• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH School Actio

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH School Actio"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

(

School Action Research

)

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU MELALUI TEKNIK LESSON STUDY SECARA

KOLABORATIF DAN RUTIN DI TKIT BABUSSALAM LINGGAMULYA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Tes Kepala Sekolah Berprestasi

Disusun Oleh:

ADE SAJAAH, S.Pd

NUPTK: 2337.7416.4430.0023

TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU BABUSSALAM

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : ADE SAJAAH, S.Pd

NUPTK : 2337.7416.4430.0023 Unit Kerja : TKIT BABUSSALAM

UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS

Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya

"PTS ini mengangkat masalah kinerja guru melalui teknik lesson study secara kolaboratif dan rutin di TKIT Babussalam-Linggamulya”

Mengetahui

Pengawas TK/SD Kec.Leuwisari,

Drs.YUYUN SURYANA

NIP.195808131986031009

Leuwisari, Mei 2014 Penulis,

ADE SAJAAH, S.Pd

NUPTK: 2337.7416.4430.0023

Mengetahui,

Kepala UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan Leuwisari,

Drs. KUSWARA, M.M.Pd

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas petunjuk dan ijin-Nya, penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini sebagai salah satu cara untuk menemukan pendekatan yang tepat dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini berjudul "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study

Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

Babussalam-Linggamulya".

Pendekatan ini saya laksanakan di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Babussalam-Linggamulya UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan Leuwisari dikarenakan saya sebagai Kepala Sekolah ingin membentuk tenaga pendidik yang produktif profesional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara mengontrol dan mengevaluasi sejauh mana persiapan guru sebelum melaksanakan tugasnya di kelas. Di samping memberi motivasi kepada guru dan membina kekompakan antara guru dan kepala sekolah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam visi dan misi TKIT Babussalam. Upaya memberikan pertolongan kepada guru dalam proses pembelajaran di kelas adalah sebagai suatu terobosan yang saya coba untuk membentuk tenaga pendidik yang handal dan profesional.

Penulis berharap Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bermanfaat sebagai bahan masukkan bagi para guru, dan kepala sekolah terutama dalam peningkatan mutu pelajaran di Sekolah Dasar.

Kepada semua pihak yang telah membantu sampai terealisasinya Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, penulis ucapkan terima kasih semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.

(4)

A

bstrak

untutan masyarakat saat ini adalah pendidikan yang bermutu,

sekolah dituntut memperbaiki atau meningkatkan pencitraan publik

sehingga masyarakat yakin bahwa sekolah tersebut layak menjadi pilihan

putra-putrinya. Lesson study dengan karakteristiknya nampaknya dapat

digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut

sehingga pencitraan publik sekolah meningkat.

Memang Lesson Study banyak menekankan pada pembelajaran di

kelas namun dampak kegiatan ini bisa pada aspek yang lain misal:

peningkatan sarana pembelajaran, inovasi sekolah, perubahan visi dan misi

sekolah, motivasi guru dan pimpinan sekolah, serta muncul aktivitas

ekstrakurikuler dan lain-lain.

Lesson study berbasis sekolah yang dilakukan secara rutin akan

muncul inovasi pada sekolah sehingga dapat digunakan sebagai upaya

memperbaiki citra publik sekolah, kegiatan bisa berlangsung dengan baik

perlu adanya komitmen kepala sekolah dan kemauan guru untuk memperbaiki

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, sebagian besar lainnya masih memprihatinkan.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Departemen Pendidikan Nasional terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa "educational change depends on what teachers do and think...". Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada "what teachers do and think", atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.

(6)

(work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.

Berdasarkan masalah di atas, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita? Kurangnya pemahaman guru akan tugasnya sebagai agen pembelajaran, merupakan salah satu faktor rendahnya mutu pembelajaran. Guru sebagai agen pembelajaran harus memiliki beberapa kompetensi diantaranya adalah kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Apabila guru mampu menguasai kompetensi tersebut maka mutu pendidikan akan meningkat.

Dari uraian di atas, penulis selaku kepala sekolah melakukan terobosan untuk menyikapi sekaligus memperbaiki pola-pola pemikiran yang salah dengan memberikan pengarahan/ pembinaan guru berbasis sekolah yang dinamakan dengan (Lesson Study) secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar, untuk membekali guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran. Kata kuncinya adalah "rutinitas" penulis mempunyai keyakinan bahwa dengan pengarahan secara rutin, terprogram dengan baik dan kontrol terhadap persiapan guru sebelum melaksanakan tugas mengajar di kelas maka akan terbentuk tenaga pendidik yang produktif/ profesional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran. Memang, dalam awal-awal pelaksanaan program ini ada beberapa diantara guru yang menunjukkan sikap acuh tak acuh, tetapi dengan kesabaran dan ketekunan akhirnya guru tersebut sangat antusias setelah merasakan dampak dan manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan program tersebut.

(7)

guru-guru lainnya harus beriangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara lainnya, dan hubungan kepala sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah dengan anak.

Maka berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Babussalam-Linggamulya Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya melalui Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan judul:

"Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara

Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

Babussalam-Linggamulya"

B. Rumusan Masalah

Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana perencanaan guru dalam melaksanakan tugas mengajar agar mutu pembelajaran meningkat?

2) Bagaimana pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen pembelajaran?

3) Bagaimana guru menerapkan teknik praktek rencana pembelajaran di kelas untuk meningkatkan mutu pembelajaran?

4) Apakah tingkat kesadaran dan tanggung jawab guru sebagai pendidik sudah seimbang dengan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan oleh pemerintah?

C. Pemecahan Masalah

(8)

3. Melakukan pembinaan dengan cara mengumpulkan guru TKIT Babussalam-Linggamulya Kecamatan Leuwisari dengan kegiatan (tidakan): Penjelasan tentang pentingnya Lesson Study Secara Rutin

D. Tujuan

Secara khusus tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan fungsinya yang dibebankan oleh orang tua, masyarakat dan pemerintah. b. Menyusun dan mengevaluasi perencanaan guru dalarn melaksanakan

tugas mengajar agar mutu pembelajaran meningkat.

c. Meningkatkan pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen pembelajaran.

d. Membentuk dan menciptakan disiplin kerja serta iklim budaya kerja sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

E. Manfaat

1) Manfaat Teoritis

Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alternatif solusi dalam meningkatkan kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas

2) Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat dilain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti serta mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses belajar-mengajar.

(9)

- Memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa.

- Memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan.

- Mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan lesson study), - Belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat

menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa. - Mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan

maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, b. Manfaat bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi pembinaan dan pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan.

c. Manfaat Bagi Siswa

(10)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Kajian teoritis adalah kajian atas tanggapan terhadap teori dan informasi lain dengan masalah yang diidentifikasikan. Oleh karena itu sifatnya selektif sedangkan penelitian hendaknya kritis, kreatif dan analitis.

Tujuan dan maksud kajian teoritis adalah untuk memperjelas penganalisasian dan pembahasan masalah yang sedang diteliti. Penelitian yang tidak ditunjang oleh sumber pustaka, diragukan kekuatannya secara ilmiah.

Ada beberapa sumber yang digunakan dalam kajian teoritis ini antara lain buku-buku teks makalah, artikel, e-books, panduan dan sumber lain yang diakui kebenaran ilmiah.

A. Tugas Pokok Kepala Sekolah

Tugas pokok Kepala Sekolah adalah merencanakan, melaksanakan program manajamen sekolah termasuk memantau, menilai mensupervisi, membina, dan melaporkan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, kinerja sekolah dalam mengelola pendidikan. Sofyan Salim (2007) tugas yang harus dilakukan Kepala Sekolah adalah melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja sekolah, kinerja guru dan kinerja seluruh staf sekolah. Kepala sekolah managerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/ bimbingan mulai dari rencana program, proses dan sampai dengan hasil.

Fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai mitra guru, pembaru (inovator), penyuluh (konselor), pendorong (motivator), kerjasama (kolabolator), penilaian (asesor), konsultan didalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya terhadap kinerja guru dalam pembelajaran dan kinerja kepala sekolah dalam mengelola pendidikan.

(11)

manajerial. Adapun sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, mengembangkan interaksi pembelajaran (metode, strategi, teknik, model, pendekatan dan lain-lain) yang tepat guna.

Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating), dan pengawasan (controling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi.

Engkoswara (2001; 2) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta dalam mencapai tujuan yang di sepakati bersama.

(12)

B. Peran Kepala Sekolah

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana. Untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa "kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru." Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai:(1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan;

Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru.

1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

(13)

2. Kepala sekolah sebagai manajer

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti: MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

3. Kepala sekolah sebagai administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

4. Kepala sekolah sebagai supervisor

(14)

selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

5. Kepala sekelah sebagai leader (pemimpin)

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru?. Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).

6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

(15)

pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003).

7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

C. Lesson Study Dalam Kegiatan Pembelajaran

Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui

pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

Lesson Study adalah program yang diterapkan oleh SISTTEMS,

(Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior Secondary Level) yaitu bentuk kerjasama antara JICA (Japan

International Cooperation Agency) dan MONE / Depdiknas (Ministry of National

Education / Departemen Pendidikan Nasional) Indonesia.

Lesson Study bukan merupakan metoda atau strategi pembelajaran tetapi

(16)

sesuai dengan situasi, kondisi, kemampuan komunitas pembelajaran serta berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.

Lesson Study adalah metode yang berorientasi pada praktek untuk

meningkatkan keterampilan mengajar oleh guru-guru itu sendiri.

D. Teknik Lesson Study

Lesson Study biasanya terdiri dari tahapan-tahapan berikut:

1. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran (PLAN-tahap perencanaan), 2. Salah seorang guru mempraktekkan rencana pembelajaran di kelas yang

sesungguhnya, sedangkan para guru pendamping yang lain dan kepala sekolah mengamati pembelajaran tersebut (DO-tahap pembelajaran terbuka),

3. Setelah pembelajaran, guru pengajar dan para guru pengamat mendiskusikan hasil pembelajaran, kemudian disampaikan kepada kepala sekolah untuk menyampaikan umpan balik pada guru pengajar.

Kelebihan dari metode ini adalah, peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat dilain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti serta mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses belajar-mengajar. Bermacam-macam istilah yang digunakan untuk metode sejenis ini diberbagai sumber pustaka, misalnya: "action research", "coaching", dan "clinical supervision". Dalam program ini, lesson study akan digunakan sebagai

istilah umum untuk kegiatan yang berusaha untuk mengembangkan profesi guru. Revolusi pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan Lesson Study telah menunjukkan hasil yang luar biasa. Indikator keberhasilannya itu dapat dilihat diantaranya:

(17)

pembelajaran yang lain dari yang pernah dipakai dalam implementasi-implementasi sebelumnya.

2. Tumbuhnya prinsip kolegalitas diantara guru-guru mata pelajaran, khususnya yang sejenis. Hal ini ditunjukkan dengan semakin efektifnya kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sebelumnya, kegiatan MGMP itu, kalaupun ada, hanya terbatas bila menghadapi ujian nasional saja. Bahkan kegiatan MGMP pun biasanya diselenggarakan oleh sub rayon, bahkan rayon, yang tentu secara domisili kesulitan dijangkau oleh transportasi, terutama di sekolah-sekolah yang berada di pinggiran. Melalui kegiatan MOMP yang diselenggarakan di Base Camp, lebih mudah dijangkau oleh guru-guru anggota MOMP, sehingga silaturrahmi dan kolegalitas, sebagai ruh Lesson Study, dapat tercipta.

3. Dukungan moril dan materil dari pimpinan sekolah semakin kuat. Hal ini bisa dilihat pada setiap kegiatan Lesson Study melalui MGMP mendapat dukungan dari kepala sekolah. Bahkan hampir setiap kegiatan Lesson Study dihadiri langsung oleh kepala sekolah-kepala sekolah, khususnya dalam satu base camp. Tentunya, dengan dukungan yang besar dari pimpinan akan memberi motivasi bagi untuk mengikuti kegiatan MGMP. Tetapi sebaliknya, bila pimpinan sekolah tidak memberi motivasi, maka gurunya pun tidak akan semangat mengikuti kegiatan MGMP.

4. Guru mendapat banyak pencerahan, selain dari teman sejawat, juga dari para dosen pembimbing (fasilitator) yang setiap pertemuan selalu hadir untuk memberikan dukungan, baik ketika melakukan PLAN (perencanaan), DO (pelaksanaan/implementasi) dan SEE (refleksi).

(18)

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terlibat langsung dengan kegiatan Lesson Study.

E. Tahapan Lesson Study

Lalu bagaimana kiatnya agar Lesson Study yang kita lakukan efektif?

Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA).

Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu: (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dan University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:

1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.

2. Develop Student Learning Goals: anggota tim mendiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.

3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai

tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons. 4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan

pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.

5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa

(19)

Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study

1. Tahapan Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat diketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

2. Tahapan Pelaksanaan (Do)

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer).

(20)

1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.

2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.

3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.

4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.

5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.

6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.

7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.

3. Tahapan Refleksi (Check)

(21)

diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.

Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-sarannya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembiearaan yang berlangsung dalam diskusi.

4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)

Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun menajerial.

Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran kearah lebih baik.

(22)
(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Sebagai mekanisme penelitian yang dapat menggambarkan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan maka ditempuhlah prosedur penelitian tindakan sekolah ini dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Pelaksanaan penelitian kualitatif ditempuh dengan cara penelitian lebih banyak melibatkan norma-norma berfikir rasional dan logis berdasarkan data-data atau kesimpulan yang terdapat pada buku panduan atau acuan literatur yang dijadikan obyek penelitian. Dalam hal ini penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a) Menentukan Sumber Data i. Jenis data

Data yang diperoleh adalah berupa informasi dan atau keterangan hasil pengamatan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Lesson Study.

ii. Sumber data pendukung diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah

2. Guru iii. Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperlukan maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dan menganalisis data yang cara-caranya sebagai berikut: 1. Deduksi yaitu upaya memperoleh data yang bersifat khusus melalui penalaran

dan penganalisisan data-data yang bersifat umum.

(24)

3. Menyandingkan beberapa keterangan atau data yang diperoleh untuk mendapatkan argumentasi yang lebih serta mampu memberikan kejelasan yang layak untuk dijadikan pegangan dalam penelitian.

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah guru kelas sebagai berikut :

No Nama Pangkat/

Gol Jml. Jam Kelas Asal sekolah 1 YULI HENDRAYANI Sukwan 24 A TKIT Babussalam 2 RAHMAWATI DEWI Sukwan 24 A TKIT Babussalam

C. Waktu Penelitian Tindakan Sekolah

Jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini direncanakan dan dilaksanakan sebagaimana pada tabel di bawah ini :

Tabel 1

No. Tanggal Siklus Tindakan

1 2 Februari 2012 1 Pengamatan dan penilaian RPP guru-guru 2 7 Februari 2012 1 Melakukan Supervisi Klinis

3 15 Februari 2012 2 Mengadakan Pembinaan Melalui Metode Lesson Study.

4 6 Maret 2012 2 Supervisi akademik (Pembuatan RPP)

D. Prosedur Penelitian 1. Perencanaan Tindakan

(25)

Sebagai langkah pertama adalah melakukan penilaian terhadap RPP yang disusun oleh guru dengan menggunakan instrumen penilaian RPP. Teknik dan alat pengumpul data adalah menggunakan teknik observasi atau pengamatan terhadap dokumentasi perangkat pembelajaran guru (RPP) dan eksen pembelajarannya di kelas dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

LEMBAR PENILAIAN Petunjuk

Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1= sangat tidak baik

1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan

penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar) 1 2 3 4 5 2. Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta

didik) 1 2 3 4 5

3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan

kesesuaian dengan alokasi waktu) 1 2 3 4 5 4. Pemilihan sumber/ media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi

dan katakteristik peserta didik) 1 2 3 4 5 5. Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah, kegiatan

pembelajaran: awal, inti, dan penutup) 1 2 3 4 5 6. Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/

metode dan alokasi waktu pada setiap tahap) 1 2 3 4 5 7.

Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 5 8.

Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran) 1 2 3 4 5

Skor Total ... Linggamulya, ...20...

Penilai,

(26)

2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah dilakukan penilaian terhadap RPP, dilakukan penyuluhan penyusunan RPP sesuai pedoman.

3. Observasi/Pengamatan

RPP yang sudah disusun dilaksanakan dikelas dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

Penilaian Indikator Deskriptor

Nilai A B C D

1. Membuka pelajaran

Apersepsi 1. Membuka pelajaran dengan doa/ salam/ memeriksa kehadiran peserta.

2. Mengajukan pertanyaan/ menggali informasi berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai. 3. Mengemukakan kompetensi yang akan dicapai

dalam kegiatan pembelajaran.

4. Mengkaitkan peran/ manfaat penguasaan kompetensi dalam kehidupan peserta.

2. Melaksanakan kegiatan inti

Penggunaan Metode

1. Metode yang digunakan melibatkan peserta mengalami/ melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. 2. Metode yang digunakan melibatkan peserta

menemukan prosedur/ konsep/ prinsip/

karakteristik berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai.

3. Metode yang digunakan melibatkan peserta menerapkan apa yang telah ditemukan dalam situasi yang baru/konteks yang berbeda. 4. Metode yang digunakan mengharuskan untuk

mengukuhkan temuan peserta. Penggunaan

Media

1. Menggunakan media yang otentik.

2. Memberdayakan media yang ada disekeliling peserta, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

3. Media yang digunakan sesuai untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai.

(27)

No Aspek

Penilaian Indikator Deskriptor

Nilai A B C D

melakukan pengamatan, bertanya,

mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan.

Penguasaan Kompetensi

1. Guru mendemonstrasikan perilaku pembelajaran yang seharusnya dikuasai peserta melalui

contoh/ pemodelan.

2. Tugas yang diberikan kepada peserta mencerminkan tahapan untuk mencapai kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta. 3. Guru memberikan balikan secara jelas terhadap

perilaku pembelajaran yang sesuai/ tidak sesuai dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta.

4. Guru dapat merespon pertanyaan dan komentar peserta secara tepat dan memadai.

Pembelajaran

menyenang-kan

1. Guru memberdayakan permainan/ humor/ metode yang bervariasi untuk menyegarkan suasana.

2. Peserta yang banyak melakukan aktivitas

pembelajaran dan peserta melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan gembira.

3. Peserta tidak takut mengajukan pertanyaan/ saran/ pendapat.

4. Peserta tidak takut mengekspresikan

kegembiraan, misalnya dengan bertepuk tangan.

Keterkaitan metode dengan pengembangan

kecaka

1. Metode yang digunakan melibatkan peserta untuk melakukan kerjasama (Learning community).

2. metode yang digunakan mendorong peserta untuk mengajukan pertanyaan/ pendapat kritis dan kreatif.

3. Metode yang digunakan bersifat menantang, sehingga mendorong peserta melakukan

aktivitas secara sungguh- sungguh dan antusias. 4. Metode yang digunakan mendorong peserta

untuk mempertahankan pendapat dan berpendapat yang berbeda.

3. Refleksi dan penilaian

refleksi 1. Guru mendorong peserta mengungkapkan apa yang telah dipelajari.

2. Guru mendorong peserta mengungkapkan kesan-kesan berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Guru mendorong peserta mengungkapkan saran untuk perbaikan pembelajaran.

(28)

No Aspek

Penilaian Indikator Deskriptor

Nilai A B C D

terhadap upaya/kerja keras yang telah dilakukan peserta.

Penilaian 1. Guru melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi yang seharusnya dicapai. 2. Kriteria penilaian jelas dan dapat diukur. 3. Guru memberi kesempatan peserta untuk

melakukan self-assesment (penilaian diri sendiri)/ peer-assesment (penilaian antar teman) dengan kriterian yang telah ditetapkan.

4. Penilaian dilaksanakan selama dan setelah aktivitas pembelajaran (proses dan produk). 4. Faktor penun

jang

Penggunaan bahasa

1. Ucapan jelas dan mudah dipahami. 2. Menggunakan kosakata dan tata bahasa

baku.

3. Kalimat-kalimat yang digunakan bervariasi, tidak monoton.

4. Pembicaraan lancar, tidak tersedat-sedat. Rasa

percaya diri

1. Tatapan mata dan gerak tubuh menunjukkan sikap tenang.

2. Nada suara dan intonasi menunjukkan sikap tegas, optimis dan tidak ragu-ragu. 3. Merespon setiap pertanyaan, tanggapan

atau saran dari peserta dengan emosi yang stabil (tidak larut dalam emosi). 4. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran

dijawab dengan tenang, tidak gugup dan penuh rasa optimis

Jumlah Seluruh Skor Nilai= Jumlah seluruh skor 10

Cara pemberian nilai untuk setiap indikator:

Nilai A (skor 4) : Sangat baik, jika tiga atau empat deskriptor tampak/teramati Nilai B (skor 3) : Baik, jika dua deskriptor tampak/teramati

Nilai C (skor 2) : Kurang, jika satu deskriptor tampak/teramati

Nilai D (skor1) : Sangat kurang, jika tidak ada deskriptor yang tampak/teramati Simpulan penilaian dan Rekomendasi :

... ...

Linggamulya, ...20... Penilai,

(29)

4. Refleksi

(30)

BAB IV

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Persiklus

Pelaksanaan PTS yang direncanakan oleh penulis dalam bentuk pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Tekhnik Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Babussalam-Linggamulya" berjalan sesuai dengan perencanaan PTS.

Hasil penelitian yang direfleksi dari permasalahan yang menjadi fokus penelitian menunjukan hasil yang membawa pengaruh positif pada guru. Terlihat dari hasil penelitian.

Hasil penilaian dapat terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

REKAPITULASI HASIL PENILAIAN

No Nama Nilai Hasil Evaluasi

Siklus I Siklus II

1 YULI HENDRAYANI 27 35

2 RAHMAWATI DEWI 26 31

JUMLAH 53 66

(31)

Adapun dalam bentuk diagramnya adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Penguasaan guru dalam melakukan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua setelah diberikan teknik short briefing secara rutin mengenai penyusunan RPP yang benar, materi pelajaran yang akan disampaikan dari siklus ke siklus.

Siklus ke I mencapai rata-rata nilai 26,5 Siklus ke II mencapai 33

Dari 2 guru kelas

Berdasarkan temuan-temuan yang didapat selama mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai kepala sekolah dan penerapan metode Lesson Study secara rutin sebelum guru melakukan tugas mengajar menunjukkan

adanya peningkatan produktifitas, profesional dan mutu pembelajaran di kelas.

0 5 10 15 20 25 30 35

(32)

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah guru-guru di TKIT Babussalam-Linggamulya UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan Leuwisari

Kondisi awal sebelum diterapkan metode Lesson Study secara rutin sebelum guru melakukan tugas mengajar menunjukkan:

1. Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan oleh pemerintah.

2. Kurangnya perencanaan yang matang dalam melaksanakan tugas dan belum siapnya guru untuk mengadakan perubahan kearah yang lebih maju sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.

3. Kurangnya pemahaman guru akan tugasnya sebagai agen pembelajaran. 4. Belum terbentuknya disiplin sekolah dan iklim budaya kerja sekolah yang

mengacu pada peningkatan mutu pembelajaran.

(33)

setelah melaksanakan tugas mengajar. Dapat dibayangkan jika seorang kepala sekolah tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan terhadap guru-guru sebagai bawahannya.

Teknik Lesson Study dikemas agar menarik, memukau dan apa yang kepala sekolah sampaikan langsung masuk dan dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru-guru.

Pertama kali yang harus disadari adalah apa yang akan kita sampaikan. Kepala sekolah harus memahami visi sekolah. Visi sekolah akan menurunkan Misi yang sekolah buat dalam waktu yang pendek. Misi yang sekolah buat inilah yang akan menurunkan culture kerja. Culture kerja inilah yang kemudian akan memunculkan Motivasi kerja. Jadi dengan memahami Visi, kepala sekolah akan dapat menciptakan budaya kerja dalam tim sekolah dan sekaligus memunculkan motivasi personil.

Yang kedua, yang harus kepala sekolah sadari bahwa pada saat teknik Lesson Study dimulai, kepala sekolah harus menyadari secara sepenuhnya bahwa

teknik ini adalah teknik yang berkesinambungan, yang akan membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi dengan teknik baru, maka diperlukan keuletan dan kesabaran dalam mengolah manajemen di sekolah.

Strategi melaksanakan lesson study berdasarkan hasil penelitian penulis:

1. Perencanaan (Plan)

Gambar 1.

Guru sebidang studi secara kolaborasi mengidentifikasi

(34)

A. Identifikasi Masalah Pembelajaran

1. Materi Ajar

a. kedalaman materi

b. kesesuaian dengan tuntutan kurikulum c. tingkat kesulitan

2. Strategi Pembelajaran a. pendahuluan

memotivai siswa belajar b. kegiatan inti

aktivitas belajar yang diharapkan

rancangan interaksi siswa dengan bahan ajar

rancangan interaksi siswa dengan siswa

rancangan interaksi siswa dengan guru 1. penutup

aktivitas siswa yang diharapkan untuk menyimpulkan pelajaran

B. Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran

1. Silabus

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Lembar Kegiatan Siswa

4. Alat tes

C. Menentukan Observer

1. Kepala Sekolah 2. Guru

3. Pengawas Sekolah

(35)

II. Pelaksanaan (Do)

Gambar 2.

Guru model mengajar dan observer mengobservasi pelaksanaan pembelajaran

a. Pertemuan singkat (briefing) dipimpin fasilitator (kepala sekolah).

b. Guru model mengemukakan rencana singkat (rencana pembelajaran, tujuan, kedudukan materi ajar dalam kurikulum, perkiraan kemungkinan respon siswa). c. Kepala sekolah mengingatkan observer untuk tidak mengintervensi proses

belajar mengajar.

d. Observer dipersilahkan memilih tempat strategis sesuai rencana pengamatan. e. Guru model melaksanakan proses belajar mengajar.

Observasi

Observer membuat catatan tentang: A. Komentar siswa dalam diskusi. B. Kerja sama siswa.

C. Aktivitas belajar.

D. Strategi penyelesaian masalah. Pedoman observer:

a. Kejelasan tujuan pembelajaran.

b. Aktivitas mengarah ke pencapaian tujuan.

c. Langkah-langkah pembelajaran berkaitan mendukung pemahaman siswa. d. Media pembelajaran mendukung pencapaian tujuan.

e. Diskusi kelas membantu pemahaman konsep. f. Materi ajar sesuai tingkat kemampuan siswa.

(36)

i. Pemberian penghargaan gagasan siswa. j. Kesimpulan didasarkan pendapat siswa. k. Kesimpulan sesuai tujuan.

l. Pemberian penguatan.

III. Refleksi (See)

A. Menentukan fasilitator.

B. Fasilitator mengenalkan observer dengan spesifikasi bidang ilmu. C. Fasilitator menyampaikan agenda refleksi.

D. Fasilitator menyampaikan aturan main.

1. berbicara dengan tertib (jadi pendengar yang baik) 2. berbicara sopan tidak untuk mengadili guru model 3. setiap peserta diberi kesempatan berbicara

4. berbicara berdasarkan temuan pengamatan

5. masukan difokuskan pada "bagaimana siswa belajar" E. Guru model menyampaikan:

1. kejadian yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan harapan. 2. sesuatu yang berubah dari rencana.

F. Team pengembang memberi komentar.

G. Fasilitator memberi kesempatan observer berkomentar H. Fasilitator mempersilahkan tenaga ahli merangkum diskusi.

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam bab sebelumnya melalui "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

Babussalam-Linggamulya" dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program yang rutin dan berkesinambungan merupakan kunci keberhasilan dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

2. Pada "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Babussalam-Linggamulya" ternyata mampu membentuk tenaga pendidik yang produktif/ profesional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran.

3. Dengan adanya terobosan dan inovasi melalui pendekatan "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Babussalam-Linggamulya" ternyata ada pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa.

Dengan demikian "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

(38)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, guru dituntut untuk melaksanakan beberapa hal dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam meningkatan penguasaan materi pelajaran dan keaktifan siswa dalam belajar.

Adapun hal-hal yang harus dilakukan guru diantaranya :

Menentukan tujuan pembelajaran (lesson) satuan (unit) pelajaran, dan mata pelajaran yang efektif.

Mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa.

Memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru.

Menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa.

Menentukan pelajaran secara kolaboratif.

Mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa.

Mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan.

Melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Hendayana S.. 2006. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Guru (Pengalaman JUSTEP-JICA). Bandung: UPI Press.

Parmin dan Siti Aminah. 2008. Menerapkan Lesson Study Dalam Pembelajaran di MI Madariful Huda Pati. Laporan Penelitian Dosen Muda. FMIPA: Universitas Negeri Semarang.

Widhiartha, Putu Ashintya. Dwi Sudarmanto. Nining Ratnasingsih. 2008. Lesson Study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Non Formal. Surabaya: Prima Printing.

Yusak, Muchlas. 2008. Lesson Study: Pengembangan Profesi Guru Secara Berkelanjutan Berbasis Sekolah. Semarang: LPMP Jawa Tengah.

Gambar

Tabel 2
Gambar 1. Guru sebidang studi secara kolaborasi mengidentifikasi
Gambar 2.  Guru model mengajar dan observer mengobservasi pelaksanaan pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses observasi, observer (pengamat) memberikan tanda pada lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti, kemudian memberikan komentar apa saja

Berdasarkan hasil pengamatan dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan guru, kemudian dilakukan refleksi terhadap pembelajaran membaca dan menulis

Pelaksanaan PTK dimulai dari perencanaan, kegiatan/tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan tersebut saling berkaitan satu sama lain, karena setiap tindakan

Pada tahap refleksi di siklus 1, peneliti menganalisis catatan-catatan temuan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung serta hasil dari angket

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang.. dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil

Hal ini juga membuktikan bahwa supervisi kepala sekolah dan pertemuan individual dengan masing-masing guru untuk merefleksi proses pembelajaran punya peranan yang

Tentu saja kemajuan yang dicapai di cycle ke 3 di tahapan “Act” dikarenakan tindakan refleksi yang dilakukan di setiap pertemuannya sebagai respon atas masalah-masalah

Meskipun demikian, hasil dari Penelitian Tindakan Kelas dapat memberikan wawasan dan pembelajaran yang berharga bagi praktik pengajaran secara lebih umum, terutama jika temuan dan