• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan di Indonesia Sebuah Refleksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendidikan di Indonesia Sebuah Refleksi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN DI INDONESIA

(SEBUAH REFLEKSI)

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi

yang dibimbing oleh : Dr. Burhanuddin TR, M.Pd.

Oleh : Kelompok 1

Diana Nurul Oktaviani 1200011

Indah Junita 1203624

Larasati Rahmadhaningtyas 1203522

Mohamad Taufik 1204234

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya milik Allah SWT atas hidayah-Nya penyusunan makalah dapat diselesaikan. Makalah ini berjudul “Model Pendidikan di Indonesia.”

Shalawat serta salam penyusun panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang senantiasa mencurahkan hidayah dan inayah-Nya kepada hamba-hambanya yang ingin menuju ke jalan yang di ridhai oleh-Nya.

Berbicara mengenai pendidikan akan membahas sesuatu yang kompleks dengan berbagai esensi dan aturan yang ada di dalam pendidikan. Sehingga diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai gaya atau model pendidikan di Indonesia untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dimasa yang akan datang.

Makalah ini memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan landasan pendidikan, sistem pendidikan, permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia. Sehingga penyusun dapat pula mengkaji tentang sistem pendidikan nasional yang di perlukan oleh masyarakat di masa depan.

Dengan adanya makalah ini, semoga dapat memberikan kontribusi yang bermakna bagi pengembangan wawasan baik untuk penyusun maupun bagi para pembaca.

Terimakasih diucapkan untuk dosen pembimbing, Burhanuddin TR. yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulisan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.

Purwakarta, Februari 2015 Penyusun

(3)

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan...2

D. Manfaat...2

E. Kajian Teoritik...2

F. Sistematika Penulisan...4

BAB II Gaya atau Model Pendidikan di Indonesia...5

A. Landasan Pendidikan Indonesia...5

1. Landasan Filsafat...5

2. Landasan Historis...6

3. Landasan Hukum...7

B. Sistem Pendidikan di Indonesia...8

1. Definisi Sistem Pendidikan Nasional...9

2. Fungsi Sistem Pendidikan Nasional...9

3. Tujuan Sistem Pendidikan Nasional...11

C. Permasalahan Pendidikan...11

1. Kualitas Pendidikan...11

2. Relevansi pendidikan...12

3. Elitisme Pendidikan...12

4. Manajemen Pendidikan...13

D. Sistem Pendidikan Nasional yang Diperlukan Masyarakat Masa Depan...14

1. Peranan Lembaga-Lembaga Pendidikan Untuk Masyarakat Masa Depan 16 2. Sistem Pendidikan Nasional Bagi Masyarakat Industri Modern...18

BAB III SIMPULAN...19

Daftar Rujukan...20

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai pendidikan akan berbicara sesuatu yang kompleks dengan berbagai esensi dan aturan yang ada di dalam pendidikan. Menurut Ahmadi (2003, hlm. 68) pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.

Pendidikan juga diartikan sebagai segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kea rah kedewasaan. Pendidikan ialah bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (Purwanto, 2007, hlm. 10).

Purwanto (2007, hlm. 89) menjelaskan bahwa pekerjaan mendidik bukanlah pekerjaan yang mudah. Hasil pekerjaan itu tidak dapat sama sekali kita tentukan lebih dahulu seperti halnya dengan orang yang mencetak kue atau membuat kue atau membuat benda-benda lain. Mengingatkan hal tersebut sudah tidak diasingkan lagi bahwa di dalam pendidikan terdapat bermacam-macam kesukaran atau masalah.

Masalah pendidikan di Indonesia dewasa ini adalah mengenai kualitas pendidikan dan relevansi hasil pendidikan dengan tuntutan pembangunan. Selain itu hal lain yang menjadi masalah pendidikan di Indonesia adalah permasalahan keterkaitan pendidikan untuk kegiatan pembangunan yang membutuhkan tenaga-tenaga yang cerdas dan terampil (Tilaar, 2008, hlm. 148).

Berdasarkan hal-hal tersebut, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai gaya atau model pendidikan di Indonesia untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dimasa yang akan datang.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah makalah ini adalah: 1. Apa yang menjadi dasar atau landasan pendidikan di Indonesia?

2. Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia?

3. Mengapa pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain?

4. Sistem pendidikan yang seperti apa yang diperlukan masyarakat masa depan? C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang :

1. Dasar atau landasan pendidikan di Indonesia. 2. Sistem pendidikan di Indonesia.

3. Alasan pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain.

4. Sistem pendidikan yang diperlukan masyarakat di masa yang akan datang. D. Manfaat

Manfaat penyusunan makalah ini adalah : 1. Bagi Penyusun

Memahami dengan benar gaya atau model pendidikan di Indonesia sebagai salah satu materi perkuliahan pendidikan lingkungan sosial budaya dan teknologi yang akan menjadi bekal profesionalitas penyusun di masa yang akan datang.

2. Bagi Pembaca

Mengetahui gaya atau model pendidikan Indonesia sebagai bahan untuk memahami realita kebijakan-kebijakan pendidikan yang ada.

E. Kajian Teoritik

(6)

3

Selanjutnya, Ahmadi (2003, hlm. 102) menjelaskan bahwa tujuan umum pendidikan adalah mampu melaksanakan tugas dari Tuhan sebaik-baiknya, mampu melaksanakan tugas kemanusiaan. Tugas kewarganegaraan, tugas kemasyarakatan, dan tugas pribadi sebaik-baiknya. Sedangkan menurut Dewey dalam Purwanto (2007, hlm. 24) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga Negara yang baik. untuk itu, di sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga Negara.

Sekolah berdasarkan uraian tersebut merupaan sebuah lembaga dalam tatanan sistem pendidikan atau biasa disebut sebagai lembaga pendidikan. lembaga pendidikan terdiri dari lembaga pendidikan formal, informal dan non formal. Lembaga pendidikan formal adalah lembaga yang berbentuk sekolah atau tempat tertentu yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan (Ahmadi, 2003, hlm. 162)

Selanjutnya, Ahmadi (2003, hlm. 164) menjelaskan bahwa pendidikan non formal adalah pndidikan yang di selenggarakan di luar persekolahan. Sedangkan, pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung di tengah keluarga.

Setiap Negara memiliki sistem pendidikan yang berbeda-beda dengan gaya dan model pendidikan yang berbeda-beda pula. Konsep pendidikan di Indonesia bersifat berkelanjutan. Terdapat dua jalur penyelenggaraan pendidikan yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Dalam pengertian kedua jalur pendidikan ini terselip konsep pendidikan yang tidak terbatas pada usia dan ruang sekolah yang formal. Inilah yang disebut sebagai pendidikan berkelanjutan atau pendidikan sepanjang hayat (Tilaar, 2008, hlm. 16).

F. Sistematika Penulisan

(7)

BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kajian teoritik dan sistematika penulisan.

BAB II :Isi yang membahas dasar atau landasan pendidikan di Indonesia, sistem pendidikan nasional, masalah pendidikan di Indonesia, serta sistem pendidikan nasional yang diharapkan masyarakat di masa yang akan dating

(8)

BAB II

Gaya atau Model Pendidikan di Indonesia A. Landasan Pendidikan Indonesia

1. Landasan Filsafat

Menurut Burhanuddin, Sumiati, dan Sopian (2012, hlm. 25) Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mendalam mengenai Pancasila. Filsafat Pancasila dapat di definisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam sila-sila yang membentuk Pancasila, yaitu: a) ketuhanan Yang Maha Esa, b) kemanusiaan yang adil dan beradab, c) persatuan Indonesia, d) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, e) keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah satu nilai. Nilai-nilai yang merupakan perasaan dan Pancasila tersebut,yaitu: a) nilai ketuhanan, b) nilai kemanusiaan, c) nilai persatuan, d) nilai kerakyatan, e) nilai keadilan. Dalam filsafat Pancasila terdapat 3 (tiga) tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumen, dan nilai prkatis. Nilai dasar adalah nilai yang mendasari nilai instrumental yang bersifat mutlak. Nilai instrumental yaitu berfungsi sebagai pelaksanaan umum dari nilai dasar. Sedangkan nilai praktis yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Sedangkan Syarifuddin dan Nur’aini (2006, hlm. 48) membagi landasan pendidikan menjadi 2, yaitu: a) landasan filsafat idealisme adalah hakikat realitas bersifat kejiwaan/spiritual/rohaniah/ideal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui berpikir, intuisi, atau mengingat kembali.Adapun hakikat nilai diturunkan dari realitas absolute (Tuhan); b) landasan realisme adalah hakikat realitas bersifat fisik/material dan objektif; keberadaan dan perkembangan realitas diatur dan diorganisasikan oleh hukum alam. Nilai hakikatnya diturunkan dari hukum alam dan konvensi/kebiasaan serta adat istiadat masyarakat.

(9)

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu yang melatar belakangi pendidikan di Indonesia adalah landasan filsafat. Landasan filsafat yang dipakai dalam pendidikan Indonesia adalah landasan pancasila yang didalamnya terdapat nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis yang dapat melahirkan pendidikan formal dan informal yang kita rasakan di negara Indonesia. Selain itu landasan filsafat pendidikan terbagi menjadi 2, yaitu; landasan idealisme dan landasan realisme.

2. Landasan Historis

(10)

7

Sedangkan Ibid, Mudyaharjo dan Nasution dalam Burhanuddin, Sumiati, dan Sopian (2012, hlm. 101) menguraikan tentang landsan historis yang melandasi pendidikan di Indonesian menjadi 9 zaman, yaitu:

a) zaman pengaruh Hindu dan Budha yang datang ke Indonesia sekitar abad ke-5. Pendidikan pada zaman ini bertujuan untuk menyebarkan dan membina kehidupan beragama Hindu dan Budha, b) zaman pengaruh Islam yang mulai masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-13 dan mencakup sebagian besar Nusantara. Tujuan pendidikan Islam yaitu mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, c) zaman pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen) yang di bawa oleh bangsa portugis pada abad ke-16 bercita-cita menguasai perdagangan dan perniagaan Timur-Barat serta menguasai bandar-bandar dan daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai peradagangan dan perniagaan, d)zaman kolonial Belanda yang memprakarsai lahirnya Budi Utomo di tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah pemuda tahun 1928, e)zaman kolonial Jepang yang menguras habis-habisan kekayaan alam Indonesia, bangsa Indonesia tidak pantang menyerah dan terus mengobarkan semangan 45 di hati mereka, f) zaman kemerdekaan (awal) dimana tujuan pendidikan belum dirumuskan dalam suatu undang-undang yang mengatur sistem pendidikan. Di samping itu, banyak pelajar yang ikut serta berperang sehingga tidak dapat bersekolah, g) zaman orde lama ketika pendidikan dapat membangun bangsa agar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya dengan baik, h) zaman orde baru yang dimulai setelah penumpasan G-30S pasa tahun 1965 dan ditandai oleh upaya melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, i) zaman reformasi yaitu masa ini ekonomi bangsa Indonesia semakin terpuruk. Hal ini memicu peningkatan kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentrialisasi pendidikan juga diupayakan.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa ada banyak yang melandasi sejarah lahirnya pendidikan di Indonesia yang pada zaman dahulu tidak bisa seperti sekarang. Sehingga para bangsa terpacu untuk mendirikan pendidikan yang layak untuk bangsa Indonesia.

3. Landasan Hukum

(11)

kepribadian, tujuan dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan pedoman yan menunjukkan arah, cita-cita dan tujuan bangsa. Demikian pula halnya dengan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Pancasila menjadi dasar sistem nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan Pancasila. Karena itu, Pancasila harus menjadi semua dasar kegiatan pendidikan di Indonesia. Selain berdasarkan Pancasila, pendidikan nasional jug bercita-cita untuk membentuk manusia Pancasilais, yaitu manusia Indonesia yang menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam sikap perbuatan dan tingkah lakunya, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Melalui sistem pendidikan nasional diharapkan setiap rakyat Indonesia mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya dan secara bersama-sama membangun masyarakatnya. Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan ideal yaitu Pancasila, landasan konstitusional yaitu UUD 1945, dan landasan operasional yaitu Ketetapan MPR tentang GBHN.

Dari pendapat Ihsan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat landasan hukum yang melatar belakangi lahirnya pendidikan di Indonesia. Landasan hukum yang melandaskannya adalah landasan ideal yaitu Pancasila, landasan konstitusional yaitu UUD 1945, dan landasan operasional yaitu ketetapan MPR tentang GBHN. Semua landasan tersebut itulah yang mengatur semua sistem pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia.

B. Sistem Pendidikan di Indonesia

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Ahmadi (2003, hlm. 190) pendidikan nasional adalah pendidikan yang beralaskan garis hidup dari bangsanya (cultureel national) dan ditunjukan untuk keperluan peri kehidupan (maatschap pelijik) yang dapat mengangkat derajat Negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia”

(12)

9

untuk memajukan kehidupan bangsa serta terwujudnya pergaulan yang baik antar bangsa di seluruh dunia. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan adalah sebuah sistem yang terkait yang berperan penting bagi individu-individu sampai kepada kepentingan pergaulan bangsa.

1. Definisi Sistem Pendidikan Nasional

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 dalam Burhanuddin, Sumiati, dan Sopian (2012, hlm. 15) tentang sistem pendidikan nasional mennyatakan bahwa Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut Tilaar (2008, hlm. 200) Sistem pendidikan nasional merupakan sub-sistem dari sistem kehidupan nasional. Oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional mengacu kepada terwujudnya cita-cita nasional sebagai Negara kesatuan.

Selanjutnya Tilaar (2008, hlm. 200) mengemukakan tiga prinsip pokok dalam mengolah sistem pendidikan nasional yaitu: 1) Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia. Sebagai suatu kebutuhan dasar pendidikan itu haruslah sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat, hal ini berarti bahwa sistem pelayanan, organisasi serta pelaksanaan program pelayanan itu haruslah sedekat mungkin dengan masyarakat; 2) Berkaitan dengan sistem pelayanan yang harus sedekat mungkin dengan klien, maka dikotomi sentralisasi dan desentralisasi akan mewarnai pelaksanaan fungsi tersebut; 3) Agar kedua prinsip pokok tersebut dapat berfungsi , pendekatan sistem haruslah digunakan dalam menempatkan kegiatan pendidikan sebagai aspek pembangunan masyarakat dan pembangunan nasional.

2. Fungsi Sistem Pendidikan Nasional

(13)

Polarisasi antara kedua fungsi ini melahirkan dinamika perkembangan masyarakat dan bangsa.

a. Fungsi Umum Sistem Pendidikan Nasional

Menurut Tilaar (2008, hlm. 203) fungsi umum sistem pendidikan nasional dapat ditumuskan kedalam dua kategori yakni politik dan budaya. Secara politik fungsi umum pendidikan nasional tentunya untuk menumbuhkan rasa nasionalisme yang sehat pada setiap sikap dan cara berpikir anak Indonesia. Namun, rasa nasionalisme saja belum cukup karena gelombang globalisasi yang melanda dunia dewasa ini dapat meleburkan rasa nasionalisme itu sehingga dibutuhkan rasa nasionalisme yang sehat.

Tilaar (2008, hlm. 204) melanjutkan bahwa lahirnya rasa nasionalisme yang sehat ialah fungsi budaya dari pendidikan nasional, yaitu tumbuhnya rasa bangga atas kepemilikan suatu budaya nasional sebagai identitas bangsa. Pendidikan nasional memiliki fungsi umum terbentuknya kepribadian nasional dari peserta didik yang konkret dan utuh Fungsi umum lainnya dari sistem pendidikan nasional adalah pembudayaan nilai-nilai nasional. Pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan suatu proses pelembagaan nilai-nilai budaya nasional

b. Fungsi Khusus Sistem Pendidikan Nasional

(14)

11

3. Tujuan Sistem Pendidikan Nasional

Purwanto (2007, hlm. 36) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan, baik formal, non formal maupun informal yang berada dalam masyarakat dan Negara Indonesia. Sedangkan yang menjadi dasar tujuan sistem pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Pendidikan nasional diarahkan untuk membangun kualitas manusia yang bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan denganNya sebagai warga Negara yang berjiwa pancasila yang mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil, dapat mengembangkan dan menyuburkan sikap demokrasi dapat memelihara hubungan yang baik antara sesame manusia dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan daya estetik serta berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakat (Ahmadi, 2003, hlm.198).

C. Permasalahan Pendidikan

Perkembangan pendidikan tidak akan terlepas dari situasi yang kritis. Ini disebabkan karena pendidikan sebagai suatu lembaga sosial yang cenderung mempertahankan nilai-nilai yang diemban oleh masyarakat yang memilikinya, sementara itu proses perubahan terus berjalan di sekitar lembaga itu.Sifat tradisional dan konservatif lembaga pendidikan dengan sendirinya jauh ketinggalan dari arus proses pembangunan di manapun juga di muka bumi ini. (Tilaar, 2008, hlm. 150).

Tilaar (2008, hlm. 150) mengemukakan bahwa dewasa ini dunia pendidikan mengalami empat krisis pokok : kualitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen.

1. Kualitas Pendidikan

(15)

pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari peringkat Humand Development Indeks (HDI) Indonesia yang masih berada di urutan ke 111 dari 185 negara.

Menurut Suryadi (Tilaar, 2008, hlm. 150) mengemukakan beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai rambu-rambu pemberi sinyal mengenai kekhawatiran tentang mutu atau kualitas pendidikan. Beberapa indikator penting tersebut ialah : a) rendahnya sarana fisik yaitu alat-alat bantu proses belajar-mengajar yang belum memadai, b) rendahnya kualitas guru, dimana program sertifikasi yang telah berjalan belum berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme dan kualitas standarisasi kualifikasi akademik pendidik, c) kualitas lulusan atau output pendidikan yang masih rendah, dan e) semakin mahalnya biaya pendidikan tinggi.

2. Relevansi pendidikan

Menurut Umar (2010, hlm. 112), relevansi pendidikan yang dimaksud adalah kesesuaian hasil pendidikan (output) dengan kebutuhan dunia kerja. Relevansi pendidikan di Indonesia masih mengalami permasalahan karena lulusan pendidikan yang dihasilkan pendidikan hanya dipersiapkan untuk memiliki bekal kemampuan akademik, sedangkan yang dibutuhkan di dunia kerja adalah lulusan relevan yang memiliki keterampilan/ skill.

Umar (2010, hlm. 112) mengemukakan bahwa indikator permasalahan relevansi pendidikan tersebut adalah : a) kurikulum belum disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja, b) kurikulum yang belum relevan dengan pengembangan potensi daerah, dan c) sekolah kejuruan/ vokasi masih berorientasi pada keterampilan reparasi konsumsi.

Menurut Tilaar (2008, hlm. 152), masalah tidak relevannya pendidikan kita bukan saja disebabkan adanya kesenjangan antar “supply” sistem pendidikan dengan “demand” tenaga dibutuhkan oleh berbagai sektor ekonomi, tetapi juga karena isi kurikulum yang tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi atau kemajuan IPTEK. 3. Elitisme Pendidikan

(16)

13

Sekolah sebagai lembaga pendidikan bersifat inklusif, hanya dapat diakses dan diperuntukkan bagi golongan masyarakat tertentu. Contoh bentuk elitisme pendidikan adalah : a) muncul sekolah berlabel standar nasional dan internasional, b) munculnya sekolah inklusif seperti home schooling, c) sekolah yayasan/ golongan tertentu yang hanya diperuntukkan satu golongan, d) Biaya masuk pendidikan tinggi yang masih tinggi, e) sudah mulai muncul sekolah kalangan ekonomi kelas atas

4. Manajemen Pendidikan

Menurut Nurdin (2007, hlm. 24), sistem manajemen pendidikan adalah sistem tata kelola pendidikan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan secarasistematis, taat azaz dan konsisten. Pendidikan di Indonesia belum dikelola dengan baik sehingga berdampak pada proses pendidikan secara keseluruhan.

Nurdin (2007, hlm. 24) mengemukakan bahwa permasalahan yang terjadi dalam sistem manajemen pendidikan di Indonesia antara lain: a) perencanaan kebijakan awal yang belum tepat, b) pelaksanaan sistem pendidikan yang belum maksimal, c) pengawasan pelaksanaan pendidikan yang tidak berjalan baik, d) pemberian “reward” dan “punishment” yang masih subyektif, e) kurangnya model keteladanan/ karakter pemangku kebijakan pendidikan dan sosialisasi peraturan, f) dasar hukum dan kebijakan yang belum diterapkan dengan baik.

(17)

D. Sistem Pendidikan Nasional yang Diperlukan Masyarakat Masa Depan Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagai dinamisator masyarakat sendiri. Memang kita semua mengetahui betapa sektor pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai sektor pembangunan lainnya bukan saja karena sektor itu lebih dilihat sebagai sektor konsumtif, juga karena pendidikan adalah penjaga status quo masyarakat itu sendiri. Dalam aspek ini peranan pendidikan memang sangat strategis karena menjadi tiang sanggah dari kesinambungan masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai dasar akan semakin kokoh dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia. Sudah tentu nilai-nilai itu perlu ditempa, dihaluskan dan diasah terus- menerus sesuai dengan perubahan kehidupan. Inilah salah satu tugas dari Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), menjaga, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa menurut Tilaar (2008, hlm. 80).

(18)

15

Tilaar (2008, hlm. 81) mengungkapkan fungsi dan peranan pendidikan nasional menjelang abad XXI sesuai table berikut :

Fungsi dan Peranan Sitem Pedidikan Nasional Menjelang Abad XXI

Peningkatan Mutu Pendidikan

Poros-poros Transformasi Sosial Budaya Menjelang Abad XXI

Politik Ekonomi Manusia danMasyarakat Budaya TeknologiSains dan

(19)

Koordinasi

Sumber : Tilaar (2008, hlm. 81)

Tilaar (2008, hlm. 82) mengungkapkan dalam dasawarsa ini diperkirakan terjadi transformasi sosial budaya dalam lima poros penting yaitu; politik, ekonmi, manusia dan masyarakat, budaya serta sains dan teknologi. Poros-poros transformasi sosial budaya itu pada gilirannya memberi dampak terhadap dunia pendidian disini bukan hanya dalam bidang akademik, juga bidang religi dan mental, serta bidang ketenaga kerjaan. Profil SISDIKNAS yang ingin terwujud dalam dasawarsa ini memang sangat berat, oleh sebab itu, tugas tersebut bukan hanya menjadi beban pemerintah tetapi seluruh angguta dan kelompok masyarakat.

1. Peranan Lembaga-Lembaga Pendidikan Untuk Masyarakat Masa Depan

Menurut Tilaar (2008, Hlm. 82), lembaga-lembaga pendidikan tentunya tidak terlepas dari tugas nasional baik dalam fungsinya untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia (Pasal 3, UU NO.2 Tahun 1989), maupun dalam usaha mencapai tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bagsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya (Pasal 4).

(20)

17

Ketentuan undang-undang ini mempunyai implikasi yang luas bagi mayarakat untuk ikut serta dalam membangun SISDIKNAS Didalam keikutsertaan itu ada beberapa unsur yang perlu mendapat perhatian : a) Status kemitraan dari satuan penidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang berkedudukan sama dalam SISDIKNAS, b) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masayarakat dapat mempunyai ciri yang khas. Inilah yang disebut sebagai jati diri dari satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat itu.

a. Kemitraan

Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bagsa.

GBHN mengatakan dalam Tilaar ( 2008, hlm. 82), bahwa “perguruan swasta sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional perlu terus didorong untuk meningkatkan pertumbuhan, peranan dan tanggung jawab serta mutu pendidikannya dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan swasta yang bersangkutan serta syarat-syarat pendidikan secara umum. Seperti yang telah dirumuskan dalam GBHN bahwa, berhasilnya pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila bergantung pada partisipasi seluruh rakyat. Hal ini berarti bahwa tujuan yang ingin kita capai dalam sektor pendidikan khususnya dalam sektor pendidikan tinggi untuk meningkatkan daya penalaran para mahasiswa, peguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bertanggung jawab atas masa depan bangsa dan negara, tidak terlepas dari kemitraan PTS sebagai bagian dari pendidikan nasional.

(21)

hanya mutu akademik sesuai dengan standar nasional, juga dalam aspek-aspek lainnya misalnya disipiln, kewirausahaan, pendidikan agama, kewiraan, dan motvasi-motivasi pendidikan lainnya (Tilaar 2008, hlm. 83).

b. Jatidiri

Menurut Tilaar (2008, hlm. 84) lembaga pendidikan haruslah bagian atau subsistem dari SISDIKNAS. Namus sebagai subsistem SISDIKNAS kiranya lembaga pendidikan mempunyai kekhasannya sendidri atau mempunyai identitas. Kalau tidak demikian maka lembaga tersebut hanya akan berfungsi sebagai suplemen sistem yang ada tanpa nilai-nilai tambah. Kalau demikian halnya, lembaga pendidikan itu hanya mempunyai hak hidup sementara karna kemudian diserahkan penyelenggaraannya kepada pemerintah, atau bahasa resminya “dinegerikan”.

2. Sistem Pendidikan Nasional Bagi Masyarakat Industri Modern

(22)

BAB III SIMPULAN

Pendidikan ialah bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat. Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga Negara yang baik. untuk itu, di sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga Negara.

Indonesia memiliki beberapa landasan dalam perencanaan dan manajemen pendidikan diantaranya : Landasan Filsafat, Landasan Historis, dan Landasan Hukum.

Perkembangan pendidikan tidak akan terlepas dari situasi yang kritis. Pada dewasa ini dunia pendidikan mengalami empat krisis pokok : kualitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen.

Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagai dinamisator masyarakat sendiri. Sehingga peranan pendidikan memang sangat strategis karena menjadi tiang sanggah dari kesinambungan masyarakat itu sendiri. Terdapat tiga aspek yang meminta perhatian SISDIKNAS dalam rangka peningkatan pendidikan: a) aspek akademik, b) aspek religio mental, c) aspek ketenaga kerjaan.

(23)

http://qoqoazroqu.blogspot.com/2013/01/undang-undang-republik-indonesia-nomor.html

Burhanuddin, dkk. 2012. Pengantar landasan Pendidikan. Subang: Royyan Press Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Nugroho. E. 2011. Pendidikan dan Problematika. Semarang: Lontar Media. Nurdin, D. 2007. Manajemen Pendidikan. Jakarta : IMTIMA

Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryobroto. 2010. Beberapa aspek Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka cipta Syarifudin, Tatang dan Nuraini. 2006. Landasan Pendidikan. Bandung :UPI PRESS Tilaar, H.A.R. 2008. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Umar, U. 2010. Kualitas dan Kendala Pendidkan. Jakarta: Kemendiknas

Referensi

Dokumen terkait

No Account Name Unadjusted Trial Balance Adjustments Adjusted Trial Balance Income

Berdasarkan tabel nilai kritis T untuk uji jenjang Wilcoxon dengan taraf signifikan 5 % dan N = 6 diperoleh T tabel = 1 sehingga T hitung lebih kecil T tabel (0

Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari website yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada Sistem

(30532204/SDS_GEN_ID/ID) Tanggal dicetak 25.10.2016 Data yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan didasarkan pada pengetahuan terkini kami dan pengalaman

Dari kecemasan akan timbul motivasi pada siswa untuk belajar ataupun mengulas lagi pelajaran yang telah diberikan oleh guru, dengan seringnya siswa dalam mengulas

Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis dengan

Beberapa teknologi yang dapat atau berpotensi untuk mencegah kehilangan N dari tanah antara lain memberikan pupuk N sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman dengan

34 Nur Laili Rahmawati, “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-pairshare untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa pada Pembelajaran Akuntansi Kelas X AK 2 SMK Negeri