SISTEM INFORMASI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR DI SUMATERA BARAT BERBASIS WEB
Ahmaddul Hadi1
ABSTRACT
The difficulty of the people know about the spread of infectious diseases that plague their communities and data collection as well as the process of recording the incidence of infectious diseases in health institutions, is still considered less efficient because data reporting the incidence of cases of communicable diseases to the Department of Health at all levels ranging from health center to the health minister for some types the disease is still long so that the resulting data is not real-time thus slowing down the handling of possible outbreaks (Extraordinary Events). So it is developing an information system model of the spread of communicable diseases in West Sumatra are made using programming language PHP, Yii framework 1.1.14, HTML, CSS, and Javascript and use a database used is MySQL. Through This system can help the City Health Office / District and Provincial Health Office of West Sumatra in addressing the development of an infectious disease outbreak to then do steps anticipation and response more quickly to the possibility of an outbreak in the region of West Sumatra by the policy makers as well as a media inform the public about the outbreak of West Sumatra that develop in the area around them so that they can be able to protect against the possibility of involvement of infectious diseases at an early stage.
Keywords: Information Systems Spread of Communicable Diseases, Health Department outbreaks.
INTISARI
Sulitnya masyarakat mengetahui tentang penyebaran penyakit menular yang mewabah disekitar mereka dan pendataan serta proses pencatatan kejadian penyakit menular pada instansi kesehatan, dinilai masih kurang efisien dikarenakan pelaporan data kejadian kasus penyakit menular kepada Dinas Kesehatan pada setiap jenjang mulai dari puskesmas hingga ke menteri kesehatan untuk beberapa jenis penyakit masih lama sehingga data yang dihasilkan tidak realtime sehingga memperlambat penanganan akan kemungkinan terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa). Maka dikembangkanlah sebuah model sistem informasi penyebaran penyakit menuilar di Sumatera Barat yang dibuat menggunakan bahasa pemograman PHP, framework Yii 1.1.14, HTML, CSS, dan Javascript serta menggunakan Database yang digunakan adalah MySQL. Melalui Sistem informasi ini dapat membantu Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam menyikapi berkembangnya suatu wabah penyakit menular untuk kemudian dilakukan langkah-langkah antisipasi maupun penanggulangan dengan lebih cepat
1
terhadap kemungkinan terjadinya KLB di Wilayah Sumatera Barat oleh pihak pengambil kebijakan serta sebagai sebuah media informasi kepada masyarakat Sumatera Barat mengenai wabah penyakit yang berkembang pada daerah sekitar mereka sehingga dapat mereka dapat melakukan proteksi terhadap kemungkinan terserangnya penyakit menular secara dini.
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi informasi pada era globalisasi telah merambah keseluruh bidang. Fakta di lapangan menunjukkan penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan efesiensi kerja dan membantu kerja yang bersifat manual menjadi suatu sistem yang praktis dan dinamis sesuai kebutuhan. Kemajuan ini juga harus diimbangi oleh perubahan paradigma sumber daya manusia yang terlibat didalamnya dengan melakukan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi yang ada.
Informasi yang dibutuhkan masyarakat pada saat ini salah satunya kebutuhan informasi geografis yang memiliki kemampuan dalam memvisualisasikan data spasial beserta atribut-atributnya, memodifikasi bentuk, warna, ukuran, dan simbol. Untuk mengelola data yang kompleks tersebut diperlukan suatu sistem informasi yang mampu terintegrasi dalam mengolah data spasial dan non spasial secara efektif dan efisien. Salah satu sistem yang dapat menjadi solusi akan hal tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi geografis (Arnoff dalam Abdul, 2014: 132). Saat ini, SIG merupakan teknologi geografis yang sangat berkembang.
Provinsi Sumatera Barat secara geografis terletak pada garis 0° 54‟ Lintang Utara sampai dengan 3° 30‟ Lintang Selatan serta 98° 36‟ Bujur Barat sampai dengan 101° 53‟ Bujur Timur dengan total luas wilayah sekitar 42.012,89 Km2 atau 42.012.890 Ha termasuk ± 391 pulau besar dan kecil di sekitarnya. Secara wilayah, Provinsi Sumatera Barat terdiri atas 12 (Dua Belas) kabupaten, serta 7 (tujuh) kota
dengan jumlah penduduk secara kesuluruhan pada tahun 2013 berjumlah 5,617 juta jiwa dengan 886 desa, 259 kelurahan dan 179 Kecamatan (Kementerian Dalan Negeri, 2013). Mengingat luasnya wilayah Provinsi Sumatera Barat dan banyaknya jumlah penduduk, dapat memperbesar potensi penyebaran berbagai penyakit menular baik dari komunitas masyarakat atau penyakit yang berasal dari luar Provinsi Sumatera Barat.
Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2005-2015, Indonesia merupakan Negara terbanyak kedua setelah Negara Mesir yang terjangkit wabah flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1 (Avian Influenza). Kecepatan penularan dan pengaruh yang ditimbulkan membuat flu burung menjadi salah satu penyakit yang harus diwaspadai mengingat pada tahun sebelumnya tidak ada ditemukannya kasus. Belum hilang pemberitaan seputar flu burung, muncul kemudian berita penularan virus A-H1N1 (Swine Influenza), atau lebih dikenal dengan sebutan flu babi. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2012 menyatakan bahwa Sumatera Barat masih rentan terhadap penyebaran beberapa penyakit menular, seperti Diare, DBD, TBC, HIV/AIDS dan Flu Burung. Banyaknya jumlah korban sedikit banyak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan medis dan kesiagaan masyarakat terhadap suatu wabah penyakit yang dinilai masih sangat kurang.
menular adalah perlunya identifikasi apakah ada kemungkinan akan ancaman Kejadian Luar Biasa (KLB) beserta kondisi rentan yang memperbesar risiko terjadinya KLB agar dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan KLB.
Proses pencatatan kejadian penyakit menular pada instansi kesehatan saat ini, dinilai masih kurang efisien, dikarenakan pelaporan data kejadian kasus penyakit menular kepada Dinas Kesehatan dilakukan sekali dalam seminggu. Hal ini menyebabkan data yang dihasilkan tidak realtime sehingga menjadi salah satu faktor memperlambat penanganan akan kemungkinan terjadinya KLB. Selain itu, untuk cara pelaporan dan perekapan data kasus oleh puskesmas juga dilakukan secara manual yaitu melalui via SMS dengan menyebutkan jumlah kasus per penyakit. Kemudian jumlah kasus yang dikirimkan tadi akan direkap ulang oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten menggunakan aplikasi yang ada pada komputer untuk dikirimkan ke Dinas Provinsi sebagai laporan mingguan kejadian penyakit menular. Mengingat kelemahan diatas, diperlukan sebuah sistem baru yang mampu mengumpulkan data penyebaran penyakit menular dalam suatu wilayah secara cepat, akurat serta mudah dalam proses implementasinya. Pengumpulan data berbasis web dapat memberikan solusi dari keadaan geografis Sumatera Barat yang luas. Pemanfaatan teknologi internet saat ini dengan biaya relatif murah dan lebih mudah diaplikasikan, jangkauan wilayah lebih luas dan dapat melibatkan masyarakat secara langsung. Kecepatan informasi yang dapat dikumpulkan dari terjangkitnya suatu daerah terhadap penyakit tertentu, serta peta-peta penyebaran penyakit menjadi sangat penting
dalam menangani dan menindaklanjuti efek timbulnya wabah di suatu daerah. Pengembangan web dan peta penyebaran penyakit menular berbasis web, dapat disajikan secara realtime dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, dan akan memberikan pengaruh positif terhadap tindakan penyuluhan, penanggulangan dan persiapan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan terhadap suatu wabah penyakit.
PENDEKATAN PEMECAHAN
MASALAH
Penyakit Menular
Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi setiap saat. Penyakit menular dapat berjangkit dengan cepat dan menyerang sejumlah besar orang pada daerah yang luas. Keadaan ini disebut wabah. Wabah dalam UU Nomor 4 Tahun 1984 adalah “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka”. Selain kata wabah, istilah lain yang sering dipakai untuk menggambarkan adanya peningkatan kejadian penyakit menular disuatu daerah adalah KLB (Kejadian Luar Biasa). Komponen Proses Terjadinya Penyakit Menular
dipengaruhi oleh adanya kerantanan pejamu (imunity).
1. Penyebab penyakit (agens) Menurut Dyan (2010: 32): penyebab penyakit dapat diklasifikasikan menjadi 6 golongan, yaitu: Protozoa, Metazoan, Bakteri, Virus, Fungi/Jamur dan Riketsia. Protozoa merupakan hewan bersel satu yang memerlukan perkembangan diluar tubuh manusia. Metazoan adalah parasit multiselular yang memerlukan perkembangan di luar tubuh manusia, sehingga penularannya terjadi secara tidak langsung. Bakteri adalah tumbuhan bersel satu yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Virus merupakan penyebab penyakit berukuran sangat kecil, sedangkan riketsia adalah parasit yang sifatnya intraseluler dengan ukuran besar antara ukuran bakteri dan virus. Sifat reketsia sama dengan virus yakni untuk membutuhkan sel hidup untuk
pertumbuhan dan
perkembangannya.
2. Reservoir penyebab penyakit
Menurut Dyan (2010: 35): Reservoir adalah habitat normal bagi penyebab penyakit untuk hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Reservoir merupakan pusat penyakit menular karena reservoir adalah komponen utama lingkaran penularan yaitu unsur penyebab meneruskan dan mempertahankan hidup dan sebagai pusat/sumber penularan dalam suatu lingkaran penularan. Secara umum reservoir penyebab penyakit dapat berupa manusia, hewan dan lingkungan
Manusia, hewan dan lingkungan sebagai reservoir apabila bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia, hewan maupun di lingkungan untuk sementara waktu. 3. Tempat keluarnya bibit
penyakit (portal of exit)
Tempat keluarnya bibit penyakit ini merupakan tempat sumber keluarnya penyakit. Adapun tempat keluar bibit penyakit dari pejamu, menurut Dyan (2010: 37) yaitu saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, kulit, dan plasenta.
4. Transmisi
Transmisi disini maksudnya penularan penyakit dari orang ke orang. Dyan (2010: 37) menyatakan “bermacam metode dapat digunakan agens untuk berpindah dari pejamu yang satu dengan pejamu lainnya yang rentan, baik manusia maupun hewan”.
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Di Indonesia definisi KLB diaplikasikan dalam Undang-undang No. 4 tahun 1984, yaitu “Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu”. Kemudian dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 949/ MENKES/SK/VII/2004 menyatakan “Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu”. Dari pemaparan tersebut, maka KLB dapat disimpulkan terjadi peningkatan frekuensi kasus menurut waktu, tempat dan orang.
1. Dasar Hukum KLB
Adapun Dasar hukum yang merujuk kepada KLB, adalah: 1) Undang Undang No 4 tahun 1984
3) Keputusan Menteri Kesehatan No 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular,
4) Peraturan Menteri Kesehatan No 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini KLB, 5) Peraturan Menteri Kesehatan No
1501 Tahun 2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan.
2. Ruang Lingkup KLB
Ruang lingkup KLB tidak hanya sebatas pada penyakit infeksi menular saja. Ada tiga kategori penyakit yang masuk dalam KLB, yaitu:
1) Penyakit menular misalnya Flu Burung (Avian Influenza),
2) Penyakit tidak menular misalnya gizi buruk, keracunan makanan, keracunan pestisida,
3) Bencana alam disertai dengan wabah penyakit misalnya bencana alam banjir yang menimbulkan penyakit kencing tikus (Leptospirosis).
3. Sumber Data KLB
Sumber data dari informasi kesehatan menurut Buchari (2009: 40) dikelompokan atas 2 sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Untuk sumber data primer diperoleh melalui survai, sedangkan untuk data sekunder diperoleh melalui pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Puskesmas merupakan sumber data terpenting di Indonesia karena puskesmas merupakan fase awal untuk dapat memperoleh pelayanan kesehatan. Buchari (2009: 42) menyatakan bahwa “data yang dikumpulkan oleh puskesmas dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui laporan
bulanan dan laporan tahunan yang disebut SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas)”. SP2TP ini tidak termasuk untuk Kejadian Luar Biasa (KLB), epidemi, dan Keluarga Berencana (KB). KLB dan epidemi menurut Buchari (2009: 43) “dilaporkan kepada Direktorat Jenderal PPM&PLP sesuai dengan Surat Keputusan No. 451-1/PD-03.04.IS/1991 Tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan, dan untuk Laporan Keluarga Berencana ditetapkan oleh Kepala BKKBN”.
4. Penetapan Daerah KLB
Dalam penetapan daerah KLB, yang mempunyai wewenang untuk menetapkan suatu daerah berada dalam keadaan KLB adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, atau Menteri (Permenkes No. 1501 Tahun 2010 pasal 7). Penetapan ini hanya dapat dilakukan jika suatu daerah telah memenuhi salah satu kriteria sebagaimana dimaksud dalam Permenkes No. 1501 Tahun 2010 pasal 6, yaitu:
1) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah
2) Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
3) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
5) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya 6) Angka kematian kasus suatu
penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
7) Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Pencabutan penetapan daerah dalam keadaan KLB diatur juga dalam Peraturan Menteri No. 1501 tahun 2010 pasal 9 yang mana pencabutan tersebut didasarkan pertimbangan keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang dimaksudkan dalam pasal 6 dan telah disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, atau Menteri. 2.3.5. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKD-R)
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon adalah suatu sistem yang dapat memantau perkembangan suatu penyakit menular potensial KLB/wabah dari waktu ke waktu (periode mingguan) dan memberikan sinyal peringatan (alert) kepada Dinas Kesehatan kota/kabupaten (Kemenkes RI, 2012). Bila kasus tersebut melebihi nilai ambang batasnya sehingga mendorong program untuk melakukan respon. Bila dalam analisis muncul alert atau signal maka kota/kabupaten segera lakukan respon (verifikasi data,
penyelidikan epidemiologi, konfirmasi laboratorium dan penanggulangan) sesuai dengan situasi dan kondisi. Respon juga dapat dilakukan secara bersama dengan puskesmas. Alert atau signal yang muncul pada sistem bukan berarti sudah terjadi KLB tetapi merupakan pra-KLB yang mengharuskan petugas untuk melakukan respon cepat agar tidak terjadi KLB.
Adapun Penyakit yang dilaporkan dalam sistem ini dan ambang batasnya seperti pada tabel berikut:
1 Diare Akut Peningkatan
Kasus 2 Malaria Konfirmasi Peningkatan
Kasus 3 Tersangka Demam
Dengue
Peningkatan Kasus
4 Pneumonia Peningkatan
Kasus
5 Disentri Peningkatan
Kasus 6 Tersangka demam tifoid Poisson 7 Sindrom Jaundis akut Poisson 8 Tersangka Chikungunya Poisson 9 Tersangka flu burung
pada manusia
1 kasus
10 Tersangka campak 1 kasus 11 Tersangka Difteri 1 kasus 12 Tersangka pertussis 1 kasus 13 AFP (Lumpuh Layuh
Mendadak)
1 kasus
14 Kasus gigitan hewan penular rabies
1 kasus
15 Tersangka antraks 1 kasus 16 Tersangka leptospirosis 1 kasus 17 Tersangka kolera 1 kasus 18 Klaster penyakit yang
tidak lazim
3 kasus
19 Tersangka
Meningitis/Ensefalitis
Poisson
20 Tersangka Tetanus Neonatorum
1 kasus
No Penyakit Nilai Ambang kasus 23 Tersangka HFMD (Hand,
Foot, Mouth Disease)
1 kasus
Sumber: Kemenkes RI, 2012
Dari data tabel diatas, dapat dilihat nilai ambang batas masing-masing penyakit. Nilai ambang batas ini-lah yang dijadikan sebagai acuan untuk peringatan dini.
PENDEKATAN PEMECAHAN
MASALAH
Perancangan dengan Model Pengembangan UML
1. Analisis Use Case
Use case diagram pada SIG
Penyebaran Penyakit Menular melibatkan 5 aktor yaitu administrator, operator puskesmas, Dinas Kesehatan Kota/Kab (Dinkeskotakab), Dinas Kesehatan Provinsi (Dinkesprov) dan visitor.
Administrator
Melihat Data dan Pem etaan Penyebaran Penyakit Manajemen User dan Sistem
Sistem Informasi Geografis Penyebaran Penyakit Menular di Sumatera Barat
Lihat Data
Memperoleh peringatan dini & KLB penyebaran penyakit menular
Administrator dapat melakukan
login dan memiliki akses untuk
memanajemen sistem dan user.
Operator puskesmas dapat
melakukan login, Create, Read,
Update dan Delete (CRUD) data
kasus, CRU data penderita serta melihat data dan pemetaan penyebaran penyakit menular, sedangkan Dinkeskotakab bertindak sebagai penetapan dan pencabutan KLB serta memperoleh peringatan dini dan KLB, selain itu juga dapat melihat data kasus, puskesmas,
penyakit. Dinkesprov dapat melihat data kasus, puskesmas, penyakit dan juga dapat menetapkan dan pencabutan KLB layaknya Dinkeskotakab serta memperoleh peringatan dini dan KLB. Untuk
visitor, pada sistem ini dapat
memperoleh informasi data dan pemetaan penyebaran penyakit menular, data puskesmas dan data penyakit menular.
2. Activity Diagram
Activity Diagram atau diagram
aktivitas menggambarkan workflow
(aliran kerja) atau aktivitas dari sebuah sistem atau proses bisnis.
Login
Aktivitas menu login menggambarkan kejadian pada saat administrator, Operator puskesmas, Dinkeskotakab dan Dinkesprov melakukan login untuk masuk kedalam sistem. Adapun aktivitasnya sebagai berikut:
Gambar 2. Activity diagram login
Untuk dapat masuk kedalam sistem, administrator, Operator puskesmas, Dinkeskotakab dan Dinkesprov harus melakukan login
terlebih dahulu dengan memasukan
username dan password, lalu
meng-klik login, maka sistem akan
melakukan validasi. Jika username
dan password benar, maka user
akan diarahkan ke halaman sesuai level yang login, namun jika salah,
username dan password yang benar.
Input identitas penyakit baru Activity diagram input identitas penyakit baru adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Activity diagram input identitas penyakit baru
Activity diagram input identitas
penyakit baru yaitu administrator masuk kedalam sistem dengan login
terlebih dahulu, maka sistem akan menampilkan menu. Kemudian administrator memilih menu data penyakit dan meng-kliik tambah data penyakit. Sistem menampilkan form
data penyakit dan administrator meng-input-kan data yang diperlukan berdasarkan form yang ditampilkan oleh sistem. Lalu administrator meng-klik simpan dan sistem akan menyimpan aktivitas
user ke dalam database.
Input data kasus
Activity diagram input kasus adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Activity diagram input kasus
Proses input kasus baru dimulai dari Operator puskesmas
masuk kedalam sistem dengan terlebih dahulu melakukan login, maka sistem akan menampilkan pilihan menu. Lalu Operator
puskesmas memilih input kasus baru, ditampilkan form input kasus baru. Operator puskesmas akan mengisi form sesuai dengan permintaan form kemudian memerintahkan sistem untuk menyimpan identitas yang di-input -kan, maka sistem akan menyimpan setiap data yang diinputkan ke dalam database.
Melihat data penyebaran penyakit menular
Aktivitas menu melihat data penyebaran penyakit menular menggambarkan proses saat visitor mengakses menu data penyebaran penyakit menular, seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 5. Activity diagram melihat data penyebaran penyakit
menular
Proses melihat penyebaran penyakit menular dimulai dari visitor
masuk ke dalam sistem kemudian akan tampil menu, lalu user memilih menu penyebaran penyakit. Dari menu data penyebaran penyakit menular akan ditampilkan didetail kasus penyakit yang terjadi, sedangkan untuk pemetaannya dapat dilihat pada halaman home
pada sistem.
3. Class Diagram
Penyakit
Gambar 6. Class Diagram Sistem Informasi Geografis Penyebaran Penyakit Menular di Sumatera Barat
Dari gambar class diagram di atas dapat disimpulkan kebutuhan database meliputi kelas kota, kecamatan, penyakit, penderita, kasus, puskesmas, user, level, riwayat KLB dan posting-an. Masing-masing dari kelas tersebut yang akan diakses dari data database.
4. Context Diagram
Context diagram adalah sebuah bagan yang secara umum menggambarkan aliran data dari dari dalam sistem yang saling berinteraksi. Context diagram menunjukan hubungan dan batasan antara sistem dengan entity eksternal. Context diagram juga menggambarkan secara jelas mengenai ruang lingkup dari sistem yang dikembangkan.
Sistem Informasi Geografis Penyebaran
Penyakit Menular di Sumatera Barat
Gambar 7. Context diagram Pada diagram di atas dapat dilihat aliran data apa saja yang dilakukan oleh masing-masing pengguna sistem. Administrator memiliki andil dalam aliran data kota/kabupaten, data kelurahan, data penyakit dan data puskesmas yang masuk ke dalam sistem. Operator puskesmas masukan data pada sistem meliputi penderita dan kasus, sedangkan operator puskesmas memperoleh informasi meliputi informasi dari data yang di inputkannya. Dinkeskotakab memberikan masukan data kepada sistem berupa peringatan KLB dan memperoleh peringatan KLB dan dini, data kasus, data puskesmas, data penderita dan data penyakit sebagai data keluaran dari sistem. Begitu juga dengan Dinkesprov. Untuk aliran data pada visitor, sistem hanya memberikan laporan akan kondisi yang terjadi pada lingkungan Sumatera Barat baik itu berupa informasi penyakit, KLB serta pemetaan akan penyebaran penyakit.
Gambar 8. Relasi antar tabel
Pada sistem yang akan dibuat ini, ada 10 tabel yang akan direlasikan yaitu tabel kasus, penderita, penyakit, puskesmas, kotakab, kecamatan, user, level, riwayat KLB dan postingan. Pada
field nik_penderita ditabel kasus,
memiliki relasi dengan nik_penderita yang merupakan primary key pada tabel penderita. Kemudian field
id_penyakit pada tabel kasus, memiliki relasi dengan field
id_penyakit yang merupakan primary key pada table penyakit. Pada field
kd_puskesmas ditabel kasus, memiliki relasi dengan kd_puskesmas yang merupakan primary key pada tabel puskesmas. Pada field id_kotakab pada tabel kotakab memiliki relasi dengan id_kotakab pada tabel kecamatan, yang mana primary key terdapat pada tabel kotakab.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil dari perancangan sistem informasi geografis ini dapat dilihat secara
langsung pada
www.penyakitmenularsumbar.top. Halaman Visitor
Gambar 9. Halaman home pada visitor
Gambar 9. merupakan tampilan utama dari halaman visitor. Pada halaman ini menyajikan peta puskesmas yang ada di Sumatera Barat yang ditandai dengan marker
berwarna merah muda. Setiap
marker menandai satu puskesmas.
Ketika marker di-klik maka akan menampilkan foto puskesmas, nama puskesmas dan kasus yang terjadi pada bulan itu. Pada peta juga dilengkapi dengan animation pulse
yang menandakan daerah yang sedang mengalami KLB.
Gambar 10. Tampilan peta ketika dipilih salah satu kota/kabupaten
Halaman utama ini juga dilengkapi dengan fitur untuk pencarian puskesmas berdasarkan kota/kabupaten yang hendak dicari. Caranya dengan memilih salah satu kota/kabupaten kemudian meng-klik
button cari, maka akan tampil
marker dari kota/kabupaten yang
ingin dicari.
yang terjadi dan tercatat pada Puskesmas di Sumatera Barat. Pada halaman ini setiap ada kejadian kasus penyakit menular yang di-input-kan, akan langsung di-update oleh sistem secara realtime yang diurutkan berdasarkan tanggal terdekat puskesmas meng-input-kan kejadian kasus penyakit menular.
Gambar 11. Halaman Data Kasus
Gambar 12. Pencarian kasus berdasarkan nama penyakit
Pada gambar di atas merupakan penggunaan fitur pencarian kasus berdasarkan nama penyakit. Fitur ini akan menampilkan data kasus berdasarkan nama penyakit yang dicari dan diurutkan berdasarkan tanggal kejadian kasus terbaru.
Gambar 13. Pencarian kasus berdasarkan tanggal kasus
Pada gambar di atas merupakan penggunaan fitur pencarian kasus berdasarkan
tanggal kasus. Fitur ini bisa melakukan pencarian dengan batas tanggal ataupun pada tanggal tertentu saja.
Gambar 14. Pencarian kasus berdasarkan tanggal kasus
Gambar di atas merupakan penggunaan fitur pencarian kasus berdasarkan kota/kabupaten yang ingin dicari.
Gambar 15. Halaman Penyakit Menular
Halaman penyakit menular ini menampilkan data semua penyakit menular yang diinputkan ke dalam sistem. Pada halaman ini dapat dilihat gejala ataupun penyebab dari penyakit menular. Pada halaman ini juga dilengkapi dengan fitur pencarian berdasarkan nama penyakit. Pencarian ini dapat dengan meng-input-kan key word
mirip dengan key word yang di-input -kan pada fitur pencarian.
Halaman puskesmas merupakan halaman yang menampilkan data puskesmas yang ada di Sumatera Barat. Pada halaman ini visitor dapat memperoleh informasi mengenai data-data puskesmas yang ada di Sumatera Barat berupa jumlah puskesmas yang ada di kota/kabupaten, kode nasional puskesmas serta alamat puskesmas.
Gambar 16. Halaman Data Puskesmas
Halaman ini dilengkapi fitur pencarian puskesmas berdasarkan kota/kabupaten. Jika salah satu kota/kabupaten dipilih, maka akan ditampilkan data puskesmas berdasarkan kota/kabupaten puskesmas yang dipilih.
Halaman puskesmas merupakan halaman yang menampilkan data puskesmas yang ada di Sumatera Barat. Pada halaman ini visitor dapat memperoleh informasi mengenai data-data puskesmas yang ada di Sumatera Barat berupa jumlah puskesmas yang ada di kota/kabupaten, kode nasional puskesmas serta alamat puskesmas.
Gambar 17. Halaman Informasi Terkini
Halaman login merupakan gerbang untuk user agar dapat masuk kedalam sistem. Agar dapat masuk kedalam sistem, setiap user
harus memiliki username dan
password. Setiap username dan
password akan diautentikasi
sehingga sistem dapat mengetahui level dari username dan password
yang di-input-kan oleh user.
Gambar 18. Halaman Login
Jika username atau password
sistem akan memberikan pesan
error dan meminta user untuk
menginputkan ulang password dan
username yang benar.
Halaman Administrator
Untuk dapat masuk kedalam halaman administrator, user terlebih dahulu harus melakukan login
kedalam sistem. Jika user yang login dengan level 1, maka sistem akan mengarahkan user ke halaman administrator dan ditampilkan halaman welcome administrator.
Gambar 19. Halaman utama Administrator
Halaman administrator ini memiliki link menu yaitu: profil, data kasus, data penyakit, data penderita, data puskesmas, data kecamatan, data kota/kabupaten, berita, dan
user.
Halaman data penyakit merupakan halaman yang menampilkan data penyakit menular yang ada di Sumatera Barat. Pada halaman ini, administrator memilki hak penuh sehingga dapat melakukan CRUD (create, read,
update, dan delete) data penyakit
yang ada di Sumatera Barat. Untuk dapat melakukan create,
administrator dapat memilih link
tambah pada tampilan awal halaman data penyakit. Sedangkan untuk melakukan update dan delete data kasus dapat dilakukan dengan memilih action yang ada disebelah kanan dari tabel data.
Gambar 20. Halaman Data Penyakit pada Administrator
Halaman tambah data penyakit menyajikan form yang berisikan nama penyakit, penyebab penyakit, gejala penyakit dan ambang batas dari penyakit yang mana setiap field
dari form tersebut wajib untuk diisi.
Gambar 21. Halaman tambah data Penyakit
Halaman data puskesmas merupakan halaman yang menampilkan data puskesmas yang ada di Sumatera Barat. Pada halaman ini, administrator memilki hak penuh sehingga dapat melakukan CRUD (create, read,
update, dan delete) data puskesmas
yang ada di Sumatera Barat. Untuk dapat melakukan create,
administrator dapat memilih link
tambah pada tampilan awal halaman data puskesmas. Sedangkan untuk melakukan update dan delete data dapat dilakukan dengan memilih
action yang ada disebelah kanan
Gambar 22. Halaman data puskesmas pada Administrator
Pada penambahan data puskesmas baru, secara otomatis akan terbuat akun dari puskesmas tersebut, yang mana username dan password untuk puskesmas yang ditambahkan tadi sesuai dengan kode puskesmas yang diinputkan, sehingga puskesmas tersebut dapat langsung untuk mengakses halamannya.
Gambar 23. Halaman tambah data puskesmas
Halaman data kota/kabupaten merupakan halaman yang menampilkan data kota/kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Pada halaman ini, administrator dapat melakukan CRUD (create, read,
update, dan delete) data
kota/kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Untuk dapat melakukan create, administrator dapat memilih link tambah pada tampilan awal halaman data kota/kabupaten. Sedangkan untuk melakukan update dan delete data dapat dilakukan dengan memilih
action yang ada di sebelah kanan
dari tabel data.
Gambar 24. Halaman data Kota/Kabupaten
Pada halaman tambah kota/kabupaten juga dilengkapi dengan penggunaan pencarian titik koordinat dengan menggeser marker yang ada pada peta.
Gambar 25. Halaman tambah data Kota/Kabupaten
Halaman data kecamatan merupakan halaman yang menampilkan data kecamatan yang ada di Sumatera Barat. Pada halaman ini, administrator memilki hak penuh sehingga dapat melakukan CRUD (create, read,
update, dan delete) data kecamatan
yang ada di Sumatera Barat. Untuk dapat melakukan create,
administrator dapat memilih link
tambah pada tampilan awal halaman data kecamatan. Sedangkan untuk melakukan update dan delete data dapat dilakukan dengan memilih
action yang ada di sebelah kanan
Gambar 26. Halaman data Kecamatan
Halaman data user merupakan halaman yang menampilkan data
user. Pada halaman ini, administrator memilki hak penuh sehingga dapat melakukan CRUD
(create, read, update, dan delete)
user yang ada di Sumatera Barat. Untuk dapat melakukan create,
administrator dapat memilih link
tambah pada tampilan awal halaman
user. Halaman tambah user hanya
untuk penambahan data Admin, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Dinas Kesehatan Provinsi. Sedangkan untuk melakukan update
dan delete data dapat dilakukan
dengan memilih action yang ada disebelah kanan dari tabel data.
Gambar 27. Halaman data user
pada Adminstrator
Gambar 28. Halaman Tambah User
HALAMAN DINASKOTAKAB Halaman Dinkeskotakab merupakan halaman untuk Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Untuk masuk kedalam sistem ini, user harus login
terlebih dahulu. Jika username dan
password yang diinputkan benar,
maka akan tampil halaman home yang menampilkan welcome terhadap Dinkeskotakab yang login.
Gambar 29. Halaman Utama Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
Halaman Dinkeskotakab ini memiliki link yaitu profil, data penyakit, data penderita, data kasus, data puskesmas. Pada link halaman profil menampilkan data dari user
yang login. Selain itu, halaman ini dilengkapi dengan link ubah
password yang berfungsi untuk
membantu user yang sedang login
untuk dapat mengganti password
mereka, dan link ubah foto untuk membantu user mengganti foto mereka. Tampilan halaman profil ini sama dengan setiap user yang melakukan login.
Gambar 30. Halaman Profil Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
Gambar 31. Halaman peringatan dini pada Dinkeskotakab
Halaman link data KLB berisikan riwayat KLB yang pernah terjadi di kota/kabupaten setempat. Pada halaman ini, dinkeskotakab juga dapat menambahkan data KLB sesuai dengan kejadian KLB penyakit. Selain itu, pada halaman ini juga menampilkan peringatan terjadinya KLB berdasarkan kriteria.
Gambar 32. Halaman link data KLB pada Dinkeskotakab
Gambar 33. Halaman penetapan KLB pada Dinkeskotakab
Pada halaman penetapan daerah KLB ini, berisikan tanggal awal ditetapkannya KLB dan tanggal pencabutan KLB. Pada tanggal awal KLB, saat penetapan KLB dikosongkan terlebih dahulu, karena tanggal akhir KLB sesuai dengan pencabutan KLB untuk daerah tersebut. Ketika KLB telah dilakukan penetapan, akan menampilkan
annimation pulse pada peta
sehingga tampil seperti gambar ini.
Gambar 39. Halaman Peta Jika ada KLB
Kemudian, ketika KLB telah dilakukan pencabutan, maka untuk status KLB pada peta dapat di non aktifkan melalui update data riwayat KLB.
Halaman link data kasus merupakan halaman yang menampilkan data kasus yang ada di Sumatera Barat.
Gambar 34. Halaman data kasus pada Dinkeskotakab
Halaman DINKESPROV
Untuk halaman dinkesprov sama dengan halaman dinkeskotakab. Yang membedakan antara dinkesprov dengan dinkeskotakab hanya data yang disajikan. Untuk dinkesprov data kasus, data puskesmas, dan data riwayat KLB yang ditampilkan adalah seluruh data yang ada di Sumatera Barat, sementara untuk dinkeskotakab yang ditampilkan hanyalah data dari kota/kabupaten dari dinkeskota/kab yang bersangkutan.
Halaman Operator PUSKESMAS Untuk dapat masuk kedalam halaman operator puskesmas, user
terlebih dahulu harus melakukan login kedalam sistem. User disini merupakan operator yang mewakili masing-masing puskesmas. Ketika operator puskesmas masuk ke sistem akan ditampilkan halaman
welcome terhadap operator
Gambar 35. Halaman utama operator puskesmas
Halaman Operator Puskesmas ini memiliki link yaitu, profil, data penyakit, data penderita dan data puskemas. Pada link profil, berisikan data mengenai user, dan data puskemas yang sedang login serta lokasi puskesmas pada peta. Selain itu, pada halaman link profil, juga menyediakan link untuk user agar dapat mengganti password user, mengubah foto dan mengubah data puskesmas. Untuk mengubah
password, user dapat meng-klik link
ubah password, sedangkan untuk mengubah profil puskesmas dapat dengan meng-klik ubah profil puskesmas.
Halaman link ubah profil puskesmas merupakan halaman untuk mengubah data puskesmas. Adapun tampilan halaman ini adalah sebagai berikut:
Gambar 36. Halaman link update profil puskesmas
Halaman link data penderita merupakan halaman yang menampilkan data penderita yang ada di Sumatera Barat. Pada halaman ini, operator puskesmas hanya dapat melihat data penderita yang ada serta melakukan penambahan data penderita di Sumatera Barat. Untuk dapat melakukan penambahan penderita,
operator harus memiliki NIK (Nomor
Induk Kependudukan) yang tercantum pada kartu keluarga. Selain itu, operator puskesmas dapat melakukan update data penderita dengan meng-klik icon
update pada halaman data
penderita.
Gambar 37. Halaman Data Penderita pada Puskesmas
Untuk melakukan penambahan data penderita, data yang harus dimiliki oleh operator puskesmas adalah NIK penderita, nama penderita, tanggal lahir penderita, jenis kelamin, alamat, kecamatan dan kota/kabupaten penderita.
Gambar 44. Halaman tambah data penderita pada puskesmas
yang bersangkutan. Pada tabel ini, puskesmas diberikan izin untuk melakukan update data kasus yang
di-input-kan. Sedangkan untuk tabel
yang kedua, berisikan data kasus penyakit menular secara keseluruhan yang ada di Sumatera Barat yang diurutkan berdasarkan tanggal terbaru kejadian.
Gambar 38. Halaman kasus pada operator puskesmas
Untuk melakukan penambahan data kasus baru, operator dapat meng-klik link ‘tambah data‟ yang ada pada bagian atas halaman. Maka akan muncul halaman berikut:
Gambar 39. Halaman tambah data kasus
Halaman tambah kasus ini,
operator harus melakukan pencarian
NIK penderita pada button yang bernama „data penderita‟, sehingga akan ditampilkan NIK penderita yang telah ada pada sistem.
Gambar 40. Halaman link data penderita pada halaman tambah
data kasus
Untuk dapat menginputkan data kasus, operator harus melakukan penambahan data penderita dengan meng-klik button
tambah pada halaman link data penderita sehingga akan muncul secara otomatis NIK dari penderita yang dimaksud. Kemudian operator
dapat menambahkan tanggal kejadian kasus dan memilih nama penyakit yang sedang berjangkit pada penderita.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan Sistem Informasi Geografis Penyebaran Penyakit Menular di Sumatera Barat Berbasis Web dengan Menggunakan Framework Yii adalah sebagai berikut:
a. Tersedianya sistem informasi yang dapat membantu Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat sebagai sebuah sistem peringatan dini dalam menyikapi berkembangnya suatu wabah penyakit menular untuk kemudian dilakukan langkah-langkah antisipasi maupun penanggulangan dengan lebih cepat terhadap kemungkinan terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) di Wilayah Sumatera Barat.
terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) di Wilayah Sumatera Barat serta sebagai sebuah media informasi kepada masyarakat Sumatera Barat mengenai wabah penyakit yang berkembang pada daerah sekitar mereka sehingga dapat mereka dapat melakukan proteksi terhadap kemungkinan terserangnya penyakit menular.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdul Kadir. 2014. Pengenalan Sistem Informasi edisi Revisi, Yogyakarta: Andi.
[2] Andree Ekadinata, dkk. 2008. Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam: Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Menggunakan ILWIS Open Souce. Bogor: ICRAF South East Asia Regional OfficeBogor.
[3] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 – 2025. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[4] Dyan Kunthi Nugrahaeni. 2010. Konsep Dasar Epidemiologi, Jakarta: EGC.
[5] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012.
Pedoman Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.