• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU

(

Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Desa Reban

Kecamatan Reban Kabupaten Batang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Negeri Semarang

Oleh

Anang Wahyu Kurnianto 8111412098

FAKULTAS HUKUM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. Jangan tinggi hati saat di puji, jangan sakit hati saat di koreksi. ( Penulis )

PERSEMBAHAN :

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Orang tua penulis, ayahanda Rochani dan ibunda Maemunah yang selalu memberikan segala sesuatunya untuk kebahagiaan penulis dengan perjuangan yang keras dan tanpa lelah.

2. Kakak penulis, Khaniati, Dwi Inaryati, Tria Nugraeni dan Rina Yanuarsih yang selalu membuat penulis semangat untuk menjadi adik terbaik.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat ridho dan rahmat Allah SWT, akhirnya skripsi berjudul Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Desa Reban Kecamatan Reban

Kabupaten Batang) dapat diselesaikan. Skripsi diajukan untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum, Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas daribantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Rodiyah Tangwun, S.Pd.,S.H.,M.Si selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Drs. Sutrisno PHM.,M.Hum dan Saru Arifin S.H, LL.M selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran, dan kritik yang dengan sabar dan tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Rodiyah Tangwun, S.Pd.,S.H.,M.Si sebagai dosen wali yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.

(8)

viii

6. Rokhmat Nurul FadilahS.Pd.,M.Si, Rebo Istiadi S.E.,M.M, Purmono, STTD dan keluarga besar Kantor Pemdes Setda Kabupaten Batang yang telah membantu dalam proses penelitian dan penyusunan Skripsi.

7. Kepala Desa Reban, Perangkat Desa Reban, BPD Reban, Panitia Pilkades dan Warga Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang yang telah membantu dalam proses penelitian skripsi. 8. Drs. Darsono, M.M selaku Camat Reban yang telah membantu

dalam proses penelitian skripsi.

9. Orang tua penulis, ayahanda Rochani dan Ibunda Maemunah yang selalu memberikan segala sesuatunya untuk kebahagiaan penulis dengan perjuangan yang keras dan tanpa lelah.

10. Kakak penulis, Khaniati, Dwi Inaryati, Tria Nugraeni dan Rina Yanuarsih yang selalu membuat penulis semangat.

11. Kelurga besar penulis, Abdul Sani, Bambang Kanti Nugroho, Abdul Salam, Junarto, Tusir Adi Renanto dan Buang Aris Nurhuda yang telah memberikan doa dan dukungan moril maupun materiil. 12. Akhmad Arfiyanto, Satria Wibowo Putra Wahandi, Edwin Yogi

dan kelurga besar “Busno house”yang menjadi spirit dalam

meneguhkan perjuangan.

(9)

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi baik secara moril maupun materiil.

Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut di limpahkan balasan dari Allah SWT.Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan tambahan pengetahuan maupun wawasan bagi pembaca.

(10)

x

ABSTRAK

Kurnianto, Anang Wahyu.2016.Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Desa Reban Kecamatan Reban

Kabupaten Batang).Skripsi.Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Negeri Semarang. Dr. Drs. Sutrisno PHM.,M.Hum dan Saru Arifin S.H.,LL.M Kata Kunci : Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu, Prosedur dan Mekanisme.

Pemilihan Kepala Desa antar waktu merupakan amanat dari Pasal 47 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.Dalam hal sisa masa jabatan kepala desa yang diberhentikan lebih dari 1(satu) tahun, maka diselenggarakan Pilkades antar waktu melalui musyawarah desa. Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang merupakan desa pertama penyelenggara Pilkades Antar Waktu di Kabupaten Batang. Kepala Desa Reban meninggal dunia dengan 4(empat) tahun sisa masa jabatan.Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1).Menganalisis apakah prosedur penyelenggaraan Pilkades antar waktu di Desa Reban sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku 2).Menganalisis bagimanakah mekanisme pemilihan kepala desa antar waktu yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis.Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan studi dokumen.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: 1).Prosedur penyelenggaraan Pilkades Antar Waktu Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang sudah sesuai dengan amanat Pasal 47 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.Namun merujuk pada Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 ada beberapa tahapan Pilkades yang tidak sesuai dengan aturan teknis: a).Pelaksanaan Pilkades antar waktu melebihi batas waktu yang ditentukan. Keterbatasan pedoman teknis menjadi kendala utama b).Pembiayaan Pilkades antar waktu di Desa Reban masih sepenuhnya di bebankan kepada para calon Kepala Desa.Pembiayaan Pilkades melalui APBDesa belum teranggarkan oleh Pemerintah 2).Mekanisme Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu di Desa Reban dilaksanakan melalui model pemungutan suara dengan sistem perwakilan. Pemilih yang memiliki hak pilih adalah setiap kepala keluarga yang berdomisili di Desa Reban dibuktikan dengan Kartu Keluarga. Hal yang sifatnya stratgis dalam pelaksanaan Pilkades dibahas melalui musyawarah desa. Meskipun dengan sistem perwakilan, Pilkades tetap berjalan demokratis dengan tingkat partisipasi politik yang tinggi.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Prosedur Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Antar waktu ... 38

4.1.1 Pembentukan Panitia ... 39

4.1.2 Penyusunan Tata Tertib Pilkades ... 42

4.1.3 Penyusunan Jadwal Pilkades ... 46

4.1.4 Penyusunan Rencana Anggaran Pilkades ... 47

4.1.5 Sosialisasi Pelaksanaan Pilkades ... 49

4.1.6 Pendataan Pemilih Pilkades ... 50

4.1.7 Pendaftaran dan Seleksi Calon Kepala Desa ... 51

4.1.8 Penetapan Nomor dan Tanda Gambar ... 54

4.1.9 Kampanye Pilkades Antar Waktu ... 55

4.1.10 Rapat Pemungutan Suara ... 56

4.1.11 Rapat Perhitungan Suara ... 57

4.1.12 Rapat Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih ... 60

4.1.13 Pelaporan Hasil Pilkades ... 61

4.1.14 Pelantikan Kepala Desa Antar Waktu ... 62

4.1.15 Pembubaran Panitia Pilkades ... 62

4.1.16 Alur Penyelenggaraan Pilkades Antar Waktu ... 63

4.2 Mekanisme Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu ... 65

4.2.1 Model Pemilihan Kepala Desa ... 65

4.2.2 Proses Demokrsasi ... 68

4.2.3 Partisipasi Masyarakat ... 69

BAB V PENUTUP ... 73

5.1 Simpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Susunan Panitia Pilkades Antar Waktu Desa Reban

Tahun 2015 ... 39 Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Pilkades Antar Waktu Desa Reban

Tahun 2015 ... 46 Tabel 4.3 Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)

Pilkades Antar Waktu Desa Reban Tahun 2015 ... 47 Tabel 4.4 Data Hak Pilih Pilkades Antar Waktu Desa Reban

Tahun 2015 ... 58 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Suara Pilkades Antar Waktu Desa Reban

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dinamika perpolitikan yang terjadi di level desa memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut antara lain di tunjukkan dalam prosesi pemilihan kepala desa yang jauh dari hiruk pikuk dunia kepartaian. Ekspektasi atas sehatnya pemilihan Kepala Desa sebagai wahana demokratisasi sangat besar. Susilo Bambang Yudhoyono, pada perhelatan Pilkades di Desa Naggrak Bogor menyatakan bahwa kehidupan demokrasi yang baik sebenarnya bisa dimulai dengan pelaksanaan demokrasi di desa melalui pemilihan kepala desa atau Pilkades. Asalkan, Pilkades di desa itu dapat di jalankan dengan langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil.1

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) merupakan sebuah instrumen dalam pembentukan pemerintahan modern dan demokratis. Dimana Pilkades menjadi bentuk praktek penyaluran kehendak rakyat di wilayah desa. Kepala desa dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pilkades. Sehingga proses pemilihan Kepala Desa dikatakan sebagai bentuk asli demokrasi dan sekaligus ciri manifestasi dari kehidupan demokrasi pancasila.2

Lahirnya gerakan reformasi pada tahun 1998, membawa dampak yang sangat luas dalam struktur perpolitikan di Indonesia. Perubahan terjadi

1

Kompas.Pilkades Bisa Jadi Contoh Pelaksanaan Demokrasi. 11 Maret 2007.

2

(17)

hingga ke level desa, termasuk penyelenggaraan Pilkades yang kini jauh lebih demokratis. Pasalnya plurasi politik hampir tak tampak pada era orde baru. Sejak birokrasi pemerintah masuk jauh sampai ke desa-desa, menyebabkan terjadinya penunggalan politik. Seperti yang di amati Kuntowijoyo: kita tidak melihat pluralisme itu dalam kegiatan politik, karena birokrasi pusat menghendaki penyeragaman. Dengan adanya partai pemerintah yang secara tetap didukung oleh birokrasi dan menggunakan birokrasi tersebut sebagai sarana mobilisasi suara, kita tidak melihat ciri pluralisme dalam kegiatan politik.

Meskipun kenyataanya pemilihan kepala desa sudah tidak murni lagi karena telah di intervensi oleh berbagai kekuatan dan kepentingan, namun ia jauh lebih demokratis dari pada pemilu. Seperti ditegaskan Sartono Kartodirdjo: dalam rangka pemilihan kepala desa ternyata proses demokratisasi dapat direalisasikan secara wajar. Sedangkan dalam rangka pemilu, kelakuan politik rakyat pedesaan menjadi bulan-bulanan manipulasi kekuatan politik dari luar desa. Hal tersebut akibat bahwa yang terjadi bukan demokratisasi tetapi refeodalisasi rakyat di perintahkan mengikuti intruksi atasan.3

Semula sebagai pemimpin tradisional kepala desa memiliki ikatan dan komitmen yang kuat terhadap masyarakat desa. Namun dalam perkembangannya, kedudukan dan fungsinya mulai bergeser. Fungsi kebapakanya mulai surut. Ia justru lebih tampak sebagai pejabat birokrasi nasional dan seorang administratur bagi kepentingan pusat. Sebagaimana penelitian Moh. Amaluddin di Desa Bulu Gede Kendal menguatkan proporsi ini: bahwa sesudah tahun 1960, desa-desa di

3

Sartono Kartodirjo (ed).1992.Pesta Demokrasi di Pedesaan Studi Kasus Pemilihan Kepala

(18)

3

jawa menjadi semakin kurang otonom, peran Kepala Desa sebagai patron atau

“Bapak” rakyat desa menjadi semakin lemah dan peranan Kepala Desa sebagai

administrator pemerintah atas desa menjadi semakin kuat.

Pergeseran tersebut tidak lepas dari dinamika jabatan kepala desa yang ternyata menjadi “Symbol of Prestige”. Ia tidak hanya menjadi rebutan banyak

orang, tetapi telah menjadi sebuah komoditi dalam strata sosial. Mengenai hal ini Sartono Kartodirdjo berpendapat bahwa jabatan Kepala Desa juga diperlakukan sebagai komoditi yang dapat diperjual belikan menurut perhitungan rasional. Komoditisasi itu juga acap kali membuat desa sebagai area politik yang diubah menjadi semacam pasar politik. Tidak mengherankan kalau kekuatan dan modal dari luar desa turut memainkan peranya. 4

Pembaruan dalam prosesi pemilihan kepala desa muncul setelah terbitnya regulasi tentang Pilkades antar waktu. Istilah ini baru dikenal sejak hadirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam perihal kepala desa yang diberhentikan dengan sisa masa jabatan lebih dari 1 (satu) tahun, maka diselenggarakan Pilkades antar waktu melalui musyawarah desa.

Secara umum belum banyak yang mengetahui dan memahami tentang Pilkades antar waktu. Selama ini jika terjadi kekosongan jabatan kepala desa, pemerintah menunjuk seorang pejabat Kepala Desa sampai adanya kepala desa definitive melalui pemilihan Kepala Desa (Pilkades).5 Undang-Undang Desa dan PP mengatur bahwa pemilihan Kepala Desa tidak dilakukan “temporer”

4

Sartono Kartodirdjo.1993.Pembangunan Bangsa.Aditya Media. Yogyakarta. hlm 175.

5

Surdin.“Pertama Kali Akan Terjadi : Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu”.

(19)

melainkan dilaksanakan serentak (PP Nomor 43 Tahun 2014). Dengan demikian

maka desa yang “Kepala Desa” nya di berhentikan sebelum habis masa jabatanya,

harus menunggu jadwal yang di tentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemilihan kepala desa antar waktu merupakan amanat dari Pasal 47 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan bahwa:

(1) Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 lebih dari 1 (satu) Tahun, Bupati/Walikota mengangkat pegawai negeri sipil dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagai penjabat Kepala Desa.

(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan hak Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sampai dengan ditetapkannya Kepala Desa.

(3) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih melalui Musyawarah Desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.

(4) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak Kepala Desa diberhentikan.

(5) Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melaksanakan tugas Kepala Desa sampai habis sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan.

(20)

5

“Pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa oleh panitia pemilihan melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara yang telah disepakati oleh musyawarah Desa”.

Mekanisme tersebut berbeda dengan aturan teknis sebelumnya. Sebagaimana diatur dalam Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, bahwa :

“Apabila Kepala Desa di berhentikan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 19, Bupati/Walikota mengangkat Pejabat Kepala Desa dengan tugas pokok menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.”

Apabila terjadi kekosongan jabatan kepala desa, maka Bupati/Walikota mengangkat Pejabat Kepala Desa. Tugas pokoknya adalah menyelenggarakan pemilihan kepala desa paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan dari jabatannya. Namun dalam praktiknya, masa jabatan pejabat (Pj) kepala desa dapat di perpanjang sampai habisnya masa jabatan kepala desa yang diberhentikan. Secara yuridis dalam muatan pasal tersebut belum di atur tentang pemilihan kepala desa antar waktu.

Desa Reban merupakan desa pertama penyelenggara Pilkades antar waktu di Kabupaten Batang, setelah hadirnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Kepala Desa Reban sebelumnya meninggal dunia dalam sisa masa jabatan 4 (empat) tahun.6 Penyelenggaraan Pilkades antar waktu menjadi hal yang baru di Desa Reban. Pasalnya saat masih berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan

6

(21)

dan Pemberhentian Kepala Desa, belum termuat mengenai aturan tentang penyelenggaraan Pilkades antar waktu sebagaimana menindaklanjuti kasus yang terjadi di Desa Reban.

Kompetisi yang tersaji dalam pelaksanaan Pilkades antar waktu tetap berlangsung ketat dan sengit. Para calon kepala desa akan saling bersaing keras untuk menduduki jabatan Kepala Desa Reban. Sebagaimana Witoro dalam penelitianya tentang Pemilihan Kepala Desa di Desa Karangsari, Kecamatan Bumiasih, Kabupaten Magelang menyimpulkan bahwa praja, bandha dan kuasa yang melekat dalam diri Kepala Desalah yang membuat banyak orang merebutkan jabatan Kepala Desa.7

Persaingan untuk merebutkan jabatan kepala desa selalu di ikuti dengan kompetisi yang penuh ambisi. Hal tersebut sangatlah wajar terjadi, mengingat jabatan Kepala Desa menjadi hal yang eksklusif dalam strata sosial masyarakat Desa. Seperti dituliskan Kuntowijoyo: dengan semakin pentingnya kedudukan politik Kepala Desa baik dalam artian administratif maupun politik kekuasaan, jabatan Kepala Desa dapat menjadi ukuran naik turunnya status sosial. Pajabat Desa mempunyai kekuasaan atau sumber-sumber ekonomi Desa, mempunyai pengaruh dalam menyalurkan pelayanan sosial dan pembangunan.8

Akses politik dalam penyelenggaraan Pilkades antar waktu tetap terbuka lebar. Pasalnya musyawarah desa kini telah berubah menjadi forum yang sifatnya strategis. Banyak keputusan penting dalam Pilkades yang dihasilkan melalui

7

Witoro.1992.“Pemilihan Kepala Desa di Desa Karangsari. Kecamatan Bumiasih, Kabupaten

Magelang Jawa Tengah”dalam S. Kartodirjo.1992.Pesta Demokrasi di pedesaan Studi Kasus

Pemilihan Kepala Desa di Jawa Tengah dan DIY. Aditya Media.Yogyakarta. hlm 227.

8

(22)

7

forum musyawarah desa. Persaingan dari para calon kepala desa berlangsung semakin ketat. Praktik lobi politik, kampanye hingga money politic dimungkinkan terjadi, mengingat hal tersebut sudah menjadi tradisi turun-menurun yang menghiasi penyelenggaraan pemilihan kepala desa.

Penyelenggaran Pilkades antar waktu di Desa Reban dapat menjadi salah satu tolak ukur, sejauh mana aturan baru tersebut dapat di implementasikan.Secara yuridis, prosedur dan mekanisme Pilkades telah diatur melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berlandaskan pada permasalahan di atas maka penulis akan menyusun skripsi dengan Judul PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Desa

Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang).

1.2 Identifikasi Masalah

Berlandaskan pada latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1.2.1 Kesesuaian antara prosedur penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa antar waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.2.2 Mekanisme pemilihan Kepala Desa antar waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang.

1.2.3 Proses demokrasi yang berlangsung dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa antar waktu di Desa Reban.

(23)

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mempersempit ruang lingkup permasalahan yang akan dikaji. Pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1.3.1 Kesesuaian antara prosedur penyelenggaraan Pilkades antar waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang terhadap peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.

1.3.2 Mekanisme pemilihan Kepala Desa antar waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dan dianalisis oleh penulis adalah sebagai berikut:

1.4.1 Apakah prosedur penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa antar waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku?

1.4.2 Bagaimanakah mekanisme pemilihan Kepala Desa antar waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(24)

9

Kabupaten Batang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.5.2 Memberikan deskripsi dan analisis tentang mekanisme pemilihan Kepala Desa antar waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang .

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

1.6.1 Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan informasi, referensi dan ilmu pengetahuan mengenai Pilkades antar waktu. Sekaligus untuk memenuhi syarat kelulusan program S1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

1.6.2 Bagi pemerintah, penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan evaluasi dalam penyelenggaraan Pilkades antar waktu untuk lebih baik lagi.

1.6.3 Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan kajian ilmu HTN-HAN khususnya terkait penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa antar waktu.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab, antara lain sebagai berikut :

1.7.1 Bab I Pendahuluan

(25)

1.7.2 Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menjabarkan pengertian-pengertian dan telaah pustaka berdasarkan teori yang relevan untuk digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian. 1.7.3 Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjabarkan metode penelitian, sumber data, objek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data.

1.7.4 Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini akan membahas deskripsi data setiap tindakan, pemeriksaan data dan pembahasan hasil penelitian.

1.7.5 Bab V Kesimpulan dan Saran

(26)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Pemilihan Kepala Desa sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, di antaranya :

2.2.1 Witoro (1992) dalam penelitianya tentang Pemilihan Kepala Desa di Desa Karangsari, Kecamatan Bumiasih, Kabupaten Magelang. Witoro menyimpulkan9 bahwa dalam proses Pemilihan Kepala Desa: Praja, bandha dan kuasa yang melekat dalam diri Kepala Desa lah yang membuat banyak orang memperebutkan kedudukan Kepala Desa.

2.2.2 Febrinanda (2009) dalam penelitianya tentang Strategi Kandidat dalam Pilkades (Strategi Kemenangan M. Husin di Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo dalam Pilkades Tahun 2009) 10 berpendapat bahwa: “Keberhasilan seorang kandidat terpilih guna menarik simpati masyarakat yang lebih banyak serta lebih memungkinkan, apabila kandidat terpilih tersebut bisa memanfaatkan ldquo; Kekuasaan & rdquo; yang kandidat miliki yang selanjutnya akan diterjemahkan kedalam bahasa strategi politik, contohnya seperti, kampanye dan money politic. Sedangkan sumber kekuasaan itu berasal dari harta, kekayaan, status, keluarga, ilmu pengetahuan, jabatan, popularitas, status sosial yang tinggi

9

Witoro, Op.Cit hlm 227.

10

Deri Febrinanda.2013.Strategi Kandidat Dalam PILKADES (Strategi kemenangan Muhammad Husin di Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo dalam

(27)

dan juga massa yang terorganisasi baik dari segi agama maupun ekonominya. Dengan adanya strategi politik maka dukungan formal dan informal pun akan mengalir dengan sendirinya untuk kandidat terpilih.” 2.2.3 Halili (2009) dalam penelitianya tentang pola praktik uang dalam

Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Pakandangan Barat Bluto Sumenep Madura), menyimpulkan11: Praktik politik uang dalam pemilihan kepala desa memiliki pola yang meliputi komponen pelaku, strategi, dan sistem nilai yang menggerakannya. Praktik politik uang yang berlangsung secara ekstensif meningkatkan partisipasi formal pemilih, namun demikian partisipasi tersebut bersifat semu (pseudo-participation) sebab nir-rasionalitas. Tidak tampak voluntarisme politik. Politik ongkos mahal berlangsung untuk memborong suara pemilih

2.2.4 Penelitian Moh. Amaluddin (1987) di Desa Bulu Gede Kendal berpendapat bahwa12 : Sesudah Tahun 1960, desa-desa di jawa menjadi semakin kurang otonom, peran kepala desa sebagai patron atau “Bapak” rakyat desa menjadi semakin lemah dan peranan kepala desa sebagai administrator pemerintah atas desa menjadi semakin kuat.

Penelitian tentang Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu masih menjadi hal yang baru. Analisis mengenai prosedur dan mekanisme pelaksanaan Pilkades Antar Waktu menjadi kajian yuridis yang menarik untuk analisis lebih lanjut. Penelitian terdahulu yang telah ada tentang Pilkades menjadi rujukan penulis

11

Halili.2009.“Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi di Desa

Pakandangan Barat Bluto Sumenep Madura)”.Lemlit UNY.Volume : 14, Nomor 2, Oktober.

hlm 99.

12

Moh.Amaludin.1987.Kemiskinan dan Polarisasi Studi Kasus di Desa Butu Gede Kabupaten

(28)

13

sebagai referensi dalam menganalisis studi kasus penelitian. Sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan referensi baru mengenai Pemilihan Kepala Desa.

2.3 Konsep Demokrasi

Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Istilah demokrasi berasal dari negara Yunani, demos yang artinya rakyat, dan kratos yang artinya kekuasaan.13 Kata demokrasi itu sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles, yaitu sebagai bentuk suatu pemerintahan yang mengatur bahwa kekuasaan itu berada di tangan rakyat. Demokrasi adalah perlembangaan nilai-nilai dasar demokrasi dalam semua aspek kehidupan masyarakat dan kenegaraan.14

Nilai-nilai dasar demokrasi di bidang politik dilembagakan dalam struktur, mekanisme dan budaya politik. Dengan demikian terwujudlah demokrasi dalam struktur politik, mekanisme politik dan budaya politik.Secara umum demokrasi yang dipakai dalam suatu negara sangat banyak macamnya. Berikut adalah pembagian demokrasi berdasarkan kategori tertentu :

2.3.1 Pembagian Demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat

2.3.1.1Demokrasi Langsung (Direct Democracy) adalah demokrasi yang secara langsung melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan suatu negara. Pada demokrasi langsung, rakyat berpartisipasi dalam pemilihan umum dan menyampaikan kehendaknya secara langsung.

13

Miriam Budiarjo.1999.Dasar-dasar Ilmu Politik.Garamedia.Jakarta.hlm 50.

14

Merphin Panjaitan.2001.Gerakan Warga Negara Menuju Demokrasi.Restu Agung.Jakarta.

(29)

2.3.1.2Demokrasi Tidak Langsung (Indirect Democracy) adalah demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat dalam pengambilan suatu keputusan negara secara tidak langsung, artinya rakyat mengirimkan wakil yang telah dipercaya untuk menyampaikan kehendak atau amanat mereka. Jadi disini wakil rakyat yang terlibat secara langsung menjadi perantara seluruh rakyat.

2.3.2 Pembagian Demokrasi Berdasarkan Fokus Perhatiannya

2.3.2.1 Demokrasi Formal adalah demokrasi yang fokus perhatiannya pada bidang politik tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi.

2.3.2.2 Demokrasi Material adalah demokrasi yang fokus perhatiannya pada bidang ekonomi tanpa mengurangi kesenjangan politik. 2.3.2.3 Demokrasi Gabungan adalah demokrasi yang fokus perhatiannya

sama besar terhadap bidang politik dan ekonomi, Indonesia menganut sistem demokrasi gabungan ini.

2.3.3 Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi

2.3.3.1 Demokrasi Liberal, yaitu demokrasi yang didasarkan atas hak individu suatu warga negara, artinya individu memiliki dominasi dalam demokrasi ini. Pemerintah tidak banyak ikut campur dalam kehidupan bermasyarakat, yang artinya kekuasaan pemerintah terbatas. Demokrasi Liberal disebut juga demokrasi konstitusi yang kekuasaanya hanya dibatasi oleh konstitusi.

(30)

15

dominasi dalam demokrasi ini. Demokrasi komunis dapat dikatakan kebalikan dari demokrasi liberal. Kekuasaan tertinggi dipegang oleh penguasa tertinggi, kekuasaan pemerintah tidak terbatas. Kekuasaan pemerintah tidak dibatasi dan bersifat totaliter. 2.3.3.3Demokrasi Pancasila, demokrasi inilah yang dianut indonesia, yaitu

demokrasi yang berdasar kepada pancasila. Sebagaimana di kemukakan Mahfud MD dalam konsep prismatiknya, yakni Negara hukum pancasila. Dalam rumusanya, Negara hukum prismatic ini adalah antara keadilan dan kepastian sebagai condition sine

quanon. Keadilan muncul dari sebuah kepastian dan kepastian

bersumber dari keadilan yang di normakan.

(31)

Riyanto dalam penelitianya tentang Konsep Demokrasi di Indonesia Dalam Pemikiran Akbar Tandjung dan Muhaimin Iskandar menyimpulkan bahwa Konsep demokrasi di Indonesia menginginkan adanya peran dan partisipasi penuh dari rakyat. Dimana demokrasi di Indonesia hendaknya mengedepankan nilai dan budaya lokal tidak harus menyontoh budaya barat. (Westernsas).15

Rakyat adalah sebagai asal mula kekuasaan negara dan sebagai tujuan kekuasaan negara. Sehingga rakyat merupakan paradigma sentral kekuasaan negara. Konsep kekuasaan negara menurut demokrasi terdapat dalam pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa: “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”Berdasarkan ketentuan tersebut maka pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi di Republik Indonesia berada ditangan rakyat dan realisasinya diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara.

2.4 Partisipasi Politik

Partisipasi politik memiliki pengertian yang beragam. Ada beberapa ahli yang mengungkapkan pendapatnya tentang partisipasi politik. Menurut Ramlan Surbakti yang di maksud dengan partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya.16

15

AchmadRiyanto.2010.“Konsep Demokrasi di Indonesia Dalam Pemikiran Akbar Tandjung

dan A.Muhaimin Iskandar.”Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.Yogyakarta.hlm 100.

16

Ramlan Surbakti.2007.Memahami Ilmu Politik.Gramedia Widisarana Indonesia.Jakarta.

(32)

17

Partisipasi politik merupakan usaha terorganisir oleh para warga negara untuk memilih pemimpin mereka dan memengaruhi bentuk maupun jalannya kebijakan umum. Usaha ini dilakukan akan tanggung jawab dan kesadaran mereka terhadap kehidupan bersama sebagai suatu bangsa dalam suatu negara. Miriam budiardjo memberikan batasan yang lebih luas mengenai partisipasi politik, ia memandang bahwa partisipasi politik sebagai kegiatan sesorang atau kelompok untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik. Kegiatan tersebut yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).17 Partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Jenis perilaku yang berkaitan dengan partisipasi politik dapat dibedakan sebagai berikut:

2.4.1 Kegiatan pemilihan atau pemungutan suara, juga menyangkut sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam sebuah pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.

2.4.2 Lobbying mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat pemerintah dan pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan yang menyangkut kepentingan orang banyak.

2.4.3 Kegiatan organisasi menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam sebuah organisasi yang tujuan utama dan eksplisinya adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.

17

Miriam Budiardjo.2008.Dasar-Dasar Ilmu Politik”.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.hlm

(33)

2.4.4 Mencari koneksi (Contacting) merupakan tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi satu atau segelintir orang. 18

Menurut Ramlan Surbakti partisipasi politik terbagi menjadi dua yaitu partisipasi aktif dan pasrtisipasi pasif. 19 Partisipasi aktif adalah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang di buat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintah. Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi pasif berupa kegiatan yang menaati pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.

Sementara itu, Milbart dan Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori. Pertama, apatis. Artinya, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik. Kedua, spectator. Artinya, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilihan umum. Ketiga,

gladiator. Artinya mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik,

yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat.20

Prinsip partisipasi politik dalam penyelenggaraan Pilkades memberikan kesempatan yang terbuka dan merata bagi keterlibatan setiap anggota masyarakat. Keterlibatan sukarela masyarakat akan memberikan legitimasi politik bagi

18

Samuel, P. Huntington dan Joan Nelson.1994.Partisipasi Politik di Negara Berkembang.

Cetakan ke- 2, Rineka Cipta.Jakarta.hlm 16-17

19

Ramlan Surbakti, Op,.Cit, hlm 142.

20

(34)

19

pemerintahan desa. Patisipasi politik yang ideal didasarkan pada political

literacy yang mendorong kepada keinginan untuk ikut serta mendorong

dinamisasi proses politik.21 Partisipasi tersebut tidak dikoersi oleh paksaan yang

hard (seperti tekanan fisik dan intimidasi) maupun paksaan yang soft (semisal

mobilisasi dengan politik uang). Tingginya angka partisipasi politik masyarakat, dipandang sebagai indikator tingginya tingkat kesadaran mereka untuk ikut menentukan pembangunan desanya.

2.5 Pemerintahan Desa

Desa atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

Pemerintahan Desa merupakan simbol formil dari pada kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah, selain memiliki wewenang asli untuk mengatur rumah tangga sendiri (wewenang otonomi /pemerintah sendiri), juga memiliki wewenang dan kekuasaan sebagai pelimpahan secara bertahap dari pemerintah diatasnya.22 Secara yuridis definisi tentang Pemerintahan Desa di jelaskan secara mendasar di dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 6 Tahun 2014 bahwa:

“Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

21

Halili. Op. Cit. hlm 7.

22

(35)

Selanjutnya ditambahkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 bahwa:

“Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.”

Definisi pemerintahan desa dalam pasal tersebut telah mengalami perubahan. Sebelum hadirnya Undang-Undang Desa, di sebutkan dalam Pasal 1 ayat (6) PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa bahwa :

“Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang di akui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Pemerintahan desa tidak akan lepas dari peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD adalah lembaga yang menjadi perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan di wilayah Desa, pemerintah desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Selanjutnya BPD sebagai mitra pemerintah desa, dalam menjalankan tugas dan fungsinya menganut prinsip check balances. Artinya kedua institusi tersebut saling mengontrol dan menjaga keseimbangan penyelenggaraan pemerintahan desa. Karena itu, proses penyelenggaraan pemerintahan desa harus membuka ruang bagi demokrasi substantif, yakni demokrasi yang bekerja pada ranah sosial-budaya maupun ranah politik dan kelembagaan.

(36)

21

tugas utama yang harus diemban pemerintah desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratis dan memberikan pelayanan sosial yang baik. Sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, tentram, aman dan berkeadilan.23 Sebagai unit lembaga pemerintahan yang paling berdekatan dengan masyarakat, maka pemerintah desa sangat diharapakan untuk menjalankan roda pemerintahan desa dengan sungguh-sungguh. Sehingga dapat terciptannya kehidupan demokrasi yang memberikan pelayanan sosial secara maksimal bagi masyarakat, serta membawa masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera, adil, tentram, aman dan damai.

2.6 Pemilihan Kepala Desa

Pemilihan kepala desa merupakan bentuk praktik demokrasi langsung di wilayah desa. Dalam UUD 1945, baik sebelum maupun setelah amandemen tidak ada satu ketentuan pun yang secara eksplisit mengatur tentang pemilihan Kepala Desa. Bahkan istilah Desa pun hanya dapat kita jumpai dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 berbunyi:

“Negara kesatuan Republik Indonesia di bagi atas daerah–daerah propinsi, dan daerah provinsi itu di bagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang di atur dengan undang – undang”.

Merujuk pada pasal tersebut Desa menjadi bagian dari pemerintahan daerah kabupaten. Walaupun sebenarnya desa dan sistem pemerintahannya mempunyai peranan sangat penting dalam pembangunan NKRI, mengingat sebagian masyarakat bertempat tinggal di desa atau dengan sebutan istilah lainnya. Pemerintahan desa lah yang bersentuhan langsung dengan denyut nadi

23

(37)

kehidupan masyarakat. Pemilihan kepala desa merupakan sebuah instrumen dalam pembentukan pemerintahan modern dan demokratis. Kepala desa di pilih secara langsung oleh rakyat melalui Pilkades. Sehingga proses tersebut di katakan sebagai bentuk asli demokrasi, sekaligus ciri dan manifestasi dari demokrasi.

Kepala desa merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan urusan pembinaan ketenteraman maupun ketertiban masyarakat desa. 24 Disamping itu kepala desa juga mengemban tugas membangun mental masyarakat desa baik dalam bentuk menumbuhkan maupun mengembangkan semangat membangun yang di jiwai oleh asas usaha bersama dan kekeluargaan. Kepala desa dipilih berdasarkan asas langsung, umum, bebas dan rahasia oleh penduduk desa warga Negara Indonesia yang telah berumur sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin.25

2.6.1 Pemilihan Kepala Desa Serentak

Pemilihan kepala desa merupakan salah satu bentuk partisipasi dalam mewujudkan pemerintahan yang demokratis. Hadirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membawa perubahan pada aturan Pemilihan Kepala Desa. Sebagaimana di jelaskan pada Pasal 31 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 bahwa :

(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.

(2) Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

24

Unang Sunardjo, 2004, Pemerintahan Desa dan Kelurahan,Tarsito, Bandung, hlm 197.

25

(38)

23

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Kepala Desa serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan pada amanat pasal tersebut, pemilihan kepala desa dilaksanakan secara serentak di wilayah Kabupaten/Kota. Selanjutnya ditambahkan dalam Pasal 40 PP Nomor 43 Tahun 2014 bahwa:

(1) Pemilihan kepala desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah kabupaten/kota.

(2) Pemilihan kepala desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun.

(3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan kepala Desa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala desa serentak, bupati/ walikota menunjuk penjabat kepala desa.

(4) Penjabat kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berasal dari pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Pemilihan kepala desa secara serentak berdasarkan bergelombang sebagaimana dimaksud, dilaksanakan dengan mempertimbangkan: (a) Pengelompokan waktu berakhirnya masa jabatan Kepala Desa diwilayah Kabupaten/Kota; (b) Kemampuan keuangan Daerah; dan (c) Ketersediaan PNS dilingkungan Kabupaten/Kota yang memenuhi persyaratan sebagai Penjabat Kepala Desa.

Pemilihan kepala desa secara serentak berdasarkan gelombang waktu dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun, dengan masing-masing interval waktu paling lama 2 (dua) tahun. Berikut adalah tahapan pelaksanaan Pilkades langsung serentak sebagaimana diatur Permendagri Nomor 112 Tahun 2015 tentang Pilkades :

(1) Persiapan;

(39)

(3) Penyusunan RAPB Pilkades; (4) Penetapan Daftar Pemilih; (5) Pendaftaran Calon Kepala Desa;

(6) Seleksi, Penetapan dan Pengumuman Calon Kepala Desa; (7) Kampanye Calon Kepala Desa;

(8) Pemungutan Suara, Perhitungan Suara dan Penetapan Kepala Desa Terpilih;

(9) Pelantikan Kepala Desa Terpilih;

Berdasarkan tahapan yang telah diuraikan di atas, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi para calon kepala desa. Sebagaimana diatur dalam Pasal 33 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menegaskan bahwa:

“Calon kepala desa wajib memenuhi persyaratan Sebagai berikut : a. Warga Negara Indonesia;

b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama

atau sederajat;

e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) Tahun saat mendaftar

f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;

g. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling kurang 1 (satu) Tahun sebelum pendaftaran; h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;

i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) Tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) Tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;

j. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; k. berbadan sehat;

l. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan;

(40)

25

Tata cara pemilihan Kepala Desa diatur lebih rinci dalam Pasal 40 sampai 44 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Peraturan tersebut juga di tindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa.

2.6.2 Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu

Pemilihan kepala desa merupakan sebuah instrumen dalam pembentukan pemerintahan modern dan demokratis. Pesta demokrasi di tingkat wilayah administratif terkecil ini, pada dasarnya di lakukan guna menindaklajuti pemberhentian kepala desa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut sebaimana di atur dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang menyebutkan bahwa :

“Kepala Desa berhenti karena : a) meninggal dunia;

b) permintaan sendiri; atau c) diberhentikan.”

Merujuk pada muatan pasal tersebut, penyelenggaraan Pilkades harus segera dilaksanakan untuk mengisi kekosongan jabatan kepala desa. Dalam aturan terbaru apabila kepala desa diberhentikan dalam sisa masa jabatan lebih dari 1 (satu) tahun, maka di adakan pemilihan kepala desa antar waktu melalui musyawarah desa. Hal tersebut merupakan amanat dari Pasal 47 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan bahwa :

(41)

2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan hak Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sampai dengan ditetapkannya Kepala Desa.

3) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih melalui Musyawarah Desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.

4) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak Kepala Desa diberhentikan.

5) Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa sebagaimana di maksud pada ayat (3) melaksanakan tugas Kepala Desa sampai habis sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan.

6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pengaturan lebih lanjut pemilihan kepala desa antar waktu melalui musyawarah desa diatur dalam Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa :

“Musyawarah desa yang diselenggarakan khusus untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Desa antarwaktu dilaksanakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Sebelum penyelenggaraan musyawarah Desa, dilakukan kegiatan yang meliputi:

(1) pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa antarwaktu oleh Badan Permusyawaratan Desa paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan;

(2) pengajuan biaya pemilihan dengan beban APBDesa oleh panitia pemilihan kepada penjabat Kepala Desa paling lambat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak panitia terbentuk;

(3) pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh penjabat Kepala Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)Hari terhitung sejak diajukan oleh panitia;

(4) pengumuman dan pendaftaran bakal calon Kepala Desa oleh panitia pemilihan dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari;

(5) penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon oleh panitia pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari; dan

(42)

27

paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3(tiga) orang calon yang dimintakan pengesahan musyawarah Desa untuk di tetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa.

b. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyelenggarakan musyawarah Desa yang meliputi kegiatan:

(1) penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa yang teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh panitia pemilihan;

(2) pengesahan calon Kepala Desa yang berhak dipilih oleh musyawarah Desa melalui musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara;

(3) pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa oleh panitia pemilihan melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara yang telah disepakati oleh musyawarah Desa;

(4) pelaporan hasil pemilihan calon Kepala Desa oleh panitia pemilihan kepada musyawarah Desa;

(5) pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa;

(6) pelaporan hasil pemilihan Kepala Desa melalui musyawarah Desa kepada BPD dalam jangka waktu 7(tujuh) Hari setelah musyawarah Desa mengesahkan calon Kepala Desa terpilih;

(7) pelaporan calon Kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh ketua Badan Permusyawaratan Desa kepada bupati/walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah menerima laporan dari panitia pemilihan;

(8) penerbitan keputusan Bupati/ walikota tentang pengesahan pengangkatan calon Kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya laporan dari Badan Permusyawaratan Desa; dan

(9) pelantikan Kepala Desa oleh bupati/walikota paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan pengangkatan calon Kepala Desa terpilih dengan urutan acara pelantikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Merujuk pada pasal tersebut, musyawarah desa menjadi forum resmi yang ditunjuk oleh Undang-Undang untuk mengakomodir penyelanggaraan pemilihan kepala desa antar waktu. Sebagaimana diatur dalam Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 :

(43)

oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.”

Selanjutnya ditambahkan dalam Pasal 80 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 :

(1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa.

(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat.

(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:

i. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; j. perwakilan kelompok masyarakat miskin.

Susunan kepanitian pemilihan kepala desa antar waktu dibentuk melalui musyawarah desa yang diselenggarakan oleh BPD. Biaya pelaksanaan Pilkades dibebankan kepada APBDesa. Pemilihan kepala desa antar waktu dilaksanakan melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara. Mekanisme tersebut sebagaimana telah diatur dalam Pasal 45b ayat (3) PP Nomor 43 / 2014 bahwa :

“Pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa oleh panitia pemilihan melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara yang telah disepakati oleh musyawarah Desa.”

(44)

29

antar waktu. Kepala Desa terpilih di daulat untuk melanjutkan sisa masa jabatan kepala desa yang diberhentikan. Penyelenggaraan pemilihan kepala desa kembali dilaksanakan secara langsung serentak berdasarkan gelombang waktu setelah masa jabatan kepala desa antar waktu berakhir.

2.7 Kerangka Berfikir

Secara umum kerangka berfikir yang hendak dibangun dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2.1 1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

4. Permendagri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa

(45)
(46)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif dalam penelitian ini. Penggunaan metode kualitatif akan mudah disesuaikan dengan fakta hukum sebagaimana studi kasus penelitian. Dimana dalam pengumpulan data yang diperlukan, akan terjalin interaksi dan hubungan langsung antara penulis dengan informan yang memberikan informasi ditempat penelitian.

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu. Selain itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan masalah yang timbul. 26 Melalui metode penelitian kualitatif, diharapkan mampu mendeskripsikan penyelenggaraan pemilihan kepala desa antar waktu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, karena dianggap paling relevan sebagai pedoman bagi penulis dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Hal tersebut disesuaikan dengan rumusan masalahanya. Jika jawaban dari perumusan masalahnya dicari melalui penelitian lapangan (field research), maka pendekatan penelitiannya menggunakan

26

(47)

sosiologis.27 Studi yang dikemas dalam ranah socio-legal study ini dirancang dengan melalui beberapa tahapan, yaitu: Penegasan tradisi riset (desain strategi riset dan penentuan lokasi riset); pemilihan teknik pengumpulan data dan pemilihan teknik analisis dan interpretasi data.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis dengan analisis studi kasus Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Melalui kerangka pendekatan yuridis sosiologis diharapkan mampu mengupas tuntas permasalahan yang ada, ditinjau dari peraturan yang berlaku.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Pengambilan lokasi penelitian didasarkan pada faktor historis, dimana Desa Reban merupakan desa pertama di Kabupaten Batang yang telah menyelenggarakan pemilihan kepala desa antar waktu setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, yaitu :

3.4.1 Metode Observasi

Metode observasi yang peneliti gunakan merupakan observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung atau tanpa alat terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki baik

27

(48)

33

pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi buatan, yang khusus diadakan.28

Data yang didapat dari metode observasi ini adalah data yang diperoleh dengan melakukan observasi langsung di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Hasil observasi tersebut kemudian digunakan sebagai pembanding antara hasil wawancara yang dilakukan dengan hasil pengamatan apakah ada kesesuaian atau tidak.

3.4.2 Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (narasumber) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.29 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan oleh penulis dengan narasumber diantaranya : Anggota BPD Desa Reban, Panitia Pilkades antar waktu, Perangkat Desa Reban, Calon Kepala Desa antar waktu Desa Reban, Camat Reban, SKPD Kabupaten Batang dan unsur masyarakat Desa Reban.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan pedoman yaitu daftar pertanyaan yang sudah disediakan oleh peneliti. Sedangkan wawancara secara tidak terstruktur adalah wawancara dengan mengajukan pertanyaan secara langsung tanpa menggunakan pedoman yang berisikan pertanyaan yang sudah disiapkan.

28

Burhan Ashshofa.2013.Metode Penelitian Hukum.Rineka Cipta.Jakarta.hlm 26.

29

(49)

3.4.3 Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti : arsip-arsip, buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Melalui penelitian ini penulis berusaha mempelajari buku-buku, majalah, surat kabar, serta beberapa peraturan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Selanjutnya penulis mengutip dan menerjemahkan bagian-bagian tertentu yang mempunyai kaitan dengan materi skripsi.

Studi dokumen juga dilakukan dengan pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-dokumen penyelenggaraan Pilkades antar waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang, baik berupa data tekstual maupun data non-tekstual. Data-data tersebut diharapkan dapat menjadi data dukung dalam proses analisis penelitian ini.

3.5 Sumber Data Penelitian

Pada umumnya dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan data dari bahan–bahan pustaka. Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.30 Sumber data primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, sebagai berikut :

30

(50)

35

3.5.1 Data primer.

Data primer dalam penelitian ini di peroleh melalui wawancara di lokasi penelitian yang di lakukan kepada: Anggota BPD Desa Reban; Panitia Pilkades; Perangkat Desa Reban; Calon Kepala Desa Antar Waktu Desa Reban; Camat Reban; SKPD Kabupaten Batang; dan unsur masyarakat Desa Reban.

3.5.2 Data sekunder.

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari data yuridis dan non yuridis sebagai data tekstual. Data yuridis meliputi : Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa.

Data non-yuridis meliputi: literatur buku, jurnal, makalah dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Selanjutnya untuk mendukung kajian penelitian ditambahkan data non-tekstual yang meliputi: Data profil Desa Reban, Berita Acara Pilkades antar waktu Desa Reban, Dokumentasi penyelenggaraan Pilkades antar waktu Desa Reban dan data lain terkait penyelenggaraan Pilkades antar waktu Desa Reban.

3.6 Teknik Analisis Data

(51)

akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang lain.31 Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu suatu pembahasan yang memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian dilapangan. Langkah-langkah dalam analisis data kualitatif diantaranya sebagai berikut: 32

3.6.1 Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti terlebih dahulu membaca catatan lapangan dan seluruh data baik yang berasal dari wawancara maupun dokumen terkait penyelenggaraan pemilihan kepala desa antar waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang.

3.6.2 Reduksi Data

Mereduksi data berupa merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Penelitian dilakukan dengan mengkaji bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan Pilkades antar waktu dan bagaimana penerapanya dilapangan. Dimana fokus penelitian ini adalah menganalis prosedur dan mekanisme pemilihan kepala desa antar waktu di Desa Reban berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.6.3 Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif, bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Sehingga hasil penelitian disajikan dalam bentuk uraian analisis data dengan

31

Sugiyono. Op. Cit. hlm 335.

32

(52)

37

tambahan tabel, bagan dan data dukung lainya. Hasil analisis data disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa yang ada dengan permasalahan yang diteliti.

3.6.4 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

(53)

4.1 Prosedur Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu

Desa Reban merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Total luas wilayahnya adalah 203,3 Ha. Jumlah total penduduknya adalah 2.349 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.155,38 per km. Desa Reban terbagi atas 15 RT (Rukun Tetangga), 6 RW (Rukun Warga) dan 3 Dukuh yaitu Dukuh Krenon, Dukuh Reban dan Dukuh Gumelar. Menurut tingkat perkembangannya Desa Reban di klasifikasikan sebagai desa swakarya dengan kategori mula. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Desa Reban merupakan desa pertama penyelenggara Pilkades Antar Waktu di Kabupaten Batang, setelah hadirnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Kepala Desa Reban sebelumnya, almarhum Darno meninggal dunia dalam sisa masa jabatan 4 (empat) tahun pada tanggal 4 Oktober 2014. Dalam aturan terbaru Undang-Undang Desa, hal tersebut telah memenuhi syarat ketentuan penyelenggaraan Pilkades Antar Waktu.33

Kekosongan jabatan Kepala Desa Reban di tindaklanjuti oleh BPD Reban dengan pengusulan Pejabat Kepala Desa Reban kepada Bupati. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Batang Nomor 141/40/2015 tentang Pengangkatan Pejabat Kepala Desa Reban, Sudaryitno selaku Sekertaris Desa Reban oleh Bupati Batang

33

Cayudi.Wawancara : Pilkades Antar Waktu Desa Reban.Batang (14 November 2015 pukul

(54)

39

ditetapkan sebagai Pejabat Kepala Desa Reban. Tugas utama yang di bebankan kepadanya adalah menyelenggarakan Pilkades Antar Waktu. Berikut ini adalah tahapan penyelenggaraan Pilkades Antar Waktu di Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang:

4.1.1 Pembentukan Panitia

Pembentukan Panitia Pilkades Antar Waktu di Desa Reban dilaksanakan oleh BPD Reban melalui forum musyawarah desa pada tanggal 27 Mei 2015. Peserta yang hadir diantaranya: Muspika Kecamatan Reban, Pj. Kepala Desa, Perangkat Desa, Lembaga Organisasi Desa, dan unsur masyarakat Desa Reban. 34

Kepanitiaan Pilkades disusun berdasarkan hasil musyawarah desa yang ditetapkan dalam Keputusan Badan Permusyawaratan Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang Nomor : 04/V/2015 tertanggal 28 Mei 2015 tentang Pembentukan Panitia Pilkades Antar Waktu Desa Reban.

Tabel 4.1

Susunan Panitia Pilkades Antar Waktu Desa Reban Tahun 2015

(55)

Susunan panitia pemilihan sebagaimana terdaftar pada Tabel 4.1 berasal dari unsur masyarakat Desa Reban yang dibentuk berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah Desa. Tugas dan wewenang panitia pemilihan di kutip dari Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7 Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa. Berikut ini adalah tugas, wewenang, kewajiban dan tanggungjawab Panitia Pilkades Antar Waktu Desa Reban:

a. Tugas wewenang Panitia Pilkades Antar Waktu :

1) Merencanakan penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa; 2) Menyusun tata tertib pelakasanaan Pilkades, tata cara

pelaksanaan kampanye serta pemungutan suara pemilihan; 3) Menetapkan jadwal pelaksanaan Pilkades;

4) Mensosialisasikan pelaksanaan Pilkades dan kekosongan jabatan Kepala Desa;

5) Mengadakan pendaftaran pemilih Pilkades, 6) Mengumumkan pendaftaran bakal calon kades; 7) Menerima pendaftaran bakal calon kades;

8) Melaksanakan seleksi terhadap bakal calon kades;

9) Menetapkan dan mengumumkan bakal calon kades yang memenuhi syarat menjadi calon Kepala Desa;

10) Menetapkan dan mengumumkan daftar pemilih tetap. 11) Mengadakan pengundian nomor dan tanda gambar, serta

mengawal kampanye calon Kepala Desa;

12) Menyiapkan kartu suara sesuai dengan daftar pemilih yang telah disahkan;

13) Mengadakan persiapan supaya pelaksanaan pemilihan Kepala Desa berjalan dengan tertib, lancar, dan aman; 14) Melaksanakan pemungutan suara, perhitungan suara dan

menetapkan calon Kepala Desa terpilih;

15) Membuat berita acara jalannya pemilihan dan berita acara penghitungan suara serta mengirimkan berita acara dimaksud dan melaporkannya kepada BPD;

b. Kewajiban panitia Pilkades Antar Waktu : 1) Bersikap netral ;

2) Memperlakukan bakal calon Kades dan/atau calon Kades secara adil;

(56)

41

4) Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran;

5) Melaksanakan semua tahapan Pilkades Antar Waktu tepat waktu;

6) Memelihara arsip dan dokumen Pilkades Antar Waktu; c. Panitia Pilkades Antar Waktu bertanggungjawab atas;

1) Kelancaran tahapan-tahapan pelaksanaan Pilkades; 2) Penggunaan anggaran Pilkades;

3) Pemeliharaan arsip dan dokumen Pilkades.

Apabila dalam susunan panitia terdapat hubungan darah ke bawah, ke atas maupun kesamping dan atau perkawinan dengan calon kepala desa antar waktu, maka anggota panitia bersangkutan akan di reshuffle melalui musyawarah Desa. kesepakatan dibuat untuk menjaga netralitas dari kinerja panitia pemilihan. Susunan kepanitian yang telah dibentuk, selanjutnya oleh BPD dilaporkan kepada Camat Reban untuk disahkan sebagai panitia Pilkades.

Masa transisi penerapan Undang-undang Desa, belum sepenuhnya dapat direalisasikan secara maksimal. Penyelenggaraan Pilkades antar waktu di Desa Reban yang baru pertama di Kabupaten Batang, harus dikonsultasikan dengan beberapa pihak. 35 Panitia baru dibentuk oleh BPD Reban pada tanggal 27 Mei 2015. Sebagaimana diatur dalam Pasal 45a ayat (1) PP Nomor 43/2014 bahwa :

“Pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa Antar Waktu oleh Badan Permusyawaratan Desa paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan.”

Merujuk pada isi muatan pasal tersebut, pembentukan Panitia Pilkades Antar Waktu Desa Reban telah melebihi batas waktu yang ditentukan. Mengingat Kepala Desa Reban sebelumnya, meninggal dunia sejak 4 Oktober 2014. Seharusnya pembentukan panitia di laksanakan paling lama 15 (lima belas) hari

35

(57)

sejak Kepala Desa di berhentikan. Sehingga dalam tahap pembentukan panitia pemilihan, terjadi ketidaksesuian dengan peraturan yang telah berlaku.

4.1.2 Penyusunan Tata Tertib Pilkades

Penyusunan Tata Tertib Pilkades Antar Waktu Desa Reban dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2015, melalui musyawarah Desa Reban. Rapat dipimpin langsung oleh panitia pemilihan. Adapun dasar hukum yang dijadikan pedoman teknis penyusunan Tata Tertib Pilkades diantaranya sebagai berikut :

4.1.2.1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

4.1.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

4.1.2.3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa.

4.1.2.4 Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa.

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut (1) Bentuk konflik sosial pasca Pemilihan Kepala Desa di Desa Pogalan adalah bisa dilihat dari sejak dilakukan pendaftaran

(2) Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf a

Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf a dan

(5) Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, huruf c, huruf

Dalam hal sisa masa jabatan kepala desa yang berhenti tidak lebih dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf a

2.. Untuk i mengetahui i gambaran i penyelesaian konflik Pasca Pemilihan Kepala Desa di Desa Batujala Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto.. Dalam pengendalian

Pak Jabir tidak penah berkeluk di dunia politik, setau saya jabatan terakhir yang beliau duduki sebelum menjabat sebagai kepala desa yaitu Sekretariat Daerah di

Para sesepuh/kokolot desa, kuncen Kampung Naga, para calon kepala desa, pamong desa dan masyarakat pemilih tanpa disa- dari telah berperan dalam pembentukan karakter bakal calon kepala