BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross sectionalbertujuan untuk mengetahui hubunganumur, jumlah anak, pengetahuan
dan dukungan suami terhadap rendahnya keikutsertaan dalam penggunaan MKJP pada wanita pasangan usia subur di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Juli 2017. 3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Penentuan besar sampel menggunakan rumus Lameshow (1997) sebagai berikut:
Keterangan:
= Besar Sampel
= Nilai distribusi normal baku pada α 5% sebesar 1,96
= Nilai distribusi normal baku pada β 10% sebesar 1,282
= Proporsi pemakaian MKJP sebelumnya 50% (0,5)
= Proporsi pemakaian MKJP yang diharapkan 70% (0,7)
3.5 Tehnik Pengambilan Sampel
Penarikan sampel dari masing-masing alat kontrasepsi yang digunakan dilakukan secara acak sederhana (tehnik random sampling) dimana semua individu dalam populasi, baik secara sendiri atau bersama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Notoatmodjo, 2010).
1. Kriteria Inklusi:
a. Akseptor merupakan peserta KB aktif
b. Pengguna Non MKJP yang belum pernah menggunakan MKJP 3.6 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu : 1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan
jumlah wanita pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi MKJP dan Non MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin dengan menggunakan instrument berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Data sekunder penelitian diperoleh dari laporan-laporan, catatan atau dokumen dari Petugas Lapangan KB (PLKB). Data yang didapat adalah jumlah penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang dan non jangka panjang bulan November 2016.
3.6 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan(Notoatmodjo, 2010).
3.6.1 Variabel Dependen
dan tingkat kelangsungan pemakaiaannya yang tinggi dengan angka kegagalan yang rendah seperti (IUD, Implan, MOW).
Pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang dikategorikan atas : 1. MKJP
2. Non MKJP
3.6.2 Variabel Independen
No Variabel Defenisi Operasional
Angket Kuesioner Dikelompokkan berdasarkan
Angket Kuesioner 1.≤2 anak 2.>2 anak
Ordinal
3 Pengetahuan Pengetahuan adalah Segala tahu yang dimiliki wanita pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi
Angket Kuesioner Dikelompokan berdasarkan
Angket Kuesioner Dikelompokan berdasarkan kategori: 1.Mendukung
3.7 Aspek Pengukuran
1. Umur
Umur dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan penggunaan kontrasepsi rasional menurut umur (Pinem, 2009).
a. <20 tahun. b. 20-30 tahun. c. >30 tahun. 2. Jumlah Anak
Jumlah anak didalam satu keluarga. Selanjutnya dari hasil pengukuran jumlah anak hidup dikategorikan berdasarkan tujuan Program Keluarga Berencana (BKKBN, 2014).
a. Sedikit (Apabila wanita pasangan usia subur mempunyai anak ≤2). b. Banyak (Apabila wanita pasangan usia subur mempunyai anak >2). 3. Pengetahuan
Pengetahuan diukur melalui jawaban kuesioner, pertanyaan yang di ajukan adalah 30 pertanyaan. Setiap jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan jawaban yang salah akan diberi skor 0. Total skor maksimal 30 dan total skor minimal adalah 0.
Variabel pengetahuan memiliki skor tertinggi 30 dan nilai terendah 0. Berdasarkan kriteria di atas maka dapat di kategorikan tingkat pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut :
b. Kurang, apabila total nilai <50% dari total skor yang diperoleh <15 skor total yang benar dari 30 pertanyaan (Effendi, 2012).
4. Dukungan Suami
Dukungan suami diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara memberi skor pada 3 pertanyaan, dengan sistem skor: 1 untuk jawaban Ya, dan 0 untuk jawaban Tidak. Variabel dukungan suami memiliki skor tertinggi 3 dan nilai terendah 0. Berdasarkan kriteria di atas maka dukungan suami dikategorikan : a. Mendukung jika total skor responden >50% dari total skor yang diperoleh ≥2 b. Tidak mendukung jika total skor responden <50% dari total skor yang
diperoleh <2
3.8 Teknik Analisis Data
1. Analisis Univariat
Untuk menggambarkan (mendeskripsikan) masing – masing variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.
2. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen yang meliputi umur, jumlah anak, pengetahuan dan dukungan suami dalam penggunaan MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 dengan menggunakan uji chi-square yaitu dengan derajat kepercayaan 95 %, α = 0,05.
2. Ho diterima jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variable dependen.
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir butir pertanyaan pada kuesioner pada sampel penelitian harus diuji validitas dan reliabilitas melalui uji Pearson Correlation. Responden yang dijadikan uji coba adalah 62 wanita pasangan usia subur yang berada di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beingin.
Untuk menginterpretasikan hasil statistik uji validitas dipergunakan nilai dari Corected item – total correlation yang dibandingkan dengan nilai dari Corected item – total correlation lebih besar dari rtabel (0,250). Sedangkan menginterprestasikan hasil statistik uji reliabilitas dipergunakan Cronbach Alpha. Dikatakan reliabel jika nilai dari Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2005 dan Kuncoro, 2003).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Mangga Dua berada pada ketinggian antara+ 5 m – 7 m diatas permukaan laut berada pada wilayah dataran rendah, beriklim tropis dengan suhu minimum antara 26º C – 28º C. Desa Mangga Dua salah satu Desa yang berada di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Secara Geografis Desa Mangga Dua memiliki luas 621 Ha, terdiri dari 4 Dusun yaitu Dusun I yang mempunyai luas 160 Ha, Dusun II 162 Ha, Dusun III 165 Ha dan Dusun IV dengan luas 144 Ha.
Secara geografi maka batas-batas Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sei Rejo Kecamatan Sei Rampah - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pekan Kecamatan Tanjung
Beringin
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Suka Jadi Kecamatan Tanjung Beringin
4.2 Gambaran Pelaksanaan dan Pencapaian Program KB
Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) adalah institusi pemerintah daerah yang bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaan dan pencapaian program KB di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin.
sebanyak 5396 orang sedangkan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 2143 orang (PLKB, 2016).
Jumlah penggunaan alat kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur menurut metode/cara yang digunakan dapat di lihat pada tabel 4.2
Tabel 4.1 Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Tanjung Beringin
No Desa IUD MOW MOP KDM Implan Suntik Pil
1 Mangga Dua 20 15 6 57 60 116 127
2 Nagur 18 27 60 240 93 216 215
3 Suka Jadi 33 12 4 35 40 57 83
4 Pematang Cermai
86 27 6 44 39 203 216
5 Tebing Tinggi 71 33 5 59 47 154 160
6 Bagan Kuala 47 16 9 25 45 61 63
7 Pematang Terang
101 54 3 28 88 116 127
8 Pekan 191 33 74 284 148 580 590
Sumber PLKB Kecamatan Tanjung Beringin November 2016
4.3 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen dan dependen dalam penelitian yang meliputi: faktor umur, faktor jumlah anak, faktor pengetahuan, dan faktor dukungan suami.
4.3.1 Karakteristik Akseptor KB Aktif
4.3.2 Distribusi Penggunaan Alat Kontrasepsi MKJP dan non MKJP yang Digunakan Wanita Pasangan Usia Subur di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin.
Untuk melihat distribusi penggunaan alat kontrasepsi MKJP dan Non MKJP yang di gunakan wanita pasangan usia subur di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penggunaan Alat Kontrasepsi MKJP dan Non MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin.
No
Penggunaan alat kontrasepsi Jumlah
N %
1 MKJP 25 40,3
2 Non MKJP 37 59,7
Jumlah 62 100,0
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas wanita pasangan usia subur menggunakan Non MKJP yaitu sebanyak 37 akseptor (59,7) dan wanita pasangan usia subur yang menggunakan MKJP sebanyak 25 akseptor (40,3). 4.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Wanita Pasangan Usia
Subur Dalam Pengggunaan Alat Kontrasepsi MKJP dan Non MKJP.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan tentang Penggunaan penggunaannya harus di minum setiap hari
56 90,3 6 9,7 2 Kelemahan pemakaian kontrasepsi Pil dapat
mengurangi produksi ASI
dilakukan sendiri harus di bantu dengan tenaga kesehatan
44 71,0 18 29,0
5 Efek samping penggunaan alat kontrasepsi Suntik bisa menaikkan berat badan
41 66,1 21 33,9 6 Alat kontrasepsi suntik merupakan suntikan
hormonal untuk mencegah kehamilan
56 90,3 6 9,7 7 Alat kontrasepsi suntik bisa mengakibatkan
terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian penggunaan
38 61,3 24 38,7
8 Alat kontrasepsi Implan merupakan alat kontrasepsi yang berjangka panjang
41 66,1 21 33,9 9 Pemasangan alat kontrasepsi Implan
dipasangkan di bokong
41 66,1 21 33,9 10 Penggunaan kontrasepsi Implan efektif selama
3-5 tahun
40 64,5 22 35,5 11 Kegunaan Implan adalah tidak mempengaruhi
ASI
30 48,4 32 51,6 12 Implan di pasang pada lengan kiri 33 53,2 29 46,8 13 Kontrasepsi implan tidak perlu dilakukan
periksaan dalam untuk pemasangan
31 50,0 31 50,0 14 IUD/spiral merupakan alat kontrasepsi yang
masa pemakaiannya berjangka panjang
36 58,1 26 41,9 15 Alat kontrasepsi IUD/spiral yaitu alat yang cara
penggunaannya di masukkan ke dalam rahim
33 53,2 29 46,8 16 Pemasangan IUD/spiral hanya boleh dipasang
oleh petugas kesehatan yang terlatih
37 59,7 25 40,3 17 IUD/spiral tidak mempengaruhi produksi ASI 27 43,5 35 56,5 18 IUD/spiral tidak mempengaruhi hubungan
seksual
27 43,5 35 56,5 19 IUD/spiral dapat dipasang segera setelah
melahirkan
27 43,5 35 56,5 20 IUD/spiral dapat dibuka sebelum waktunya bila
terjadi Infeksi atau pendarahan
21 IUD/spiral dapat dibuka segera ketika ibu ingin punya anak lagi
31 50,0 31 50,0 22 IUD/spiral dapat digunakan dalam waktu
jangka panjang yaitu 5 sampai 10 tahun
31 50,0 31 50,0 23 MOW (Metode Operasi Wanita) adalah
alat/metode kontrasepsi yang penggunaannya berjangka panjang
dilakukan oleh dokter yang terlatih
19 30,6 43 69,4 26 MOW (Metode Operasi Wanita) bersifat
permanen
15 24,2 47 75,8 27 MOW dilakukan harus mendapat persetujuan
suami
18 29,0 44 71,0 28 MOW (Metode Operasi Wanita) tidak boleh di
lakukan pada wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung
17 27,4 45 72,6
29 MOW (Metode Operasi Wanita) tidak boleh dilakukan pada saat ibu sedang hamil
19 30,6 43 69,4 30 MOW (Metode Operasi Wanita) tidak boleh
dilakukan apabila belum melakukan persetujuan tertulis
17 27,4 45 72,6
Berdasarkan hasil penelitian dari setiap pertanyaan yang dijawab responden menunjukkan bahwa sebesar 75,8% wanita pasangan usia subur tidak mengerti Metode Operasi Wanita (MOW) bersifat permanen. Sebesar 56,5% wanita pasangan usia subur tidak paham akan manfaat kontrasepsi IUD. Kemudian sebesar 51,6% wanita pasangan usia subur tidak tahu Implan tidak mempengaruhi ASI.
4.4 Analisa Bivariat
chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh
nilai P < 0,05.
4.4.1 Hubungan Umur, Jumlah Anak, Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin.
Untuk melihat hubungan umur, jumlah anak, pengetahuan dan dukungan suami terhadap penggunaan MKJP dan Non MKJP yang di gunakan wanita pasangan usia subur dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut.
usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP dengan rentang umur 20-30 tahun sebanyak 34 orang atau sebesar 72,4% dan wanita pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP dengan rentang umur >30 tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 20,0%.
Kemudian wanita pasangan usia subur yang menggunakan MKJP memiliki ≤2 anak sebanyak 16 orang atau sebesar 59,3% dan wanita pasangan
usia subur yang menggunakan MKJP memiliki >2 anak sebesar 9 orang atau sebesar 25,7%. Sedangkan wanita pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP memiliki ≤2 anak sebanyak 11 orang atau sebesar 40,7%
dan wanita pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP memiliki >2 anak sebanyak 26 orang atau sebesar 74,3%.
Selain itu wanita pasangan usia subur yang menggunakan MKJP berpengetahuan baik sebanyak 22 orang atau sebesar 62,9% dan wanita pasangan usia subur yang menggunakan MKJP berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang atau sebesar 11,1%. Sedangkan wanita pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP yang berpengetahuan baik sebanyak 13 atau sebesar 37,1% dan wanita pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP berpengetahuan kurang sebanyak 24 atau sebesar 88,9%.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Umur dengan Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan umur dengan keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin yaitu dapat dilihat dari 62 wanita pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi umur 20-30 tahun sebanyak 47 orang (75,8%), sedangkan wanita pasangan usia subur yang berumur diatas 30 tahun sebanyak 15 orang (24,2%).
Hasil tabulasi silang antara umur dengan penggunaan MKJP dan Non MKJP pada wanita pasangan usia subur yang memiliki umur 20-30 tahun sebanyak 13 orang (27,6%) dan >30 tahun sebanyak 12 orang (80%), sedangkan wanita pasangan usia subur yang menggunakan Non MKJP memiliki umur 20-30 tahun sebanyak 34 (72,4%) orang dan >30 tahun sebanyak 3 orang (20%). Berdasarkan hasil statistik uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang siqnifikan antara umur dengan keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan MKJP (p=0,001).
pengaruh umur responden dengan rendahnya keikutsertaan PUS dalampenggunakan MKJP. Pada penelitian Anita (2014) di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud, responden berumur >30 tahun lebih banyak memilih MKJP dibandingkan dengan responden menggunakan Non MKJP.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Pramono dan Ulfa (2012) di Semarang dimana pada penelitiannya disebutkan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemilihan kontrasepsi MKJP, sejalan dengan penelitian Anita dkk (2014) Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemilihan kontrasepsi MKJP (p=0,052). Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Friska (2015) di wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan umur ibu dengan penggunaan MKJP (p=0,203).
5.2 Hubungan Jumlah Anak dengan Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017.
Hasil tabulasi silang antara jumlah anak dengan penggunaan MKJP dan Non MKJP pada wanita pasangan usia subur yang memiliki jumlah anak ≤2 sebanyak
16 orang (59,3%) dan jumlah anak >2 sebanyak 9 orang (25,7%) kemudian wanita pasangan usia subur yang menggunakan Non MKJP dengan jumlah anak ≤2 sebanyak 11 orang (40,7%) dan dengan jumlah anak >2 sebanyak 26 orang
(74,3%). Berdasarkan hasil statistik uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang siqnifikan antara jumlah anak dengan keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan MKJP (p=0,008).
Penelitian yang sama dilakukan oleh Sri dan Desmarnita (2013)diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Matramandimana pada penelitiannya disebutkan bahwa ada hubungan antara jumlah anak dengan penggunaan MKJP dengan nilai p=0,001, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anita dkk (2014) diPuskesmas Damau Kabupaten Talaud menyatakan tidak ada hubungan jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi MKJP dengan nilai p=0,726.
Pasangan Usia Subur (PUS) usia muda dengan jumlah anak sedikit atau disebut dengan Pus Muda Paritas Rendah (Puspuren) sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan angka kelahiran saat ini dibandingkan dengan peserta KB dari Pus Usia Tua Paritas Tinggi atau disebut dengan Pustupati. Oleh karena itu pasangan yang mempunyai anak lebih sedikit atau ≤2 anak dianjurkan untuk
5.3 Hubungan Pengetahuan dengan Keikutsetaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin yaitu dapat dilihat dari 62 wanita pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi yang memiliki pengetahuan baik 35 orang (56,5%) sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 27 orang (43,5%). Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan penggunaan MKJP dan Non MKJP pada wanita pasangan usia subur yang memiliki pengetahuan kurang adalah 3 orang (11,1%) dan 24 orang (88,9%).
Hasil statistik uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang siqnifikan antara pengetahuan dengan keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan MKJP (p=0,001), artinya bahwa pengetahuan responden sangat berpengaruh untuk mendukung wanita pasangan usia subur dalam penggunaan MKJP. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Choiriah (2010) bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan MKJP dengan hasil uji nilai p<α=0,05.
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan MKJP pada wanita pasangan usia subur (p=0,348).
Pengetahuan wanita pasangan usia subur yang baik tentang hakekat program KB akan mempengaruhi mereka dalam memilih metode/alat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pemilihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih pemilihan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan (Purba, 2014). Hal ini sesuai dengan pendapat Blum dan Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa tindakan seorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawab dalam berprilaku sangat dipengaruhi oleh dominan kognitif atau pengetahuan. Tindakan kemandirian setiap individu yang lebih nyata akan lebih langgeng dan bertahan apabila hal ini didasari oleh pengetahuan yang kuat.
5.4 Hubungan Dukungan Suami dengan Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017.
Bagi seorang perempuan, suami merupakan orang penting dalam hidupnya yang akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, di antaranya adalah keputusan tentang penggunaan kontrasepsi apa yang akan digunakannya. Notoatmojo (2010) menjelaskan bahwa Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan cenderung untuk diikuti dan patuh dengan apa yang dikatannya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan dukungan suami dengan keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin yaitu mendukung 36 orang (58,0%) sedangkan tidak mendukung sebanyak 26 orang (41,9%). Hasil tabulasi silang antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP dan Non MKJP pada wanita pasangan usia subur yaitu mendukung 25 orang (69,4%) dan tidak mendukung 0 orang (0%) sedangkan penggunaan Non MKJP yaitu mendukung 11 orang (30,6%) dan tidak mendukung 26 orang (100%).
penelitian asmawarni (2012) bahwa terdapat hubungan dukungan suami dengan penggunaan MKJP pada wanita pasangan usia subur p=0,001.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri dkk (2013) dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan MKJP bahwa ibu yang mendapatkan dukungan suami akan menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapat dukungan suami. Sejalan dengan penelitian diatas hasil penelitian (Putri, 2014) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP pada wanita pasangan usia subur di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
Bentuk partisipasi suami dalam penggunaan MKJP ini sendiri adalah mendukung istri dalam memilih dan menggunakan MKJP dan memberikan kebebasan kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi tersebut. Partisipasi suami dalam program KB dan Kesehatan Reproduksi merupakan faktor yang berperan dalam mewujudkan suami yang bertanggung jawab dalam KB dan kesehatan reproduksi. Partisipasi ini akan dapat terwujud apabila berbagai informasi yang berkaitan dengan hal itu tersedia secara lengkap, apalagi kita ketahui bersama bahwa salah satu penyebab rendahnya partisipasi pria/suami dalam KB dan Kesehatan reproduksi adalah masih terbatasnya informasi khususnya bagi pasangan suami istri (BKKBN, 2011).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara umur dengan keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan MKJP dimana wanita pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi dengan rentang umur 20-30 lebih banyak menggunakan MKJP di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin. 2. Ada hubungan antara jumlah anak dengan keikutsertaan wanita pasangan
usia subur dalam penggunaan MKJP dimana wanita pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi MKJP mempunyai anak sedikit di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin.
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan MKJP dimana wanita pasangan usia subur yang menggunakan MKJP mempunyai pengetahuan baik di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin.
6.2 Saran
1. Diharapkan bagi Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) agar lebih aktif lagi dalam memberikan informasi mengenai alat kontrasepsi yang penggunaannya berjangka panjang dan mempunyai angka kegagalan yang rendah pada wanita pasangan usia subur yang usia muda dengan jumlah anak sedikit agar bisa mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak ideal. Memberikan informasi yang cukup bukan hanya kepada istri tetapi juga kepada suami, karena suami sangat berperan penting dalam menentukan penggunaan alat kontrasepsi apa yang digunakan oleh istri.