• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "7 Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

7 Kelas Kata

Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu benda, bentuk

benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret.dalam bahasa Indonesia kata benda

(nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda

terdiri dari 2 jenis, yaitu :

1. Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dll.

2. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :

1. Verba + (-an) contoh: Makanan.

2. (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.

3. (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.

4. (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.

Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat

dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.

2. Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur

yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.

Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa

afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks atau

turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :

(2)

2. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem.

Beberapa bentuk verba turunan :

1. Verba berafiks : berbuat, terpikirkan, dll.

2. Verba bereduplikasi : bangun-bangun, ingat-ingat, dll.

3. Verba berproses gabungan : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.

4. Verba majemuk : cuci mata, cuci tangan, dll.

Kata Sifat (Adjektifa)

Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau

kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan

kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.

Ciri-ciri Kata Sifat

1. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna paling.

2. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat & cukup.

3. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- + redupliasi (pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dll.

Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat

1. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.

2. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.

3. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:

4. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.

5. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras kepala,baik hati, dll.

Kata Ganti (Pronomina)

Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.

Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:

(3)

1. Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.

2. Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.

3. Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu.

4. Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian, Anda, kau/engkau.

5. Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia.

6. Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka, beliau.

2. Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, misal: “buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”,dsb.

3. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb.

4. Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,”waktu”.

5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.

6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal: masing-masing, sesuatu, para, dsb.

Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat,

dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata

keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu lokasi, misal: di sini, di situ, dll.

2. Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanati, lusa, dll

3. Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.

4. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.

(4)

Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu

yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata bilangan tentu, contoh: satu, dua, tiga, dst.

2. Kata bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dll.

3. Kata bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap.

4. Kata bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta.

5. Kata bilangan pecahan, contoh: separuh setengah, sebagian, dll.

6. Kata bilangan ordinal/giliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dst.

Kata Tugas

Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata

tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat

transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan

bentuk. Kata-kata seperti :

dengan

,

telah

,

dan

,

tetapi

dan sebagainya tidak bisa mengalami

perubahan. Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya

sangat terbatas, misalnya:

tidak

,

sudah

kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi

menidakkan

&

menyudahkan

.

Ciri-ciri Kata Tugas

Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk

membentuk kata lain. Jika verba

datang

dapat diturunkan menjadi

mendatangi

,

mendatangkan

&

kedatangan

. Bentuk-bentuk seperti

menyebabkan

dan

menyampaikan

tidak

diturunkan dari kata tugas

sebab

&

sampai

tetapi dari nomina

sebab

dan verba

sampai

yang

membentuknya sama tapi kategorinya berbeda.

Jenis-jenis Kata Tugas

 Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda),

misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari kantor.

 Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa yang

sederajat, misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi (kata sambung) dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

(5)

2. Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik .... maupun, tidak .... tetapi.

3. Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh : Biapun begitu, akan tetapi ....

4. Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok, yaitu:

1. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.

2. Konjungsi subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau.

3. Konjungsi subordinatif pengandaian : seandainya, seumpama.

4. Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, sekalipun.

5. Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seperti.

6. Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh sebab.

7. Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai.

8. Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa.

9. Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa.

10. Konjungsi subordinatif komplementasi : bahwa.

11. Konjungsi subodinatif atribut : yang

12. Konjungsi subordinatif perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari.

 Artikula (kata sandang): ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi

makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang umum yang terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang, hang, dang. Kata-kata sandang seperti

sang, hang, dang banyak ditemui dalam kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata sandang sang. Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk mengagungkan atau untuk menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa kelompok artikula, yaitu:

1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar : sang, hang, dang, sri.

(6)

dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-guru.

3. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, tergantung pada konteks kalimat.

 Interjeksi (kata seru): ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam-macam kata

seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah :

1. Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.

2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa', kasihan, dll.

3. kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu : ya ampun, demi Allah, Insya Allah, dll.

 Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa responden pada kelompok kontrol yang memiliki pencahayaan tidak memenuhi syarat tetapi tidak menderita penyakit TB paru BTA positif, berdasarkan informasi yang

4514 yang dihubungkan ke WeMos Sensor sebagai mikrokontrolernya. Kemudian, hasil pembacaan tersebut digunakan untuk masukan sistem kontrol otomatis intake fan dan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian air buah nenas terhadap ayam petelur afkir dapat menurunkan persentase lemak abdominal, meningkatkan

Dapat disimpulkan bahwa hasil analisis kandungan unsur dan pengotor di dalam paduan U-Zr-Nb dengan menggunakan kedua teknik XRF dan AAS terlihat bahwa hasil analisis

Format / register SIP lembar 1 yang berisi jumlah ibu hamil, jumlah ibu hamil diperiksa dan mendapat tablet Fe, jumlah yang menyusui, jumlah yang

Dari segi yuridis, kredit dan pembiayaan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

Kacang Pedang Kejaksaan Kec.Gerunggang Kota Pangkalpinang.. Ekonomi

Selain kontraksi kinerja usaha pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan dan sektor pertambangan & penggalian, penurunan SBT kegiatan