaitu sebagian tanah

disterilkan dan sebagian tidak disterilkan dengan konsentrasi yang berbeda-beda artinya tanah tersebut bukan hanya mengandung Rhizobium tetapi terdapat

mikroorganisme lain. Nitrogen

merupakan salah satu unsur yang berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan vegetatif seperti batang, daun dan akar. Menurut Sutejo (2002), dengan tersedianya unsur nitrogen maka daun yang terbentuk juga akan semakin banyak yang berakibat meningkatnya

luas daun tanaman. Luasnya daun yang

terbentuk akan mempengaruhi

akumulasi asimilat yang dihasilkan. Peran simbiosis Rhizobium yang dapat memberi pertumbuhan luas daun terbaik bagi tanaman kedelai dapat dilihat pada perlakuan R3 (25% tanah

berRhizobium steril + 75% tanah berRhizobium tidak steril) minggu ke VI MST. Konsentrasi tanah tersebut mampu

menyuplai kebutuhan unsur hara

nitrogen dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kedelai, sehingga luas daun tanaman kedelai

yang diberi perlakuan tersebut

pertumbuhannya lebih baik. Pada minggu ke VI MST tanaman kedelai sudah memasuki fase generatif, artinya dalam fase ini bakteri Rhizobium mencapai puncaknya dalam menunjang pertumbuhan organ tanaman seperti batang, akar dan daun. Nitrogen yang

diikat oleh Rhizobium kemudian

digunakan oleh tumbuhan untuk

pertumbuhannya. Dengan demikian

perlakuan konsentrasi tanah tersebut dapat memenuhi kebutuhan nitrogen untuk menunjang indeks luas daun yang erat kaitannya dengan peran bakteri Rhizobium dan mikroorganisme lain dalam menambat nitrogen.

(20)

ditunjukkan pada tinggi tanaman terbaik dicapai pada minggu ke V MST, jumlah cabang dan jumlah daun terbaik dicapai pada minggu ke VI MST dan luas daun terbaik dicapai pada minggu ke VII

MST. Perlakuan R3 merupakan

campuran 25% tanah berRhizobium steril + 75% tanah berRhizobium tidak steril. 75 % tanah berrhizobium tidak steril diduga mengandung lebih banyak mikroorganisme lain yang hidup secara

bersama-sama dan bersinergis

melakukan peran dalam tanah.

Sinergisme Rhizobium dengan

mikroorganisme lain sangat dominan ditunjukkan pada pertumbuhan tanaman

kedelai sebagaimana hasil pada

penelitian ini. Hal ini didukung oleh pendapat Sutanto (2002), ada beberapa mikroba lain yang berperan sinergisme dengan Rhizobium dalam menambat

nitrogen. Bakteri yang mampu

meningkatkan hasil tanaman tertentu apabila diinokulasikan pada tanah pertanian dapat dikelompokkan atas dua

jenis yaitu Azospirilium dan

Azotobacter.

(a) Azospirillum merupakan salah satu jenis mikroba di daerah perakaran yang berperan meningkatkan jumlah

rambut akar, menyebabkan

percabangan akar dan lebih berperan dalam penyerapan hara. Keuntungan

lain dari bakteri ini, apabila saat berasosiasi dengan perakaran dapat meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah dan menurunkan kehilangan air akibat pencucian, denitrifikasi atau bentuk kehilangan nitrogen lain.

(b) Azotobacter merupakan bakteri non–simbiosis yang hidup di daerah perakaran. Memiliki kemampuan

dalam menambat nitrogen,

menghasilkan sejenis hormon yang kurang lebih sama dengan hormon

pertumbuhan tanaman dan

menghambat pertumbuhan jenis jamur. Keuntungan lain bakteri ini

dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pasokan nitrogen udara dan mengurangi kompetisi

dengan mikroba lain dalam

menambat nitrogen, atau membuat kondisi tanah lebih menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.

5) Pemanfaatan Hasil Penelitian Kedalam Bentuk Media Belajar

(21)

yang ada di lingkungan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk itu diperlukan media belajar yang baik

dalam proses transformasi ilmu

pengetahuan. Media belajar memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Bahan atau isi informasi yang termuat dalam

media belajar bermanfaat untuk

memotivasi siswa dalam mencari ilmu, memberikan pengalaman dalam rangka

pemecahan permasalahan serta

mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Salah satu klasifikasi media belajar menurut Nana dan Ahmad (2010) yaitu media belajar tercetak berupa poster yang sedang berkembang saat ini.

Media belajar tercetak berupa poster memuat informasi mengenai hasil penelitian tentang pengaruh Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai (Glycine max L.) terhadap pertumbuhan tanaman kedelai berikutnya. Pembuatan poster tersebut melalui serangkaian tahapan yaitu proses perancangan, pembuatan dan validasi. Setelah media belajar berupa poster selesai dibuat dilanjutkan dengan validasi oleh tim ahli, yaitu ahli isi, ahli desain dan ahli media

untuk mengetahui kelemahan–

kelemahan dari poster tersebut dan selanjutnya diperbaiki.

Penilaian yang diperoleh dari dosen ahli isi dengan persentase rata-rata adalah 96 %, tidak terdapat saran perbaikan untuk isi poster kaena telah terjadi perbaikan seiring proses validasi dilakukan. Penilaian yang diperoleh ahli desain dengan persentase rata-rata adalah 72 %, saran yang diberikan oleh dosen sebagai ahli desain yaitu struktur / sistematika penulisan dicek kembali dan sesuaikan gambar dengan keterangan gambar. Penilaian oleh dosen ahli media dengan persentase rata-rata adalah 75,91 %, saran yang diberikan oleh dosen sebagai ahli media yaitu sesuaikan antara letak gambar, warna tampilan dan huruf. Desain media pembelajaran yang telah diperbaiki kemudian diuji cobakan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil penilaian poster yang

dilakukan oleh mahasiswa yang

menyatakan bahwa media belajar berupa poster tersebut layak digunakan sebagai media belajar dan dapat menunjang proses pembelajaran dengan persentase rata-rata 82,75 %.

Secara keseluruhan media

(22)

sudah menarik, maknanya mudah dipahami, muatannya jelas dan bersifat ilmiah. Persentase kelayakan yang

didapatkan diharapkan mampu

memenuhi peran media belajar dalam proses pembelajaran bagi peserta didik. Hai ini sebagaimana yang diungkapkan Suhardi (2012) bahwa peran media

belajar (1) dapat membangkitkan

semangat peserta didik dengan cara

mempercepat laju belajar dan

menggunakan waktu secara lebih baik,

mengembangkan gairah belajar,

memberikan kegiatan lebih ke arah individual dan memberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, (2) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran dengan cara perencanaan secara lebih sistematik dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian

berdasarkan fakta yang ada di

lingkungan, (3) lebih memantapkan pengajaran dengan cara meningkatkan kemampuan dengan fasilitas berbagai media komunikasi, penyajian informasi dan data lebih konkrit dan mengurangi sifat verbalistik dan abstrak dengan kenyataan yang nyata.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Perlakuan Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan

tanaman kedelai yaitu tinggi

tanaman, jumlah cabang, jumlah daun dan luas daun.

2) Rhizobium asal tanah bekas

tanaman kedelai pada perlakuan R3

dengan konsentrasi 25 % tanah berRhizobium steril + 75 % tanah berRhizobium tidak steril dapat memberikan pertumbuhan terbaik bagi tanaman kedelai

3) Hasil penelitian dituangkan dalam media belajar berupa poster dengan persentase rata-rata penilaian yang diperoleh dari dosen ahli isi, ahli desain, ahli media dan mahasiswa biologi sebesar 81,67 % dengan kategori poster layak digunakan sebagai media pembelajaran.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran perlu dilakukan penelitian selanjutnya terhadap pengaruh Rhizobium asal tanah bekas tanaman kedelai terhadap hasil tanaman kedelai.

DAFTAR PUSTAKA

(23)

Adisarwanto, T. 2008.Budidaya Kedelai Tropika. Jakarta: Penebar Swadaya.

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Tanaman Pangan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.

Gomez, K.A. dan Gomez, A.A. 1995.

Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia.

Jutono, 1981. Fiksasi Nitrogen Pada Leguminosae Dalam Pertanian.

Yogyakarta: Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.

Mardalis. 2008. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Perpustakaan Nasional. Jakarta: BumiAksara.

Nana, S, dan Ahmad R. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ong, C.K., Black, C.R., Marshall, F.M. and Corlett, J.E., 1996. Principles of resource capture and utilization of light and water. In "Tree-Crop Interaction", C.K. Ong and P. Huxley (eds.). CAB International, Wallingford & ICRAF, Nairobi, Kenya. pp.73-158.

Satifah. 2004. Peran Pupuk Hayati Dalam Meningkatkan Efesiensi

Pemupukan Menunjang

Keberlanjutan Produktivitas

Tanah. Jurnal Sumber Daya

Lahan. Vol.1 No.4: 3.

Setyanti, Y. H, S. Anwar dan W. Slamet. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) Pada

Tinggi Pemotongan dan

Pemupukan Nitrogen Yang

Berbeda. Animal Agriculture, 2(1): 86-96.

Sitompul, S. M dan Guritno B. 1995.

Analisis Pertumbuhan Tanaman.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Soedarjo, M. 2003. Teknologi

Rhizobium pada Tanaman Kedelai. Malang: Balitkabi. Suhardi. 2012. Pengembangan Sumber

Belajar Biologi. Yogyakarta: UNY Press.

Suprapto, H. 2004. Bertanam Kedelai.

Jakarta: Penerbit Swadaya.

Susanto, G.W.A, dan T. Sundari. 2010. Pengujian 15 Genotipe Kedelai Pada Kondisi Intensitas Cahaya 50 % dan Penilaian Karakter

Tanaman Berdasarkan

Fenotipenya. Jurnal Biologi Indonesia. 6(3): 459-471.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.

Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara

Gambar

Tabel 4. Rata-rata jumlah cabang
Tabel 7. Rata-rata jumlah daun

Referensi

Dokumen terkait

dapat mengalami patah tulang, meskipun dari tekanan yang kecil, sehingga perlu perhatian sejak dini supaya tidak menjadi masalah kesehatan yang

Nilai rata-rata densitas tulang mandibula tikus wistar jantan untuk kelompok perlakuan ikan teri secara nyata memiliki nilai yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol

Hambatan yang ditemui terletak pada variabel sumberdaya karena kurang dukungan tenaga pearwat dan portir, sarana dan prasarana medis dan nonmedis serta ketersediaan dokumen,

Mengingat pemberdayaan dimaknai sebagai sebuah proses tanpa menafikan hasil (output), maka kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan diwujdukan melalui

Hasil perhitungan aspek finansial meliputi perhitungan nilai operating profit (OP) sebesar Rp.60.435.500, dapat digunakan untuk biaya produksi berikutnya, net profit

Hasil peningkatan pemahaman ini tidak hanya berkisar pada pemahaman secara kognitif akan tetapi diikuti dengan peningkatan keterampilan praktik konseling yang baik

(Gumanti, 2011:149) mendefinisikan risiko sistematis sebagai risiko yang secara langsung terkait dengan pergerakan keseluruhan di dalam pasar atau ekonomi, sedangkan risiko

Ruang Lingkup studi ini meliputi, kebijakan tata ruang Kota Serang dibidang kesehatan berdasarkan pada RPJMD, persebaran lokasi fasilitas kesehatan, penilaian