• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 1103311 Chapter 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 1103311 Chapter 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi

hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.

Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan

berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian

yang kompleks.

Kesenian sebagai unsur kebudayaan dalam perjalanannya mengalami

perkembangan dari masa ke masa dalam bentuk penampilannya, alat-alat yang

digunakan ataupun aturan-aturan pokok yang terkandung dalam suatu kesenian.

Suryana (dalam Herlinawati, 2007, hlm. 730) membedakan kesenian sebagai

kesenian tradisi (kesenian tradisional) dan kesenian masa kini (modern). Kesenian

tradisional didukung oleh masyarakat yang memiliki sikap yang terikat pada

aturan adat.

Kesenian tradisional yang berkembang secara turun-temurun, yang

mempunyai unsur-unsur kepercayaan dan interpretasi tradisi masyarakat,

umumnya menjadi ciri khas dari kesenian tradisional. Kesenian merupakan

identitas pemiliknya. Jika kebudayaan (kesenian) itu berada pada tingkat daerah,

maka kesenian itu adalah milik daerah. Hal ini senada dengan yang diungkapkan

oleh Koentjaraningrat (2009, hlm. 58) bahwa :

Kesenian yang merupakan salah satu unsur kebudayaan universal, merupakan unsur yang dapat menonjolkan sifat, khas dan mutunya, dengan demikian kesenian merupakan unsur paling utama dalam kebudayaan Nasional Indonesia.

Dalam proses pertumbuhannya, kesenian tradisional yang merupakan bagian

dari kesenian rakyat diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Yoety (1986,

hlm. 13) :

“Kesenian tradisional adalah kesenian yang sejak lama turun temurun hidup dan berkembang pada suatu daerah masyarakat etnik tertentu yang

perwujudannya mempunyai peranan tertentu dalam masyarakat

(2)

Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di suatu lokalitas

didukung oleh masyarakat yang terikat pada aturan adat yang disepakati, telah

berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi. Berbeda dengan

kesenian modern yang cenderung lebih mudah berubah mengadopsi unsur-unsur

luar, kesenian tradisional cenderung lebih lambat mengalami perubahan. Hal ini

menurut Khayam (1981, hlm. 57) dikarenakan secara umum kesenian tradisional

memiliki ciri sebagai berikut :

Pertama, ia memiliki jangkauan terbatas pada lingkungan kultur yang menunjangnya. Kedua, ia merupakan pencerminan dari suatu kultur yang berkembang secara perlahan, karena dinamika masyarakat yang menunjangnya memang demikian. Ketiga, ia tidak terbagi-bagi pada pengkotakan spesialisasi. Keempat, ia bukan merupakan hasil kreativitas individu-individu tapi tercipta secara anonym bersama dengan sifat kolektivitas masyarakat yang menunjangnya.

Kesenian tradisional merupakan modal kekayaan warisan budaya bagi

bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah seharusnya kesenian tradisional

dipelihara, ditumbuhkan dan dikembangkan secara terus menerus agar tidak

hilang dimakan derasnya arus globalisasi. Pada kenyataannya, kesenian

tradisional tidak mudah untuk mempertahankan keberadaannya dihadapkan

dengan arus globalisasi. Derasnya arus globalisasi saat ini membawa pengaruh

terhadap perkembangan bangsa Indonesia khususnya dalam hal budaya. Begitu

pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, membawa

banyak budaya-budaya baru yang berakibat masyarakat tidak lagi tertarik untuk

menikmati kesenian tradisional.

Tergesernya keberadaan kesenian tradisional dihati masyarakat salah

satunya diakibatkan masyarakat yang memegang unsur terpenting dalam

menentukan maju atau tidaknya sebuah kesenian lebih tertarik dengan hiburan

alternatif dibandingkan untuk mengenal dan memberi apresiasi terhadap budaya

lokal. Hal ini sejalan dengan pendapat Sedyawati (1981, hlm. 52) bahwa “tumbuh dan berkembangnya kesenian ditentukan oleh masyarakat pendukungnya”. Oleh karena itu, jika masyarakat pendukung kesenian tradisional sudah tidak memiliki

ketertarikan terhadap kesenian tradisional, dapat dipastikan bahwa kesenian

tradisional tidak akan mampu berkembang dan menjadi langka seperti kesenian

(3)

Gembyung adalah ensemble musik yang terdiri atas beberapa waditra

terbang yang merupakan jenis kesenian bernafaskan Islam. Menurut Atmadibrata

(1983, hlm. 31) seni Gembyung adalah seni Terebang yang telah

dikombinasi/dikombinir dengan alat bunyi-bunyian antara lain : empat buah

terebang, kendang dan kulanter, goong dan kempul, saron dan rebab. Kesenian ini

merupakan kesenian yang terkenal dengan nilai-nilai keagamaan atau religi yang

cukup tinggi.

Kesenian Gembyung merupakan salah satu peninggalan budaya Islam di

Cirebon. Seni ini merupakan pengembangan dari kesenian Terebang yang hidup

di lingkungan pesantren. Jadi dapat dikatakan bahwa Terebang Buhun adalah

cikal bakal kesenian Gembyung, dan masyarakat Cirebon lebih mengenalnya

sebagai Terebang Brai atau Brahi. Seperti yang dikemukakan Herlinawati (2007,

hlm. 751), dilihat dari perwujudannya, seni Terebang Brai pada dasarnya sama

dengan Gembyung, baik pada irama atau nyanyian dan lagu pengiringnya. Yang

membedakan keduanya adalah terletak pada ukuran waditra yang digunakan.

Ukuran waditra pada kesenian Terebang Brai lebih kecil dibandingkan dengan

yang digunakan dalam Gembyung.

Berdasarkan sejarah lahirnya kesenian Gembyung di Cirebon, tidak terlepas

dari proses penyebaran agama Islam di wilayah ini. Kesenian Gembyung pada

awalnya digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Hal

ini senada dengan yang dikemukakan oleh Supriatna (2010, hlm. 399) bahwa

seperti halnya kesenian Terebang, Gembyung digunakan oleh para wali sebagai

media untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kesenian Gembyung biasa

dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan agama Islam, seperti peringatan

Maulid Nabi, Rajaban, dan kegiatan 1 Syuro, yang digelar disekitar tempat

ibadah. Selain itu kesenian Gembyung juga digunakan sebagai pelengkap

acara-acara ritual seperti Khaulan dan sebagainya. Mengenai siapa yang pertama kali

memiliki ide untuk mengembangkan kesenian Terebang Brai menjadi kesenian

Gembyung memang tidak dapat diketahui secara pasti, yang jelas kesenian

Gembyung muncul di daerah Cirebon setelah Kesenian Terebang Brai hidup

(4)

Keunikan Kesenian Gembyung di Cirebon diantaranya adalah pertunjukan

yang mempergunakan Terebang Besar. Selain itu keunikan lainnya adalah

kesenian Gembyung pada awalnya hanya dimainkan untuk memeriahkan

peringatan kegiatan hari besar agama Islam seperti Maulud Nabi Muhammad

SAW, Rajaban, kegiatan 1 Syuro, Khaulan dan sebagainya. Dilihat dari tempat

penampilannya, kesenian Gembyung memiliki nilai religi yang dominan dimana

kesenian Gembyung hanya dipentaskan pada upacara-upacara peringatan hari

besar agama Islam serta nyanyiannya yang berupa doa-doa dan shalawat kepada

Nabi Muhammad SAW. Keunikan lainnya adalah, penampilan kesenian

Gembyung tidak boleh menggunakan alat pengeras suara atau speaker seperti

yang kerap digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan seni lainnya. Keunikan

lainnya yakni dari lirik dalam setiap penampilan kesenian Gembyung dimana lirik

yang digunakan berasal dari kitab “Barzanji”.

Seiring perkembangan zaman, kesenian Gembyung yang dahulu hanya

dipentaskan pada kegiatan-kegiatan besar agama Islam kini sudah menjadi bagian

dari pertunjukan yang diadakan dalam kegiatan yang menyangkut kehidupan

sehari-hari masyarakat Cirebon. Seperti misalnya acara pernikahan, khitanan atau

upacara memperingati hari kemerdekaan, hari jadi Kabupaten Cirebon serta

pentas seni. Lirik lagu yang dibawakan dalam penampilan kesenian Gembyung

menggunakan kata-kata dari kitab “Barzanji”. Hingga saat ini, lirik dari kitab

Berzanji masih tetap digunakan dalam setiap penampilan kesenian Gembyung.

Adapun kenyataan yang dapat kita lihat dari pengaruh globalisasi yang

terjadi pada saat ini, yaitu banyaknya kesenian-kesenian tradisional, termasuk

kesenian Gembyung yang mulai banyak ditinggalkan bahkan tidak dikenal oleh

masyarakat, khususnya generasi muda karena kesenian tersebut dinilai kuno dan

tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang serba modern seperti saat ini.

Terlebih dengan hadirnya berbagai teknologi-teknologi yang serba canggih, hal

tersebut membuat masyarakat lebih memilih untuk menyaksikan seni hiburan

yang bersifat modern.

Soedarsono (1999, hlm. 1) dalam bukunya Seni Pertunjukan Indonesia di

(5)

Adapun penyebab dari hidup matinya sebuah seni pertunjukan ada bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh karena perubahan yang terjadi di bidang politik, ada yang disebabkan oleh masalah ekonomi, ada yang karena perubahan selera masyarakat penikmat, dan ada pula yang karena tidak mampu bersaing dengan bentuk-bentuk pertunjukan yang lain.

Berdasarkan pendapat Soedarsono di atas, dapat kita ketahui bahwasanya

banyak faktor yang menyebabkan pasang-surutnya perkembangan kesenian

tradisional di Indonesia. Namun diantara beberapa faktor tersebut, ada satu faktor

penting di era globalisasi saat ini yang menyebabkan kesenian tradisional sulit

berkembang, yaitu tidak adanya peran serta kaum muda sebagai generasi penerus

dalam menggalakan kesenian tradisional dan kurangnya perhatian dari berbagai

pihak, terutama perhatian dari pihak pemerintah setempat (Kuntowijoyo, dkk.

1987 hlm. 23). Hal ini sejalan dengan pendapat Sedyawati (1981, hlm. 52) bahwa

“tumbuh dan berkembangnya kesenian ditentukan oleh masyarakat pendukungnya”. Dengan kata lain, jika golongan muda sebagai generasi penerus suatu masyarakat tidak lagi memiliki ketertarikan terhadap kesenian tradisional,

dapat dipastikan kesenian tradisional khususnya kesenian Gembyung hanya

tinggal sejarah.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas

mengenai perkembangan kesenian Gembyung di Kabupaten Cirebon. Ada

beberapa alasan penting mengapa penelitian ini penting untuk dikaji. Pertama,

sebagai putra daerah yang dibesarkan di Kabupaten Cirebon, maka penulis

berkewajiban untuk melestarikan sejarah dan budaya lokal yang ada di Cirebon.

Apabila masalah ini tidak dikaji, bukan tidak mungkin kesenian Gembyung akan

hilang karena dilupakan. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bisa

memberikan pengetahuan baru kepada generasi muda tentang kesenian

Gembyung yang merupakan kesenian tradisional di Cirebon.

Kedua, kenyataannya masyarakat Cirebon saat ini banyak yang tidak

mengetahui tentang kesenian Gembyung. Kesenian Gembyung yang masih hidup

sampai saat ini ternyata masih belum dikenal oleh masyarakat Cirebon pada

umumnya. Seperti hasil wawancara yang penulis lakukan dengan seorang

mahasiswa, dirinya mengaku tidak mengetahui tentang kesenian Gembyung.

(6)

masyarakat Cirebon khususnya generasi muda. Jika hal ini dibiarkan, tidak akan

ada generasi muda yang memiliki ketertarikan terhadap kesenian Gembyung.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat masyarakat

khususnya generasi muda di Kabupaten Cirebon untuk berpartisipasi dalam

rangka melestarikan kesenian Gembyung sebagai salah satu aset kebudayaan

daerah Kabupaten Cirebon yang kini hampir punah.

Ketiga, penelitian ini ditujukan guna mengetahui lebih jauh tentang

perkembangan kesenian Gembyung, serta ingin mengetahui bagaimana upaya

seniman, masyarakat setempat, dan instansi pemerintah setempat khususnya pada

tahun 1960 sampai 2015 dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian

tradisional Gembyung. Adapun pemilihan kurun waktu dari tahun 1960 sampai

2015, hal tersebut dimaksudkan untuk memfokuskan kajian penelitian yang

penulis lakukan. Dipilihnya tahun 1960 oleh penulis karena pada angka tahun

tersebut belum banyak kesenian luar yang masuk sehingga minat terhadap

kesenian tradisional masih cukup tinggi. Sedangkan tahun 2015 dipilih sebagai

pembatas dalam penelitian ini. Pemilihan tahun 2015 digunakan untuk melihat

kondisi kesenian Gembyung saat ini. Selain itu, pada kurun waktu 1960-2015

kesenian Gembyung telah mengalami beberapa perubahan mulai dari waditra,

jumlah pemain hingga pertunjukannya.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

pengkajian lebih dalam tentang perkembangan kesenian tradisional Gembyung di

Kabupaten Cirebon dengan judul “PERKEMBANGAN KESENIAN

GEMBYUNG DI KABUPATEN CIREBON TAHUN 1960-2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah peneliti paparkan, maka

untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka penulis mengidentifikasi

beberapa permasalahan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana

Perkembangan Kesenian Gembyung di Kabupaten Cirebon Tahun 1960-2015?”.

Untuk mempermudah dan mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis

membuat batasan dalam rumusan masalah. Batasan-batasan masalah tersebut

(7)

1. Bagaimana latar belakang lahirnya kesenian Gembyung di

Kabupaten Cirebon?

2. Bagaimanakah dinamika perkembangan kesenian Gembyung di

Kabupaten Cirebon Tahun 1960-2015?

3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat perkembangan

kesenian Gembyung di Kabupaten Cirebon?

4. Bagaimana kebijakan dan peran pemerintah serta seniman dalam

mendukung pelestarian seni Gembyung di Kabupaten Cirebon?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

menjelaskan “Perkembangan Kesenian Gembyung di Kabupaten Cirebon Tahun 1960-2015”. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan mengenai gambaran umum latar belakang lahirnya

kesenian Gembyung di Kabupaten Cirebon.

2. Memaparkan dinamika perkembangan kesenian Gembyung di

Kabupaten Cirebon pada kurun waktu 1960-2015.

3. Memaparkan faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat

perkembangan kesenian Gembyung di Kabupaten Cirebon.

4. Memaparkan peranan pemerintah dan seniman dalam mendukung

pelestarian kesenian Gembyung di Kabupaten Cirebon.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah adanya penelitian yang diperoleh

penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan penulis tentang keberadaan kesenian

tradisional perlu dilestarikan, khususnya kesenian Gembyung.

2. Sarana bagi penulis dalam mengaplikasikan teori yang didapatkan

selama perkuliahan terhadap kehidupan praktis.

3. Memperkaya penulisan sejarah terutama sejarah lokal yang ada di

(8)

4. Memberi motivasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Cirebon

untuk lebih memperhatikan kesenian tradisional khususnya kesenian

Gembyung.

5. Memberikan motivasi kepada para seniman, khususnya seniman

Gembyung agar mereka tetap berkreasi dan mengembangkan

kualitas seni Gembyung sehingga dapat menjaga eksistensi kesenian

Gembyung di tengah-tengah maraknya seni modern.

6. Dengan adanya penulisan Perkembangan Kesenian Gembyung di

Kabupaten Cirebon diharapkan masyarakat terutama generasi muda

mengetahui tentang kesenian Gembyung, sehingga dapat

menumbuhkan rasa kepedulian untuk melestarikan kesenian

Gembyung.

7. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai muatan lokal bagi

pembelajaran sejarah, sehingga dengan adanya penelitian ini siswa

mampu mendekatkan diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian akan disusun dalam lima bab yang terdiri dari pendahuluan,

kajian pustaka, metode penelitian, temuan dan pembahasan, lalu bab terakhir

berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Hal tersebut ditujukan untuk

memudahkan penulis dan para pembaca sekalian dalam memahami karya ilmiah

ini. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai struktur organisasi dari karya ilmiah

yang dibuat oleh penulis :

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar

belakang yang didalamnya memuat pembahasan terkait dengan permasalahan

yang diangkat dan dijadikan suatu penelitian oleh penulis. Lalu rumusan masalah

penelitian, rumusan masalah penelitian merupakan bentuk pertanyaan-pertanyaan

penting yang membutuhkan pemecahan pada bab berikutnya. Selanjutnya terdapat

tujuan penelitian dan manfaat penelitian, yang didalamnya memuat maksud dan

kegunaan penulisan karya ilmiah ini. Lalu terdapat metode penelitian, kajian

pustaka, dan struktur organisasi skripsi, yang mana didalam metode penelitian

memuat penjelasan singkat mengenai tahapan-tahapan yang nantinya akan

(9)

pembahasan singkat terkait dengan sumber-sumber yang penulis gunakan dalam

membuat karya imiahnya, sedangkan yang dimuat dalam struktur organisasi

skripsi adalah pemaparan mengenai isi dari setiap bab yang ada didalam penulisan

karya ilmiah.

Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini berisi mengenai pemaparan-pemaparan

terhadap sumber literatur dan teori yang dijadikan rujukan bagi penulis dalam

pengkajian permasalahan yang diangkat yaitu mengenai “Perkembangan Kesenian

Gembyung di Kabupaten Cirebon Tahun 1960-2015”

Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai

langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian. Penulis juga

menjelaskan tentang metode penelitian yang telah dipilih oleh penulis untuk

merampungkan rumusan penelitian. Metode penelitian ini harus mampu

menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan apa saja yang digunakan

dalam penelitian yang dilakukan. Semua prosedur serta tahapan-tahapan

penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir harus diuraikan secara

rinci dalam bab ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam

memberikan arahan dalam pemecahan masalah yang akan dikaji.

Bab IV Kesenian Gembyung di Kabupaten Cirebon Tahun 1960-2016. Pada

bab ini yaitu bab hasil penelitian dan pembahasan berisi mengenai

keterangan-keterangan dari data-data temuan di lapangan. Data-data temuan ini penulis

paparkan secara deskriptif dan berbentuk narasi, agar data tersebut dapat lebih

mudah dipahami, baik oleh penulis sendiri maupun oleh para pembaca. Penulis

juga berusaha untuk mengkritisi data-data yang ditemukan di lapangan lalu

membandingkannya dengan sumber-sumber dan teori-teori yang dijadikan sebagai

referensi.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini berisi kesimpulan dan

rekomendasi yang menyajikan penafsiran, dan pemaknaan peneliti terhadap hasil

analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat

dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. (Tim Penyusun, 2014 hlm. 38) Selain

itu juga didalam bab terakhir ini berisi kesimpulan dari penulis mengenai

permasalahan yang penulis angkat, yaitu Perkembangan Kesenian Gembyung di

(10)

penjelasan singkat dari beberapa pertanyaan yang ada didalam rumusan masalah.

Sehingga pada bab ini penulis berusaha untuk memberikan suatu gambaran umum

terkait permasalahan yang telah penulis angkat dan dijadikan suatu bentuk

Referensi

Dokumen terkait

Otonomi pengelolaan pendidikan dewasa ini belum dikelola dengan baik, sehingga untuk sekolah lanjutan maupun pendidikan tinggi, dalam penyelenggaraan yang

Dari berbagai gangguan yang terjadi dapat di analisis gangguan dan dapat ditentukan sistem proteksi yang digunakan pada peralatan sistem tenaga listrik diantaranya

Islam, Ditjen Pendidikan Islam akan melaksanakan Pembekalan terhadap Staf Teknis Panitia sertifikasi Dosen (PSD) untuk penyelenggaraan serdos online yang

§   Advocate for climate change adaptation and disaster risk reduction (within and outside the RC/RC Movement). §   Analyze relevant forecast information on

Tingkat nyeri low back pain setelah dilakukan senam tai chi pada petani padi lansia yang dilakukan di Posyandu Lansia Desa Banjardowo Kecamatan Jombang

Algoritma baru ini modifikasi dari algoritma DCF (algoritma yang dijalankan pada sublayer MAC) yang diterapkan pada jaringan wireless ad-hoc berbasis IEEE 802.11

[r]

Menanyakan tema tentang teks yang akan dibahas.. Membaca/mendiskusikan teks yang