PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Student Team Achievement Division) DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI
KELAS III SDN 16 SENDORENG
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh NURHAN
NIM : F 34209534
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
endidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian suatu individu yang lebih baik, manusia yang lebih berbudaya, dan manusia yang memiliki keperibadian yang lebih baik. Suatu system pendidikan disebut bermutu, jika pembelajaran yang bermajna serta bertunjang oleh sumber daya yang memandai. Efektivitas pembelajaran digambarkan oleh hasil belajar siswa yang memadai, secara umum pembelajaran IPS di Indonesia saat ini belum berorientasi pada proses belajar, namu lebih mementingkan pada produk belajar, yakni penjelasan interkasi guru dan siswa sekedar transfer pengetahuan dan seorang guru kepada siswa. Pendekatan dalam pembelajaran masih bersifat instan dan konversional.
P
Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran IPS di Kelas III SDN 16 sendoreng Kec. Monterado, aktivitas belajar siswa masih rendah. Patisipasi siswa hanya mencatat dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Sedikit menjawab pertanyaan guru.
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti sebagai guru ingin melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Peneliti meyakini strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan aktivitas siswa dan hasil belajar adalah yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dikecualikan pendekatan kooperatif tipe STAD memilih beratkan siswa pada aktivitas dan kreativitas untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental bahkan pendekatan ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai ilmuan atau penemu.
Tujuan dari pebelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa kelas III SDN 16 Sendoreng (2) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas mental siswa kelas III SDN 16 Sendoreng (3) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa dalam pelajaran IPS kelas IIO SDN 16 Sendoreng.
Menurut Wilton dan Mallau pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial disebut juga sebagai Synthetil karena kosep generalisasi dan tema-tema penelitian ditentukan atas abservasikan setelah fakta terjasi. Menurut (Nurhadi dkk 1993) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhana adaptasi seleksi dan modifikasi dari disiplin dan social yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah. Menurut Soemantri (dalam yatna : 2008) IPS merupakan perpaduan antara konsep-konsep dan social dengan kosep-konsep pendidikan yang dikaji secara sistematis, psikologis dan fungsional sesuai dengan perkembangan anak didik.
Pendidikan dasar IPS memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
Negara dan anggota umat manusia serta persiapan peserta didik mengikuti pendidikan menengah.
Hal tersebut selaras dengan prinsip pembelajaran IPS di sekolah dasar yang mengacu pada asas DAP (Developpmentaly Appropriate Practice) atau asas kecernaan yang dicarikan dengan : (1) mulai belajar dari apa yang dekat dan dapat dijangkau akan (asas kedekatan immediacy) (2) jenjang yang serba factual (operasi konkrit) ke jenjang abstraksi (konseptual) (3) memberikan segala suatu yang dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu (4) melakukan aktarksi belajar yang penuh makna melalui proses manipulasi sambil bermain
Penerapan Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang yang paling sederhana dan paling praktis dari pendekatan pembelajaran kooperatif tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik kepada siswa setiap minggi dalam pengajian tertulis maupun lisan.
Langkah-langkah penerapan STAD adalah sebagai berikut : (1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkrontruksi sendiri pengetahuan dan keterangan barunya.
Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun non fisik. Menurut Mulyono (2011:26) aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan, jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan suatu aktivitas.
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktivitas belajar. Meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris, yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa ke dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta peka dalam kegiatan belajar mengajar indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran dan mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
mengemukakan pendapat, mengadakan interview, diskusi dan interupsi (3) Listening Activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, music pidato (4) Writing Activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin (5) Drawing Activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola (5) Motor Activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang (6) Mental Activities seperti menanggap, menginat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan (7) Emotional Activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup.
Soli Abimanyu dkk (2008:4-6) keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Keterlibatan fisik seperti melakukan pengukuran/perhitungan, pengumpulan dan pengolahan data dan atau memperagakan suatu konsep/prinsip dan lain-lain (2) Keterlibatan Mental, meliputi: (3) Keterlibatan intelektual yang dapat berbentuk mendengarkan informasi dengan cermat, berdiskusi dengan teman sekelas, melakukan pengamatan terhadap suatu fakta atau peristiwa dan sebagainya sehingga member asimilasi dan atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru tersebut (4) Keterlibatan intelektual dalam bentuk latihan keterampilan intelektual seperti menyusun rencana/program, menyatakan gagasan dan sebagainya (5) Keterlibatan emosional dapat berbentuk penghayatan terhadap gagasan, nilai, sikap dan sebagainya dalam ranah kognitif.
Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran yang sedang berlangsung telah optimal, perlu diamati indikator atau gejala yang tampak dalam perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun rangkaian kegiatan tersebut seperti, aktivitas fisik siswa, aktivitas mental siswa, dan aktivitas emosional siswa.
METODE PENELITIAN
Dalam suatu penelitian diperlukan metode, Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam memecahkan masalah dalam penelitian, hal ini sesuai dengan Surachmad (1998:96) “metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk mengkaji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik dan alat tertentu.”
Menurut Hadari Nawawi (1993:61) penggunaan metode yang tepat dalam penelitian dimaksudkan untuk: (1) Menghindari cara pemecahan masalah dan cara berpikir yang spekulatif dalam mencari kebenaran ilmu, terutama dalam bidang ilmu sosial yang variabelnya sangat dipengaruhi oleh sikap subyektifitas manusia yang mengungkapkannya (2) Menghindari cara pemecahan masalah atau cara kerja yang bersifat trial and error sebagai cara yang tidak menguntungkan bagi perkembangan ilmu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern (3) Meningkatkan sifat obyektifitas dalam menggali kebenaran pengetahuan yang tidak saja penting artinya secara teoritis tetapi juga sangat besar pengaruhnya terhadap penggunaan hasil penelitian.
Sehubungan dengan itu untuk memecahkan masalah dalam suatu penelitian menurut Hadari Nawawi (1990:62) ada beberapa metode yang daapat digunakan yaitu: (1) Metode deskriptif (2) Metode eksperimen (3) Metode historis dan documenter (4) Metode filosofis dan bibliografi
Bertolak dari pendapat di atas maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan untuk memecahkan masalaah yang didasarkan aatas fakta aktual sebagaimana adanya berkenaan dengan ini Hadari Nawawi (1990:63) mengatakan bahwa “metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seorang lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”.
Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa metode deskriptif menggambarkan cara pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang didasarkan pada fakta atau kenyataan dan kondisi yang aktual pada saat peneliti melakukan penelitian ini.
Bentuk penelitian merupakan salah satu kondisi metode penelitian yang dipergunakan, dalam suatu metode penelitian terdapat beberapa macam bentuk penelitian yang dapat digunakan. Pemilihannya harus didasarkan pada pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan jenis variasi gejala yang diambil.
Sehubungan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode deskriptif, maka menurut Yousda (1993:21) ada beberapa bentuk penelitian dalam metode penelitian ini yaitu: (1) Survey (2) Case study (3) Causal correlational (4) Studies correlational (5) Development
Dari kelima bentuk di atas, yang dianggap sesuai dengan masalah penelitian ini adalah bentuk penelitian survey.
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Recearch) yang dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat. Menurut Susilo (2009:16), penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru kelas atau sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 16 Sendoreng Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang di Kelas III.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 16 Sendoreng Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang yang berjumlah 36 orang, terdiri dari 19 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa laki-laki serta teman sejawat yang berfungsi sebagai observasi melalui pengamatan observasi dalam proses pembelajaran siswa secara berkelompok.
Teknik Pengumpulan data dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa teknik menurut (Hadari Nawawi:1985) adalah : (1)Teknik Observasi Langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana sutau peristiwa, keadaan atau situasi yang sedang terjadi (2) Teknik Komunikasi Langsung adalah cara mengumpulkan data yang seseorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang senagja dibuat untuk keperluan tersebut (3) Teknik Dokumenter adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, Koran, majalah dan lain-lain (4) Teknik Pengukuran adalah cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif dan mengetahui tingkat atau aspek tertentu.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Observasi Langsung, dimana cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana sutau peristiwa, keadaan atau situasi yang sedang terjadi.
gejala/indikator yang muncul (2) Tes, yaitu tes tertulis yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa.
Teknik analisis data setelah data dari setiap kegiatan terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptip, data tersebut berasal dari: (1) Implementasi tindakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang materi Lingkungan Alam dan Buatan (2) Aktivitas siswa dalam menganalisa tingkat keaktifannya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang materi Lingkungan Alam dan Buatan (3) Hasil belajar siswa, dengan melihat perbandingan hasil belajar pada siklus I dan siklus II dengan mempresentasikan hasil rata-ratanya dengan menggunakan rumus sebagaimana yang dikemukakan Arikunto (2005: 216) sebagai berikut:
Keterangan :
X% : Persentase Hasil Perhitungan
n : Jumlah siswa yang memperoleh nilai tertentu N : Jumlah seluruh siswa
Aspek yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa atau aktivitas belajar, maka diperlukan indikator untuk mengukur keberhasilan aspek yang ditingkatkan tersebut. Berikut ini tabel indikator untuk mengukur keberhasilan aspek yang ditingkatkan.
18 HENDRIANUS 50
2 Menyediakan media/alat bantu kegiatan
pembelajaran (bila dibutuhkan)
3 Menyampaikan materi dengan menggunakan model
Tipe STAD materi IPS
4 Memberikan Evaluasi : Tugas Kelompok
5 Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk
menguasai materi
6
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi
7 Sistem penghargaan yang berorientasi kepada
kelompok daripada individu
8 Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
9 Menyediakan media/alat bantu kegiatan
pembelajaran (biladibutuhkan)
10 Menyampaikan materi dengan menggunakan model
Tipe STAD materi IPS
11 Memberikan Evaluasi : Tugas Kelompok
12 Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk
menguasai materi
13
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi
14 Sistem penghargaan yang berorientasi kepada
kelompok daripada individu
kelompok belum sesuai dengan kemampuan setiap siswa (7) Minta siswa belum tampak dalam pembelajaran (8) Guru lebih efektif dibandingkan siswa
Sedangkan persepsi siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif dari hasil pengamatan dapat diuraikan seperti di bawah ini. (Hasilnya terlampir di daftar lampirkan PTK ini).
Dari di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua dalam siklus I, terjadi perbedaan yaitu 54,4 < 60,25 artinya aktivitas siswa dalam belajar masih di bawah criteria ketuntasan, sehingga keaktifan siswa tersebut perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya karena belum mencukupi kriteria ketuntasan minimal yaitu 69 %.
Yang berhubungan dengan hasil belajar siswa pada siklus I, dari hasil analisis ternyata hasil rata-rata pertemuan pertama dan kedua adalah 68,75 atau 40% dibawah nilai standar minimal, sedangkan siswa yang tuntas yang mendapat nilai 60 ke atas pada pertemuan pertama ada 10 orang (50 %). Dengan demikian hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran pada siklus I masih dibawah dari harapan yang diinginkan karena jumlah siswa 50% masih kurang dari (65) ketuntasan minimal dari sekolah. Maka dilanjutkan dengan siklus II.
2. Siklus kedua (II)
19 IYANG 55
2 Menyediakan media/alat bantu kegiatan pembelajaran (bila dibutuhkan)
3 Menyampaikan materi dengan menggunakan model Tipe STAD materi IPS
4 Memberikan Evaluasi : Tugas Kelompok
5 Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
6
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi
9 Menyediakan media/alat bantu kegiatan pembelajaran (biladibutuhkan)
10 Menyampaikan materi dengan menggunakan model Tipe STAD materi IPS
11 Memberikan Evaluasi : Tugas Kelompok
12 Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
13
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi
14 Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu
Berdasarkan rincian hasil dan pembahasan di atas, maka tabulasi data tes awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5 Data Hasil Belajar Siswa Kelas III
No Nama Siswa bertujuan memperbaiki kinerjanya selama dalam proses pembelajaran sebagai seorang tenaga pendidik, untuk memberikan motivasi siswa dalam belajar sehingga memperoleh hasil yang optimal.
Identifikasi masalah
Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan
Refleksi Permasalahan baru hasil refleksi
Perbaikan perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi Perubahan
yang terdiri dari empat rangkaian kegiatan menurut KTSP (2006) yang terdiri dari: (1) Perencanaan (2) Tahap pelaksanaan tindakan (3) Observasi (4) Refleksi
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan pada tahap pembahasan ini diantaranya menyusun instrument penelitian dapat membuat RPP, guru secara kolaboratif mengadakan kegiatan sebagai berikut (1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menghambat dan kemudahan apa tidak diperoleh guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebelumnya (2) Mendiskusikan terlebih dahulu teknik pembelajaran yang sudah digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebelumnya (3) Menyusun strategi pembelajaran yang berkaitan dengan waktu yang tersedia untuk menyampaikan materi pembelajaran yang telah direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kemudian guru membagi kelompok 4 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 3 orang dan 1 kelompok beranggotakan 4 orang.
Pelaksanaaan penelitian pada tahap ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tipe STAD sesuai dengan RPP yang dibuat.
Pada tahap observasi pengamatan dilakukan bersama-sama dengan teman sejawat untuk melakukan pemantauan dari data yang telah dibuat dengan menggunakan lembar observasi, pengumpulan data dilakukan bersama acuan untuk melakukan refleksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan data dalam tabel di atas hasil belajar rata-ratanya adalah 68,75 jasi hasil belajar yang diperoleh dari 20 siswa pada siklus II terlihat peningakatan, sehingga diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah memenuhi kriteria ketuntasan sehingga tidak perlu perbaikan pada tahap berikutnya.
Tabel 6 Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No Nama Siswa NilaiSiklus I Siklus II
1 AHEN 65 65
2 ANGELINA HIASINTA 50 50
3 ANITA 65 65
4 ANASTASIA ASTRID 70 70
5 AYUNI 50 50
6 ANDRE 65 65
7 BOY 55 55
8 BETI APRIANTI 60 60
9 CHERRY 65 65
10 CHRYSTOFORUS RONI 65 65
11 HELDA 70 70
12 DINI KARTIKA 65 65
13 DARMAWAN 60 60
14 DARWIN KRISTIANTO 50 50
15 ELDO 55 55
16 EFENDI 55 55
17 FIKTOR 65 65
18 HENDRIANUS 50 50
19 IYANG 55 55
20 JERY 70 70
Jumlah 1.205 1.375
Rata-Rata 60,25 68,75
pendekatan model pembelajaran tipe STAD dalam upaya peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPS kelas III SDN 16 Sendoreng dikatakan berhasil.
Kesimpulan dan saran Kesimpulan
rata-rata persentase hasil belajar pada siklus I terjadi kenaikan yang cukup berarti, yaitu dari rata-rata 55,25% pada siklus I menjadi 67% pada siklus II berarti sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 60%. Denagn demikian dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang lingkungan alam dan buatan melalui model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team achivement division) dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa SDN 16 Sendoreng.
Saran
DAFTAR RUJUKAN
Hadari Nawawi. (1993). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mulyono (2011). Belajar dan Mengajar. Jakarta: Kencana.
Nurhadi dkk. (1993). Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang: Universitas Negeri Malang. Sardiman. (2010). Pembelajaran untuk Siswa Sekolah Dasar. Bandung:
Alfabeta.
Soli Abimanyu dkk. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Surachmad (1998). Penelitian Tindakan kelas. Cipayung: Gaung Persada Pers.
Susilo. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks
Tim Penulis Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Yatna, 2008). Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan.