MAKALAH
PAJAK ATAS JASA PERHOTELAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu
ZEIN MUTTAQIN, S.E.I.,M.A
Disusun Oleh : ERLINAWATI (13423121) DIFA ARYANTI (13423142)
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bertema “Pajak Hotel” makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh Bapak Zein Muttaqin, S.E.I., M.A.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kesalahan mendasar pada makalah ini. Oleh sebab itu, penyusun berharap kritik dan saran yang membangun sebagai bentuk perbaikan pada makalah ini. Akhir kata, penyusun mengucapkan terimakasih bagi seluruh pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Yogyakarta, 15 Desember 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Manfaat ... 3
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4
2.1. Pengertian ... 4
2.2. Fungsi Pajak ... 4
2.3. Produk dan Jasa Hotel ... 4
2.4. Subjek Pajak Hotel ... 5
2.5. Objek Pajak Hotel ... 6
2.6. Bukan Objek Pajak Hotel ... 6
2.7. Jatuh Tempo dan Tata Cara Pembayaran ... 6
2.8. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 7
2.9. Tarif Pajak ... 7
2.10. Tata Cara Perhitungan Pajak ... 8
2.11. Kriteria Jasa Perhotelan yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai .. 8
BAB III PENUTUP ... 10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam praktik perpajakan yang tengah hangat didengungkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, perbedaan persepsi masyarakat bukanlah hal yang tidak mungkin. Seringkali suatu aturan pajak mudah dipahami dan diaplikasikan dengan benar, namun tidak jarang dapat menimbulkan persepsi yang berbeda apabila terdapat kata atau kalimat yang mempunyai kemiripan namun ternyata mempunyai perlakuan yang berbeda.
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah. Pembangunan nasional di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dari adanya pembangunan daerah. Biaya pembangunan daerah berasal dari penerimaan daerah yag berasal dari beberapa sumber, seperti pajak daerah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar pajak.
Pajak daerah adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Oleh sebab itu ppaajk daerah harus dikelola secara professional dan tranpasaran dalam rangka optimalisasi dan usaha meningkatkan kontribusinya terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Jenis pajak kabupaten/kota menurut UU No.28 Tahun 2009 tentang pajak Daerah daRetribusi adalah: (1) pajak hotel, (2) pajak restoran, (3) pajak hibran, (4) pajak reklame, (5) pajak penerangan jalan, (6) pajak mineral bukan logam dan batuan, (7) pajak parkir, (8) pajak air tanah, (9) pajak sarang burung walet , (10) PBB perdesaan dan perkotaan dan (BPHTB). Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan berkembagnya bisnis pariwisata adalah pajak hotel.
Pajak hotel merupakan pajak daerah dimana penerimaan pajak ini cukup material untuk menunjang pendapatan asli daerah. Pajak hotel adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan hotel. Hotel secara tidak langsung memberikan bentuk apresiasi kepada pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahan, bentuk dari apresiasi tersebut adalah pemenuhan kewajiban perpajakan daerah. Merupakan suatu mutualisme apabila wajib pajak hotel memenuhi kewajiban perpajakan, hal ini dikarenakan pajak tersebut nantinya sebagian akan dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang dapat menunjang peningkatan potensi-potensi penerimaan hotel itu sendiri walaupun hotel tidak akan menerima kontraprestasi secara langsung dari pembayaran pajak. Hal tersebut merupakan fungsi bedgetair dari pajak yaitu sebagai sumber dana pemerintah daerah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya dalam rangka mengatisipasi dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
3. Bagaimana perhitungan untuk pajak hotel? 1.3 Tujuan:
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka makalah memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dari pajak
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian
Pajak adalah iuran atau pungutan wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin Negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Namun secara logika masyarakat tersebut mempunyai dampak secara langsung terhadap kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan jalan, jembatan, dan tempat-tempat umum lainnya (Suprianto, 2011).
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
Menurut Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 02 Tahun 2002, Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
2.2 Fungsi Pajak
Pada umumnya pajak memiliki fungsi tersendiri bagi perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat untuk kesejahteraan umum. Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011) dibagi menjadi dua fungsi yaitu:
a. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai seumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi Regulered
Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (Walakandou, 2013).
2.3 Produk Dan Jasa Hotel
Menurut Kotler, Bowen dan Maken (1999, p. 13) produk hotel dibedakan menjadi tiga, antara lain:
1. Rooms: single, double, suites, poolsides, cabana;
2. Food and Beverages: minibars, poolside lounges, in-room services, vending machine,
restaurant, cocktail lounge;
3. Special services: executive centre, tour desk, fitness centre.
Selanjutnya, menurut McCleary, Weaver dan Lan (1994, p. 55), atribut- atribut hotel adalah kriteria- kriteria umum dalam pemilihan sebuah hotel yang sama pentingnya dengan aspek keamanan dan keselamatan termasuk tersedianya fasilitas dan pelayanan lainnya yang lebih spesifik. Dapat disimpulkan produk hotel yang berupa fisik dan jasa atau pelayanan, serta termasuk juga tempat, orang, organisasi, kegiatan dan ide juga bisa dikatakan sebagai atribut-atribut yang dimiliki oleh hotel. Atribut hotel dibagi menjadi 12, yaitu:
1. Fasilitas dan layanan bisnis (business services and facilities)
2. Fasilitas keamanan (security facilities)
Antara lain terdiri atas: kunci ganda, lubang pengintai, kamera pengamatan, kunci rantai, penerangan yang baik pada jalan masuk, penerangan yang baik pada area parkir, sistem penyemprot air, kunci elektronik.
3. Fasilitas dasar (basic facilities)
Antara lain terdiri atas: matras dan bantal yang nyaman, pemeliharaan furniture, kualitas handuk yang baik, kebersihan, reputasi hotel yang baik.
4. Layanan p ribadi (personal services)
Antara lain terdiri atas: layanan valet, layanan laundry, room service, layanan bell staff, safety box di dalam kamar, layanan wake-up call.
5. Tambahan cuma-cuma (free extras)
Antara lain terdiri atas: sarapan pagi kontinental, panggilan telepon lokal, tidak ada tambahan biaya untuk panggilan jarak jauh, koran, bar dan lounge.
6. Kenyamanan fasilitas makan (convenient eating facilities)
Antara lain terdiri atas: vending machine, snack bar, restoran keluarga, game room.
7. Program penghargaan hotel (hotel reward program)
Antara lain terdiri atas: program hotel bagi pelanggan yang sering menginap di hotel.
8. Kekhasan kamar hotel (room special feature)
Antara lain terdiri atas: meja atau area kerja, kamar bebas rokok, penerangan yang baik, rekomendasi dari biro perjalanan, kenyamanan untuk bisnis.
9. Fasilitas bandara atau pertemuan (airport or meeting hotel)
Antara lain terdiri atas: kenyamanan perjalanan ke bandara, fasilitas pertemuan, layanan banquet
10.Harga murah (low price)
Antara lain terdiri atas: harga murah, restoran yang enak. 11.Periklanan dan parkir (advertising and parking)
Antara lain terdiri atas: impressive advertising, onpremises parking 12.Fasilitas fitness (fitness facilities/recreational facilities)
Antara lain terdiri atas : fasilitas kebugaran dan rekreasi. (Ruly Naftali lesmana, Damian Dionisius, 2007)
2.4 Subjek Pajak Hotel
(Prakosa, 2005) Subyek pajak daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak. Berkaitan dengan pajak hotel maka yang dimaksud dengan subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel. Sedangkan yang dimaksud dengan Wajib Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan membayarkan pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu.
2.5 Objek Pajak Hotel
Dalam bukunya (Prakosa, 2005) dijelaskan objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran, termasuk:
1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek
2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan.
3. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum.
4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan dihotel. 2.6 Bukan Objek Pajak Hotel
Sedangkan yang tidak termasuk objek pajak hotel adalah:
1. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan/ atau fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu denga hotel.
2. Pelayanan tinggal diasrama, dipondok pesantren
3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan dihotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran
4. Pertokoan, perkantoran, perbankan salon yang dipergunakan oleh umum di hotel
5. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.
Sehubungan dengan objek pajak yang telah diuraikan diatas dimana semuanya diatur dalam pasal 2, maka pada pasal 3 dinyatakan bahwa yang menjadi Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran di hotel. Wajib Pajak Hotel adalah pengusaha hotel yang dalam hal ini menerima sejumlah pembayaran. Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud wajib pajak untuk pajak hotel adalah orang atau badan yang membayar atas pelayanan hotel dan pengusaha hotel. Dimana pembayar hotel merupakan wajib pajak tidak langsung, sedangkan bagi pengusaha hotel merupakan wajib pajak langsung karena merupakan wajib pungut. Pengusaha hotel itu berkewajiban menyetorkan Pajak Hotel ini ke kas daerah.
Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan Dasar untuk menghitung Pajak yang terutang. Dasar Pengenaan Pajak dalam Pajak Hotel ini adalah jumlah pembayaran yang dilakukan penyewa ataupun pengguna kepada hotel.
Berdasarkan Pasal 35 UU No 28 Tahun 2009 mengenai Pajak Daerah dan Resribusi Daerah, disebutkan bahwa Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi adalah sebesar 10 % (sepuluh persen) dan selanjutnya tarif tersebut akan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pokok pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak (10%) terhadap dasar pengenaan pajaknya. Dalam tata cara pemungutan Pajak, Pengusaha Hotel harus menambahkan Pajak Hotel atas pembayaran pelayanan di Hotel dengan mengenakan tarif pajak. Apabila dalam pembayaran pelayanan di Hotel, pengusaha tidak menambahkan pajak atas pembayaran pelayanan maka dalam jumlah pembayaran dianggap telah termasuk Pajak Hotel (Widuri, 2008).
2.6 Jatuh Tempo dan Tata Cara Pembayaran
Dalam pelaksanaannya, saat jatuh tempo pembayaran pajak ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah sesuai
jenis, isi dan ukuran Surat Setoran Pajak Daerah(SSPD) ditetapkan oleh Kepala Daerah Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas namun dalam kasus tertentu, Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur pajak terutang dalam jangka waktu tertentu, setelah Wajib Pajak memenuhi persyaratan yang ditentukan ; Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berurutan sesuai ketentuan yang berlaku, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar; Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar ; Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran pajak serta tata cara pembayaran angsuran dan ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2.7 Tata Cara Pemungutan Pajak
Tata cara pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2011:6) terdiri dari: 1. Stelsel nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelahpenghasilan riil diketahui).
1. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun di anggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak yang berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
2. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sabaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali. 2.8 Tarif Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsur, yaitu tarif pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau presentase tertentu. Tarif pajak dibedakan menjadi:
1. Tarif Tetap: tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapun jumlah pengenaan pajak.
2. Tarif Proposional / Sebanding: tarif berupa presentase tertentu yang sifatnya tetap terhadap berapa pun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar dasar pengenaan pajak maka semakin besar pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan secsara proposional atau sebanding.
4. Tarif Degresif / Menurun: tarif berupa presentase tertentu yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. (SevRitni Pasulu, Heince R.N Wokas, 2015)
2.9 Tata Cara Perhitungan Pajak Hotel
Besarnya pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak hotel adalah sesuai dengan rumus. (Pawiloi, 2014)
Pajak Terutang=Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
Contoh perhitungan pajak Hotel adalah pajak di hitung sendiri oleh wajib pajak ( selft assessment), misalnya:
Hotel x mendapat omset dalam satu bulan sebesar Rp. 80.000.000,-
Jadi pendapatan Hotel x sebesar Rp.80.000.000,-
Dan tarif pajak Hotel yang ditetapkan pemerintah daerah sebesar 10% maka besaran pajak terutang yang harus dibayar oleh pengusaha Hotel ke kas daerah adalah sebagai berikut:
Masa pajak tanggal 1 s/d 30 januari
Dasar pengenaan pajak (jumlah pembayaran Rp.80.000.000,- yang di terima)
Tarif pajak (perda No 1 tahun 2013)10%
Rp.80.000.000,-x10%=Rp.8.000.000,-
Besarnya pajak yang harus dibayar oleh Hotel x adalah sebesar Rp.8.000.000,-
2.10 Kriteria Jasa Perhotelan Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
Selama ini jasa perhotelan masuk salam objek pajak pembangunan yang dipungut ileh pemerintah daerah. Pada prakteknya sering terdapat kesalahpahaman mengenai pemungutan pajak jasa perhotelan. Dengan demikian, PMK No. 43/2015 ini diterbitkan selain untuk mempertegas kelompok jasa yang dikenai PPN, juga untuk menghindari tumpang tindih pemungutan pajak pada bidang usaha jasa perhotelan
Kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN meliputi jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap, dan jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hotel. Yang dimaksud dengan tambahannya pada jasa penyewaan kamar adalah semua fasilitas penunjang yang terkait secara langsung dengan jasa penyewaan kamar, antara lain pelayanan kamar (room service), air conditioning, binatu (laundry and dry cleaning), kasur tambahan (extrabed), funiture dan perlengkapan tetap, telepon, brankas (safety box), internet, televisi satelit/kabel, dan juga minibar.
Jasa perhotelan yang tidak termasuk dalam kelompok yang dikenai PPN adalah sebagai berikut:
1. Jasa penyewaan ruangan untuk selain kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel, di antaranya adalah penyewaan ruangan untuk Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kantor, perbankan, restoran, tempat hiburan, karaoke, apotek, toko retail, dan klinik,
2. Jasa penyewaan unit dan/atau ruangan, termasuk tambahannya diapartemen, kondominium, dan sejenisnya, serta fasilitas penunjang terkait lainnya, dan
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Pajak adalah iuran atau pungutan wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin Negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Namun secara logika masyarakat tersebut mempunyai dampak secara langsung terhadap kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan jalan, jembatan, dan tempat-tempat umum lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
Pada umumnya pajak memiliki fungsi tersendiri bagi perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat untuk kesejahteraan umum. Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011) dibagi menjadi dua fungsi yaitu: fungsi budgetair dan fungsi regulered
Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi
Daftar Pustaka
Buletin VSL Legal, edisi 23, Mei 2015
Pawiloi, A. M. (2014). Analisis kontribusi pajak reklame dan pajak hotel terhadap pendapatan asli
daerah kota makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.
Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 02 Tahun 2002
Prakosa, K. B. (2005). Pajak dan Retribusi Daerah . Yogyakarta: UII Press.
Ruly Naftali lesmana, Damian Dionisius. (2007). Analisa perbandingan harapan businesswoman dan bisinessmen dalam pemilihan sebuah hotel ditinjau dari segi atribut hotel dan penggunaan amenities hotel. manajemen perhotelan, 1-17.
SevRitni Pasulu, Heince R.N Wokas. (2015). Analisis perhitungan dan pemungutan pajak restoran dan pajak hotel di dinas pendapatan daerah kota bitung. EMBA, 1008-1015.
Suprianto, E. (2011). Perpajakan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Walakandou, R. J. (2013). Analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di
Kota Manado. EMBA, 723.
Widuri, R. (2008). Pajak Atas Jasa Bidang Perhotelan. Manajemen Perhotelan, 67-71.
www.dpp.jakarta.go.id/pajak-hotel/ diakses pada 15 Desember 2016