• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENGELOLAAN PONDOK PESANTREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN PENGELOLAAN PONDOK PESANTREN "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

“Manajemen Pendidikan Islam ” Dosen Pengampu:

Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh:

Nartika Cindhi Martha 2015470542

PAI – SMT 4

KAMPUS UNIT CAMPURDARAT

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.

Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIM) Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini Bapak Dr. Afiful Ikhwan. M.Pd.I

3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo'a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

(3)

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Masalah ... 2

BAB II PEMBAHASAN

Manajemen Pengelolaan Pondok Pesantren

A. Pengertian Manajemen Pondok Pesantren…...…… 3

B. Elemen-elemen Pondok Pesantren... 4

C. Struktur Organisasi pondok pesantren... 9

D. Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren. 10

E. Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren... 12

BAB IIII PENUTUP

Kesimpulan ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 18

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam prinsip ajaran Islam segala sesuatu tak boleh dilakukan secara asal-asalan melainkan harus dilakukan secara rapi benar tertib dan teratur dan proses-proses juga harus diikuti dengan tertib.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda yang artinya “Sesungguh Allah sangat mencintati orang yg jika melakukan sesuatu pekerjaan dilakukan secara Itqan (tepat terarah jelas dan tuntas)”. (HR Thabrani)

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga yang berbasiskan pada kesatuan keagamaan sekaligus berbasiskan pendidikan. Pondok pesantren bisa menjadi “social agent” yang bagus untuk membantu pemerintah dalam perbaikan sektor ekonomi,budaya dan sosial masyarakat, tapi dengan satu syarat bahwa secara organisasional pondok pesantren harus mau untuk berubah, baik dan secara kultur, cara pendekatan dan aspek-aspek manajemen. Di dalam pondok pesantren sendiri terdapat empat unsur pembangun yaitu: ustadz, santri, kitab, dan masjid. Setiap komponen tersebut masing-masing mempunyai peran yang berbeda-beda.

Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berakhlaq mulia diperlukan pendidikan yang menyeluruh, dalam arti mencakup semua potensi baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengkombinasikan ketiga aspek tersebut, tidak hanya menekankan aspek kecerdasan kognitif semata, akan tetapi juga menekankan pada aspek afektif dan psikomotor, yaitu dengan mengajarkan nilai – nilai dan norma yang sesuai dengan syariat Islam serta membekali para santri dengan ketrampilan – ketrampilan yang berguna bagi kehidupan sehari – hari.

Maka dari itu, dalam rangka menjadi menjadi pondok pesantren yang ideal, perlu diadakan manajemen pengelolaan serta pengembangan podok pesantren tersebut. Dengan begitu segala potensi yang dimiliki pondok pesantren dapat tereksplore secara optimal. Sehingga pondok pesantren mampu memberikan

(5)

andil yang besar terhadap masyarakat Tentu, reformasi pesantren dalam dinamika yang panjang dimaksudkan uuntuk mencari format yang ideal peningkatan mutu pendidikan pesantren.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian manajemen pondok pesantren ?

2. Apa saja elemen-elemen Pondok Pesantren ?

3. Bagaimana Struktur Pengurusan Pondok pesantren ?

4. Bagaimana Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren ? 5. Bagaimana langkah Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui pengertian manajemen pondok pesantren 2. Untuk Mengetahui elemen-elemen Pondok Pesantren

3. Untuk Mengetahui Struktur Pengurusan Pondok pesantren

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Pondok Pesantren

Sebelum membahas tentang pengertian manajemen pondok pesantren, maka kita harus tahu dulu apa itu manajemen dan apa itu pesantren. Kata “manajemen” berasal dari bahasa Inggris yaitu management yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Italia Maneggio yang diadopsi dari bahasa latin managiare, yang berasal dari kata manus yang artinya tangan.1

Adapun pengertian Manajemen menurut M. Manulang terkandung pada tiga arti, yaitu : Pertama, Manajemen suatu proses. Kedua, Manajemen sebagai kolektifitas orang – orang yang melakukan aktifitas manajemen. Ketiga, Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu.2 Sedangkan pesantren yaitu berasal dari kata santri yang mendapat

awalam pe dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri Prof. Jons berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa tamil yang berarti menjadi guru. Secara umum pesantren atau pondok didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.”3 Maka

Manajemen Pondok Pesantren adalah suatu proses penataan dan pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang melibatkan sumber daya manusia dan non manusia dalam menggerakkan mencapai tujuan Pendidikan Pesantren secara efektif dan efisien.” Jadi, manajemen pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam sehingga dapat manajemen pesantren sejalan dengan manajemen pendidikan Islam.4

Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan figure kyai.

1 Evi Hanifah, Manajemen Pondok Pesantren, (Pola Manajemen Pondok Pesantren Tradisional), dalam https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-pondok-pesantren-pola-manajemen-pondok-pesantren-tradisional/ Diunggah pada 18 Mei 2013 pukul 20.19 WIB

2 M. Manullang, Dasar – dasar Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996), hlm. 2

3 Sophie Mauliedia, Manajemen Pendidkan Pondok Pesantre, dalam

http://rascalshelvy.blogspot.co.id/2011/06/manajemen-pendidikan-pondok-pesantren.html Diunggah pada 06 juni 2011 pukul 13.07 WIB

4 Ismi Nur Laili, Sistem Manajemen Pondok Pesantren, dalam

http://isminurlailil27.blogspot.co.id/2015/12/sistem-manajemen-pondok-pesantren.html. Diunggah pada 03 Desember 2015 pukul 14.54 WIB

(7)

Kyai dalam pesantren merupakan figure pesantren sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya denggan dua faktor :

Pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar pada karisma serta hubungan yang bersifat patemalistik. Kebanyakan pesantren menganut pola mono manjemen dan mono administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenanggan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi.

Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga bukan komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri skaligus pengasuh pesantren sanggat besar dan tidak bisa di ganggu gugat. Faktor nasab atau keturnan juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak ( istilahnya putra mahkota) yang di percaya pada komponen pesantren yang berani memprotes. Sistem seperti ini kerap kali menggundang sindiran bahwa pesantren seperti kerajaan kecil.5

B. Elemen-Elemen Pondok Pesantren

Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen dasar pesantren, antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Kelima elemen tersebut meliputi: ustadz, santri, podok, mesjid dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering disebut dengan kitab kuning.

1. Masjid

Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun duniawi dalam ajaran Islam, karena pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan sebagai adanya masjid (tempat sujud). Atas dasar pemikiran itu dapat difahami bahwa masjid tidak hanya terbatas pada pandangan materialistik, melainkan pandangan idealistik immaterialistik termuat didalamnya.

Pemikiran materialistik mengarah kepada keberadaan masjid sebagai suatu bangunan yang dapat ditangkap oleh mata. Dalam hal ini

(8)

5

secara sederhana masjid adalah tempat sujud. Sujud adalah symbol kepatuhan seorang hamba kepada Khaliqnya. Oleh karena itu seluruh kegiatan yang mengambil tempat di masjid tentu memiliki nilai ibadah yang tinggi. Artinya proses kegiatan itu hanya mengharapkan keridhoan Allah yang bersifat Ilahiyah, berkaitan dengan pahala dan balasan dari Allah.

Didunia pesantren masjid dijadikan ajang atau sentral kegiatan pendidikan Islam baik dalam pengertian modern maupun tradisional. Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang menjadi pesantren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar – mengajar adalah masjid. Dapat juga dikatakan masjid identik dengan pesantren. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama – tama akan mendirikan masjid di dekat rumahnya.

Paling tidak didirikan surau di sebelah rumah kyai yang kemudian dikembangkan menjadi masijd sebagai basis berdirinya pondok pesantren. Di dalam masijd para santri dibina mental dan dipersiapkan agar mampu mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu masjid di samping dijadikan wadah (pusat) pelaksanaan ibadah juga sebagai tempat latihan. Latihan seperti muhadharah, qiro’ah dan membaca kitab yang ditulis oleh para ulama abad 15 (pertengahan) yang dikenal sebagai kitab kuning yang merupakan salah satu ciri pesantren. Pelaksanaan kajiannya dengan cara bandongan, sorogan, dan wetonan, pada hakekatnya merupakan metode klasik yang dilaksanakan dalam proses belajar – mengajar dengan pola seorang kyai langsung bertatapan dengan santrinya dalam mengkaji dan menelaah kitab – kitab tersebut.6

2. Pondok

Setiap pesantren pada umumnya memiliki pondokan. Pondok dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang sering penyebutannya tidak dipisahkan menjadi “Pondok Pesantren”. yang berarti keberadaan pondok dalam pesantren merupakan wadah penggemblengan, pembinaan dan pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan.

(9)

Kedudukan pondok bagi para santri sangatlah esensial sebab didalamnya santri tinggal belajar dan ditempa diri pribadinya dengan control seorang ketua asrama atau kyai yang memimpin pesantren itu. Dengan santri tinggal di asrama berarti dengan mudah kyai mendidik dan mengajarkan segala bentuk jenis ilmu yang telah ditetapkan sebagai kurikulumnya. Begitu pula melalui pondok santri dapat melatih diri dengan ilmu – ilmu praktis seperti kepandaian berbahasa : Arab dan Inggris juga mampu menghafal Al – Qur’an begitu pula ketrampilan yang lain. Sebab di dalam pondok pesantren santri saling kenal – mengenal dan terbina kesatuan mereka untuk saling isi – mengisi dan melengkapi diri dengan ilmu pengetahuan.

3. Kyai

Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah adanya seorang kyai. Kyai pada hakekatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu di bidang agama dalam hal ini agama Islam. Terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang sacral, maka sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren. Dalam tulisan ini kyai merupakan suatu personifikasi yang sangat erat kaitannya dengan suatu pondok pesantren.

Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memliki tokoh sentral yang disebut kyai. Jadi kyai di dalam dunia pesantren sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai dengan pola yang dikehendaki. Di tangan sorang kyailah pesantren itu berada. Oleh karena itu kyai dan pesantren merupakan dua sisi yang selalu berjalan bersama. Bahkan “kyai bukan hanya pemimpin pondok pesantren tetapi juga pemilik pondok pesantren”. sedangkan sekarang kyai bertindak sebagai koordinator.7

4. Santri

Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

(10)

7

seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren.

Di dalam proses belajar mengajar ada dua tipologi santri yang belajar di pesantren berdasarkan hasil penelitian Zamakhsyari Dhofier:

a). Santri Mukim

Santri Mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang kyai. Dapat juga secara langsung sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah lama menetap dalam pesantren secara tidak langsung bertindak sebagai wakil kyai.

Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri mukim : 1) Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang dengan maksud menuntut ilmu dari kyainya.

2) Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak kyainya.

b). Santri Kalong

Santri Kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola belajarnya tidak dengan jalan menetap di dalam pondok pesantren, melainkan semata – mata belajar dan secara langsung pulang ke rumah setelah belajar di pesantren.

Sebuah pesantren yang besar didukung oleh semakin banyaknya santri yang mukim dalam pesantren di samping terdapat pula santri kalong yang tidak banyak jumlahnya.8

5. Pengajaran Kitab – kitab Islam Klasik

Kitab – kitab Islam klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab – kitab itu ditulis oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq.

Ada dua esensinya seorang santri belajar kitab – kitab tersebut di samping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari

(11)

bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa Arab. Hal ini menjadi ciri seorang santri yang telah menyelesaikan studinya di pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab dan sekaligus juga mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi bahasanya.9

Mastuhu mengklasifikasikan perangkat-perangkat pesantren meliputi aktor atau pelaku seperti ustadz dan santri. Perangkat keras pesantren meliputi mesjid, asrama, pondok dan sebagainya. Sementara perangkat lunaknya adalah tujuan kurikulum, metode pengajaran, evaluasi, dan alat-alat penunjang pendidikan lainnya. Namun demikian elemen-elemen pesantren tergantung pada besar kecilnya, program pendidikan yang dijalankan pesantren. Untuk pesantren yang berskala kecil dan hanya sekedar mengelola pondok pesantren saja, maka hanya kelima elemen dasar tersebut yang menjadi elemen pesantren. Dan kelima elemen inilah yang menjadi objek manajemen.

C. Struktur Organisasi Pondok pesantren

Untuk mencapai visi dan misinya, pondok pesantren membentuk struktur organisasi. Struktur organisasi tersebut disusun beserta dengan deskripsi kerja pada setiap bagian. Deskripsi kerja disusun sedemikian rupa sehingga dapat bersinergi satu dengan lainnya untuk mencapai visi dan misi pondok pesantren tersebut.

Setiap pesantren memiliki struktur organisasi sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu terhadap yang lain, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Meskipun demikian, daripadanya dapat di simpulkan adanya kesamaan-kesamaan yang menjadi ciri-ciri umum struktur organisasi pesantren, dan tampak adanya kecenderungan perubahan yang sama di dalam menatap masa depannya, sebagai berikut :

a. Pada dasarnya struktur organisasi pesantren dapat digolongkan menjadi dua sayap sesuai dengan pembagian jenis nilai yang mendasarinya, yaitu nilai agama dengan kebenaran absolut dan nilai agama dengan kebenaran relatif.

(12)

9

b. Sesuai dengan hierarkis pembagian jenis nilai, maka sayap 1 mempunyai supremasi terhadap sayap 2, dan oleh karena itu sayap 2 tidak boleh bertentangan dengan sayap 1, apalagi kalau sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar akidah-syariah agama dan sunnah pondok. c. Sayap satu dijaga oleh kyai utama dan dibantu oleh kiai-kiai dan ustadz

yang telah dinilai kemampuan ilmu agamanya oleh kyai utama. Para pembantu kyai utama ini adalah juga santri-santri dari kyai utama. Sayap 2 dijaga oleh kyai-kyai muda, ustaz dan santri. Semua kerja sayap 2, bahkan semua perilaku warga pesantren harus memperoleh restu dari kyai utama, atau setidak-tidaknya diperbolehkan atau tidak dilarang oleh kyai utama. d. Kyai utama merupakan pimpinan spritual dan tokoh kunci pesantren.

Kedudukan, kewenangan, dan kekuasaannya amat kuat. Hubungan antarsantri, dan antara santri dan pimpinan (kiai, ustaz, dan pengurus) bersifat kekeluargaan dan penuh hormat.

e. Pembagian kerja antar unit-unit kerja sering kali kurang tajam dan banyak terdapat kesamaan. Misalnya antara unit yang mengurusi pendidikan dan pengajaran dengan unit yang mengurusi pengajian, kehumasan, kemasyarakatan, kesejahteraan santri, dan sebagainya sering kali mempunyai tugas yang sama.

f. Gaya kerja dalam struktur organisasi pesantren pada umumnya masih merupakan garis lurus ke atas, artinya setiap unit kerja bergantung pada atasan langsung. 10

D. Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren

Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan yang biasa di kenal dengan istilah “lillahi ta’ala”. Konsep tersebut menjiwai hampir semua aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut pada masalalu banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi dengan kemampuan manajemen modern tampak kurang beraturan dan kurang efisien.

Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan profesionalisme

(13)

yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal dan utuh yaitu idealism-profesionalisme. Dengan kombinasi konsep manajemen yang ideal tersebut diharapkan akan tetap dapat mempertahankan eksistensi pondok pesantren di satu sisi, serta dapat menigkatkan daya kompetitif pesantren dalam era global di sisi lainya. Kombinasi tersebut dapat menghasilkan konsep manajemen pondok pesantren denggan karakteristik baru yang ideal. Selain itu juga dapat disebut sebagai Manajemen Berbasis Pondok Pesantren (MBPP). Dengan MPBB baru tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan karakteristik pondok pesantren yang efektif.11

Karakteristik MBPP baru tersebut dapat dianalisis dengan pendekatan system yaitu dari segi imput-proses-output. Hal itu didasari atas pemikiran bahwa pondok pesantren merupakan suatu sistem sehingga menguraikan karakteristik MBPP juga didasarkan pada proses output yang dapat menunjang perkembangan pondok pesantren secara keseluruhan.12 Dimana karakteristik tersebut ditandai

dengan adanya pondok pesantren yang didasarkan pada input maupun ouput yang ada.13 Uraian berikut dimulai dari output dan di akhiri dengan input mengingat

output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangakan proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari pada output, dan input memiliki tingkatan kepentinggan dua tingkat lebih rendah dari pada output.

1. Output yang diharapkan

Output pondok pesantren harus memiliki prestasi pondik pesantren yang dihasilkan oleh proses pendidikan dan pembelajaran serta manajemen di pondok pesantren.

Output pondok pesantren dikelompokan menjadi empat macam: a. Output berupa prestasi penggetahuan akademik keagamaan. b. Output berupa prestasi penggetahuan akademik umum. c. Output berupa prestasi keterampilan atau kecakapan hidup. d. Output berupa prestasi dalam bidang non akademik.

2. Input podok pesantren

Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif diantaranya adalah memiliki input dengan karakteristik sebagai berikut.

a. Adanya kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.

11 Sholih Fikri, Sistem Mnajenem pendidikan dan Pengelolaan Pondok Pesantren dalam http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-manajemen-pendidikan-dan.html. Diunggah pada 01 April 2014 pukul 07.28 WIB

12 MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,cet. 1(Jakarta: Media Nusantara 2008,). hlm. 19.

(14)

11

b. Sumber daya tersrdia dan siap.

c. Staf yang kopeten, berdedikasi tinggi dan berakhlakul karimah. d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi.

e. Focus pada pelanggan khususnya para santri.

f. Adanya imput manajemen yang memadai untuk menjalankan roda pondok pesantren.

E. Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren

Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pondok pesantren dalam hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:

1. Potensi pendidikan.

2. Penggembangan masyarakat.

Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan Sunan Ampel. Terkait denggan sistem pengelolaan pondok pesantren dalam interaksinya denggan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi, kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah satu bentuknya adalah pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan mulai tingkat SD, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum sertaperangkat keterampila yang dirancang secara systematic dan itegralistik.

Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah Aliyah Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan pesantrenpun cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial. Dan pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan menjadi penopong berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non formal juga.14

Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikanya denggan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada

(15)

sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern..15

Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan konvensional denggan membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan semata.

Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen Agama yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu sendiri.

Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan denggan pengelolaan keuanggan pesantren.16

Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah penggurusan dan pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik individual maupun lembaga. Dalam penyusunan anggaran memuat pembagian penerimaan dan pengeluaran anggaran rutin dan anggaran pembanggunan serta anggaran incidental jika perlu

Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:

1. Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai denggan kebutuhan 2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program 3. Terbuka dan transparan

4. Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam negeri sejauh hal ini di mungkinkan17

Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri dengan membentuk komite pesantren yang dapat memberikan pertimbanggan dan membantu menggontrol kebijakan program pesantren termasuk penggaliaan dan penggunaan keuanggan pesantren.

15 M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003).hlm.14-15.

16 MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2008), hlm. 77.

(16)

13

Selanjutnya pihak pesantren bersama komite pesantren pada setiap tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran pendapatan dan belanja pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi penggelola pesantren melaksanakan menejemen keuanggan yang baik hal-hal yang perlu di muat dalam RAPBP antara lain:

a. Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan, meliputi:

1) Konstribusi santri.

2) Sumbanggan dari individu dan organisasi. 3) Sumbanggan dari pemerintah bila ada. 4) Dari hasil usaha.

b. Rencana dalam satu tahun yang bersangkutan

Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun anggaran perlu di rencanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik. Penggunaan uang pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang berkaitan denggan kebutuhan penggelolaan pesantren, temasuk dana operasional harian, penggembangan sarana dan prasarana pesantren, infaq semua petugas pesantren, dana kerja sama, dan bahkan dana praktis lain-lainya perlu di rencanakan denggan baik.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja pesantren adalah menerapkan prinsip anggaran berimbang artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus seimbang diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus.

Denggan RAPBP yang berimbang maka kehidupan pesantren akan menjadi solid dan benar-benar kokoh dalam keuanggan yang akan menjadi kunci dari kemendirian bagi kehidupan pesantren. Bila hal ini tercapai, kredibilitas pesantren di mata masyarakat akan tinggi dan terpercaya. Melalui RAPBP juga maka sentralisasi penggelolaan keuanggan terfokus pada bendaharawan pesantre. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mempermudah pertanggung jawaban keuanggan. Setiap penggunaan keuanggan perlu dilakukan melalui pengajuan keuanggan secara tertulis,dan sedapat mungkin hanya program-program yang termasuk dalam perencanaan keuangan saja yang di danai. Agar mudah pengawasanya.

(17)

a) Pada setiap akhir tahun anggaran bendaharawan harus membuat laporan keunggan kepada komite pesantren untuk di cocokan dengan RAPBP.

b) Laporan keuanggan harus di lampiri bukti-bukti penggeluaran yang ada, termasuk bukti penyetoran pajak (PPN dan PPh) bila ada.

c) Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan honorarium atau bantuan atau bukti penggeluaran yang lain yang sah. d) Neraca keuanggan juga harus di tunjukan untuk di periksa oleh tim bertanggung jawaban keuanggan dari komite pesantren.18

(18)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

1. Manajemen pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren

Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan figure kyai. Kyai dalam pesantren merupakan figure pesantren sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya denggan dua faktor :

 Pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar

pada karisma serta hubungan yang bersifat patemalistik. Kebanyakan pesantren menganut pola mono manjemen dan mono administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenanggan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi.

 Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga bukan

komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri skaligus pengasuh pesantren sanggat besar dan tidak bisa di ganggu gugat. Faktor nasab atau keturnan juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak ( istilahnya putra mahkota) yang di percaya pada komponen pesantren yang berani memprotes. Sistem seperti ini kerap kali menggundang sindiran bahwa pesantren seperti kerajaan kecil.

2. Elemen-elemen pesantren meliputi lima elemen dasar yaitu; kyai, santri, podok, mesjid dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering disebut dengan kitab kuning.

3. Dalam struktur organisasi pesantren peran kyai sangat menonjol, kyai sering kali menempapti atau bahkan ditempatkan sebagai pemimpin tunggal yang mempunyai kelebihan (maziyah) yang tidak dimiliki oleh masyarakat pada umumnya.

(19)

4. Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan yang biasa di kenal dengan istilah “lillahi ta’ala”. Konsep tersebut menjiwai hampir semua aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut pada masalalu banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi dengan kemampuan manajemen modern tampak kurang beraturan dan kurang efisien.

5. Pengelolaan model pendidikan pondok pesantren dalam hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:

1. Potensi pendidikan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Dawam, A inurrofiq dan Ta’rifin, Ahmad. 2008. Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, Jakarta:PT. Lista Farika Putra.

Ghazali, M. Bahri. 2001. Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.

Hanifah, Evi. 2013. Manajemen Pondok Pesantren, (Pola Manajemen Pondok

Pesantren Tradisional), dalam

https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-pondok-pesantren-pola-manajemen-pondok-pesantren-tradisional/.

Laili, Ismi Nur. 2015. Sistem Manajemen Pondok Pesantren, dalam http://isminurlailil27.blogspot.co.id/2015/12/sistem-manajemen-pondok-pesantren.html.

Manullang, M. 1996. Dasar – dasar Manajemen, Jakarta : Ghalia Indonesia. Masyhud, M. Sulthon dan Khusnurridlo, M. 2003. Manajemen Pondok Pesantren,

Jakarta: Diva Pustaka.

Mauliedia, Sophie. 2011. Manajemen Pendidkan Pondok Pesantre, dalam

http://rascalshelvy.blogspot.co.id/2011/06/manajemen-pendidikan-pondok-pesantren.html

Maunah, Binti. 2011. Landasan Pendidikan , Yogyakarta: Teras.

Sholih Fikri, Sistem Mnajenem pendidikan dan Pengelolaan Pondok Pesantren dalam http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-manajemen-pendidikan-dan.html.

Yacub, M. 2006. Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa, Bandung:PT. Angkasa

Referensi

Dokumen terkait

Keterbatasan sumber dana Pondok Pesantren Miftahul ‘Amal di Blora tersebut mengharuskan kyai dan pengurus pondok mengalokasikan biaya secermat mungkin dengan tetap berprinsip

52 Dhofier, Op.cit.. pondok pesantren, umumnya tokoh-tokoh tersebut adalah alumni dari pesantren. Para kyai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam, seringkali di

Oleh karena itu, bila di pesantren kyai adalah sentral dan simbol kekuatan yang kokoh, maka di lembaga pendidikan modern (sekolah dan universitas) kekuatan utamanya adalah pada

Keterbatasan sumber dana Pondok Pesantren Miftahul ‘Amal di Blora tersebut mengharuskan kyai dan pengurus pondok mengalokasikan biaya secermat mungkin dengan tetap berprinsip

Terlebih lagi pesantren salafiyah yang tidak memiliki lembaga pendidikan formal didalamnya, maka tidak mendapatkan dana operasional dari pemerintah, jadi pesantren salafiyah

Pondok pesantren sebagai lembaga/organisasi pendidikan yang terdiri dari beberapa kumpulan orang seperti: kyai sebagai pimpinan atau pengasuh, pengurus pesantren, asatidz

(cantrik dan santri), kehadiran seorang guru atau kyai, keberadaan bangunan yang sebenarnya, dan kegiatan yang mengajar. Pesantren adalah lembaga berbasis masyarakat

dan penyelenggara institusi. Sedangkan yang termasuk pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri. Jadi suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila