PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI
(Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh Zizi Fauziah
0905976
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI
(Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)
Oleh:
ZIZI FAUZIAH
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Zizi Fauziah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
April 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI
(Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Kusnendi, M.S. NIP. 19600122 198403 1 003
Navik Istikomah, SE, M.Si. NIP. 19751110 200501 2 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
DAFTAR ISI
ABSTRAK………. i
KATA PENGANTAR……….. iii
UCAPAN TERIMA KASIH……….. iv
DAFTAR ISI……….. vi
4.6.2.1 Uji t………... 81
4.6.2.3 Uji F……….………...………. 4.6.2.4 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)………...………. 83 84 4.7 Uji Asumsi Klasik... 86
4.6.1 Uji Multikolinearitas... 86
4.6.2 Uji Heterokedastisitas... 86
4.6.3 Uji Autokorelasi... 87
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian... 88 4.8.1 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Laba Usaha Pengusaha Pakaian Jadi…..
4.8.2 Pengaruh Kemampuan Manajerial Terhadap Laba Usaha………. 4.9 Implikasi Terhadap Pendidikan……… BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……….………..……….
5.2 Saran……….………..
88 90 91
93 94 DAFTAR PUSTAKA……….
LAMPIRAN………
Tabel 1.1 Perkembangan jumlah UMKM di Indonesia tahun 2003-2012………... 2
Tabel 1.2 Perkembangan jumlah UMKM di Kota Bandung tahun 2003-2012... 4
Tabel 1.3 Perkembangan jumlah Laba Usaha Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kota Bandung (Periode Bulan Juli-Desember 2013)... 6
Tabel 3.1 Operasional Variabel... 44
Tabel 4.1 Data jumlah RW dan RT di Kelurahan Jamika... 66
Tabel 4.2 Data penduduk Kelurahan Jamika berdasarkan umur... 67
Tabel 4.3 Data penduduk Kelurahan Jamika berdasarkan pendidikan... 67
Tabel 4.4 Data Responden berdasarkan jenis kelamin... 69
Tabel 4.5 Data Responden berdasarkan usia………... 70
Tabel 4.6 Data Responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir... 70
Tabel 4.7 Data Responden berdasarkan pengalaman usaha... 71
Tabel 4.8 Data Responden berdasarkan jumlah tenaga kerja... 72
Tabel 4.9 Laba Usaha pengusaha pakain jadi (periode Juli-Desember 2013)... 73
Tabel 4.10 Modal Kerja pengusaha pakaian jadi (periode Juli-Desember 2013)……… ………. 74
Tabel 4.11 Kemampuan Manajerial produsen pakaian jadi di Kelurahan Jamika... 75
Tabel 4.12 Gambaran Jawaban Kuesioner Variabel Kemampuan Manajerial Pengusaha Pakaian Jadi… 76 Tabel 4.13 Uji Validitas Variabel Kemampuan Manajerial... 78
Tabel 4.14 Uji Validitas Reabilitas Kemampuan Manajerial... 79
Tabel 4.15 Koefisien Regresi... 80
Tabel 4.16 Uji koefisien secara parsial (Uji t).. ……….……... 82
Tabel 4.17 Uji koefisien secara simultan (Uji F) ………... 83 Tabel 4.18
Tabel 4.18
Uji koefisien Determinasi (R2)... Uji multikolinieritas……….
Gambar 2.1 Lingkaran Ketergantungan Usaha Kecil………... 14
Gambar 2.2 Kurva Keseimbangan Pada Pasar Persaingan Monopolistik………... 18
Gambar 2.3 Keseimbangan Perusahaan Persaingan Monopolistik dalam Jangka Pendek (Untung)………... 19
Gambar 2.4 Keseimbangan Perusahaan Persaingan Monopolistik dalam Jangka Pendek (Rugi)…………... 20
Gambar 2.5 Hubungan Modal Kerja terhadap Laba ……... 29
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Pengaruh Modal Kerja terhadap Laba Usaha...
Pengaruh Kemampuan Manajerial terhadap Laba………
Kerangka Pemikiran………. Deskripsi Lokasi Kelurahan Jamika ………..………. Uji t Variabel Modal Kerja ………. Uji t Variabel Kemampuan Manajerial ………...
Uji Normalitas………..
Uji Heterokedastisitas ………...……….. Uji Autokorelasi ………..………
.
38
40
40
65
82
83
85
87
“PENGARUH MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP LABA PENGUSAHA PAKAIAN JADI
(Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)”
di bawah bimbingan Dr. Kusnendi, MS dan Navik Istikomah, SE., MSi
oleh
Zizi Fauziah 0905976
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu laba usaha pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dalam enam bulan terakhir di Tahun 2013 berada dalam kondisi fluktuasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan kemampuan manajerial terhadap laba pada pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survey eksplanatory yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Jumlah sampel yang diambil sebanyak empat puluh responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket, wawancara,observasi dan teknik analisis data yang digunakan metode dummy variabel. Dengan menggunakan bantuan SPSS 21 for windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Modal Kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap laba usaha, begitu juga dengan kemampuan manajerial yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap laba usaha pengusaha pakaian jadi.
ABSTRACT
"THE EFFECT OF WORKING CAPITAL AND MANAGERIAL CAPABILITIES AGAINST GARMENT MANUFACTURERS OPERATING
PROFIT
( Survey On Garment Manufacturers in Sub Jamika Pagarsih )”
under the guidance of Dr . Kusnendi , MS and Navik Istikomah , SE, MSi
by Zizi Fauziah
0905976
Problems in this research that the operating profit of apparel manufacturers in the Village District of Bojongloa Kaler Jamika Bandung in the past six months in the year 2013 in a state flutuasi.
The purpose of this study was to determine the effect of working capital and managerial ability to profit in the business of apparel manufacturers in the Village District of Bojongloa Kaler Jamika Bandung. The research method used was a survey method that is explanatory research method that takes a sample of the population and the use of questionnaires as a data collection tool. The number of samples taken fourty respondents. Data collection is done by distributing questionnaires, interviews, observation and data analysis techniques are used method of dummy variables. Analysis with SPSS 21 for windows.
The results showed that the working capital significantly affect operating income, as well as managerial skills in a positive significant effect on operating income apparel manufacturer.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negara Berkembang seperti Indonesia saat ini sedang membenahi
perekonomiannya kearah yang lebih baik. Berbagai sektor kini sedang dalam
masa perbaikan secara perlahan. Terutama sektor Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang berperan penting dalam mewujudkan tujuan
pembangunan nasional.
Di Indonesia sendiri perhatian terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) telah menjadi hal yang sangat penting bukan hanya untuk memperkuat
struktur perekonomian nasional saja, tetapi juga sebagai wadah untuk menyerap
tenaga kerja yang ada, serta sebagai wahana yang sangat strategis untuk
pendistribusian barang dan jasa, memerangi kemiskinan, pemerataan pendapatan
daerah dan juga kesadaran masyarakat dalam berwirausaha, Tulus Tambunan
(2002:16).
Ketika disaat pondasi ekonomi Indonesia goyang, sektor Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) justru mampu menjadi sektor yang bertahan sebagai
salah satu sektor penyanggah ekonomi rakyat dalam menghadapi krisis global.
Keberadaaanya saat ini pun sudah sampai masuk kepelosok desa disetiap
daerah. Dalam hal ini pemerintah bertugas mempertahankan keberadaan Usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) itu sendiri agar tetap bertahan dalam dunia
usaha, karena keberadaan UMKM disetiap daerah akan memberikan keuntungan
tersendiri bagi daerah tersebut. Salah satunya UMKM yang bersifat padat karya
yang akan menciptakan lapangan kerja tersendiri dan menciptakan masyarakat
yang kreatif serta mandiri untuk membuka usaha-usaha kecil dan mendorong
2
Pemerintah dalam hal ini bertugas mempertahankan keberadaan UMKM itu
sendiri agar tetap bertahan dalam dunia usaha, karena keberadaan UMKM di
setiap daerah akan memberikan keuntungan tersendiri bagi daerah tersebut. Untuk
mengetahui banyak sedikitnya UMKM yang berkembang di Indonesia dapat
dilihat melalui Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Perkembangan jumlah UMKM di Indonesia Tahun 2003-2012
Berdasarkan data diatas, bahwa jumlah UMKM secara total mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Rata- rata kenaikan jumlah unit UMKM sebesar
4.28% atau sebesar 2.068.998 tiap tahunnya di Indonesia. Namun yang paling
besar perkembangannya terlihat pada tahun 2011 sebesar 11.35% atau sebesar
6.269.964 dari 55.206.444 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ini
dikarenakan adanya peningkatan kesadaran masyarakat dan pemerintah akan
dampak positif yang diberikan oleh sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini
terhadap pendapatan masyarakat.
Selain jumlahnya terus bertambah, UMKM juga menempati posisi strategis
dalam perekonomian Indonesia. Dimana peranan dan partisipasi UMKM dalam
pembangunan ekonomi tidak bisa diabaikan. Hal ini menggambarkan bahwa
3
pendapatan yang cukup tinggi bagi golongan lemah. Pembinaan terhadap usaha
mikro kecil dan menengah terasa dibutuhkan sekali. Karena mengingat sektor
UMKM merupakan motor penggerak yang penting bagi kemajuan dan
kemakmuran rakyat. Oleh karena itu diperlukan upaya terus menerus dalam
rangka mendorong dan mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Mengengah
secara berkelanjutan. Karena dibalik itu semua UMKM memiliki potensi yang
cukup besar untuk terus dikembangkan di Indonesia. Masyarakat haruslah
mencintai serta menghargai produk dalam negeri. Dimulai dengan semangat
tersebut akan menjadi motivasi pada industri dalam negeri khususnya
usaha-usaha kecil supaya mampu bersaing dalam era globalisasi ini. Pemerintah pun
tidak kalah penting memiliki peranan dalam mengembangkan industri kecil.
Pemerintah dengan program-programnya sudah semestinya melakukan bantuan
baik moril (pembinaan, penyuluhan, kebijakan) maupun materil seperti JPS
(Jaringan Pengaman Sosial), PNPM (Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat), serta bantuan dana sektor rill lainnya supaya Usaha Mikro Kecil
dan Menengah Di Indonesia dapat berkembang dengan baik.
Salah satu provinsi yang sedang pesat berkembang adalah wilayah Provinsi
Jawa Barat, dimana banyak sekali usaha mikro kecil dan menengah yang tersebar
di jawa barat. Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan skala usaha yang
paling banyak digeluti oleh masyarakat karena peranannya sangat besar dan
berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat . Pada saat kondisi perekonomian
tidak stabil Usaha Kecil dan Menengah adalah salah satu alternatif atau solusi
yang paling efektif. Akan tetapi Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bandung
masih sangat tertinggal dengan Usaha Kecil dan Menengah di Kota-Kota maju
lainnya. Terutama pada Usaha Kecil khususnya masih sangat terbatas dalam
Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan teknologi dan informasi, sebagian
besar pekerja dan pengusahanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD), bahkan akses
informasi mengenai pasar dan teknologi pun masih sangat minim..Untuk
mengetahui banyak sedikitya industri kecil yang berkembang di Kota Bandung
4
Tabel 1.2
Perkembangan Jumlah UMKM di Kota Bandung Tahun 2003-2012
Tahun Banyaknya Usaha Tenaga kerja Persentase tenaga kerja
Sumber: BPS dan Statistik UMKM Kota Bandung. *) Data 2007 tidak tersedia
Berdasarkan data tabel 1.2, diketahui bahwa jumlah UMKM secara langsung
memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenanga kerja sehingga usaha
mikro kecil dan menengah yang berada di Kota Bandung ini ikut berperan serta
dalam mengurangi angka pengangguran yang ada di Kota Bandung. Dari tabel 1.2
terilhat adanya penurunan jumlah UMKM yang ada di Kota Bandung dari tahun
2005 hingga 2008 penurunan terjadi dari 528 usaha menjadi 503 usaha, pada
tahun 2005 ini harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan, kerusuhan
dimana-mana sehingga berdampak pada kegiatan perekonomian khususnya
kegiatan perekonomian yang ada di sektor UMKM, dampak dari kenaikan BBM
ini sangat terasa bagi para pengusaha di usaha-usaha kecil ini, khususnya
harga-harga bahan baku untuk produksi barang melonjak naik dan berimbas kepada
terhambatnya kegiatan produksi .Banyak industri kecil yang tidak mampu
bertahan pada kondisi ini sehingga banyak industri yang menghentikan sementara
proses produksinya bahkan sampai gulung tikar. Dampak dari berkurangnya
jumlah industri yang ada ini secara tidak langsung juga mengurangi jumlah tenaga
kerja yang tadinya mampu diserap oleh industri kecil ini. Jumlah tenaga kerja
5
moneter dan juga efek kenaikan BBM yang berimbas kepada berkurangnya
jumlah UMKM yang ada. Memang UMKM ini rentan terhadap berbagai masalah,
banyak sekali faktor eksternal maupun internal yang menjadi kelemahan bagi
usaha-usaha mikro kecil dan menengah ini (www.usahakecil.blog.com).
Menurut Suryana (2006:121) kelemahan dalam Usaha Mikro Kecil dan
Menengah tersebut dapat dikategorikan kedalam dua aspek :
1. Aspek kelemahan sruktural, yaitu kelemahan strukturnya, misalnya
kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam
pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan
teknologi, tenaga kerja masih lokal yang umumnya masih kurang atau tidak
memiliki keterampilan.
2. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan
lemahnya berbagai persyaratan guna memperoleh akses permodalan,
pemasaran dan bahan baku, seperti informasi mengenai peluang cara
memasarkan produk.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bachtiar Hasan (2003:14), Permasalahan
utama yang dihadapi oleh UMKM adalah:
a. Kurangnya kemampuan mengelola disebabkan karena latar belakang
pendidikan, pengalaman dan kurang latihan.
b. Keterbatasan sumber dana mengakibatkan lemahnya daya finansial.
c. Pada umumnya kemampuan bersaing dari usaha kecil,mikro dan menengah
sangat lemah.
d. Rendahnya kemampuan mengelola membatasi kemampuan koordinasi
antara produksi dan penjualan.
e. Dalam dunia usaha yang cukup bersaing , faktor informasi memegang
peranan penting.
f. Perkembangan dunia usaha pada umumnya begitu pesat. Sehingga
persaingan diantara perusahaan semakin tajam mengakibatkan semakin
6
Kendala-Kendala tersebut juga dihadapi oleh UMKM yang ada dijalan
Pagarsih. Terdapat pusat UMKM pakaian jadi yang harus mendapat perhatian
khusus dari banyak pihak. Karena pusat usaha pakaian jadi Pagarsih ini,
merupakan wilayah tempat tujuan untuk membuat berbagai pakaian jadi seperti
baju anak dan baju kaos. Pada saat penelitian penulis menemukan adanya
permasalahan yang dialami oleh para pelaku UMKM pakaian jadi yang ada di
jalan Pagarsih Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.
Permasalahan tersebut, dimana jumlah pendapatannya menurun setiap bulannya,
yang secara langsung juga berpengaruh terhadap besar atau kecilnya keuntungan
yang akan diperoleh para Pengusaha pakaian jadi tersebut. Untuk lebih jelasnya
bisa dilihat pada tabel 1.3 mengenai perkembangan laba usaha pengusaha pakaian
jadi di jalan Pagarsih Kelurahan Jamika.
Tabel 1.3
Perkembagan jumlah laba usaha
Pengusaha pakaian di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung Periode Juli-Desember 2013
Bulan Laba usaha (Rp) Pertumbuhan (%)
Juli
Sumber:Pra penelitian dari 20 responden, diolah
Dari tabel diatas, terlihat bahwa pertumbuhan laba usaha pengusaha
pakaian jadi di kelurahan Jamika kota Bandung mengalami perkembangan yang
fluktuatif, naik turun tiap bulannya dimana Laba paling rendah yaitu pada bulan
September yang mencapai hingga -11,76%, dan kenaikan laba yang terbesar
terjadi pada bulan Oktober sebesar 16,51%. Tetapi dalam jangka panjang hal
tersebut tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan
perkembangan usaha pakaian yang ada tersebut kedepannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka upaya untuk meningkatkan keuntungan
atau laba diperlukan pembahasan yang mengungkapkan faktor-faktor yang
7
diajukan dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh modal kerja dan
kemampuan manajerial dalam meningkatkan Laba usaha . Untuk itu, penulis
mengambil judul dalam penelitian ini yaitu“ Pengaruh Modal Kerja dan Kemampuan Manajerial Terhadap Laba Pengusaha Pakaian Jadi (Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)”
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, dalam penelitian ini penulis
membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti, yaitu modal kerja dan
kemampuan manajerial. Sehingga rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha pakaian jadi di
Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung?
2. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial terhadap laba pengusaha
pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota
Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha pakaian
jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung
2. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial terhadap laba
pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler
8
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
memperkaya ilmu ekonomi khususnya dalam perkembangan usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM) yang lebih baik lagi dimasa depan terkait
dengan modal kerja dan kemampuan manajerial guna meningkatkan laba.
1.4.2 Secara Praktis
Memberikan masukan kepada para pengusaha pakaian jadi di Kelurahan
Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dalam meningkatkan
keuntungan atau laba Pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika
Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dan sekaligus sebagai bahan
pertimbangan bagi pengusaha, pemerintah, dan pihak terkait untuk kebijakan
yang mendukung usaha kecil dan menengah. Serta sebagai bahan kajian lebih
lanjut bagi para peneliti yang akan mengkaji permasalahan dalam disiplin
ilmu yang sama terutama aspek-aspek lain yang belum terungkap dalam
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu penelitian. .Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian, Suharsimi Arikunto (2006:118).
Penelitian ini mengungkapkan tentang pengaruh modal kerja dan kemampuan
manajerial terhadap laba usaha yang diterima pengusaha pakaian jadi di
Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung lebih tepatnya
jalan Pagarsih Gang pesantren RT.08. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu Modal Kerja (X1) dan Kemampuan Manajerial (D1) , dan variabel terikat
adalah Laba (Y) pengusaha pakaian jadi.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu Metode penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode survey. Metode
penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut sehingga ditentukan kejadian-kejadian yang relatif, distribusi,
dan hubungan-hubungan yang antar variabel baik dari sosiologis maupun
psikologis. Selain itu juga digunakan metode eksplanatory yaitu suatu metode
yang menyoroti adanya hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka
kemudian dirumuskan suatu hipotesis. Jadi metode Survey Eksplanatory yaitu
suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang utama, Sugiyono
43
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian, bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, gejala-gejala, tes,
pendapat, peristiwa-peristiwa, benda dan lain-lain. Sedangkan menurut Sugiyono
(2010:39) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pengusaha pakaian jadi di Kecamatan Jamika Kelurahan Bojongloa
Kaler sebanyak 40 pengusaha pakaian jadi.
3.3.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 39) „Sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi‟.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010:40), sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Berdasarkan pendapat
tersebut, karena total populasi berjumlah kurang dari 100 yaitu sebanyak 40
pengusaha usaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika , maka yang menjadi sampel
yaitu populasi itu sendiri yaitu sebanyak 40 orang pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika. Hal ini karena populasi yang terbatas maka penarikan sampel ditiadakan. „„Sampel seperti ini sering disebut sebagai sampel total, yaitu sampel yang jumlahnya sebesar populasi.“
3.4 Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan petunjuk pelaksanaan untuk mengukur
suatu variabel. Untuk menghindari terjadinya kekeliruan di dalam menafsirkan
permasalahan yang penulis teliti, dan untuk menguji hipotesis yang diajukan,
44
penjabaran konsep yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan aspek-aspek
yang diteliti. Adapun bentuk operasional dari masalah yang penulis teliti adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Konsep Teoritis Definisi Operasional Sumber Data
Jenis
(Casse and Fair, 2007:59)
46
3.5 Sumber dan Jenis Data
Menurut Suharsimi (2006:129) yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber
data dalam penelitian ini adalah pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika
Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, dan referensi studi pustaka,
artikel, jurnal dan lain-lain.
Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh melalui penyebaran angket kepada Pengusaha Pakaian
yang tersebar di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung
tepatnya rt.08 gang Pesantren, Jalan Pagarsih. Dan juga data sekunder
diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Bandung (Disperindag) dan dari internet.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Proses Pengumpulan data dengan tekhnik tertentu sangat diperlukan dalam
hipotesis dan anggapan dasar karena tekhnik-tekhnik tersebut dapat menentukan
lancar atau tidaknya suatu proses penelitian. Pengumpulan data diperlukan untuk 9. Membangun tim
kerja diantara para pekerja 10.Menguasai
prosedur dan tekhnik dalam proses produksi 11. Menguasai
peralatan yang digunakan dalam proses produksi 12. Menggunakan
47
menguji hipotesis dan anggapan dasar. Untuk mendapatkan data yang diperlukan,
maka tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Studi observasi, yaitu dengan cara meneliti secara langsung pengusaha
pakaian di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.
2. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung
dengan tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai
pelengkap data.
3. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengguna daftar
pertanyaan yang telah disusun dan disebar kepada responden agar
diperoleh data yang dibutuhkan. Setelah diisi oleh responden, pertanyaan
tersebut dikumpulkan dan setelah itu dikaji untuk menjadi sebuah data
yang riil.
4. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh
data-data dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.7 Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian alat pengumpulan data atau instrument penelitian
akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian.
Instrument penelitian yang digunakan dalam penlitian ini adalah angket tentang
Modal Kerja, Kemampuan Manajerial dan Laba.
Skala yang digunakan dalam instrument penelitian bervariasi, antara skala
linkert dan skala rasio. Skala rasio berupa nilai angka dalam besaran rupiah,
misalnya jumlah besarnya laba usaha dalam hitungan rupiah. Sedangkan Skala
linkert yaitu skala yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang
semuanya menunjukkan sikap terhadap objek yang akan diukur. Dengan
menggunakan skala Linkert, setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk
pernyataan positif dan negative. Adapun ketentuan skala jawaban sebagai
berikut :
Sangat setuju / selalu : 5
Setuju / sering : 4
48
Tidak Setuju / Pernah : 2
Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah : 1
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan pembuatan angket, yaitu mengetahui pengaruh modal
kerja dan kemampuan manajerial terhadap laba usaha pengusaha pakaian
jadi.
2. Menjadikan objek yang responden, yaitu para pengusaha pakaian jadi di
Kecamatan Jamika kelurahan Bojongloa Kaler Kota Bandung.
3. Menyusun pentanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden
4. Memperbanyak angket
5. Menyebarkan angket
6. Mengelola dan menganalisis hasil angket
Agar hipotesis yang telah dirumuskan dapat diuji, maka diperlukan
pembuktian melalui pengolahan data yang terkumpul. Beberapa jenis data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data rasio dan data ordinal,
yaitu data dari variabel modal kerja dan Laba usaha, berupa data rasio, dan
kemampuan manajerial yang berupa data ordinal yang dirubah menjadi
variabel dummy. Dengan bantuan Microsoft Excel 2007, langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Untuk butir tersebut berupa jawaban pilihan skor 1,2,3,4,5 yang disebut
frekuensi.
2. Kemudian total dari penjumlahan atau skoring responden di urutkan dari
yang terbesar hingga yang terkecil.
3. Jumlah skorring kemudian dikelompokkan kedalam dummy dengan rumus
sebagai berikut : nilai skorring tertinggi-nilai skorring terendah / 5 + nilai
skorring terendah, maka diperoleh batas dummy varibelnya. (Sudjana
2005:79)
4. Kemudian kriteria dummy variabel dibagi menjadi 2 kriteria yaitu lebih
besar atau kurang dari, maka diperoleh lah angka dummy variabel.
Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka
49
diberikan kepada responden dilakukan dua macam tes, yaitu tes validitas dan
tes realibelitas.
3.7.1 Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) “Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.
Dalam uji validitas ini digunakan rumus Pearson Product Moment sebagai
berikut:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
(Riduwan dan Kuncoro, 2011: 217)
Dimana:
rhitung = koefisien korelasi
Ʃ Xi = jumlah skor item
Ʃ Yi = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus:
√ √
Dimana:
t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi hasil r hitung
n = jumlah responden
Dengan menggunakan taraf signifikansi 95% dan tingkat kesalahan α =
0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingkan
dengan nilai tabel korelasi r dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 dimana n
menyatakan jumlah baris atau banyaknya responden.
50
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks
korelasinya (r) sebagai berikut:
Antara 0,800-1,000 : sangat tinggi Antara 0,600-0,799 : tinggi
Antara 0,400-0,599 : cukup tinggi Antara 0,200-1,399 : rendah
Antara 0,000-1,199 : sangat rendah (tidak valid).
3.7.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan
(keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan
(Riduwan dan Kuncoro, 2011: 220).
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 178) “reliabilitas menunjuk pada satu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.Reliabilitas
menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan”.
Adapun uji reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Suatu instrumen penelitian diindikasikan
memiliki tingkat realibilitas memadai jika koefisien alpha Croncbach lebih besar
atau sama dengan 0,70 (Hair, Anderson, Tatham & Black dalam Kusnendi, 2008:
97).
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai
berikut (Riduwan dan Kuncoro, 2011: 221):
Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:
∑ ∑
Dimana:
Si = varians skor tiap-tiap item
Ʃ Xi2 = jumlah kuadrat item Xi (Ʃ Xi)2
51
N = jumlah responden
Menjumlahkan varians semua item dengan rumus:
Ʃ
Dimana:
Ʃ Si = jumlah varians semua item S1 + S2 + S3....Sn = varians item ke-1, 2, 3...n
Menghitung varians total dengan rumus:
∑ ∑
Dimana:
St = varians total
Ʃ Xi2 = jumlah kuadrat X total (Ʃ Xi)2
= jumlah X total dikuadratkan
N = jumlah responden
Masukkan nilai Alpha dengan rumus:
( ) ( ∑ )
Dimana:
r11 = nilai reliabilitas
Ʃ Si = jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians total
k = jumlah item
Kemudian diuji dengan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus
Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:
∑ ∑ ∑
52
Nilai rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh
karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan
rumus Spearman Brown yakni:
Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan distribusi tabel (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan df (dk = n - 2). Keputusan: Jika r11> r tabel berarti reliabel dan sebaliknya jika r11< r tabel berarti tidak reliabel.
3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.8.1 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi dengan variabel
independen kualitatif melalui Dummy Variabel. Menurut Yana Rohmana
(2010:105) Dummy Variabel adalah regresi dimana variabel bebasnya
(independen) selain ada variabel-variabel yang bersifat kuantitatif juga ditambah
dengan variabel yang bersifat kualitatif (Dummy Variable).
Dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan SPSS 21 for windows dengan
tujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel
dependennya. Fungsi persamaan umum yang akan diamati dalam penelitian ini
adalah : Pengaruh Modal Kerja dan Kemampuan Manajerial Terhadap Laba
Usaha Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa
Kaler Kota Bandung. Secara penjelasan ekonomi, penjelasan fungsi matematis
tersebut adalah Laba Usaha (Y) akan dipengaruhi oleh Modal Kerja (X1) dan
Kemampuan Manajerial (D1). Hubungan tersebut dapat dijabarkan kedalam
bentuk model regresi sebagai berikut :
Dimana :
Y = Laba X1= Modal Kerja
β0= konstanta regresi D1= Kemampuan Manajerial (Dummy Variable)
β1= koefisien regresi X1
53
3.8.2 Karakteristik dari Variabel Boneka (Dummy Variabel)
Variabel dalam persamaan regresi yang sifatnya kualitatif biasanya menunjukkan ada tidaknya suatu “ quality” atau “ atribute”. Pernyataan berikutnya adalah bagaimana atribute yang bersifat kualitatif ini diperlukan
menjadi kuantitatif sehingga metode regresi bisa diaplikasikan.
Salah satu metode untuk mengkuantitatifkan atribut yang bersifat kualitatif
tersebut adalah dengan cara membentuk variabel yang sifatnya artificial (dummy)
kedalam model persamaan regresi dengan mengambil nilai 1 (satu) atau 0 (nol).
Ketentuan pemberian angka 1 atau 0 bisa kita pahami bahwa : • Beri angka 1 untuk menunjukan adanya atribut
• Beri angka 0 untuk menunjukan tidak adanya atribut
Variabel dummy ini dapat dengan mudah kita pergunakan sama seperti
halnya pada variabel kuantitatif. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan
bahwa :
Suatu model regresi mungkin variabel bebasnya hanya terdiri dari atas
variabel dummy saja tanpa variabel kuantitatif, maka model ini disebut model
analisis varian (ANAVAR).
Contoh :
Yi= β0 + β1D1
Dimana :
Y = Laba
D1 = 1, Jika perusahaan melakukan Kemampuan Manajerial (yang memiliki
skor > 44)
D1 = 0, Jika perusahaan tidak melakukan Kemampuan Manajerial (yang
memiliki skor < 44)
Dimana Skor 44 diperoleh dari :
54
Suatu model regresi dimana variabel bebasnya bukan hanya terdiri dari atas
variabel dummy saja tapi juga variabel kuantitatif, maka model ini disebut
model analisis kovarian (ANAKOV).
Contoh :
Yi= β0+ β1X + β2 D1
Dimana :
Y = Laba (perbulan)
X = Modal Kerja (perbulan)
D1 = 1, Jika perusahaan melakukan Kemampuan Manajerial (yang memiliki
skor >44)
D1 = 0, Jika perusahaan tidak melakukan Kemampuan Manajerial (yang
memiliki skor < 44)
Dalam banyak kasus, model analisis kovarian yang sering muncul di
pembahasan ekonomi, Yana Rohmana (2010:105).
3.8.3 Pengujian Hipotesis
3.8.3.1 Pengujian secara Parsial ( Uji t )
Uji-t bertujuan untuk menguji tingkat signifikansi dari setiap variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain
konstan.
Langkah-langkah uji-t sebagai berikut :
1) Membuat hipotesis melalui uji satu arah (one tile test)
Ho : masing-masing variabel Xi tidak memiliki pengaruh terhadap Y
dimana i = X1,X2,X3,X4
Hi : masing-masing variabel Xi memiliki pengaruh terhadap Y
dimana i = X1,X2,X3,X4.
2) Menghitung nilai statistik t ( t hitung) dan mencari nilai-nilai t kritis dari
tabel distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu. Adapun nilai t
55
t
=
(Yana Rohmana, 2010:74)
Dimana merupakan nilai dari hiputesis nul.
Atau secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
β
(Yana Rohmana, 2010:74)
3) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α = 0,05.
Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :
Jika t hitung > nilai t kritis, maka H0 ditolak atau menerima H1, artinya
variabel itu signifikan.
Jika t hitung < nilai t krisisnya, maka H0 diterima atau menolak H1,
artinya variabel itu tidak signifikan.
3.8.3.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F )
Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel
X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui berapa besar pengaruhnya.
Pengujian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mencari F hitung dengan formula sebagai beikut :
(Yana Rohmana, 2010:80)
Dimana:
R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah observasi k = Jumlah variabel
2) Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya mencari F tabel berdasarkan besaran α = 0,05 dan df dimana besarannya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).
56
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan
variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y ).
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak ( keseluruhan
variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y ).
3.8.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh proporsi variansi variabel dependen
dijelaskan oleh semua variabel independen. R2 dinamakan koefisien determinasi atau koefisien penentu. Nilai koefisien determinasi diperoleh dengan
menggunakan formula :
∑ ∑ ∑
Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu ( 0 < R2 < 1), dengan kriteria sebagai berikut :
Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model
tersebut dapat dinilai baik.
Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model
tersebut dapat dinilai kurang baik.
3.9 Uji Asumsi Klasik 3.9.1 Uji Normalitas
Salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam regresi adalah variabel e
berdistribusi normal Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan
distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk
57
yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara
normal.
Untuk mengatahui bentuk distribusi data dapat menggunakan grafik
distribusi dan analisis statistik. Penggunaan grafik distribusi merupakan cara yang
paling sederhana. Cara ini dilakukan karena bentuk data yang terdistribusi secara
normal akan mengikuti pola distribusi normal dimana bentuk grafiknya mengikuti
bentuk lonceng. Sedangkan analisis statistik menggunakan analisis keruncingan
dan kemencengan kurva, Santosa dan Ashari (2005:231)
3.9.2 Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan antarvariabel
independen karena melibatkan beberapa variabel independen, maka
multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana yang hanya
terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen
(Yana Rohmana, 2010:140).
Konsekuensi sebuah model yang terkena multikolinearitas adalah
variannya akan terus naik dan membesar. Dengan varian yang semakin naik atau membesar maka standar eror β1 dan β2 juga naik. Oleh karena itu, dampak adanya
multikolinearitas di dalam model regresi jika menggunakan teknik estimasi
dengan metode kuadrat terkecil (OLS) adalah :
1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh dan masih dikatakan
BLUE, tetapi kesalahan standarnya cenderung semakin besar dengan
meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel sehingga sulit
mendapatkan penaksir yang tepat.
2. Karena besarnya kesalahan standar, selang atau interval keyakinan untuk
parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar dan nilai t hitung
akan kecil sehingga variabel independen secara statistik tidak signifikan.
3. Dalam kasus multikolinearitas yang tinggi data sampel mungkin sesuai
dengan sekelompok hipotesis yang berbeda-beda jadi probabilitas untuk
58
4. Selama multikolinearitas tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi
adalah mungkin tetapi taksiran kesalahan standarnya menjadi sangat
sensitif terhadap sedikit perubahan data.
5. Jika multikolinearitas tinggi, mungkin terjadi R2 yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang penting secara
statistik.
Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam
model regresi OLS yaitu:
a. Nilai R2 tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan. b. Menghintung koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila
koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinieritas.
c. Dengan menggunakan regeresi auxiliary.
d. Dengan melihat Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF).
Ketentuan : jika VIF > 10 maka terdapat multikolinieritas dan
menunjukkan kolinieritas tinggi, dan sebaliknya jika VIF < 10 maka data
terbebas dari multikolinieritas.
(Yana Rohmana, 2010:149)
Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multiko dengan
uji Varian Inflation Factor and Tolerance (VIF), dengan bantuan program SPSS
21 For Windows. Untuk melihat gejala multikolinieritas, kita dapat melihat dari
hasil Collinerity Statistics. Hasil VIF yang lebih besar dari lima menunjukkan
adanya gejala multikolinieritas.
Apabila terjadi multikolinieritas menurut Yana Rohmana (2010:149) dapat
disembuhkan dengan cara sebagai berikut:
1. Tanpa adanya perbaikan
2. Dengan perbaikan :
Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)
Menghilangkan satu atau lebih variabel independen
Menggabungkan data Cross Section dan data Time Series
Transformasi variabel
59
3.9.3 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak
memiliki varian yang sama. Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena
dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi
atau sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda
disebut heteroskedasitas. Yana Rohmana (2010:158).
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas ,yaitu sebagai berikut :
1. Metode informal (grafik). Metode ini merupakan cara yang paling mudah
dan cepat karena menampilkan grafik sebar dari variabel residual kuadrat
dan variabel independen. Kriterianya adalah :
a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau
hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka
pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan
keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai
taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran
absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien
korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
60
Dimana :
d1 = perbedaan setiap pasangan rank
n = jumlah pasangan rank
5. Metode Breusch-Pagan-Godfrey. Metode ini mengembangkan model yang
tidak memerlukan penghilangan data c dan pengurutan data sebagai
alternatif dari metode Golgfeld-Quandt.
6. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara
meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2
hitung
dan χ2
tabel, apabila χ2hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa
terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2hitung < χ2tabel
maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak.
(Yana Rohmana, 2010 : 161-170)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji metode grafik, dengan
bantuan program SPSS 21 for windows. Dalam regresi salah satu asumsi yang
harus dipenuhi adalah bahwa varians atau residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Salah satu uji untuk menguji
heterokedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual.
Apabila model penelitian terkena heterokedastisitas maka data wajib untuk
disembuhkan dikarenakan sifat data tidak BLUE melainkan LUE. Adapun cara
penyembuhannya adalah sebagai berikut:
a. Metode WLS (Weighted Least Square) atau kuadrat terkecil tertimbang. Metode ini dilakukan dengan cara membagi persamaan OLS dengan σ. b. Metode white. Metode ini dikenal dengan varian heterokedastisitas
61
3.9.4 Uji Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antar anggota observasi
satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi
metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan
dengan variabel gangguan yang lain (Yana Rohmana,2010:192). Jadi autokorelasi
adalah hubungan antar residual satu observasi dengan residual observasi lainnya.
Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu
karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada
masa-masa sebelumnya. Autokorelasi terjadi karena kelembaban (inertia), terjadi bias
spesifikasi bentuk fungsi yang dipergunakan tidak tepat, penomena sarang
laba-laba, beda keliru, kekeliruan manipulasi data dan data yang dianalisis tidak
bersifat stasioner. Apabila data didalam penelitian terkena autokorelasi maka
estimator menjadi LUE tidak lagi BLUE.
Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi. Adapun
metode-metodenya adalah sebagai berikut:
1. Uji Durbin Watson (D-W)
Uji D-W merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya
autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat
62
Keterangan:
dL = Durbin Tabel Lower dU = Durbin Tabel Up
H0 = Tidak ada autokorelasi positif
H*0 = Tidak ada autokorelasi negatif
Apabila hasil dari perhitungan menggunakan metode uji Durbin Watson
tidak mendapat keputusan model terjadi autokorelasi atau tidak, maka pengujian
dilanjutkan dengan metode Brush-Godfrey menggunakan uji LM (Lagrange
Multiplayer).
2. Uji Breusch-Godfrey (uji BG) atau Uji Lagrange Multiplayer (LM)
Breusch-Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan
dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Kriterianya adalah jika nilai probabilitas lebih besar dari (>) σ = 5% berarti tidak terkena autokorelasi. sebaliknya ketika nilai probabilitasnya lebih kecil atau sama dengan (<) dari σ = 5% berarti terdapat autokorelasi. Yaitu dengan membandingkan X2tabel
dengan X2hitung.. Rumus untuk mencari X2hitung sebagai berikut :
X2= (n-1)R2
(Yana Rohmana,2010:200)
Dengan pedoman : bila nilai X2hitung lebih kecil dibandingkan nilai X2tabel
maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai X2hitung lebih besar
dibandingkan dengan X2tabel maka ditemukan adanya autokorelasi.
Apabila data terkena autokorelasi, maka data harus segera diperbaiki agar
model masih tetap bisa digunakan. Terdapat beberapa alternatif untuk masalah
menghilangkan autokorelasi adalah sebagai berikut:
a. Bila struktur autokorelasi diketahui dapat diatasi dengan melakukan
transformasi terhadap persamaan. Metode ini sering disebut generalized
difference equation.
b. Bila struktur autokorelasi tidak diketahui maka bisa dilakukan beberapa
pilihan yaitu:
1) Bila autokorelasi tinggi menggunakan metode diferensiasi tingkat
63
2) Estimasi autokorelasi didasarkan pada statisik d Durbin- Watson.
3) Estimasi autokorelasi dengan metode dua langkah durbin.
4) Bila autokorelasi tidak diketahui dengan metode Cochrane-Orcutt.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji DW test dengan bantuan
software SPSS 21 For Windows Yaitu dengan cara membandingkan nilai
probabilitasnya. Ketika nilai probalitas lebih dari (>) = 5% maka dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh modal
kerja dan kemampuan manajerial terhadap laba usaha pengusaha pakaian jadi di
Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Modal Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba usaha
pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler
Kota Bandung. Artinya jika modal kerja meningkat maka laba usaha
pengusaha pakaian jadi pun akan mengalami peningkatan.
2. Kemampuan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba
usaha pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa
Kaler Kota Bandung. Artinya jika kemampuan manajerial yang dimiliki
oleh pengusaha meningkat, maka laba usaha juga akan mengalami
peningkatan, begitu juga sebaliknya, apabila kemampuan manajerial para
pengusaha pakaian jadi menurun maka akan mempengaruhi perolehan laba
usaha yang diperoleh para pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika
Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung tersebut yang juga mengalami
95
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam kesimpulan yang
diperoleh maka ada beberapa saran yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut :
1. Modal kerja memiliki pengaruh positif terhadap laba usaha pengusaha
pakaian jadi maka dari itu untuk memperoleh laba / keuntungan
maksimum pengusaha harus meningkatkan dan mengelola modal kerja
yang dimiliki, agar tercapai efesiensi produksi sehingga keberhasilan
usaha dapat tercapai.
Ada beberapa pilihan yang bisa dicoba pengusaha dalam memenuhi
kebutuhan modalnya yaitu :
a. Pengusaha bisa mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
disediakan oleh pemerintah untuk usaha kecil yang membutuhkan
bantuan dana atau modal guna mengembangkan usahanya, pinjaman
ini bisa diperoleh di lembaga keuangan seperti BRI, Bank Mandiri dan
Bank Bukopin.
b. Para pengusaha bisa mengajukan proposal ke DIKOPERINDAG untuk
mengajukan pemberian dana hibah guna meningkatkan modal dan
kesejahteraan para pengusaha.
c. Bagi masyarakat masyarakat di Kelurahan Jamika Kecamatan
Bojongloa Kaler yang sebagian besar menekuni usaha pakaian jadi ini
dapat mengajukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri sehingga seluruh masyarakat dapat meningkatkan
kesejahteraannya.
2. Kemampuan manajerial yang pengusaha pakaian jadi memiliki pengaruh
positif terhadap laba usaha. Beberapa pengusaha sudah memiliki
kemampuan manajerial yang baik sehingga dapat mengelola
perusahaannya dengan optimal. Oleh karena itu, kemampuan manajerial
harus ditingkatkan lagi baik itu dalam aspek kemampuan konsep,
kemampuan manusia dan kemampuan teknis dari proses produksinya,
96
pendidikan informal bagi para pengusaha seperti diklat, pelatihan atau
dengan mengikuti seminar yang dapat memperkaya pengetahuan para
pengusaha-pengusaha sehingga diharapkan dapat mempertahankan
keberhasilan usahanya kedepan. Serta memanfaatkan lembaga yang ada
disekitar lingkungan tempat pengusaha-pengusaha pakaian jadi tersebut,
sepeti koperasi yang ada, atau kelurahan dan kecamatan untuk para
pengusaha pakaian jadi mengikuti program pelatihan yang diadakan
lembaga tersebut demi meningkatkan kemampuan manajerial yang
DAFTAR PUSTAKA
Ahman, Eeng. Dan Rohmana, Yana. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi
______________________________2009. Teori Ekonomi Mikro.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Case and Fair. 2007.Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro.Jakarta:PT Prehailindo
Dominick, Salvatore. 2005. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Erlangga.
Hasan, Bachtiar 2003.Manajemen Industri. Bandung : Pustaka Ramadhan
Jaya, Wihana Kirana. 2005. Ekonomi Industri. Yogyakarta : BPPE Edisi Kedua.
Kuncoro, Riduwan. 2011. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Kusnendi. 2008. Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung. Alfabeta.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Pratama, Raharja dan Manurung, Mandala. 2008. Teori Ekonom Mikro. Jakarta : FEUI
Prawirosentono, Suyadi. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta : PT Bumi Aksara
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE UGM
Rohmana,Yana. 2010 . Ekonometrika (Teori dan Aplikasi dengan Eviews). Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI.
Santosa, Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Micrososft Excel & SPSS. Yogyakarta : Andi
Sardjono, Sigit. 2009. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Surabaya :Tiga N
Salvatore, Dominick. 2005. Teori Mikroekonomi. Jakarta : Erlangga
Sondang P, Siagian. 2007. Teori Motivasi dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung :Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sukirno, Sadono. 2010. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Suryana .2006. Kewirausahaan.Jakarta :Salemba Empat Alfabeta.
Susanti, Lizza dan Budiwati, Neti. 2010. Manajemen Keuangan Koperasi. Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi
Tambunan ,Tulus. 2002.Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat
Ukas, Maman. 2009. Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung : Agnini
____________1999. Manajemen. Bandung :Erlangga
Winardi. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung : Tarsito
SUMBER LAIN
Frihartati, Mustika. 2006. Kajian Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Usaha KECIL Menengah di Provinsi Sumatra Utara. JurnalPengkajian Koperasi dan UKM no.1
Indira, Rahmawati Widya. 2006. Pengaruh modal kerja, diffrensiasi produk dan kemampuan manajerial terhadap laba pengusaha meubel. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak diterbitkan.
Pedagang Kaki Lima. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol 11 No.1 : 73-86.
Munizu, Musran. 2010. Pengaruh faktor-faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil di Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin Vol.12 No.1 : 33-41.
Sari, Puspita Ratih. 2006. Analisis pengaruh modal kerja, differensiasi produk dan kompetensi manajerial terhadap laba pengusaha. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak diterbitkan.
Sahodo, Ipar. 2008. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Laba Usaha Tani dan Konsumsi Rumah Tangga. Majalah Ilmiah Kampus Ungu. Tidak diterbitkan.
Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang usaha kecil
Undang-Undang Republuk Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UsahaMikro,Kecil Dan Menengah
Wisnu, Aditya. 2010.Pengaruh kemampuan manajerial, differensiasi produk dan promisi terhadap laba pengusaha di sentra kaos suci bandung. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak diterbitkan.
www.bps.go.id
www.depkop.co.id
www.galeriukm.web.id
www.iklanbaris-umkm.blogspot.com
www.infoukm.wordpress.com