• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE

CONNECTED

MATERI SIFAT LARUTAN

SERTA KETERKAITANNYA DENGAN SUMBER ARUS LISTRIK KELAS VII SMPN 1 TRAWAS

MOJOKERTO

Ridha Fitri Andansari

1)

Bambang Sugiarto

2)

1)

Mahasiswa S1 Pendidikan IPA, FMIPA, UNESA rie_v3@yahoo.co.id

2)

Dosen S1 Pendidikan Kimia, FMIPA, UNESA

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi hasil

pra penelitian

yang menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di SMPN

1 Trawas masih diajarkan secara terpisah. Ketuntasan belajar belum sesuai dengan harapan yakni hanya

65% yang tuntas secara klasikal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan

pembelajaran IPA Terpadu tipe

connected

, hasil belajar kognitif siswa, dan respon siswa. Metode

penelitian yang digunakan adalah menggunakan model desain eksperimen semu (

pre experimental

)

dengan menggunakan rancangan penelitian

“One Group Pretest

-

Postest Design”. Subjek penelitian

adalah siswa kelas VII-A SMPN 1 Trawas sebanyak 35 siswa. Instrumen penelitian menggunakan lembar

pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, tes ketuntasan belajar siswa, dan angket respon siswa. Hasil

pengamatan penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran terlaksana dengan baik. Pada pertemuan

pertama, diperoleh keterlaksanaan pembelajaran sebesar 95% dan pertemuan kedua sebesar 93,75%.

Terdapat penurunan rata-rata dipertemuan kedua dikarenakan pada fase 3 pertemuan kedua pada saat

percobaan sangat antusias sehingga siswa terkesan ramai dalam melakukan percobaan. Berdasarkan uji

normalitas, H

0

diterima dan data berdistribusi normal karena nilai sig.0,216

0,05. Setelah diuji-t untuk

mengetahui perbedaan antara hasil

pre-test

dan

post-

test. t

tabel

0,05 = 17,331

2,0322 maka H

0

ditolak.

Apabila H

0

ditolak berarti ada perbedaan signifikan antara nilai

pre-test

dan

post-test

. Dengan analisis

skor gain ternormalisasi nilai

pre-test

dan

post-test

didapatkan 11 siswa dengan kategori tinggi (31,34%),

22 siswa dengan kategori sedang (62,86%), dan 2 siswa berkategori rendah (5,71%). Nilai

pre-test

menunjukkan hanya 22,86% siswa yang tuntas secara klasikal, ini dikarenakan 27 siswa tidak tuntas

dengan rata-rata nilai

pre-tes t

67,17. Hasil

post-test

menunjukkan bahwa 32 siswa tuntas secara klasikal

dan 3 siswa yang tidak tuntas, dengan rata-rata nilai 87,11 diperoleh ketuntasan belajar klasikal 91,43%.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran IPA Terpadu tipe

connected

meningkatkan hasil

belajar siswa. Dalam proses belajar mengajar, siswa sangat merespon pembelajaran dengan materi sifat

larutan serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik.

Kata kunci:

IPA Terpadu tipe connected, hasil belajar siswa, respon siswa.

Abstract

The study was backed by the results of the research indicate pre-study results that show that learning

science in state junior high school 1 of Trawas still taught separately. Completeness learning is not in

accordance with the expectation that only 65% were completed in the classical style. This study aimed to

describe completeness of integrated science connected model, students cognitive learning results, and

student responses. The method used is to use the model of a quasi experimental design (

pre-experimental

)

by using the design study

"One Group Pretest-Posttest Design"

. The subjects were students of class 7

th

-A

state junior high school 1 of Trawas many as 35 students. The research instrument uses observation

sheets completeness learning, test of students achievement, and the student questionnaire responses. The

observations showed that the learning gets done properly. At the first meeting, retrieved completeness

study of 95% and the second meeting of 93,75%. There is a decrease in the average of second meeting

phase 3 due to the second meeting at the time of the experiment are excited that the students look

crowded. Based normality test, H

0

is accepted and normal distribution of data because the value sig. 0,216

0,05. After the test-t to know the difference between the

pre-test

and

post-test

. t

tabel

0,05 = 17,331

2,0322 then H

0

is rejected. If H

0

is rejected means that there is a significant difference between the

(2)

process of teaching and learning, students are learning to respond to the material properties of the solution

as well as with dependencies of electrical current sources.

Keywords: integrated science connected model, students cognitive learning results, student responses.

PENDAHULUAN

IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berawal

dari fenomena alam. IPA juga didefinisikan sebagai

kumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam

yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan

ilmuwan

yang

dilakukan

dengan

keterampilan

bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. IPA

merupakan kombinasi dua unsur utama, yaitu proses dan

produk yang tidak terpisahkan.

Sebelum memasuki bangku sekolah, siswa terbiasa

memandang dan mempelajari segala peristiwa yang

dialami dan terjadi di sekitarnya sebagai suatu kesatuan

yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara

terpisah-pisah (parsial). Sayangnya, ketika memasuki

situasi belajar secara formal di bangku sekolah, mereka

diberikan berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah

satu sama lain sehingga mereka terkadang mengalami

kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di

lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya.

Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan

pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata

pelajaran

dengan

mata

pelajaran

lainnya

akan

mengakibatkan permasalahan yang cukup serius bagi

siswa. Pembelajaran yang memisahkan penyajian mata

pelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi

siswa karena hanya akan memberikan pengalaman belajar

yang dibuat-buat.

Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat

karena

akan

berpengaruh

terhadap

kebermaknaan

pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar yang

menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam

maupun antar mata pelajaran akan memberikan peluang

bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih

bermakna (

meaningfull learning

).

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat

15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang

disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan

pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan

standar

kompetensi

serta

kompetensi

dasar

yang

dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) (Mulyasa, 2010:19).

KTSP berorientasi pada hasil dan dampak yang

diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui

serangkaian

pengalaman

yang

bermakna.

Upaya

memandirikan siswa untuk belajar, bekerjasama, dan

menilai diri sendiri sangat diutamakan agar siswa mampu

membangun pemahaman dan pengetahuannya. Kegiatan

belajar mengajar perlu memberikan pengalaman nyata

dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia kerja yang terkait

dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip disiplin ilmu

yang dipelajari.

Menurut Depdikbud (dalam BSNP 2007), model

pembelajaran terpadu merupakan salah satu model

implementasi

kurikulum

yang

dianjurkan

untuk

diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari

tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)

sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

(SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya

merupakan

suatu

pendekatan

pembelajaran

yang

memungkinkan siswa baik secara individual maupun

kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan

konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.

Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba

memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615).

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan

pendekatan yang melibatkan beberapa mata pelajaran

untuk memberikan pengalaman langsung bagi siswa,

sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,

menyimpan,

dan

menerapkan

konsep

yang

telah

dipelajarinya. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai

pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran terpadu

secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan

yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun

konsep-konsep yang saling berkaitan secara menyeluruh

(holistik), bermakna, otentik, dan aktif.

(3)

masih belum terpenuhi, dan guru belum mengajar di setiap

jenjang

kelas

sehingga

pembelajaran

kembali

ke

pembelajaran semula yaitu secara terpisah. Dengan

menggunakan pembelajaran terpisah akan memakan waktu

yang lama bahkan kadang ada materi yang tidak

tersampaikan karena banyaknya materi tidak sebanding

dengan waktu yang ada.

Didukung dengan angket yang diberikan kepada siswa,

siswa berpendapat IPA merupakan pelajaran yang sulit

karena pembelajaran IPA masih dipecah-pecah menjadi

fisika, kimia, dan biologi sehingga siswa menjadi bosan

karena harus banyak menghafal rumus. Selain itu guru

masih sering menggunakan metode ceramah, kurang

variatif, mengejar materi agar materi habis disampaikan,

kurang

memperhatikan

kemampuan

siswa,

kurang

memperhatikan apakah yang disampaikan bisa diterima apa

tidak oleh siswa sehingga pembelajaran cenderung

didominasi oleh guru (

teacher centered

)

yang menjadikan

siswa hanya duduk manis mendengarkan penjelasan dari

guru. Hal ini menyebabkan proses belajar mengajar

cenderung pasif karena suasana belajar yang kurang

menyenangkan dan kurangnya interaksi antar siswa.

Kelemahan-kelemahan tersebut merupakan salah satu

indikasi penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas VII

di SMP Negeri 1 Trawas.

Guru seharusmya tidak menggunakan model pembelajaran

yang pasif atau berpusat pada guru. Guru sangat perlu

menerapkan suatu model pembelajaran yang variatif yang

dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar dan siswa

dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (

student centered

). Sudjana (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yaitu faktor

yang berasal dari dalam dan luar diri siswa (faktor

lingkungan). Selain dua faktor tadi juga terdapat satu faktor

lagi yang mempengaruhi hasil belajar siswa yakni kualitas

pengajaran di sekolah. Kualitas pengajaran adalah tinggi

rendahnya atau berkualitas tidaknya proses pembelajaran yang

dilakukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu

pembelajaran IPA Terpadu yang sejalan dengan tujuan di atas

adalah pembelajaran IPA Terpadu tipe keterhubungan

(

connected

).

Pembelajaran terpadu tipe

connected

ini digunakan untuk

menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik

dengan topik lainnya, satu keterampilan dengan keterampilan

lain, mengaitkan tugas pada hari hari ini dengan hari

berikutnya, ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan

ide-ide yang dipelajari pada semester berikutnya tetapi masih

dalam satu bidang studi. Dengan demikian, memberikan

kesempatan pada siswa untuk memahami masalah yang

kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan

pandangan yang utuh. Fogarty (1991:15) menyatakan

beberapa kelebihan pembelajaran terpadu tipe

connected

antara lain sebagai berikut: 1) Dengan pengintegrasian

ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran

yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus

pada suatu aspek tertentu, 2) Siswa dapat mengembangkan

konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga

terjadilah proses internalisasi, 3) Mengintegrasikan ide-ide

dalam interbidang studi memungkinkan siswa mengkaji,

mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi

ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan

terjadinya proses transfer dalam memecahkan masalah.

Materi yang diambil dalam penelitian adalah materi

asam, basa, dan garam. Sifat larutan sendiri merupakan

materi

kimia

kelas

VII

penjabaran

KD

2.1

mengelompokkan sifat larutan asam, basa, dan garam

melalui alat dan indikator yang tepat, yang merupakan

materi inter disiplin ilmu yang dapat dihubungkan dengan

materi IPA lainnya sehingga akan menarik untuk dipelajari.

Sifat larutan asam, basa, dan garam memuat konsep-konsep

yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat

dikaitkan dengan materi fisika yaitu sumber arus listrik

kelas IX semester 1 penjabaran KD 3.3 mendeskripsikan

prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya

serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sifat

larutan yang terdiri dari asam, basa, dan garam yang

dikaitkan pada sumber arus listrik akan menghasilkan

konsep pengaruh derajat keasaman dan kebasaan (pH)

terhadap kuat arus listrik yang dihasilkan pada percobaan.

Selain itu alasan kenapa materi ini dipilih adalah

rata-rata hasil nilai skor ulangan pada materi sifat larutan asam,

basa, garam masih banyak yang berada di bawah KKM.

Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi sifat

larutan asam, basa, dan garam adalah 75 dan didapat 70%

siswa dinyatakan tuntas sedangkan 30% siswa belum tuntas,

sementara ketuntasan klasikal juga mencapai 65% sehingga

masih ada 35% siswa yang belum tuntas secara klasikal. Hal

ini berarti penguasaan siswa terhadap materi belum dikuasai

dengan baik.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pra

eksperimen (

pre experimental

) dengan desain

One Group Pretest-Posttest Design

.

Populasi penelitian adalah seluruh

siswa kelas VII SMP Negeri 1 Trawas pada semester genap

2014-2015 yang terdiri dari lima kelas yaitu VII-A sampai

dengan VII-E. Teknik pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah teknik

purposive sampling

, yaitu penentuan

sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2008). Sampel yang digunakan dalam

penelitian adalah siswa kelas VII-A di SMP Negeri 1

Trawas sebanyak 35 siswa. Penentuan kelas yang

digunakan berdasarkan pertimbangan dari guru IPA karena

kelas tersebut merupakan kelas unggulan.

(4)

merupakan langkah awal dari penelitian. Pada tahap ini

antara lain: Penelitian awal (pra penelitian) yang dilakukan

sebagai observasi awal), penyusunan proposal, pembuatan

perangkat pembelajaran di dalamnya meliputi Silabus,

RPP,

LKS,

dan

Handout

,

menyusun

instrumen

pembelajaran, melakukan telaah dan validasi perangkat

pembelajaran dan instrumen penelitian, melakukan analisis

butir soal yang sebelumnya diteskan pada siswa kelas IX-A

SMP Negeri 1 Trawas untuk untuk mengetahui soal yang

reliabel dan valid untuk digunakan sebagai soal

pre-test

dan

post-test

sehingga didapatkan soal yang bermutu

sebelum digunakan, melakukan test awal (

pre-test

) yang

dilakukan untuk menilai kemampuan awal siswa. 2) Tahap

pelaksanaan penelitian adalah tahap dimana penelitian

dilaksanakan

dengan

melibatkan

pengamat

yang

mengamati aktivitas siswa dengan berada pada tempat yang

tidak terlalu jauh dari siswa. Pengamat juga mengamati

dengan objektif aktivitas guru saat mengajar yang mengacu

pada RPP. 3) Tahap akhir pelaksanaan penelitian dilakukan

tes akhir (

post-test

). Tes akhir ini dilakukan setelah adanya

penerapan pembelajaran IPA Terpadu tipe

connected

materi sifat larutan asam, basa, dan garam serta

keterkaitannya

dengan

sumber

arus

listrik

untuk

mengetahui peningkatan yang signifikan dari nilai siswa.

Teknik analisis data diperoleh dengan cara sebagai

berikut: 1) Analisis butir soal: uji validitas, reliabilitas,

tingkat

kesukaran,

daya

pembeda.

2)

Analisis

keterlaksanaan pembelajaran. 3) Analisis tes ketuntasan

belajar: analisis hasil

pre-test

dan

post-test

(uji normalitas,

uji-t berpasangan, analisis gain ternormalisasi), analisis

hasil belajar kognitif. 4) analisis respon siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterlaksanaan pembelajaran

Penelitian dilakukan di kelas VII-A SMPN 1 Trawas

dengan dua kali pertemuan pada tanggal 15 dan 16 April

2015 menggunakan pembelajaran tipe

connected

materi

sifat larutan serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Berdasarkan

tabel 1.

menunjukkan bahwa secara

umum pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tipe

connected

sangat baik. Dalam materi ini terdapat dua

Kompetensi Dasar (KD) lintas kelas yang dijadikan satu

dalam dua kali pertemuan. KD yang dimaksud adalah KD

2.1. mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan

larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat pada

kelas VII dan KD 3.3 mendeskripsikan prinsip kerja

elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada kelas IX.

Hal ini sesuai dengan Fogarty (1991:13) mendefinisikan

model pembelajaran tipe keterhubungan (

connected

) adalah

metode yang digunakan dengan menghubungkan satu

konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lainnya,

satu keterampilan dengan keterampilan lain, mengaitkan tugas

pada hari hari ini dengan hari berikutnya, ide-ide yang

dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari

pada semester berikutnya tetapi masih dalam satu bidang

studi.

Tabel 1. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan analisis data dapat dilihat bahwa

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

memperoleh skor rata-rata pertemuan pertama 3,80 dan

pertemuan kedua 3,75 yang termasuk dalam kategori

sangat baik. Hal ini disebabkan peneliti sebagai guru

memperhatikan setiap sintaks model pembelajaran tipe

STAD, yaitu:

Fase 1 dalam model pembelajaran tipe STAD adalah

menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Dalam fase

ini guru membuka pelajaran dengan memotivasi siswa

untuk memunculkan masalah sehingga timbul

pertanyaan-pertanyaan yang memotivasi siswa untuk belajar. Setelah

guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada proses

belajar yang akan berlangsung. Skor yang diperoleh dalam

tahap ini adalah 4,00 pada pertemuan pertama dan 3,80

pada pertemuan kedua berkategori sangat baik.

Fase 2 adalah menyajikan informasi. Pada fase ini pada

pertemuan pertama dan kedua mendapatkan skor 4,00

dengan kategori sangat baik. Siswa dibagikan

handout

dan

menemukan gagasan yang ada dengan menggaris bawahi

ide pokok. Setelah itu guru dan siswa membahas

bersama-sama pokok-pokok materi yang sudah dirangkum.

Fase 3 mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok. Fase ini meliputi beberapa kegiatan yang

dilakukan guru diantaranya, mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok kecil, membagikan LKS, siswa

berkelompok menyiapkan alat dan bahan, dan mengerjakan

LKS dengan sungguh-sungguh. Rata-rata skor yang

diperoleh guru dalam pertemuan pertama dan kedua

masing-masing adalah 3,75 dan 3,50. Dalam fase ini pada

pertemuan kedua mengalami penurunan dikarenakan siswa

terlalu antusias dalam melakukan percobaan, sehingga

siswa menjadi terkesan ramai.

No.

Aspek yang diamati

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Skor

rata-rata Kategori

Skor

rata-rata Kategori

1. Persiapan 4,00 Sangat baik 4,00 Sangat baik 2. Fase 1 4,00 Sangat baik 3,80 Sangat baik 3. Fase 2 4,00 Sangat baik 4,00 Sangat baik 4. Fase 3 3,75 Sangat baik 3,50 Sangat baik 5. Fase 4 4,00 Sangat baik 4,00 Sangat baik 6. Fase 5 3,80 Sangat baik 3,80 Sangat baik 7. Fase 6 4,00 Sangat baik 4,00 Sangat baik

8. Pengelolaan

waktu 3,00 Baik 3,00 Baik

9. Suasana

(5)

Fase 4 adalah membimbing kelompok belajar dan

bekerja. Guru membimbing siswa dalam melakukan

percobaan dan membantu siswa apabila mendapat kesulitan

saat melakukan percobaan. Kegiatan yang dilakukan oleh

siswa yaitu menuliskan hasil pengamatannya pada tabel

pengamatan yang telah tersedia dalam LKS. Skor yang

diperoleh yaitu sama-sama 4,00 pada pertemuan pertama

dan pertemuan kedua. Pada LKS pertemuan pertama

mengidentifikasi sifat asam dan basa dengan menggunakan

indikator alami dan indikator buatan. Pada LKS pertemuan

kedua menguji daya hantar listrik pada buah sebagai

sumber arus listrik. Pada tahapan ini tampak pengelolaan

tipe

connected

karena siswa dapat mengidentifikasi

pengaruh derajat keasaman dan kebasaan (pH) pada

rangkaian elemen Volta berdasarkan kuat arus listrik yang

dihasilkan.

Fase 5 evaluasi dengan memberi kesempatan pada

perwakilan tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan

hasil

diskusi

kelompoknya

di

depan

kelas

dan

membahasnya secara bersama-sama. Memberikan umpan

balik mengenai kegiatan yang telah dilakukan siswa dan

mengulas jawaban yang diberikan siswa. Guru memberikan

kuis secara individual yaitu

post-test

pada pertemuan

pertama

dan

pertemuan

kedua.

Selanjutnya

guru

menanggapi hasil diskusi kelompok secara keseluruhan dan

membimbing siswa untuk membuat kesimpulan materi

pembelajaran. Pada fase ini, skor yang diperoleh yakni 3,80

pada pertemuan pertama dan kedua.

Fase 6 memberikan penghargaan pada

kelompok-kelompok

yang

melakukan

kinerja

baik

dalam

kelompoknya dan memberikan tugas kepada siswa untuk

membaca materi selanjutnya. Pada fase ini setiap

pertemuan mendapatkan skor 4,00.

Ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000) yang

menyatakan bahwa metode pembelajaran

cooperatif learning

mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila

diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara

lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru,

kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber

lain dan belajar dari siswa lain, mendorong siswa untuk

mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan

dengan ide temannya, dan membantu siswa belajar

menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga

menerima perbedaan ini.

Pada tahap persiapan pada pertemuan pertama dan

kedua mendapatkan skor 4,00. Skor yang diperoleh guru

pada pengelolaan waktu dan suasana kelas berturut-turut

adalah 3,00 dan 3,67 pada pertemuan pertama dan kedua.

Hal ini dikarenakan aktivitas siswa saat praktikum pada

pertemuan pertama membutuhkan waktu yang lebih

banyak karena siswa belum terbiasa melakukan praktikum.

Pada pertemuan kedua, guru sudah terbiasa mengelola

waktu dan mengarahkan siswa sehingga situasi kelas lebih

kondusif. Guru sudah bisa memperhatikan alokasi waktu

pada setiap tahapan pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti sebagai guru telah

mengelola proses belajar mengajar dengan baik di dalam

kelas sesuai dengan tahapan yang ada. Menunjukkan

bahwa penerapan pembelajaran tipe

connected

materi sifat

larutan serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik

berlangsung dengan sangat baik.

Hasil belajar siswa

Peningkatan ketertarikan siswa dalam proses belajar

mengajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil

belajar siswa dalam penelitian ini hanya dibatasi pada

aspek kognitif. Aspek kognitif pada penelitian diukur

dengan menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan.

Hasil belajar siswa berupa

pre-test

dan

post-test

dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pre-test

dilakukan sebelum proses belajar mengajar berlangsung

pada pertemuan pertama, sedangkan

post-test

dilakukan

setelah praktikum pembelajaran pertemuan pertama dan

pertemuan kedua agar nilai yang dihasilkan tidak bias.

Analisis dari hasil

pre-test

dan

post-test

dihitung untuk

mengetahui kenaikan atau perbedaan hasil dari

pre-test

dan

post-test

. Setelah mendapatkan nilai

pre-test

, uji statistik

yang digunakan adalah uji normalitas. Uji normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan

dengan menggunakan Shapiro-Wilk pada program SPSS

versi 16.0. H

0

diterima dan data berdistribusi normal

karena nilai sig.0.216

0.05.

Tabel 2. Nilai thitung

dan t

tabel

Setelah diuji normalitasnya, maka dilakukan uji-t untuk

mengetahui perbedaan antara hasil

pre-test

dan

post-

test.

Uji-t berpasangan dilakukan dengan menggunakan

Paired-Samples pada program SPSS versi 16.0. t

hitung

t

tabel

0,05 =

17.331

2.0322 maka H

0

ditolak. Apabila H

0

ditolak

berarti ada perbedaan signifikan antara nilai

pre-test

dan

post-test

. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran IPA Terpadu

tipe

connected

materi sifat larutan asam, basa, dan garam

serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik.

Tabel 3. Data gain ternormalisasi nilai pre-test dan post-test

Jumlah

siswa

t

hitung

t

tabel

35

17.331

2.0322

Kategori gain

ternormalisasi

Persentase

(%)

Jumlah siswa

Rendah

5,71%

2

Sedang

62,86%

22

(6)

Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa

dilakukan analisis terhadap skor gain ternormalisasi <g>.

Setelah dianalisis 5,71% berkategori gain ternormalisasi

rendah,

62,86%

berkategori

sedang,

dan

31,34%

berkategori tinggi. Grafik presentase kategori gain

ternormalisasi dapat dilihat pada

gambar 1.

menurut Hake

(1998) pembelajaran yang baik bila skor ternormalisasi

lebih besar dari 0,4. Skor gain ternormalisasi yaitu

perbandingan skor gain aktual (skor gain yang diperoleh

siswa) dengan skor gain maksimum (skor gain tertinggi

yang mungkin diperoleh siswa).

Gambar 1.

Grafik persentase kategori gain ternormalisasi

Tabel 4. Nilai pre-test dan post-test

Nilai ketuntasan

pre-test

dan

post-test

dapat dilhat pada

tabel 4.

, berdasarkan tabel ketuntasan belajar klasikal untuk

nilai

pre-test

sebesar 22,86%. Hal ini disebabkan hanya 8

siswa yang tuntas, sedangkan 27 siswa lainnya tidak tuntas.

Nilai rata-rata

pre-test

seluruh siswa sebesar 67,17. Untuk

hasil

post-test

91,43% siswa tuntas secara klasikal, 32

siswa tuntas dan hanya 3 siswa yang tidak tuntas dengan

nilai rata-rata hasil

post-test

sebesar 87,11.

Gambar 2.

Grafik ketuntasan klasikal nilai

pre-test

dan

post-test

Berdasarkan hasil

post-test

, indikator pembelajaran

dapat tercapai semua, antara lain: 1) Menjelaskan

perbedaan sfat asam, basa, dan garam, 2) Menjelaskan

ciri-ciri indikator alami dan indikator buatan, 3) Menjelaskan

cara mengidentifikasi larutan asam, basa, dan garam, dan

4) Menjelaskan hubungan derajat keasaman dan kebasaan

(pH) dengan kuat arus listrik yang dihasilkan pada

rangkaian elemen Volta.

Ketuntasan siswa mengalami banyak kenaikan yang

signifikan, berdasarkan hasil wawancara untuk Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi sifat larutan asam,

basa, dan garam adalah 75 dan didapat 75% siswa dinyatakan

tuntas sedangkan 25% siswa belum tuntas, sementara

ketuntasan klasikal juga mencapai 70% sehingga masih ada

30% siswa yang belum tuntas secara klasikal.

Hal ini sesuai dengan tujuan dari diterapkannya IPA

Terpadu menurut Depdiknas (dalam BSNP 2007) yaitu

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran dan

beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus.

Respon siswa

Berdasarkan analisis angket respon yang diberikan pada

siswa, setiap item pertanyaan yang diberikan untuk

mendapatkan

informasi

siswa

terhadap

model

pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru rata-rata

memiliki persentase lebih dari 90%. Siswa sangat

merespon proses pembelajaran IPA Terpadu tipe

connected

dengan materi sifat larutan serta keterkaitannya dengan

sumber arus listrik. Hal ini ditunjukkan dengan 100%

siswa menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran IPA yang

diikuti menarik dan menyenangkan. Siswa juga lebih

mudah memahami dan menguasai materi sifat larutan dan

sumber arus listrik.

Sebanyak 97,1% siswa termotivasi dalam mempelajari

IPA sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti

proses pembelajaran di kelas. Dalam model pembelajaran

kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

saling membantu belajar satu sama lainnya.

Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil

belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan

perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda

yang ada di kelas, dan siswa penyandang cacat bila ada.

Model pembelajaran kooperatif akan menciptakan sebuah

revolusi pembelajaran di dalam kelas. Secara berkelompok

siswa bisa saling berdiskusi dan saling membantu dalam

memecahkan

masalah

selama

kegiatan

praktikum

berlangsung, sehingga bisa membangun kerjasama dan

tanggungjawab antar siswa dalam kelompok. Hal ini sesuai

dengan tujuan dari diterapkannya IPA Terpadu dalam

Depdiknas (2006) yaitu meningkatkan minat dan motivasi.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian

Fitria (2011) bahwa dengan penerapan model pembelajaran

terpadu tipe

connected

mampu meningkatkan hasil belajar

6%

63%

31%

Persentase kategori gain

ternormalisasi

rendah

sedang

tinggi

pre-test

post-test

22.86

91.43

77.14

8.57

Ketuntasan klasikal

nilai pre-test dan post-test siswa kelas VII-A

tuntas (%)

tidak tuntas (%)

No. Jenis tes Tuntas Persentase (%)

Tidak tuntas

Persentase (%)

1. Pre-test 8 22,86 27 77,14

(7)

siswa dan siswa mendapat pengalaman belajar yang

bermakna. Serta sejalan dengan penelitian Rahayu (2011)

yang menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi IPA Terpadu mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pembelajaran

IPA Terpadu tipe

connected

materi sifat larutan serta

keterkaitannya dengan sumber arus listrik di kelas VII

SMPN 1 Trawas, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1)

Keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan pada

pertemuan pertama dan pertemuan kedua memiliki skor

rata-rata 3,80 dan 3,75 yang dapat dikategorikan sangat

baik dengan persentase 95,00% dan 93,75%. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran IPA Terpadu

tipe

connected

materi sifat larutan serta keterkaitannya

dengan sumber arus listrik berlangsung dengan sangat baik.

Terdapat

penurunan

rata-rata

dipertemuan

kedua

dikarenakan pada fase 3 pertemuan kedua pada saat

percobaan, siswa sangat antusias sehingga siswa terkesan

ramai dalam melakukan percobaan. 2) Hasil test kognitif

siswa kelas VII-A menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Berdasarkan uji normalitas, H

0

diterima dan

data berdistribusi normal karena nilai sig.0.216

0.05.

Setelah diuji normalitasnya, maka dilakukan uji-t untuk

mengetahui perbedaan antara hasil

pre-test

dan

post-

test.

t

tabel

0,05 = 17.331

2.0322 maka H

0

ditolak. Apabila H

0

ditolak berarti ada perbedaan signifikan antara nilai

pre-test

dan

post-test

. Dengan analisis skor gain ternormalisasi nilai

pre-test

dan

post-test

didapatkan 11 siswa dengan kategori

tinggi (31,34%), 22 siswa dengan kategori sedang

(62,86%), dan 2 siswa berkategori rendah (5,71%).

Ketuntasan klasikal nilai

pre-test

sebesar 22,86%, ini

menunjukkan bahwa ada 27 siswa yang belum tuntas

secara klasikal. Nilai rata-rata ketuntasan klasikal

pre-test

siswa adalah 67,17. Pada

post-test

siswa yang tuntas

sebanyak 32 siswa dengan nilai tertinggi 100 dan terendah

71,11, sehingga didapatkan ketuntasan siswa secara

klasikal adalah 91,43% dengan rata-rata keseluruhan 87,11.

3) Hasil angket respon yang diberikan pada siswa memiliki

persentase lebih dari 90% setiap item pertanyaan, yang

menunjukkan bahwa siswa sangat merespon proses

pembelajaran IPA Terpadu tipe

connected

materi sifat

larutan serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, untuk lebih

meningkatkan

hasil

belajar

siswa

maka

peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut: 1) Dalam

melakukan penelitian sebaiknya peneliti mempersiapkan

alat dan bahan dalam penelitian dikarenakan tidak semua

alat dan bahan yang dibutuhkan selama praktikum

mencukupi

dan

tersedia

di

sekolah.

2)

Selama

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD materi sifat larutan serta keterkaitannya, guru

diharapkan lebih mampu mengontrol waktu yang

digunakan agar pembelajaran berlangsung lebih efektif. 3)

Perlu dilakukan kembali penelitian tentang penerapan

pembelajaran IPA Terpadu tipe

connected

materi sifat

larutan tidak hanya keterkaitannya dengan sumber arus

listrik, tetapi bisa dihubungkan dengan materi lain dalam

mata pelajaran IPA. 4) Penerapan pembelajaran IPA

Terpadu tipe

connected

materi sifat larutan dapat dijadikan

salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi siswa

dalam proses belajar mengajar.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih saya dalam penyusunan artikel

ilmiah ini, pertama-tama saya ucapkan rasa syukur dan

terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberi

kemudahan dan kelancaran dalam mengerjakan artikel ini.

Yang kedua saya ucapkan terimakasih kepada Drs.

Bambang Sugiarto, M.Pd. selaku dosen pembimbing saya

dan tidak lupa kedua orang tua saya beserta keluarga,

semua pihak SMPN 1 Trawas yang telah mengijinkan

instansinya untuk pengambilan data penelitian, seseorang

yang setia menemani dan memberi semangat tersendiri

dalam pendidikan dan karir, serta teman-teman dan semua

pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan terlibat selama pembuatan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,

Suharsimi.

2009.

Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi)

. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010.

Prosedur Penelitian: Suatu

Pendekatan Praktik

. Jakarta: Rineka Cipta.

Beane, James A.. 1995.

Toward A Coherent Curriculum

.

Alexandria, Virginia: ASCD.

BSNP. 2007.

Model Pembelajaran Terpadu IPA

. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Carin dan Sun. 1993.

Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek

. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Fitria, Nurul. 2011.

Penerapan Pembelaja ran IPA Terpadu

Model Connected Pada Materi Asam, Basa, dan Garam Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Di SMP Nur Hidayah Surabaya

.

Skripsi.

Tidak

dipublikasikan.

Surabaya:

Perpustakaan

Pusat

Universitas Negeri Surabaya.

Fogarty, Robin. 1991.

How Integrate The Curricula

.

Illionis: Skylight Publishing.

(8)

Hake, R.R. 1999.

Analyzing Change/Gain

Scores

(http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChang

e-Gain.pdf diakses pada tanggal 5 Januari 2015).

Ibrahim, dkk. 2000.

Pembelajaran Kooperatif

. Surabaya:

Unesa University Press.

Kamajaya dan Tedy Wibowo. 2007.

Inspirasi Sains Pelajaran IPA Untuk SMP Kelas VII

. Jakarta: Ganeca

Exact.

Kanginan, Marthen. 2007.

IPA Fisika Untuk SMP Kelas IX

. Jakarta: Erlangga.

Mitarlis dan Sri Mulyaningsih. 2009.

Pembelajaran IPA Terpadu

. Surabaya: Unesa University Press.

Mulyasa. 2010.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis

.

Bandung:

Remaja

Rosdakarya.Riduwan.

2010.

Skala Pengukuran Variabel-Va riabel Penelitian

. Bandung: Alfabeta.

Nur, Mohamad. 2008.

Pembelajaran Kooperatif

. Surabaya:

PSMS Unesa.

Nur, Mohamad. 2008.

Pemotivasian Siswa Untuk Belajar

.Surabaya:PSMS Unesa.

Prodi Pendidikan Sains. 2011.

Petunjuk Ringkas Penulisan Proposal Skripsi Program Studi Pendidikan Sains

.

Surabaya: Prodi S1 Pendidikan Sains.

Rahayu,

Dhofin

Ayu.

2011.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi IPA Terpadu Tema Rokok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Di SMPN 3 Madiun

. Skripsi.

Tidak dipublikasikan. Surabaya: Perpustakaan Pusat

Universitas Negeri Surabaya.

Riduwan. 2010.

Dasar-dasar Statistik

. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2010.

Skala Pengukuran Va riabel-Variabel

Penelitian

. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. 2005.

Metoda Statistik

. Bandung: Tarsito.

Sudibyo, Elok… (at.al.). 2008.

Mari Belajar IPA 3: Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas IX

. Jakarta:

Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiarto, Bambang, dkk. 2010.

Kimia Dasar untuk Pendidikan Sains

. Surabaya: Unesa University Press.

Sugiarto, Teguh dan Eny Ismawati. 2008.

Ilmu

Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas VII

. Jakarta:

Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiono. 2008.

Statistika Untuk Penelitian

. Bandung:

Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010.

Metode Penelitian Pendidikan

. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim. 2014.

Panduan Penulisan Skripsi Program Sarjana Strata Satu (S-1)

. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

Trianto. 2007.

Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek

. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Tepung gandum memiliki aktivitas Amendo yang lebih tinggi dibandingkan Amendo tepung sorgum, sedangkan Amendo pada pati jagung dan singkong hanya menunjukkan aktivitas

Kelahiran Koperasi yang didasari oleh adanya penindasan dan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat kalangan bawah (buruh) di dalam sistem kapitalisme yang berkembang pesat

bahwa berdasarkan evaluasi Pelaksanaan Pelimpahan Sebagian Kewenangan Walikota Kepada Lurah, ada beberapa ketentuan dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 15

Guru sebagai pembimbing, memberikan fungsi pemahaman dengan memberikan penjelasan dan contoh terlebih dahulu kepada anak sebelum mengerjakan tugas yang akan

Developing and implementing a portfolio strategy for each business unit and a corporate policy for. managing all the alliances of the entire

[r]

Luas Pengungkapan Informasi Sukarela Pada Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

Kesimpulannya, karakteristik pentakostalis adalah tentang membangun pribadi dinamis yang memiliki karakter: tekun bersekutu dan belajar firman, peduli sosial,