• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI : Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI : Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI

(Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh Zizi Fauziah

0905976

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI

(Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)

Oleh:

ZIZI FAUZIAH

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Zizi Fauziah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI

(Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Kusnendi, M.S. NIP. 19600122 198403 1 003

Navik Istikomah, SE, M.Si. NIP. 19751110 200501 2 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……….. iii

UCAPAN TERIMA KASIH……….. iv

DAFTAR ISI……….. vi

(5)
(6)

4.6.2.1 Uji t………... 81

4.6.2.3 Uji F……….………...………. 4.6.2.4 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)………...………. 83 84 4.7 Uji Asumsi Klasik... 86

4.6.1 Uji Multikolinearitas... 86

4.6.2 Uji Heterokedastisitas... 86

4.6.3 Uji Autokorelasi... 87

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian... 88 4.8.1 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Laba Usaha Pengusaha Pakaian Jadi…..

4.8.2 Pengaruh Kemampuan Manajerial Terhadap Laba Usaha………. 4.9 Implikasi Terhadap Pendidikan……… BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……….………..……….

5.2 Saran……….………..

88 90 91

93 94 DAFTAR PUSTAKA……….

LAMPIRAN………

(7)

Tabel 1.1 Perkembangan jumlah UMKM di Indonesia tahun 2003-2012………... 2

Tabel 1.2 Perkembangan jumlah UMKM di Kota Bandung tahun 2003-2012... 4

Tabel 1.3 Perkembangan jumlah Laba Usaha Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kota Bandung (Periode Bulan Juli-Desember 2013)... 6

Tabel 3.1 Operasional Variabel... 44

Tabel 4.1 Data jumlah RW dan RT di Kelurahan Jamika... 66

Tabel 4.2 Data penduduk Kelurahan Jamika berdasarkan umur... 67

Tabel 4.3 Data penduduk Kelurahan Jamika berdasarkan pendidikan... 67

Tabel 4.4 Data Responden berdasarkan jenis kelamin... 69

Tabel 4.5 Data Responden berdasarkan usia………... 70

Tabel 4.6 Data Responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir... 70

Tabel 4.7 Data Responden berdasarkan pengalaman usaha... 71

Tabel 4.8 Data Responden berdasarkan jumlah tenaga kerja... 72

Tabel 4.9 Laba Usaha pengusaha pakain jadi (periode Juli-Desember 2013)... 73

Tabel 4.10 Modal Kerja pengusaha pakaian jadi (periode Juli-Desember 2013)……… ………. 74

Tabel 4.11 Kemampuan Manajerial produsen pakaian jadi di Kelurahan Jamika... 75

Tabel 4.12 Gambaran Jawaban Kuesioner Variabel Kemampuan Manajerial Pengusaha Pakaian Jadi… 76 Tabel 4.13 Uji Validitas Variabel Kemampuan Manajerial... 78

Tabel 4.14 Uji Validitas Reabilitas Kemampuan Manajerial... 79

Tabel 4.15 Koefisien Regresi... 80

Tabel 4.16 Uji koefisien secara parsial (Uji t).. ……….……... 82

Tabel 4.17 Uji koefisien secara simultan (Uji F) ………... 83 Tabel 4.18

Tabel 4.18

Uji koefisien Determinasi (R2)... Uji multikolinieritas……….

(8)
(9)

Gambar 2.1 Lingkaran Ketergantungan Usaha Kecil………... 14

Gambar 2.2 Kurva Keseimbangan Pada Pasar Persaingan Monopolistik………... 18

Gambar 2.3 Keseimbangan Perusahaan Persaingan Monopolistik dalam Jangka Pendek (Untung)………... 19

Gambar 2.4 Keseimbangan Perusahaan Persaingan Monopolistik dalam Jangka Pendek (Rugi)…………... 20

Gambar 2.5 Hubungan Modal Kerja terhadap Laba ……... 29

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 2.8

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Pengaruh Modal Kerja terhadap Laba Usaha...

Pengaruh Kemampuan Manajerial terhadap Laba………

Kerangka Pemikiran………. Deskripsi Lokasi Kelurahan Jamika ………..………. Uji t Variabel Modal Kerja ………. Uji t Variabel Kemampuan Manajerial ………...

Uji Normalitas………..

Uji Heterokedastisitas ………...……….. Uji Autokorelasi ………..………

.

38

40

40

65

82

83

85

87

(10)
(11)

“PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI

(Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)”

di bawah bimbingan Dr. Kusnendi, MS dan Navik Istikomah, SE., MSi

oleh

Zizi Fauziah 0905976

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu laba usaha pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dalam enam bulan terakhir di Tahun 2013 berada dalam kondisi fluktuasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan kemampuan manajerial terhadap laba pada pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survey eksplanatory yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Jumlah sampel yang diambil sebanyak empat puluh responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket, wawancara,observasi dan teknik analisis data yang digunakan metode dummy variabel. Dengan menggunakan bantuan SPSS 21 for windows.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Modal Kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap laba usaha, begitu juga dengan kemampuan manajerial yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap laba usaha pengusaha pakaian jadi.

(12)

ABSTRACT

"THE EFFECT OF WORKING CAPITAL AND MANAGERIAL CAPABILITIES AGAINST GARMENT MANUFACTURERS OPERATING

PROFIT

( Survey On Garment Manufacturers in Sub Jamika Pagarsih )”

under the guidance of Dr . Kusnendi , MS and Navik Istikomah , SE, MSi

by Zizi Fauziah

0905976

Problems in this research that the operating profit of apparel manufacturers in the Village District of Bojongloa Kaler Jamika Bandung in the past six months in the year 2013 in a state flutuasi.

The purpose of this study was to determine the effect of working capital and managerial ability to profit in the business of apparel manufacturers in the Village District of Bojongloa Kaler Jamika Bandung. The research method used was a survey method that is explanatory research method that takes a sample of the population and the use of questionnaires as a data collection tool. The number of samples taken fourty respondents. Data collection is done by distributing questionnaires, interviews, observation and data analysis techniques are used method of dummy variables. Analysis with SPSS 21 for windows.

The results showed that the working capital significantly affect operating income, as well as managerial skills in a positive significant effect on operating income apparel manufacturer.

(13)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Negara Berkembang seperti Indonesia saat ini sedang membenahi

perekonomiannya kearah yang lebih baik. Berbagai sektor kini sedang dalam

masa perbaikan secara perlahan. Terutama sektor Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) yang berperan penting dalam mewujudkan tujuan

pembangunan nasional.

Di Indonesia sendiri perhatian terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) telah menjadi hal yang sangat penting bukan hanya untuk memperkuat

struktur perekonomian nasional saja, tetapi juga sebagai wadah untuk menyerap

tenaga kerja yang ada, serta sebagai wahana yang sangat strategis untuk

pendistribusian barang dan jasa, memerangi kemiskinan, pemerataan pendapatan

daerah dan juga kesadaran masyarakat dalam berwirausaha, Tulus Tambunan

(2002:16).

Ketika disaat pondasi ekonomi Indonesia goyang, sektor Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) justru mampu menjadi sektor yang bertahan sebagai

salah satu sektor penyanggah ekonomi rakyat dalam menghadapi krisis global.

Keberadaaanya saat ini pun sudah sampai masuk kepelosok desa disetiap

daerah. Dalam hal ini pemerintah bertugas mempertahankan keberadaan Usaha

mikro kecil dan menengah (UMKM) itu sendiri agar tetap bertahan dalam dunia

usaha, karena keberadaan UMKM disetiap daerah akan memberikan keuntungan

tersendiri bagi daerah tersebut. Salah satunya UMKM yang bersifat padat karya

yang akan menciptakan lapangan kerja tersendiri dan menciptakan masyarakat

yang kreatif serta mandiri untuk membuka usaha-usaha kecil dan mendorong

(14)

2

Pemerintah dalam hal ini bertugas mempertahankan keberadaan UMKM itu

sendiri agar tetap bertahan dalam dunia usaha, karena keberadaan UMKM di

setiap daerah akan memberikan keuntungan tersendiri bagi daerah tersebut. Untuk

mengetahui banyak sedikitnya UMKM yang berkembang di Indonesia dapat

dilihat melalui Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perkembangan jumlah UMKM di Indonesia Tahun 2003-2012

Berdasarkan data diatas, bahwa jumlah UMKM secara total mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun. Rata- rata kenaikan jumlah unit UMKM sebesar

4.28% atau sebesar 2.068.998 tiap tahunnya di Indonesia. Namun yang paling

besar perkembangannya terlihat pada tahun 2011 sebesar 11.35% atau sebesar

6.269.964 dari 55.206.444 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ini

dikarenakan adanya peningkatan kesadaran masyarakat dan pemerintah akan

dampak positif yang diberikan oleh sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini

terhadap pendapatan masyarakat.

Selain jumlahnya terus bertambah, UMKM juga menempati posisi strategis

dalam perekonomian Indonesia. Dimana peranan dan partisipasi UMKM dalam

pembangunan ekonomi tidak bisa diabaikan. Hal ini menggambarkan bahwa

(15)

3

pendapatan yang cukup tinggi bagi golongan lemah. Pembinaan terhadap usaha

mikro kecil dan menengah terasa dibutuhkan sekali. Karena mengingat sektor

UMKM merupakan motor penggerak yang penting bagi kemajuan dan

kemakmuran rakyat. Oleh karena itu diperlukan upaya terus menerus dalam

rangka mendorong dan mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Mengengah

secara berkelanjutan. Karena dibalik itu semua UMKM memiliki potensi yang

cukup besar untuk terus dikembangkan di Indonesia. Masyarakat haruslah

mencintai serta menghargai produk dalam negeri. Dimulai dengan semangat

tersebut akan menjadi motivasi pada industri dalam negeri khususnya

usaha-usaha kecil supaya mampu bersaing dalam era globalisasi ini. Pemerintah pun

tidak kalah penting memiliki peranan dalam mengembangkan industri kecil.

Pemerintah dengan program-programnya sudah semestinya melakukan bantuan

baik moril (pembinaan, penyuluhan, kebijakan) maupun materil seperti JPS

(Jaringan Pengaman Sosial), PNPM (Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat), serta bantuan dana sektor rill lainnya supaya Usaha Mikro Kecil

dan Menengah Di Indonesia dapat berkembang dengan baik.

Salah satu provinsi yang sedang pesat berkembang adalah wilayah Provinsi

Jawa Barat, dimana banyak sekali usaha mikro kecil dan menengah yang tersebar

di jawa barat. Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan skala usaha yang

paling banyak digeluti oleh masyarakat karena peranannya sangat besar dan

berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat . Pada saat kondisi perekonomian

tidak stabil Usaha Kecil dan Menengah adalah salah satu alternatif atau solusi

yang paling efektif. Akan tetapi Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bandung

masih sangat tertinggal dengan Usaha Kecil dan Menengah di Kota-Kota maju

lainnya. Terutama pada Usaha Kecil khususnya masih sangat terbatas dalam

Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan teknologi dan informasi, sebagian

besar pekerja dan pengusahanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD), bahkan akses

informasi mengenai pasar dan teknologi pun masih sangat minim..Untuk

mengetahui banyak sedikitya industri kecil yang berkembang di Kota Bandung

(16)

4

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah UMKM di Kota Bandung Tahun 2003-2012

Tahun Banyaknya Usaha Tenaga kerja Persentase tenaga kerja

Sumber: BPS dan Statistik UMKM Kota Bandung. *) Data 2007 tidak tersedia

Berdasarkan data tabel 1.2, diketahui bahwa jumlah UMKM secara langsung

memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenanga kerja sehingga usaha

mikro kecil dan menengah yang berada di Kota Bandung ini ikut berperan serta

dalam mengurangi angka pengangguran yang ada di Kota Bandung. Dari tabel 1.2

terilhat adanya penurunan jumlah UMKM yang ada di Kota Bandung dari tahun

2005 hingga 2008 penurunan terjadi dari 528 usaha menjadi 503 usaha, pada

tahun 2005 ini harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan, kerusuhan

dimana-mana sehingga berdampak pada kegiatan perekonomian khususnya

kegiatan perekonomian yang ada di sektor UMKM, dampak dari kenaikan BBM

ini sangat terasa bagi para pengusaha di usaha-usaha kecil ini, khususnya

harga-harga bahan baku untuk produksi barang melonjak naik dan berimbas kepada

terhambatnya kegiatan produksi .Banyak industri kecil yang tidak mampu

bertahan pada kondisi ini sehingga banyak industri yang menghentikan sementara

proses produksinya bahkan sampai gulung tikar. Dampak dari berkurangnya

jumlah industri yang ada ini secara tidak langsung juga mengurangi jumlah tenaga

kerja yang tadinya mampu diserap oleh industri kecil ini. Jumlah tenaga kerja

(17)

5

moneter dan juga efek kenaikan BBM yang berimbas kepada berkurangnya

jumlah UMKM yang ada. Memang UMKM ini rentan terhadap berbagai masalah,

banyak sekali faktor eksternal maupun internal yang menjadi kelemahan bagi

usaha-usaha mikro kecil dan menengah ini (www.usahakecil.blog.com).

Menurut Suryana (2006:121) kelemahan dalam Usaha Mikro Kecil dan

Menengah tersebut dapat dikategorikan kedalam dua aspek :

1. Aspek kelemahan sruktural, yaitu kelemahan strukturnya, misalnya

kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam

pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan

teknologi, tenaga kerja masih lokal yang umumnya masih kurang atau tidak

memiliki keterampilan.

2. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan

lemahnya berbagai persyaratan guna memperoleh akses permodalan,

pemasaran dan bahan baku, seperti informasi mengenai peluang cara

memasarkan produk.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bachtiar Hasan (2003:14), Permasalahan

utama yang dihadapi oleh UMKM adalah:

a. Kurangnya kemampuan mengelola disebabkan karena latar belakang

pendidikan, pengalaman dan kurang latihan.

b. Keterbatasan sumber dana mengakibatkan lemahnya daya finansial.

c. Pada umumnya kemampuan bersaing dari usaha kecil,mikro dan menengah

sangat lemah.

d. Rendahnya kemampuan mengelola membatasi kemampuan koordinasi

antara produksi dan penjualan.

e. Dalam dunia usaha yang cukup bersaing , faktor informasi memegang

peranan penting.

f. Perkembangan dunia usaha pada umumnya begitu pesat. Sehingga

persaingan diantara perusahaan semakin tajam mengakibatkan semakin

(18)

6

Kendala-Kendala tersebut juga dihadapi oleh UMKM yang ada dijalan

Pagarsih. Terdapat pusat UMKM pakaian jadi yang harus mendapat perhatian

khusus dari banyak pihak. Karena pusat usaha pakaian jadi Pagarsih ini,

merupakan wilayah tempat tujuan untuk membuat berbagai pakaian jadi seperti

baju anak dan baju kaos. Pada saat penelitian penulis menemukan adanya

permasalahan yang dialami oleh para pelaku UMKM pakaian jadi yang ada di

jalan Pagarsih Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

Permasalahan tersebut, dimana jumlah pendapatannya menurun setiap bulannya,

yang secara langsung juga berpengaruh terhadap besar atau kecilnya keuntungan

yang akan diperoleh para Pengusaha pakaian jadi tersebut. Untuk lebih jelasnya

bisa dilihat pada tabel 1.3 mengenai perkembangan laba usaha pengusaha pakaian

jadi di jalan Pagarsih Kelurahan Jamika.

Tabel 1.3

Perkembagan jumlah laba usaha

Pengusaha pakaian di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung Periode Juli-Desember 2013

Bulan Laba usaha (Rp) Pertumbuhan (%)

Juli

Sumber:Pra penelitian dari 20 responden, diolah

Dari tabel diatas, terlihat bahwa pertumbuhan laba usaha pengusaha

pakaian jadi di kelurahan Jamika kota Bandung mengalami perkembangan yang

fluktuatif, naik turun tiap bulannya dimana Laba paling rendah yaitu pada bulan

September yang mencapai hingga -11,76%, dan kenaikan laba yang terbesar

terjadi pada bulan Oktober sebesar 16,51%. Tetapi dalam jangka panjang hal

tersebut tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan

perkembangan usaha pakaian yang ada tersebut kedepannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka upaya untuk meningkatkan keuntungan

atau laba diperlukan pembahasan yang mengungkapkan faktor-faktor yang

(19)

7

diajukan dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh modal kerja dan

kemampuan manajerial dalam meningkatkan Laba usaha . Untuk itu, penulis

mengambil judul dalam penelitian ini yaitu“ Pengaruh Modal Kerja dan Kemampuan Manajerial Terhadap Laba Pengusaha Pakaian Jadi (Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)”

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, dalam penelitian ini penulis

membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti, yaitu modal kerja dan

kemampuan manajerial. Sehingga rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha pakaian jadi di

Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung?

2. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial terhadap laba pengusaha

pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota

Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha pakaian

jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung

2. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial terhadap laba

pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler

(20)

8

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk

memperkaya ilmu ekonomi khususnya dalam perkembangan usaha mikro

kecil dan menengah (UMKM) yang lebih baik lagi dimasa depan terkait

dengan modal kerja dan kemampuan manajerial guna meningkatkan laba.

1.4.2 Secara Praktis

Memberikan masukan kepada para pengusaha pakaian jadi di Kelurahan

Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dalam meningkatkan

keuntungan atau laba Pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika

Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dan sekaligus sebagai bahan

pertimbangan bagi pengusaha, pemerintah, dan pihak terkait untuk kebijakan

yang mendukung usaha kecil dan menengah. Serta sebagai bahan kajian lebih

lanjut bagi para peneliti yang akan mengkaji permasalahan dalam disiplin

ilmu yang sama terutama aspek-aspek lain yang belum terungkap dalam

(21)

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan

dari suatu penelitian. .Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian, Suharsimi Arikunto (2006:118).

Penelitian ini mengungkapkan tentang pengaruh modal kerja dan kemampuan

manajerial terhadap laba usaha yang diterima pengusaha pakaian jadi di

Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung lebih tepatnya

jalan Pagarsih Gang pesantren RT.08. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini

yaitu Modal Kerja (X1) dan Kemampuan Manajerial (D1) , dan variabel terikat

adalah Laba (Y) pengusaha pakaian jadi.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu Metode penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode survey. Metode

penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun

kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari

populasi tersebut sehingga ditentukan kejadian-kejadian yang relatif, distribusi,

dan hubungan-hubungan yang antar variabel baik dari sosiologis maupun

psikologis. Selain itu juga digunakan metode eksplanatory yaitu suatu metode

yang menyoroti adanya hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka

kemudian dirumuskan suatu hipotesis. Jadi metode Survey Eksplanatory yaitu

suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang utama, Sugiyono

(22)

43

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian, bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, gejala-gejala, tes,

pendapat, peristiwa-peristiwa, benda dan lain-lain. Sedangkan menurut Sugiyono

(2010:39) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pengusaha pakaian jadi di Kecamatan Jamika Kelurahan Bojongloa

Kaler sebanyak 40 pengusaha pakaian jadi.

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 39) „Sampel adalah bagian dari

populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah

sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi‟.

Sedangkan menurut Sugiyono (2010:40), sampel adalah sebagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Berdasarkan pendapat

tersebut, karena total populasi berjumlah kurang dari 100 yaitu sebanyak 40

pengusaha usaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika , maka yang menjadi sampel

yaitu populasi itu sendiri yaitu sebanyak 40 orang pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika. Hal ini karena populasi yang terbatas maka penarikan sampel ditiadakan. „„Sampel seperti ini sering disebut sebagai sampel total, yaitu sampel yang jumlahnya sebesar populasi.“

3.4 Operasional Variabel

Operasional variabel merupakan petunjuk pelaksanaan untuk mengukur

suatu variabel. Untuk menghindari terjadinya kekeliruan di dalam menafsirkan

permasalahan yang penulis teliti, dan untuk menguji hipotesis yang diajukan,

(23)

44

penjabaran konsep yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan aspek-aspek

yang diteliti. Adapun bentuk operasional dari masalah yang penulis teliti adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Definisi Operasional Sumber Data

Jenis

(Casse and Fair, 2007:59)

(24)
(25)

46

3.5 Sumber dan Jenis Data

Menurut Suharsimi (2006:129) yang dimaksud dengan sumber data dalam

penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber

data dalam penelitian ini adalah pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika

Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, dan referensi studi pustaka,

artikel, jurnal dan lain-lain.

Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yang diperoleh melalui penyebaran angket kepada Pengusaha Pakaian

yang tersebar di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung

tepatnya rt.08 gang Pesantren, Jalan Pagarsih. Dan juga data sekunder

diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Bandung (Disperindag) dan dari internet.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Proses Pengumpulan data dengan tekhnik tertentu sangat diperlukan dalam

hipotesis dan anggapan dasar karena tekhnik-tekhnik tersebut dapat menentukan

lancar atau tidaknya suatu proses penelitian. Pengumpulan data diperlukan untuk 9. Membangun tim

kerja diantara para pekerja 10.Menguasai

prosedur dan tekhnik dalam proses produksi 11. Menguasai

peralatan yang digunakan dalam proses produksi 12. Menggunakan

(26)

47

menguji hipotesis dan anggapan dasar. Untuk mendapatkan data yang diperlukan,

maka tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Studi observasi, yaitu dengan cara meneliti secara langsung pengusaha

pakaian di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

2. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung

dengan tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai

pelengkap data.

3. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengguna daftar

pertanyaan yang telah disusun dan disebar kepada responden agar

diperoleh data yang dibutuhkan. Setelah diisi oleh responden, pertanyaan

tersebut dikumpulkan dan setelah itu dikaji untuk menjadi sebuah data

yang riil.

4. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh

data-data dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.7 Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian alat pengumpulan data atau instrument penelitian

akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian.

Instrument penelitian yang digunakan dalam penlitian ini adalah angket tentang

Modal Kerja, Kemampuan Manajerial dan Laba.

Skala yang digunakan dalam instrument penelitian bervariasi, antara skala

linkert dan skala rasio. Skala rasio berupa nilai angka dalam besaran rupiah,

misalnya jumlah besarnya laba usaha dalam hitungan rupiah. Sedangkan Skala

linkert yaitu skala yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang

semuanya menunjukkan sikap terhadap objek yang akan diukur. Dengan

menggunakan skala Linkert, setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk

pernyataan positif dan negative. Adapun ketentuan skala jawaban sebagai

berikut :

Sangat setuju / selalu : 5

Setuju / sering : 4

(27)

48

Tidak Setuju / Pernah : 2

Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah : 1

Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan pembuatan angket, yaitu mengetahui pengaruh modal

kerja dan kemampuan manajerial terhadap laba usaha pengusaha pakaian

jadi.

2. Menjadikan objek yang responden, yaitu para pengusaha pakaian jadi di

Kecamatan Jamika kelurahan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

3. Menyusun pentanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden

4. Memperbanyak angket

5. Menyebarkan angket

6. Mengelola dan menganalisis hasil angket

Agar hipotesis yang telah dirumuskan dapat diuji, maka diperlukan

pembuktian melalui pengolahan data yang terkumpul. Beberapa jenis data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data rasio dan data ordinal,

yaitu data dari variabel modal kerja dan Laba usaha, berupa data rasio, dan

kemampuan manajerial yang berupa data ordinal yang dirubah menjadi

variabel dummy. Dengan bantuan Microsoft Excel 2007, langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Untuk butir tersebut berupa jawaban pilihan skor 1,2,3,4,5 yang disebut

frekuensi.

2. Kemudian total dari penjumlahan atau skoring responden di urutkan dari

yang terbesar hingga yang terkecil.

3. Jumlah skorring kemudian dikelompokkan kedalam dummy dengan rumus

sebagai berikut : nilai skorring tertinggi-nilai skorring terendah / 5 + nilai

skorring terendah, maka diperoleh batas dummy varibelnya. (Sudjana

2005:79)

4. Kemudian kriteria dummy variabel dibagi menjadi 2 kriteria yaitu lebih

besar atau kurang dari, maka diperoleh lah angka dummy variabel.

Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka

(28)

49

diberikan kepada responden dilakukan dua macam tes, yaitu tes validitas dan

tes realibelitas.

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) “Validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.

Dalam uji validitas ini digunakan rumus Pearson Product Moment sebagai

berikut:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

(Riduwan dan Kuncoro, 2011: 217)

Dimana:

rhitung = koefisien korelasi

Ʃ Xi = jumlah skor item

Ʃ Yi = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus:

√ √

Dimana:

t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi hasil r hitung

n = jumlah responden

Dengan menggunakan taraf signifikansi 95% dan tingkat kesalahan α =

0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingkan

dengan nilai tabel korelasi r dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 dimana n

menyatakan jumlah baris atau banyaknya responden.

(29)

50

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks

korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800-1,000 : sangat tinggi Antara 0,600-0,799 : tinggi

Antara 0,400-0,599 : cukup tinggi Antara 0,200-1,399 : rendah

Antara 0,000-1,199 : sangat rendah (tidak valid).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan

(keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan

(Riduwan dan Kuncoro, 2011: 220).

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 178) “reliabilitas menunjuk pada satu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.Reliabilitas

menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan”.

Adapun uji reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach. Suatu instrumen penelitian diindikasikan

memiliki tingkat realibilitas memadai jika koefisien alpha Croncbach lebih besar

atau sama dengan 0,70 (Hair, Anderson, Tatham & Black dalam Kusnendi, 2008:

97).

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai

berikut (Riduwan dan Kuncoro, 2011: 221):

Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:

∑ ∑

Dimana:

Si = varians skor tiap-tiap item

Ʃ Xi2 = jumlah kuadrat item Xi (Ʃ Xi)2

(30)

51

N = jumlah responden

Menjumlahkan varians semua item dengan rumus:

Ʃ

Dimana:

Ʃ Si = jumlah varians semua item S1 + S2 + S3....Sn = varians item ke-1, 2, 3...n

Menghitung varians total dengan rumus:

∑ ∑

Dimana:

St = varians total

Ʃ Xi2 = jumlah kuadrat X total (Ʃ Xi)2

= jumlah X total dikuadratkan

N = jumlah responden

Masukkan nilai Alpha dengan rumus:

( ) ( ∑ )

Dimana:

r11 = nilai reliabilitas

Ʃ Si = jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians total

k = jumlah item

Kemudian diuji dengan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus

Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

∑ ∑ ∑

(31)

52

Nilai rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown yakni:

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan distribusi tabel (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan df (dk = n - 2). Keputusan: Jika r11> r tabel berarti reliabel dan sebaliknya jika r11< r tabel berarti tidak reliabel.

3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.8.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi dengan variabel

independen kualitatif melalui Dummy Variabel. Menurut Yana Rohmana

(2010:105) Dummy Variabel adalah regresi dimana variabel bebasnya

(independen) selain ada variabel-variabel yang bersifat kuantitatif juga ditambah

dengan variabel yang bersifat kualitatif (Dummy Variable).

Dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan SPSS 21 for windows dengan

tujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel

dependennya. Fungsi persamaan umum yang akan diamati dalam penelitian ini

adalah : Pengaruh Modal Kerja dan Kemampuan Manajerial Terhadap Laba

Usaha Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa

Kaler Kota Bandung. Secara penjelasan ekonomi, penjelasan fungsi matematis

tersebut adalah Laba Usaha (Y) akan dipengaruhi oleh Modal Kerja (X1) dan

Kemampuan Manajerial (D1). Hubungan tersebut dapat dijabarkan kedalam

bentuk model regresi sebagai berikut :

Dimana :

Y = Laba X1= Modal Kerja

β0= konstanta regresi D1= Kemampuan Manajerial (Dummy Variable)

β1= koefisien regresi X1

(32)

53

3.8.2 Karakteristik dari Variabel Boneka (Dummy Variabel)

Variabel dalam persamaan regresi yang sifatnya kualitatif biasanya menunjukkan ada tidaknya suatu “ quality” atau “ atribute”. Pernyataan berikutnya adalah bagaimana atribute yang bersifat kualitatif ini diperlukan

menjadi kuantitatif sehingga metode regresi bisa diaplikasikan.

Salah satu metode untuk mengkuantitatifkan atribut yang bersifat kualitatif

tersebut adalah dengan cara membentuk variabel yang sifatnya artificial (dummy)

kedalam model persamaan regresi dengan mengambil nilai 1 (satu) atau 0 (nol).

Ketentuan pemberian angka 1 atau 0 bisa kita pahami bahwa : • Beri angka 1 untuk menunjukan adanya atribut

• Beri angka 0 untuk menunjukan tidak adanya atribut

Variabel dummy ini dapat dengan mudah kita pergunakan sama seperti

halnya pada variabel kuantitatif. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan

bahwa :

 Suatu model regresi mungkin variabel bebasnya hanya terdiri dari atas

variabel dummy saja tanpa variabel kuantitatif, maka model ini disebut model

analisis varian (ANAVAR).

Contoh :

Yi= β0 + β1D1

Dimana :

Y = Laba

D1 = 1, Jika perusahaan melakukan Kemampuan Manajerial (yang memiliki

skor > 44)

D1 = 0, Jika perusahaan tidak melakukan Kemampuan Manajerial (yang

memiliki skor < 44)

Dimana Skor 44 diperoleh dari :

(33)

54

 Suatu model regresi dimana variabel bebasnya bukan hanya terdiri dari atas

variabel dummy saja tapi juga variabel kuantitatif, maka model ini disebut

model analisis kovarian (ANAKOV).

Contoh :

Yi= β0+ β1X + β2 D1

Dimana :

Y = Laba (perbulan)

X = Modal Kerja (perbulan)

D1 = 1, Jika perusahaan melakukan Kemampuan Manajerial (yang memiliki

skor >44)

D1 = 0, Jika perusahaan tidak melakukan Kemampuan Manajerial (yang

memiliki skor < 44)

Dalam banyak kasus, model analisis kovarian yang sering muncul di

pembahasan ekonomi, Yana Rohmana (2010:105).

3.8.3 Pengujian Hipotesis

3.8.3.1 Pengujian secara Parsial ( Uji t )

Uji-t bertujuan untuk menguji tingkat signifikansi dari setiap variabel

bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain

konstan.

Langkah-langkah uji-t sebagai berikut :

1) Membuat hipotesis melalui uji satu arah (one tile test)

Ho : masing-masing variabel Xi tidak memiliki pengaruh terhadap Y

dimana i = X1,X2,X3,X4

Hi : masing-masing variabel Xi memiliki pengaruh terhadap Y

dimana i = X1,X2,X3,X4.

2) Menghitung nilai statistik t ( t hitung) dan mencari nilai-nilai t kritis dari

tabel distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu. Adapun nilai t

(34)

55

t

=

(Yana Rohmana, 2010:74)

Dimana merupakan nilai dari hiputesis nul.

Atau secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

β

(Yana Rohmana, 2010:74)

3) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α = 0,05.

Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :

 Jika t hitung > nilai t kritis, maka H0 ditolak atau menerima H1, artinya

variabel itu signifikan.

 Jika t hitung < nilai t krisisnya, maka H0 diterima atau menolak H1,

artinya variabel itu tidak signifikan.

3.8.3.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F )

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel

X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui berapa besar pengaruhnya.

Pengujian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mencari F hitung dengan formula sebagai beikut :

(Yana Rohmana, 2010:80)

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah observasi k = Jumlah variabel

2) Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya mencari F tabel berdasarkan besaran α = 0,05 dan df dimana besarannya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).

(35)

56

 Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan

variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y ).

 Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak ( keseluruhan

variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y ).

3.8.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh proporsi variansi variabel dependen

dijelaskan oleh semua variabel independen. R2 dinamakan koefisien determinasi atau koefisien penentu. Nilai koefisien determinasi diperoleh dengan

menggunakan formula :

∑ ∑ ∑

Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu ( 0 < R2 < 1), dengan kriteria sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model

tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model

tersebut dapat dinilai kurang baik.

3.9 Uji Asumsi Klasik 3.9.1 Uji Normalitas

Salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam regresi adalah variabel e

berdistribusi normal Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan

distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk

(36)

57

yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara

normal.

Untuk mengatahui bentuk distribusi data dapat menggunakan grafik

distribusi dan analisis statistik. Penggunaan grafik distribusi merupakan cara yang

paling sederhana. Cara ini dilakukan karena bentuk data yang terdistribusi secara

normal akan mengikuti pola distribusi normal dimana bentuk grafiknya mengikuti

bentuk lonceng. Sedangkan analisis statistik menggunakan analisis keruncingan

dan kemencengan kurva, Santosa dan Ashari (2005:231)

3.9.2 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan antarvariabel

independen karena melibatkan beberapa variabel independen, maka

multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana yang hanya

terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen

(Yana Rohmana, 2010:140).

Konsekuensi sebuah model yang terkena multikolinearitas adalah

variannya akan terus naik dan membesar. Dengan varian yang semakin naik atau membesar maka standar eror β1 dan β2 juga naik. Oleh karena itu, dampak adanya

multikolinearitas di dalam model regresi jika menggunakan teknik estimasi

dengan metode kuadrat terkecil (OLS) adalah :

1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh dan masih dikatakan

BLUE, tetapi kesalahan standarnya cenderung semakin besar dengan

meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel sehingga sulit

mendapatkan penaksir yang tepat.

2. Karena besarnya kesalahan standar, selang atau interval keyakinan untuk

parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar dan nilai t hitung

akan kecil sehingga variabel independen secara statistik tidak signifikan.

3. Dalam kasus multikolinearitas yang tinggi data sampel mungkin sesuai

dengan sekelompok hipotesis yang berbeda-beda jadi probabilitas untuk

(37)

58

4. Selama multikolinearitas tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi

adalah mungkin tetapi taksiran kesalahan standarnya menjadi sangat

sensitif terhadap sedikit perubahan data.

5. Jika multikolinearitas tinggi, mungkin terjadi R2 yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang penting secara

statistik.

Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam

model regresi OLS yaitu:

a. Nilai R2 tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan. b. Menghintung koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila

koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinieritas.

c. Dengan menggunakan regeresi auxiliary.

d. Dengan melihat Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF).

Ketentuan : jika VIF > 10 maka terdapat multikolinieritas dan

menunjukkan kolinieritas tinggi, dan sebaliknya jika VIF < 10 maka data

terbebas dari multikolinieritas.

(Yana Rohmana, 2010:149)

Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multiko dengan

uji Varian Inflation Factor and Tolerance (VIF), dengan bantuan program SPSS

21 For Windows. Untuk melihat gejala multikolinieritas, kita dapat melihat dari

hasil Collinerity Statistics. Hasil VIF yang lebih besar dari lima menunjukkan

adanya gejala multikolinieritas.

Apabila terjadi multikolinieritas menurut Yana Rohmana (2010:149) dapat

disembuhkan dengan cara sebagai berikut:

1. Tanpa adanya perbaikan

2. Dengan perbaikan :

 Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)

 Menghilangkan satu atau lebih variabel independen

 Menggabungkan data Cross Section dan data Time Series

 Transformasi variabel

(38)

59

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak

memiliki varian yang sama. Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena

dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi

atau sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda

disebut heteroskedasitas. Yana Rohmana (2010:158).

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya

heteroskedastisitas ,yaitu sebagai berikut :

1. Metode informal (grafik). Metode ini merupakan cara yang paling mudah

dan cepat karena menampilkan grafik sebar dari variabel residual kuadrat

dan variabel independen. Kriterianya adalah :

a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau

hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka

pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan

keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai

taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran

absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,

diantaranya:

4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien

korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi

heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

(39)

60

Dimana :

d1 = perbedaan setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

5. Metode Breusch-Pagan-Godfrey. Metode ini mengembangkan model yang

tidak memerlukan penghilangan data c dan pengurutan data sebagai

alternatif dari metode Golgfeld-Quandt.

6. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara

meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2

hitung

dan χ2

tabel, apabila χ2hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa

terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2hitung < χ2tabel

maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak.

(Yana Rohmana, 2010 : 161-170)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji metode grafik, dengan

bantuan program SPSS 21 for windows. Dalam regresi salah satu asumsi yang

harus dipenuhi adalah bahwa varians atau residual dari satu pengamatan ke

pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Salah satu uji untuk menguji

heterokedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual.

Apabila model penelitian terkena heterokedastisitas maka data wajib untuk

disembuhkan dikarenakan sifat data tidak BLUE melainkan LUE. Adapun cara

penyembuhannya adalah sebagai berikut:

a. Metode WLS (Weighted Least Square) atau kuadrat terkecil tertimbang. Metode ini dilakukan dengan cara membagi persamaan OLS dengan σ. b. Metode white. Metode ini dikenal dengan varian heterokedastisitas

(40)

61

3.9.4 Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antar anggota observasi

satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi

metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan

dengan variabel gangguan yang lain (Yana Rohmana,2010:192). Jadi autokorelasi

adalah hubungan antar residual satu observasi dengan residual observasi lainnya.

Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu

karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada

masa-masa sebelumnya. Autokorelasi terjadi karena kelembaban (inertia), terjadi bias

spesifikasi bentuk fungsi yang dipergunakan tidak tepat, penomena sarang

laba-laba, beda keliru, kekeliruan manipulasi data dan data yang dianalisis tidak

bersifat stasioner. Apabila data didalam penelitian terkena autokorelasi maka

estimator menjadi LUE tidak lagi BLUE.

Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi. Adapun

metode-metodenya adalah sebagai berikut:

1. Uji Durbin Watson (D-W)

Uji D-W merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada

tidaknya autokorelasi. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya

autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat

(41)

62

Keterangan:

dL = Durbin Tabel Lower dU = Durbin Tabel Up

H0 = Tidak ada autokorelasi positif

H*0 = Tidak ada autokorelasi negatif

Apabila hasil dari perhitungan menggunakan metode uji Durbin Watson

tidak mendapat keputusan model terjadi autokorelasi atau tidak, maka pengujian

dilanjutkan dengan metode Brush-Godfrey menggunakan uji LM (Lagrange

Multiplayer).

2. Uji Breusch-Godfrey (uji BG) atau Uji Lagrange Multiplayer (LM)

Breusch-Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan

dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Kriterianya adalah jika nilai probabilitas lebih besar dari (>) σ = 5% berarti tidak terkena autokorelasi. sebaliknya ketika nilai probabilitasnya lebih kecil atau sama dengan (<) dari σ = 5% berarti terdapat autokorelasi. Yaitu dengan membandingkan X2tabel

dengan X2hitung.. Rumus untuk mencari X2hitung sebagai berikut :

X2= (n-1)R2

(Yana Rohmana,2010:200)

Dengan pedoman : bila nilai X2hitung lebih kecil dibandingkan nilai X2tabel

maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan dengan X2tabel maka ditemukan adanya autokorelasi.

Apabila data terkena autokorelasi, maka data harus segera diperbaiki agar

model masih tetap bisa digunakan. Terdapat beberapa alternatif untuk masalah

menghilangkan autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Bila struktur autokorelasi diketahui dapat diatasi dengan melakukan

transformasi terhadap persamaan. Metode ini sering disebut generalized

difference equation.

b. Bila struktur autokorelasi tidak diketahui maka bisa dilakukan beberapa

pilihan yaitu:

1) Bila autokorelasi tinggi menggunakan metode diferensiasi tingkat

(42)

63

2) Estimasi autokorelasi didasarkan pada statisik d Durbin- Watson.

3) Estimasi autokorelasi dengan metode dua langkah durbin.

4) Bila autokorelasi tidak diketahui dengan metode Cochrane-Orcutt.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji DW test dengan bantuan

software SPSS 21 For Windows Yaitu dengan cara membandingkan nilai

probabilitasnya. Ketika nilai probalitas lebih dari (>) = 5% maka dapat

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh modal

kerja dan kemampuan manajerial terhadap laba usaha pengusaha pakaian jadi di

Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Modal Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba usaha

pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler

Kota Bandung. Artinya jika modal kerja meningkat maka laba usaha

pengusaha pakaian jadi pun akan mengalami peningkatan.

2. Kemampuan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba

usaha pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa

Kaler Kota Bandung. Artinya jika kemampuan manajerial yang dimiliki

oleh pengusaha meningkat, maka laba usaha juga akan mengalami

peningkatan, begitu juga sebaliknya, apabila kemampuan manajerial para

pengusaha pakaian jadi menurun maka akan mempengaruhi perolehan laba

usaha yang diperoleh para pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika

Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung tersebut yang juga mengalami

(44)

95

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam kesimpulan yang

diperoleh maka ada beberapa saran yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Modal kerja memiliki pengaruh positif terhadap laba usaha pengusaha

pakaian jadi maka dari itu untuk memperoleh laba / keuntungan

maksimum pengusaha harus meningkatkan dan mengelola modal kerja

yang dimiliki, agar tercapai efesiensi produksi sehingga keberhasilan

usaha dapat tercapai.

Ada beberapa pilihan yang bisa dicoba pengusaha dalam memenuhi

kebutuhan modalnya yaitu :

a. Pengusaha bisa mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang

disediakan oleh pemerintah untuk usaha kecil yang membutuhkan

bantuan dana atau modal guna mengembangkan usahanya, pinjaman

ini bisa diperoleh di lembaga keuangan seperti BRI, Bank Mandiri dan

Bank Bukopin.

b. Para pengusaha bisa mengajukan proposal ke DIKOPERINDAG untuk

mengajukan pemberian dana hibah guna meningkatkan modal dan

kesejahteraan para pengusaha.

c. Bagi masyarakat masyarakat di Kelurahan Jamika Kecamatan

Bojongloa Kaler yang sebagian besar menekuni usaha pakaian jadi ini

dapat mengajukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri sehingga seluruh masyarakat dapat meningkatkan

kesejahteraannya.

2. Kemampuan manajerial yang pengusaha pakaian jadi memiliki pengaruh

positif terhadap laba usaha. Beberapa pengusaha sudah memiliki

kemampuan manajerial yang baik sehingga dapat mengelola

perusahaannya dengan optimal. Oleh karena itu, kemampuan manajerial

harus ditingkatkan lagi baik itu dalam aspek kemampuan konsep,

kemampuan manusia dan kemampuan teknis dari proses produksinya,

(45)

96

pendidikan informal bagi para pengusaha seperti diklat, pelatihan atau

dengan mengikuti seminar yang dapat memperkaya pengetahuan para

pengusaha-pengusaha sehingga diharapkan dapat mempertahankan

keberhasilan usahanya kedepan. Serta memanfaatkan lembaga yang ada

disekitar lingkungan tempat pengusaha-pengusaha pakaian jadi tersebut,

sepeti koperasi yang ada, atau kelurahan dan kecamatan untuk para

pengusaha pakaian jadi mengikuti program pelatihan yang diadakan

lembaga tersebut demi meningkatkan kemampuan manajerial yang

(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Eeng. Dan Rohmana, Yana. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi

______________________________2009. Teori Ekonomi Mikro.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Case and Fair. 2007.Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro.Jakarta:PT Prehailindo

Dominick, Salvatore. 2005. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Erlangga.

Hasan, Bachtiar 2003.Manajemen Industri. Bandung : Pustaka Ramadhan

Jaya, Wihana Kirana. 2005. Ekonomi Industri. Yogyakarta : BPPE Edisi Kedua.

Kuncoro, Riduwan. 2011. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Kusnendi. 2008. Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung. Alfabeta.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pratama, Raharja dan Manurung, Mandala. 2008. Teori Ekonom Mikro. Jakarta : FEUI

Prawirosentono, Suyadi. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta : PT Bumi Aksara

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE UGM

Rohmana,Yana. 2010 . Ekonometrika (Teori dan Aplikasi dengan Eviews). Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI.

Santosa, Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Micrososft Excel & SPSS. Yogyakarta : Andi

(48)

Sardjono, Sigit. 2009. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Surabaya :Tiga N

Salvatore, Dominick. 2005. Teori Mikroekonomi. Jakarta : Erlangga

Sondang P, Siagian. 2007. Teori Motivasi dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung :Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sukirno, Sadono. 2010. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Suryana .2006. Kewirausahaan.Jakarta :Salemba Empat Alfabeta.

Susanti, Lizza dan Budiwati, Neti. 2010. Manajemen Keuangan Koperasi. Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi

Tambunan ,Tulus. 2002.Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat

Ukas, Maman. 2009. Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung : Agnini

____________1999. Manajemen. Bandung :Erlangga

Winardi. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung : Tarsito

SUMBER LAIN

Frihartati, Mustika. 2006. Kajian Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Usaha KECIL Menengah di Provinsi Sumatra Utara. JurnalPengkajian Koperasi dan UKM no.1

Indira, Rahmawati Widya. 2006. Pengaruh modal kerja, diffrensiasi produk dan kemampuan manajerial terhadap laba pengusaha meubel. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak diterbitkan.

(49)

Pedagang Kaki Lima. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol 11 No.1 : 73-86.

Munizu, Musran. 2010. Pengaruh faktor-faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil di Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin Vol.12 No.1 : 33-41.

Sari, Puspita Ratih. 2006. Analisis pengaruh modal kerja, differensiasi produk dan kompetensi manajerial terhadap laba pengusaha. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak diterbitkan.

Sahodo, Ipar. 2008. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Laba Usaha Tani dan Konsumsi Rumah Tangga. Majalah Ilmiah Kampus Ungu. Tidak diterbitkan.

Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang usaha kecil

Undang-Undang Republuk Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UsahaMikro,Kecil Dan Menengah

Wisnu, Aditya. 2010.Pengaruh kemampuan manajerial, differensiasi produk dan promisi terhadap laba pengusaha di sentra kaos suci bandung. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak diterbitkan.

www.bps.go.id

www.depkop.co.id

www.galeriukm.web.id

www.iklanbaris-umkm.blogspot.com

www.infoukm.wordpress.com

(50)

LAMPIRAN

Lampiran A. Instrumen Penelitian

Lampiran B. Data Responden

Lampiran C. Uji Validitas & Reabilitas

Lampiran D. Data Mentah X1,D1 dan Y

Lampiran E. Tabel Penolong

Lampiran F. Hasil Pengujian SPSS

Lampiran G. Gambaran Jawaban Kuesioner D1

Lampiran H. Perhitungan Manual

Surat Izin Penelitian

SK & Format Hasil Bimbingan

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah UMKM  di Kota Bandung
Tabel 1.3 Perkembagan jumlah laba usaha
Tabel 3.1 Operasional Variabel
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang “ Analisis Hasil Praktek Kebaya Pada Peserta Didik SMK Negeri 2 Baleendah” pada peserta didik program.. keahlian tata

Paradigma adalah suatu kerangka konseptual, termasuk nilai, teknik dan metode, sedangkan Pendekatan adalah cara pandang orang juga sering menyamakannya dengan paradigma, yang

(2) Yang dimaksud dengan keadaan memaksa ( Force Majeure ) adalah sesuatu peristiwa atau keadaan yang terjadi diluar kekuasaan atau kemampuan salah satu atau Para Pihak,

Prekursor atau bahan awal dalam pembuatannya adalah alkoksida logam dan klorida logam, yang kemudian mengalami reaksi hidrolisis dan reaksi

Adapun faktor yang paling berpengaruh signifikan berdasarkan hasil ANOVA untuk nilai rata-rata dan SNR didapatkan setting level optimal dari faktor-faktor

governing dan manajemen rumah sakit, CEO, mutu, mutu pelayanan rumah sakit, mutu dari sudut pandang profesional PPK, asuhan yang tidak bermutu, Good Clinical Governance, asas-

• buah majemuk yang berasal dari bunga dengan banyak pistil pada satu dasar bunga disebut buah agregat. contoh