• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Standar Prosedur Operasional (SPO) Penerimaan Pasien Baru Besbasis Caring di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Standar Prosedur Operasional (SPO) Penerimaan Pasien Baru Besbasis Caring di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan Chapter III VI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

37 BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab 3 ini menjelaskan rangkaian metode yang digunakan dalam penelitian. Ada beberapa hal yang dijelaskan meliputi : (1) jenis penelitian, (2) lokasi dan waktu penelitian, (3) partisipan, (4) metode pengumpulan data, (5) definisi operasional, (6) metode analisa data, (7) pertimbangan etik, (8) tingkat keabsahan data (trusthworthiness of data).

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Action Research (AR) yang bertujuan untuk mengembangkan SPO penerimaan pasien baru di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan dengan berbasis caring. Penggunaan metode Action Research bertujuan untuk mengubah teori dan praktik. Action research atau penelitian tindakan menurut Kemmis dan McTanggart (1988) adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri secara kolektif dilakukan peneliti bersama partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktek sosial dan pendidikan peneliti dan partisipan serta pemahaman peneliti dan partisipan tentang perilaku dan situasi dimana praktek-praktek tersebut akan dilakukan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap dewasa yaitu ruang rawat inap bedah dan rawat inap internal Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan hasil survey pendahuluan

(2)

38

yang dilakukan oleh peneliti karena situasi diruangan ini dinilai dapat mendukung untuk dilakukan penelitian.

Penelitian dimulai sejak survey penelitian pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2016. Pertimbangan waktu ini ditentukan karena penelitian harus menyesuaikan pada metode action research yang memiliki siklus dengan beberapa tahapan sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar mendapatkan hasil penelitian yang representatif.

3.3. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam proses penerimaan pasien baru instalansi rawat inap dewasa dengan jumlah 43 orang, partisipan dibedakan menjadi 3 kelompok yang terdiri dari: (1) pasien berjumlah 27 orang partisipan, (2) perawat pelaksana berjumlah 12 orang partisipan, (3) kepala ruangan dan kepala keperawatan berjumlah 4 orang partisipan.

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Proses pengumpulan data terdiri atas alat dan metode pengumpulan data, yaitu: 3.4.1.Metode pengumpulan Data

(3)

masalah dan segala hal yang terkait dengan pengalaman kepala keperawatan dan kepala ruangan sebelum dan setelah menerapkan SPO penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caring, yang mana hasil pengumpulan data melalui FGD adalah dalam bentuk tema-tema.

1. Self report

Tehnik self report dilakukan dengan meminta partisipan mengisi kuesioner mengukur pengetahuan perawat pelaksana dan kuesioner tingkat kepuasan pasien. Penyebaran kuesioner dilakukan dua kali. Pertama pada tahap reconnaissance yang telah dilakukan pada bulan Mei 2016 dan penyebaran kuesioner kedua pada tahap reflecting yaitu pada bulan bulan agustus 2016.

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tahap reconnaissance dan pada tahap reflecting. Kuesioner diberikan kepada perawat pelaksana dan pasien rawat inap. Peneliti melakukan wawancara langsung kepada partisipan apabila partisipan dianggap kurang mampu untuk mengisi kuesioner sendiri.

2. Focus Group Discussion

FGD dilakukan untuk mengetahui persepsi partisipan. FGD dilakukan dilakukan dua kali. Pertama, dilakukan tahap reconnaissance. Kedua, dilakukan pada fase reflecting dengan waktu 60 menit. FGD dilakukan kepada partisipan yaitu kepala keperawatan dan kepala ruangan rawat inap. FGD dilaksanakan dengan peneliti berperan sebagai moderator dan dibantu oleh beberapa orang asisten selama proses FGD berlangsung. Tugas moderator adalah memimpin diskusi dan memberikan pertanyaan yang telah disusun atau dipersiapkan sebelumnya.

(4)

40

3.4.2.Alat

Alat pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari (1) voice recorder, (2) panduan FGD, (3) Kuisioner tentang pengetahuan perawat dalam pelaksanaan prosedur penerimaan pasien baru, dan (4) kuisioner tingkat kepuasan pasien yang menjalani prosedur penerimaan pasien baru. Pengembangan kuesioner dilakukan melalui kajian literature kemudian dimodifikasi oleh peneliti sesuai kebutuhan dengan menggunakan teori Watson sebagai landasan pengembangan kuesioner. kemudian di modifikasi oleh peneliti sesuai kebutuhan.

Voice recorder digunakan pada saat dilakukan FGD dan kegiatan lain baik secara formal maupun informal yang membutuhkan informasi untuk direkam. Kemudian data yang sudah direkam didokumentasikan dalam bentuk transkrip yang selanjutnya ditentukan yang menjadi tema. Semua alat pengumpulan data seperti panduan FGD. Kuesioner tentang pengetahuan perawat, kuesioner tingkat kepuasan pasien yang disiapkan oleh peneliti akan dilakukan uji validitas dengan menggunakan Content Validity Index (CVI) oleh oleh tiga orang expert sesuai dengan kompetensi objek penelitian (biodata expert terlampir).

3.4.3. Prosedur Penelitian

(5)

3.4.3.1. Tahap reconnaissance

Reconnaissance merupakan study pendahuluan yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan berdasarkan data yang terkumpul dari berbagai sumber dan metode pengumpulan data.

Tahap Reconnaissance dilaksanakan peneliti sejak bulan Februari 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu mendapatkan setting penelitian dan partisipan, mengukur pengetahuan perawat pelaksana tentang penerimaan pasien baru, kepuasan pasien terhadap pelaksanaan penerimaan pasien baru yang dilaksanakan selama ini dan perspektif kepala keperawatan serta kepala ruangan melalui kegiatan FGD.

3.4.1.2. Siklus Action Research

Siklus penelitian action research terdiri dari tahap planning, acting, observing and reflecting). Kegiatan dalam siklus action research melibatkan partisipasi aktif partisipan dalam merencanakan kegiatan pengembangan SPO penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caring, melaksanakan atau menerapkan SPO penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caring, melakukan refleksi terhadap pengalaman selama terlibat dalam proses penelitian action research. Pelaksanaan kegiatan pada tahap penelitian ini sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pada setting penelitian, sehingga terjadinya perubahan beberapa kegiatan dari yang telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan partisipan. Kegiatan pada penelitian action research dijelaskan pada table 3.1.

(6)

Tabel 3.1. Rangkaian Kegiatan Penelitian Action Research

2. Mencari informasi kembali secara menyeluruh tentang setting tempat penelitian. 3. Melakukan pengumpulan data

awal self report untuk mengukur pengetahuan perawat sebelum penerapan SPO berbasis caring.

4. Melakukan pengumpulan data awal self report untuk mengukur kepuasan pasien sebelum penerapan SPO berbasis caring.

5. Melakukan FGD tahap awal untuk menggali persepsi kepala keperawatan dan kepala

1. Melakukan diskusi tentang pembuatan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring, 2. Menyusun SPO penerimaan

pasien baru berbasis caring. 3. Melaksanakan sosialisasi SPO

penerimaan pasien baru berbasis caring dengan kepala ruangan, perawat pelaksana bersama dengan pejabat structural rumah sakit.

4. Melakukan aplikasi penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

1. Mengobservasi penerapan prosedur operasional (SPO) penerimaan pasien baru berbasis caring.

2. Melakukan pengumpulan data akhir self report untuk mengukur pengetahuan perawat setelah penerapan SPO berbasis caring.

3. Melakukan pengumpulan data ahir self report untuk mengukur kepuasan pasien sebelum penerapan SPO berbasis caring. 4. Melakukan FGD tahap akhir

untuk mengetahui persepsi kepala keperawatan dan kepala ruangan tentang pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caring

(7)

48 3.5. Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel yang diteliti adalah pengembangan SPO penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caring. Defenisi operasional pengembangan SPO penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caring yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu acuan dalam melaksanakan atau menerapkan perilaku caring perawat pada saat penerimaan pasien baru dan sebagai panduan untuk meningkatkan kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Medan, diharapkan SPO berbasis caring ini memiliki dampak terhadap perilaku perawat khususnya dalam melaksanakan penerimaan pasien baru dan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan keperawatan serta kemampuan kepala ruangan dalam menerapkan SPO penerimaan pasien baru.

3.6. Metode Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini terbagi dua jenis yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan untuk data yang diperoleh dari hasil wawancara pada fase reconnaissance dan hasil FGD pada fase reflecting.

Analisis data kuantitatif dilakukan pada fase reconnaissance dan reflecting, data dikumpulkan dengan menggunakan lembar kuesioner. Analisis data kuantitatif pada reconnaissance dan reflecting berupa data tingkat pengetahuan perawat dan kepuasan pasien. Data diperoleh dari pengumpulan data pada seluruh perawat pelaksana dan pasien di ruang rawat inap bedah dan rawat inap interna Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Medan dengan cara self report yang diambil dengan kuesioner perilaku perawat dan kuesioner kepuasan pasien yang

(8)

44

telah dilakukan uji validitas kepada tiga orang expert. Kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk melihat rata-rata (mean) perilaku perawat dan kepuasan pasien sebelum dan sesudah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

3.7. Keabsahan Data

Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelaskan data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Lincoln dan Guba (1985) menentukan beberapa kriteria dalam keabsahan data penelitian kualitatif yaitu kepercayaan (credibility; dengan prolonge engagement, member checking dan triangulation), pengalihan (transferability), keteguhan (dependability), dan kepastian (confirmability; check expert). Lincoln dan Guba (1994) dalam Polit dan Beck (2012) mengemukakan bahwa empat kriteria tersebut diatas merupakan pararel dari posotivist criteria yang terdiri dari internal validity, reliability, objectivity dan external validity, respectively. Kerangka kerja ini menyebabkan banyak kontroversi yang muncul. Menanggapi berbagai kritik dan perkembangan konseptualisasi, sehingga ditambahkan kriteria kelima yang lebih khas yaitu authenticity.

(9)

memberikan kesempatan pada partisipan untuk membaca hasil temuan peneliti dari hasil FGD. Hal ini berguna untuk memastikan objektivitas data yang diperoleh. Peneliti juga akan melakukan triangulation untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data dari sumber lain. Tehnik triangulation akan dilakukan peneliti dengan melakukan metode pengumpulan data yang beragam terdiri dari FGD, dan penyebaran kuisioner.

Transferability memiliki makna bahwa penelitian ini dapat digunakan pada setting yang berbeda. Kriteria penelitian ini terpenuhi dengan menjelaskan secara rinci data yang diperoleh termasuk juga situasi organisasi dan geografis tempat penelitian serta temuan yang diperoleh. Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian dengan menggunakan literatur yang sesuai dengan topik penelitian.

Dependability memastikan bahwa jika penelitian diulang dengan konteks yang sama, metode yang sama dan partisipan yang sama maka hasil penelitian yang diperoleh juga akan sama. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti melaporkan secara detail setiap proses penelitian kepada pembimbing untuk menilai apakah proses dan hasil yang diperoleh sudah selesai. Selain itu peneliti juga melakukan tehnik thic description atau dokumen yang tebal dengan cara mengumpulkan semua dokumen yang terkait penelitian dalam satu map.

Confirmability merupakan upaya untuk menciptakan kepastian data penelitian. Hal ini dilakukan dengan mengkonsultasikan data yang sudah dianalisis ke pembimbing sehingga diperoleh objectivitas data (check expert). Confirmability mengacu pada objektifitas atau netralitas data, dimana tercapai

(10)

46

persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti data. Confirmability tercapai jika peneliti dapat meyakinkan orang lain bahwa data yang dikumpulkan adalah data yang objektif, seperti apa adanya di lapangan. Peneliti melakukan teknik triangulasi, check expert dan “audit trail”. Triangulasi data dilakukan dengan melakukan pengambilan data dengan cara FGD dan self report. Audit trail dilakukan dengan cara membuat tabel atau diagram yang berisi tentang alur kegiatan secara rinci yang meliputi jenis kegiatan, tujuan, sasaran, partisipan dan waktu pelaksanaan kegiatan. Check expert dilakukan ke pembimbing untuk validasi hasil coding dan tema yang ditemukan saat melakukan analisa data.

Authenticity mengacu pada sejauh mana peneliti secara adil dan dengan tepat menunjukkan kenyataan yang terjadi. Keaslian muncul dalam laporan ketika laporan tersebut dapat menyampaikan perasaan partisipan sebagaimana yang mereka rasakan. Teks memiliki keaslian jika dapat mengajak pembaca merasa perwakilan dari pengalaman yang digambarkan dari kehidupan tersebut, dan memungkinkan pembaca untuk mengembangkan kepekaan terhadap isu-isu yang digambarkan. Ketika teks mencapai keaslian, pembaca lebih mampu memahami hal yang digambarkan tersebut. Authenticity akan dilakukan peneliti dengan cara membuat beberapa pernyataan partisipan sebagai data yang mendukung terhadap tema-tema yang dihasilkan pada temuan saat penelitian.

3.8. Pertimbangan Etik

(11)

consent sebelum mengikuti kegiatan FGD, pengisian self report dan juga segala kegiatan yang dilakukan selama proses pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengembangkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring diruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Medan. Oleh karena itu partisipan daalam proses action research haru sukarela dan berdasarkan kesepakatan bersama antara partisipan dan fasilitator.

Metode yang digunakan dalam proses action research bisa juga bertentangan dengan kebiasaan dan perilaku partisipan. Oleh karena itu, penting bahwa fasilitator/peneliti menciptakan suasana dimana para partisipan merasa nyaman, dan tidak mengekspos mereka untuk situasi lain yang tidak diinginkan.

(12)

48 BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data telah dilaksanakan sejak Februari sampai Agustus 2016 di Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan. Bab 4 ini menjelaskan tentang hasil penelitian pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring diruang rawat inap yang dikelompokkan dalam beberapa pokok bahasan sebagai berikut:

4.1.Deskripsi lokasi penelitian.

4.2.Karakteristik demografi partisipan.

4.3.Proses pengembangan SPO - penerimaan pasien baru berbasis caring. 4.3.1Tahapan reconnaissance meliputi :

1.Konteks studi yang menggambarkan setting tempat penelitian dan partisipan.

2.Penyebaran kuesioner (pengetahuan perawat). 3.Penyebaran kuisioner (kepuasan pasien).

4.FGD untuk mengetahui perspektif perawat tentang SPO penerimaan pasien baru.

5.Analisa data.

4.3.2. Proses action research : planning, action, observation dan reflection. 4.4.Output action research : SPO penerimaan pasien baru berbasis caring di

ruang rawat inap.

(13)

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan adalah instansi pemerintah yang berada dibawah koordinasi Kepolisian Daerah Sumatera Utara, mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan, bukan hanya bagi masyarakat Polri, PNS-Polri dan keluarga tapi juga kepada masyarakat umum sesuai dengan ketentuan perundang–undangan yang diakomodasi dalam BPJS serta menyelenggarakan dukungan kedokteran kepolisian dan kesehatan bagi tugas operasional dan pembinaaan polri.

Rumah Sakit Bhayangkara Medan diresmikan pada tanggal 14 Nopember 1966 oleh Brimob Resimen V yang berlokasi di Jl.Putri Hijau Medan dan pada tahun 1972 dipindahkan ke Jl. KH. Wahid Hasyim No. 1 Medan, kecamatan Medan Merdeka dengan luas tanah 5.821 m² dan bangunan seluas 4.676,5 m². Berdasarkan Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep/ 1549/ X/ 2001 tanggal 30 Oktober 2001 tentang Pengesahan Peningkatan / Penetapan dan Pembentukan Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II, III dan IV .

Tahun 2009 angka pemanfaatan Tempat tidur (BOR): 67 %, lama hari rawatan (LOS): 5 hari, Jumlah pasien rawat inap 12.392 orang, jumlah kunjungan pasien rawat jalan rata perhari: 17.457, jumlah kunjungan pasien di IGD rata-rata 15/bulan.

Rumah Sakit Bhayangkara Medan lebih dikenal masyarakat luas dengan sebutan Rumah Sakit Brimob karena berlokasi pada markas Brimob, namun demikian Rumah Sakit Bhayangkara Medan disamping melayani masyarakat umum diluar anggota Polri/PNS/Keluarga juga melayani masyarakat umum.

(14)

50

Visi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Medan yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, proporsional, bermoral dan modern melalui peran yang dibangun secara kemitraan. Adapun misinya 1).Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal dan berkualitas. 2).Menyelenggarakan dan meningkatkan fungsi kedokteran Kepolisian dalam rangka mendukung tugas-tugas kepolisian. 3).Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia. 4).Mempersiapkan fasilitas pelayanan medis secara optimal dan tepat guna serta merawat sarana yang telah ada guna memperpanjang usia pakai.

Struktur Organisasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor: 11 tahun 2011 tanggal 30 Juni 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kelola Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Negara Republik Indonesia. Gambar struktur organisasi dan Tata Kelola Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan dapat dilihat pada gambar 4.1.

4.2. Karakteristik Demografi Partisipan

(15)

Gambar 4.1. Struktur Organisasi dan Tata Kelola Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan STRUKTUR ORGANISASI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK-II MEDAN

UNSUR PIMPINAN

UNSUR PEMBANTU PIMPINAN DAN PELAKSANA STAF

WAKA KARUMKIT

DEWAN PENGAWAS

KA. SUBBAGWASINTERN KA. SUBBAGRENMIN KA. SUBBAGBIN FUNG

KAURWASBIN KAURWASOPSYAN KAURTU KAURREN KAURMIN KAURKEU KAURSIM & RM KAURDIKLIT

KA. SUBBIDYANMEDDOKPOL Dr. ZULKHAIRI, SpD, FINASIM, MARS

AKBP

KA. SUBBIDJANGMEDUM

KAURJANGMED KAURJANGUM

KAURYANMED KAURYANWAT KAURYANDOKPOL

KARUMKIT

51

(16)

52

Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Partisipan Perawat (N=12) Karakteristik Jumlah (Orang) Presentasi (%) Jenis Kelamin :

Berdasarkan karakteristik demografi partisipan kepala keperawatan, kepala ruangan dan perawat pelaksana diketahui bahwa mayoritas (93,8%) berjenis kelamin perempuan, kelompok umur terbanyak adalah umur dengan rentang 30 tahun keatas (43,8%). Jenjang pendidikan terbanyak adalah jenjang pendidikan diploma (75,0%). Berdasarkan status lama bekerja didapatkan bahwa mayoritas (50%) partisipan lama kerja 3-5 tahun.

4.3.Proses pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring.

(17)

4.3.1. Tahapan reconnaissance

Tahap reconnaissance dilaksanakan peneliti sejak Februari sampai dengan minggu ke 2 Juni 2016. Peneliti melakukan pendekatan dengan lahan penelitian untuk mencari data awal dan masalah yang diteliti. Pendekatan dengan pihak manajemen terkait juga diupayakan untuk mendapatkan izin penelitian. Pengumpulan data awal dengan membagikan kuesioner kepada perawat dan pasien rawat inap yang dilakukan di ruang rawat inap bedah dan rawat inap interna, serta melakukan focus group discussion pada tahap reconnaissance terhadap kepala ruangan dan kepala keperawatan.

Hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance dikelompokan ke dalam lima bagian yaitu (1) Konteks studi yang menggambarkan setting tempat penelitian dan partisipan, (2) gambaran kepuasan pasien tentang SPO penerimaan pasien baru (3) gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang SPO penerimaan pasien baru (4) perspektif kepala ruangan tentang SPO penerimaan pasien baru.

4.3.1.1. Konteks studi yang menggambarkan setting tempat penelitian dan partisipan.

Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan dalam merencanakan dan menyusun program-program kerja menggunakan prinsip pengajuan dari bawah yaitu dari unit-unit kerja di lingkungan rumah sakit yang dipadukan dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit (Karumkit). Kebijakan-kebijakan tersebut mengacu pada strategi pengembangan rumah sakit yang telah ditetapkan untuk diterapkan di lingkungan Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan. Perencanaan program disusun berdasarkan aspirasi-aspirasi dari

(18)

54

masing-masing unit kerja di lingkungan Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan. Secara berjenjang selanjutnya aspirasi program kerja dari masing-masing unit kerja tersebut disampaikan kepada Bagian Perencanaan Administrasi dan Keuangan untuk ditampung dan diseleksi sesuai dengan arah dan strategi pengembangan rumah sakit.

Usulan program kerja yang diseleksi sesuai arah dan strategi pengembangan Rumah Sakit digabungkan dalam satu dokumen perencanaan yang, diajukan kepada Kepala Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan untuk dibahas dalam rapat pimpinan manajemen yaitu meliputi Kepala Rumah Sakit, Wakil Rumah Sakit dan para Kepala Bagian/Bidang, para Kepala Sub Bagian/Bidang dan para Kepala Instalasi serta melibatkan Dewan Pengawas. Hasil rapat pimpinan manajemen rumah sakit menetapkan perencanaan program-program dengan skala prioritas yang akan dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan dalam satu tahun mendatang untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis bisnis Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan. Kebijakan dan program kerja tahunan ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan pada tingkat rumah sakit. Sedangkan kebijakan dan program kerja tahunan pada tingkat unit kerja ditetapkan oleh pimpinan masing-masing unit kerja terkait (Kepala Bagian/Bidang, Kepala Sub Bagian/Bidang, dan Kepala Instalasi).

(19)

dengan indikatornya (outcome). RBA Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan disampaikan kepada Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara u.p Kepala Biro Perencanaan dan Pengembangan. RBA tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan. RBA dan RKA Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan dikonsolidasikan ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Polda. Kemudian RKA seluruh Polda digabung menjadi RKA Kepolisian RI.

Di tingkat Kepolisian Negara RI, RBA dan RKA Polri kemudian dibahas di Kementerian Keuangan bersama-sama dengan Polri dan di DPR dengan mitra kerja terkait Polri di DPR. Hasil pembahasan program, kebijakan dan targetnya yang tercantum RKA kemudian disahkan menjadi DIPA. Selanjutnya terjadi penyesuaian program, kebijakan dan targetnya yang tercantum RKA ke dalam RBA menjadi RBA Definitif.

Program menyeluruh di tingkat rumah sakit disusun bersama berdasarkan aspirasi dari unit-unit kerja yang telah diselaraskan dengan arah dan strategi pengembangan rumah sakit kemudian ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan sebagai wujud program dari semua unit di lingkungan rumah sakit.

Program-program Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan dilaksanakan dengan mengacu pada program kerja tahunan yang tertuang dalam RBA dan DIPA. Kepala rumah sakit menunjuk penanggung jawab program yang bertanggungjawab menjalankan program sesuai dengan ketetapan yang telah diputuskan dalam rapat pimpinan manajemen rumah sakit antara Kepala Rumah

(20)

56

Sakit, Wakil Rumah Sakit para Kepala Bagian, para Kepala Sub Bagian, dan para Kepala Instalasi melalui SK Kepala Rumah Sakit.

Instalasi merupakan wadah non sturktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian Rumah Sakit Bhayangkara. Perubahan jenis Instalasi ditetapkan oleh Karumkit setelah mendapat persetujuan dari Kabid Dokkes. Sedangkan yang menjabat Kepala Instalasi ditetapkan berdasarkan Keputuan Kapolda melalui Kabid Dokkes. Jenis pelayanan pada Instalasi terdiri dari :

1. Pelayanan Instalasi pada Subbidyandokpol meliputi : (a) Instalasi Gawat Darurat ( IGD ), (b) Intensive Care Unit ( ICU ), (c) Instalasi Bedah Sentral, (d) Instalasi Rawat Inap, (e) Instalasi Rawat Jalan, (f) Kesehatan Gigi dan Mulut, (g) Perawatan Tahanan (Watah), (h) Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) korban kekerasan terhadap prempuan dan Anak, (i) Forensik, (j) Narkoba, (k) Hukum Kesehatan.

2. Pelayanan Instalasi pada Subbidjangmedum meliputi : (a) Laboratorium Patologi, (b) Radiologi, (c) Rehabilitasi Medik, (d) Farmasi, (e) Gizi.

3. Instalasi–Instalasi pada Subbidjangmedum meliputi : (a) Laundry, (b) Pengolahan Kebersihan dan Limbah, (c) Central Sterilization Supply Device, (d) Pemeliharaan.

(21)

tingkat pendidikan DIII (11 orang) dan S1 Keperawatan+Ners (1 orang ), dan juga kepala ruangan dengan pendidikan S1 keperawan + Ners.

4.3.1.2. Perspektif kepala kerawatan dan kepala ruangan tentang SPO penerimaan pasien baru

Berdasarkan hasil wawancara dengan teknik focus group discussion (FGD) terhadap partisipan pada tahap reconnaissance, partisipan mengungkapkan perspektif mereka tentang pelaksanaan penerimaan pasien baru yang dilaksanakan selama ini di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan. Dari hasil FGD tersebut ditemukan 4 tema yang terkait dengan proses pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru rawat inap yaitu 1) Manfaat SPO penerimaan pasien baru bagi perawat (6 kategori), 2) Factor yang menghambat SPO penerimaan pasien baru (6 kategori), 3) Factor yang mendukung pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru (5 kategori), dan 4) Harapan kedepan dalam pelaksanaan SPO (8 kategori). Berikut diuraikan setiap pokok bahasan tersebut, yaitu:

1). Manfaat SPO penerimaan pasien baru bagi perawat

Partisipan mengungkapkan manfaat SPO penerimaan pasien baru bagi perawat yaitu Sebagai acuan pelaksanaan asuhan keperawatan dan mempermudah perawat melakukan penerimaan pasien baru sehingga penerimaan pasien baru sesuai dengan standard dan tidak berbelit-belit. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti pada kutipan berikut ini:

“manfaat SPO penerimaan pasien baru membuat proses penerimaan pasien baru terarah sehingga tidak berbelitt-belit, dapat disesuaikan dengan standar keperawatan, jadi perawat mempunyai pedoman yang sesuai standar saat penerimaan pasien baru” (partisipan 2)

(22)

58

“SPO penerimaan pasien baru juga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, karna dengan adanya SPO perawat mampu melakukan asuhan keperawatan dengan baik” (partisipan 4)

2). Faktor pendukung penerimaan pasien baru

Menurut partisipan faktor pendukung penerimaan pasien baru yaitu perawat yang terampil, memiliki sikap dan perilaku perawat yang terbuka, ikhlas, melaksanakan penerimaan pasien baru sesuai SPO, jumlah SDM yang memadai dan spontan melakukan hal yang baik. Hal ini didukung oleh pernyataan pastisipan berikut :

“….perawat itu kan yang sering bertemu pasien, jika ada pasien baru pasti pertama kali dia akan bertemu dengan perawat meskipun kadang ada tenaga kesehatan lain juga sih, tapi kan perawat inilah yang sering berinteraksi dengan pasien. Sehingga yang sering diingat pasien pasti perilaku perawat, sikap perawat yang ikhlas saat menerima pasien jadi itu juga bisa merupakan faktor yang mendukung pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru” (partisipan 2)

3). Faktor yang menghambat penerimaan pasien baru

Partisipan mengidentifikasikan faktor yang menghambat penerimaan pasien baru yaitu komunikasi perawat yang kurang efektif, keterbatasan SDM, sikap perawat yang melakukan sesuatu karna terpaksa, kurang acuh dan peka terhadap sekitar dan kurangnya pengetahuan serta professional perawat. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut :

“faktor yang menghambat penerimaan pasien baru adalah komunikasi yang kurang efektif, karna biasanya perawat kita disini agak kurang komunikasi kepasien, yang penting uda menerima pasien, memindahkan keruang yang sudah disiapkan jadi berhubung juga SDM kita terbatas jadi beban kerja perawat kan banyak, makanya itu cepat-cepat karna mau menangani pasien lain juga, sehingga kominkasi kepasien kurang efektif” (partisipan 1)

(23)

pengetahuannya tentang SPO penerimaan pasien baru agak kurang sehingga ini juga menghambat penerimaan pasien baru” (partisipan 3).

4). Harapan ke depan dalam pelaksanaan SPO

Partisipan mengungkapkan harapannya dalam pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru yaitu adanya SPO penerimaan pasien baru rawat inap yaitu, dilakukan kegiatan sosialisasi SPO penerimaan pasien baru tetrhadap perawat beserta contoh aplikasi langsung, partisipan juga memiliki harapan kedepan agar perawat rata memiliki komitmen lebih peduli dan tahu betul apa yang harus dilakukan serta meningkatnya kepuasan pasien dan kualitas pelayanan keperawatan. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan partisipan berikut :

“Harapan kedepan dalam pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru ini, sebelumnya diadakan Kegiatan sosialisasi SPO penerimaan pasien baru terus kalau bisa harapan kami juga dilakukan contoh aplikasi langsung penerapan SPO penerimaan pasien baru keperawat perawat ruangan”. (partisipan 2)

“kalau harapan kedepan sih, lebih keperawatnya. Berharap perawat lebih peduli kepasien, dan tahu apa yang menjadi tugas dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.” (partisipan 3)

“harapan kedepan adalah SPO ini penerimaan pasien baru in terlaksana dengan baik, pasien merasa puas dengan pelayanan perawat dan hal ini bisa meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.”(partisipan 4)

4.3.1.3 Kepuasan pasien dan pengetahuan perawat pelaksana tentang pelaksanaan penerimaan pasien baru diruang rawat inap

Pengumpulan data melalui self report dilakukan kepada 12 orang partisipan pasien dan 12 orang partisipan perawat pelaksana untuk mengetahui atau mengukur secara kuantitatif kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat dalam pelksanaan penerimaan pasien baru. Berdasarkan pengumpulan data self report pasien dan dilakukan analisa data distribusi frekuensi nilai rata-rata (mean) sebelum penerpan SPO berbasis caring adalah 13,83. Sedangkan hasil

(24)

60

pengumpulan data self report perawat pelaksana sebelum diterapkan SPO berbasis caring diperoleh rata-rata (mean) adalah 44,41.

4.3.2. Proses Action Research

Pelaksanaan action research pada penelitian ini adalah satu siklus action research tentang pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan melalui tahapan planning, action dan observation serta reflection. Setiap tahapan action research mencakup kegiatan yang dilakukan oleh peneliti.

4.3.2.1.Tahap planning

(25)

prosedur operasional (SPO) penerimaan pasien baru berbasis caring (3) merencanakan kegiatan sosialisasi penerapan standar prosedur operasional (SPO) penerimaan pasien baru berbasis caring dan (4) merencanakan kegiatan aplikasi penerapan standar prosedur operasional (SPO) penerimaan pasien baru berbasis caring diruang rawat inap.

4.3.2.2.Tahap Action

Rencana yang telah disusun dalam tahapan planning selanjutnya diaplikasikan pada tahapan Action. Tahap ini dilaksanakan selama 3 (tiga) minggu mulai pada minggu ke 2 sampai dengan minggu ke 4 juli 2016. Terdapat tiga kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu: melakukan diskusi tentang pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring, menyusun SPO penerimaan pasien baru berbasis caring, melaksanakan sosialisasi SPO penerimaan pasien baru berbasis caring dengan kepala ruangan, perawat pelaksana bersama dengan pejabat structural rumah sakit serta melakukan aplikasi penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

a. Menyusun SPO penerimaan pasien baru berbasis caring

Pada kegiatan ini, peneliti melakukan pertemuan dengan kepala keperawatan, kepala ruangan untuk menyusun SPO penerimaan pasien baru rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan dengan menggunakan teori caring dari Jean Watson dan dikoborasikan sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit. Pertemuan ini dilakukan pada tanggal 11,12,13 Juli 2016. Hasil dari pertemuan ini yaitu mengahasilkan sebuah SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

(26)

62

b. Review SPO penerimaan pasien baru berbasis caring oleh pejabat struktural Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan

Setelah SPO penerimaan pasien baru berbasis caring selesai disusun oleh peneliti bersama kepala ruangan dan kepala keperawatan, selanjutnya SPO berbasis caring tersebut diberikan kepada pejabat struktural untuk direview pada tanggal 18 Juli 2016. Hasil review memberikan beberapa saran perbaikan kalimat pada penjelasan SPO berbasis caring. Selanjutnya SPO penerimaan pasien baru berbasis caring dikonsulkan kepada kepala RS, melalui pejabat structural dan hasilnya disetujui oleh kepala Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan, dengan memberi kebijakan bahwa SPO tersebut akan diterapkan diruang rawat inap RS Bhayangkara TK. II Medan.

c. Melakukan sosialisasi penerimaan pasien baru berbasis caring.

Kegiatan sosialisasi tentang SPO penerimaan pasien baru berbasis caring dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2016. Sosialisasi disampaikan langsung oleh peneliti yang dihadiri sebanyak 16 orang, terdiri dari pejabat struktural, komite keperawatan, kepala keperawatan, kepala ruangan dan perawat pelaksana. hasil

d. Melakukan aplikasi penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

(27)

oleh perawat pelaksana, kepala keperawatan dan pada hari pertama didampingi beberapa orang pejabat struktural, yang dilaksanakan di ruang rawat inap bedah dan interna Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan. 4.3.2.3. Tahap Observation

Kegiatan observation dilaksanakan pada tanggal 01-06 Agustus 2016, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan observasi terhadap penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

4.3.2.4. Tahap Reflection

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah (1). melakukan diskusi atau FGD pada tahap reflection kepada kelompok partisipan untuk menggali informasi tentang pengalaman partisipan setelah menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring diruang rawat inap. Kegiatan FGD tahap reflection dilakukan kepada 4 partisipan. Tujuan FGD pahap ini yaitu untuk mengetahuui perspektif partisipan setelah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring diruang rawat inap bedah dan interna Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan. Berdasarkan hasil wawancara melalui teknik FGD, ditemukan 4 tema yaitu (1) manfaat yang dirasakan setelah menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring (2) faktor yang mendukung pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring (3) kendala selama penerapan menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring (4) harapan kedepan terkait penerapan menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

1). Manfaat yang dirasakan setelah menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring

(28)

64

Partisipan mengungkapkan beberapa manfaat yang dirasakan setelah menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring antara lain ada kepuasan diri bagi perawat ketika menerima pasien dengan ramah dan pasien merasa nyaman, perawat belajar komitmen untuk lebih sabar, ikhlas dan melakukan komunikasi efektif saat menerima pasien baru, dengan adanya SPO perawat juga mengetahui apa yang memang seharusnya dilakukan saat menerima pasien baru. Hal ini didukung oleh beberapa pernyataan partisipan berikut ini :

“…ada kepuasan tersendiri dalam hati kita,saat melihat pasien senang, nyaman dan kelihatan terbuka saat pertama bertemu” (partisipan 1)

“menurut saya, penerimaan pasien baru lebih terarah, perawat mengetahui apa yang memang seharusnya dilakukaan saat menerima pasien baru dan komunikasi prawat juga lebih efektif” (partisipan 3)

“perawat jadi termotivasi untuk selalu tersenyum, ramah dan peduli kepada pasien” (Partisipan 4)

2). Faktor yang mendukung pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

Menurut partisipan ada beberapa faktor yang bisa mendukung pelaksanaan SPO berbasis caring ini yaitu kebijakan pimpinan, salah satu dalam hal penambahan SDM. Faktor lainnya juga yaitu komitmen yang kuat dari diri perawat untu melaksanakan pekerjaannya dengan profesional. Ungkapan tersebut sidukung oleh pernyataan partisipan berikut :

“menurut saya, salah satu faktor yang mendukung adalah kebijakan pemimpin..misalakan ni adanya penambahan SDM / perawat sehingga beban kerja perawat berkurang dan perawat bisa lebih meluangkan waktu bersama pasien.” (partisipan 4 )

(29)

Partisipan mengungkapkan beberapa kendala selama menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring yaitu kendala yang datang dari perawat dan juga dari pasien. Kendala dari perawat kadang disebabkan karna situasi yang kurang mendukung dan jiwa profesional sedangkan kendala dari pasien salah satu yaitu pasien kurang kooperatif. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut :

“…situasi yang kuranng mendukung , misalnya SDM yang hanya sedikit jadi kadang pasien buru untuk menangani pasien lainnya juga sehingga kadang caringnya lupa.heheheh……”(Partisipan 1)

“kendala selama penerapan menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring menurut saya sih sebenarnya gak ada ya, hanya saja kembali ke individu seseorang..biasanya memang kita terkadang kalau lagi ada masalah pribadi contoh kadang terbawa-bawa kepasien. (Partisipan 3)

4). Kesan selama penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

Beberapa kesan selama menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring yang diungkapkan partisipan antara lain pengetahuan perawat lebih meningkat, perilaku lebih peduli, lebih termotivasi untuk memperlakukan pasien dengan ikhlas, ramah. Selain itu juga adanya keinginan untuk menerapkan caring tidak hanya di rumah sakit tapi juga dikeluarga dan lingkungan sekitar. Berikut beberapa pernyataan partisipan :

“menurut saya sih bu, pengetahuan perawat bertambah. Dari yang tadinya tidak bahwa senyum, ramah itu ada teorinya menjadi tau, perawat juga kelihatan lebih ramah, peduli kepasien” (partisipan 2)

“…kalau saya malah dengan menerapkan caring kepasien adanya juga keinginan untuk menerapkan caring dengan keluarga, tetangga dan teman-teman.” (partisipan 4)

Kegiatan selanjutnya yang dilakukan pada tahap ini yaitu (2) mengukur perilaku caring perawat dan kepuasan pasien setelah penerapan SPO penerimaan

(30)

66

pasien baru berbasis caring dengan cara self report untuk mengetahui hasil secara kuantitatif setelah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring. Kuesioner dibagikan kepada perawat pelaksana sebanyak 12 orang partisipan dan pasien sebanyak 15 orang partisipan. Kemudian data diolah dengan menggunakan analisa data statistik distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil analisa data distribusi frekuensi perilaku perawat setelah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring didapatkan nilai rata-rata (mean) sebanyak 20,00 dan hasil analisa data tentang kepuasan pasiendidapatkan nilai rata-rata (mean) sebanyak 51,85.

4.4.Output Pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Rawat Inap Berbasis Caring

Output pada penerimaan pasien menghasilkan SPO penerimaan pasien baru rawat inap, SPO yang dihasilkan memiliki unsur caring didalamnya, karena diharapkan bahwa ketika melakukan proses penerimaan pasien baru, perawat berperilaku berperilaku dengan sikap caring. Selama proses penerimaan pasien baru terjadi suasana caring helping-trust relationship. Alasan digunakannya unsur caring helping trust relationship karena dalam proses penerimaan pasien baru sangat diperlukan sikap yang jujur, terbuka, komunikasi yang efektif dan hubungan yang harmonis antara perawat dengan pasien dan keluarga pasien, semua unsur tersebut terdapat pada caring helping trust relationship. SPO penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caringdiruang rawat inap (terlampir).

(31)

Medan dapat dilihat dari outcome dari proses tersebut dan sebagai bentuk masukan untuk mengukur kualitas dan juga sebagai evaluasi keberhasilan atas program yang dilakukan, dilakukan beberapa pengukuran secara kuantitatif meliputi pengetahuan perawat terhadap penerimaan pasien baru, tingkat kepuasan perawat dan tingkat kepuasan pasien yang akan dianalisis dengan menggunakan Uji Statistik Deskriptif dan tampilan data deskriptif dalam bentuk katagorik. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

4.5.1. Pengetahuan perawat tentang penerimaan pasien baru .

Pengetahuan perawat tentang penerimaan pasien baru diukur sebelum dan sesudah dilakukannya implementasi penerimaan pasien baru. Makna dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah adanya peningkatan pengetahuan perawat setelah mengikuti sosialisasi dan melakukan penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring. Untuk mengetahui adanya perbedaan pengetahuan perawat sebelum dan sesudah implementasi, maka dilakukan uji Statistik Deskriptif. Hasil perhitungan uji Statistik Deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini:

(32)

68

Table 4.2. Perbedaan Pengetahuan Perawat Sebelum dan Sesudah Penerapan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring.

Kategori Rata – rata (mean)

Sebelum 13,85

Sesudah 20,00

4.5.2. Kepuasan pasien terhadap pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru Untuk mengetahui adanya perbedaan kepuasan sebelum dan sesudah implementasi, maka dilakukan uji Statistik Deskriptif. Hasil perhitungan uji Statistik Deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini:

Table 4.3. Perbedaan Kepuasan Pasien Sebelum dan Sesudah Penerapan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring.

Kategori Rata – rata (mean)

Sebelum 44,41

Sesudah 51,85

(33)

Gambar 4.2. Siklus Action Research Pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring

RECONNAISSANCE :

1. Pelaksanaan penerimaan pasien baru belum optimal

2. SPO tidak terlaksana dengan baik 3. Pengetahuan tim pelaksana rendah 4. Kepuasan pasien kurang

REFLECTION :

1. Manfaat SPO penerimaan pasien baru berbasis caring bagi perawat

2. Faktor pendukung penerimaan pasien baru berbasis caring

3. Kendala Pelaksanaan penerimaan pasien baru berbasis caring

(34)

70

Tabel 4.4.Matriks Tema FGD Tahap Reconnaissance Untuk Partisipan Kepala Keperawatan dan Kepala Ruangan.

1. Sebagai acuan pelaksanaan asuhan keperawatan

2. Mempermudah perawat untuk melakukan penerimaan pasien baru

3. Sebagai pedoman penerimaan pasien baru 4. Penerimaan pasien baru tidak berbelit-belit 5. Penerimaan pasien baru sesuai dengan

standar

6. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

6. Spontan melakukan hal yang baik.

3 Faktor yang 4. Kurang acuh dan peka terhadap sekitar 5. Kurang pengetahuan dan professional 4 Harapan kedepan

dalam pelaksanaan SPO

1. Adanya SPO penerimaan pasien baru rawat inap

2. Kegiatan sosialisasi penerimaan pasien baru

3. Adanya contoh aplikasi langsung 4. Perawat lebih peduli

5. Perawat tahu betul apa yang harus dilakukan

6. SPO terlaksana dengan baik

(35)

Tabel 4.5. Matriks Tema FGD Tahap Reflection Untuk Partisipan Kepala

1. Adanya kepuasan tersendiri bagi perawat 2. Pasien merasa senang dan nyaman 3. Pasien terbuka menceritakan keluhannya

1. Kebijakan pimpinan dalam menerapkan SPO berbasis caring

1. Perilaku perawat yang tidak professional 2. SDM yang terbatas

3. Lebih termotivasi untuk memperlakukan pasien dengan ikhlas,

4. Perawat jadi lebih ramah.

(36)

72 BAB 5 PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan hasil analisis sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian Hal-hal yang dibahas pada bab ini antara lain adalah proses adalah proses pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring yang terdiri dari reconnaissance, planning, action, observation dan reflection, outcome pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring, dampak penerapan pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring terhadap perilaku perawat dan kepuasan pasien, lesson learned, dan keterbatasan penelitian.

5.1. Proses pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring

Penelitian ini dimulai dari tahap reconnaissance. Selain mengumpulkan data awal dengan self report, Focus Group Discussion (FGD) juga merupakan salah satu metode yang digunakan dalam tahap reconnaissance, dengan FGD peneliti dapat menemukan tematik permasalahan di tempat penelitian. Kegiatan FGD dilakukan di ruang rapat RS.Bhayangkara TK. II Medan agar partisipan merasa lebih nyaman untuk menjawab pertanyaan peneliti. Tahap ini merupakan tahap awal untuk mengkaji permasalahan yang dirasakan oleh partisipan di tempat penelitian (Kemmis & Taggart, 1998).

(37)

masih kurang dan beberapa perawat masih kurang care dalam penerimaan pasien baru. Masalah yang muncul menggambarkan bahwa pentingnya mengembangkan SPO penerimaan pasien baru dengan berbasis caring.

Pelaksanaan action research terdiri dari empat tahapan yaitu planning, acting, observing, reflecting. Pada tahap planning, peneliti dan partisipan berhasil menyusun rencana yang sesuai dengan hasil yang ditemukan pada tahap reconnaissance. Ada lima rencana yang disusun oleh peneliti dan partisipan. Keberhasilan pada tahap planning tidak hanya bergantung oleh peneliti dan partisipan, namun diperlukan faktor pendukung lainnya yaitu key person dalam hal ini adalah pembuat kebijakan. Rencana yang disusun banyak mengalami kesulitan jika tidak ada dukungan dari pihak pemegang kebijakan di rumah sakit. Pendekatan yang dilakukan peneliti yaitu pada Ka SUBBAG BIN FUNG, kepala keperawatan dan kepala ruangan. Penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2013) dengan judul pengembangan program ronde keperawatan di RSUD Padang Sidimpuan juga yang melakukan pendekatan dengan pihak penentu kebijakan (key person).

Pendekatan key person merupakan cara yang berguna dalam menentukan keberhasilan dari kegiatan penelitian. Pendekatan dengan key person dilakukan oleh peneliti untuk membantu peneliti memahami situasi dan kondisi baik partisipan dan lingkungannya sehingga peneliti dapat menyusun strategi untuk mempermudah jalannya penelitian.

Menghasilkan suatu perubahan di tempat penelitian merupakan suatu hal yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dirasakan oleh peneliti khususnya ketika melakukan perubahan pada SPO penerimaan pasien baru. Situasi yang dihadapi

(38)

74

berupa adanya kesulitan dalam merubah karakteristik personal. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya, yaitu Patiraki et al. (2014), menyatakan bahwa perilaku caring dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal seperti sifat, prioritas, sikap, dan komitmen. Kesulitan dalam melakukan perubahan dinyatakan juga oleh Goncalves, Lima, Crisitano dan Hashimoto (2007) dalam membuat indikator penilaian kinerja perawat dengan menggunakan metode action research. Proses kegiatan pada tahap acting mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Menurut Setiawan (2004) bahwa pada tahap acting, peneliti merencanakan tindakan yang bersifat tentatif serta fleksibel terhadap perubahan yang akan disesuaikan dengan kondisi partisipan dan lingkungannya.

Perubahan SPO penerimaan pasien baru sosialisasi dan aplikasi langsung untuk menciptakan suasana caring dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan untuk kepuasan pasien khususnya dalam membangun hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien. Hal ini didukung oleh Jones (2008) yang menjelaskan bahwa untuk menciptakan sebuah kepercayaan pasien kepada perawat adalah dengan menciptakan waktu bersama perawat dan pasien. Perawat yang berhasil adalah membangun kepercayaan akan membuat pekerjaan perawat menjadi lebih mudah karena pasien yang sudah percaya akan menerima seluruh kegiatan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan pelayanan askep untuk kepuasan pasien.

(39)

Kemmis dan Taggart (1988) bahwa observasi harus direncanakan, responsif, kritis dan peka terhadap hal-hal yang tidak terduga.

Dari hasil observasi dilihat bahwa kepala ruangan sudah melakukan penilaian dengan cara-cara yang caring yaitu dengan menjaga komunikasi yang baik dengan pasien, berempati terhadap kondisi pasien , menciptakan suasana yang nyaman dan terbuka selama penerimaan pasien baru serta membuna hubungan saling percata dengan pasien dan keluarga pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan Watson (1979) bahwa elemen dasar dari pelayanan yang berkualitas tinggi adalah pengembangan dari kualitas hubungan yang saling percaya dan membantu.

Pada tahap reflecting, peneliti mengadakan pembagian kuisioner dan FGD kepada partisipan. Hasil FGD secara keseluruhan menyatakan bahwa SPO penerimaan pasien baru berbasis caring sangat bermanfaat dalam penerimaan pasien baru, walaupun hal ini membutuhkan komitmen yang kuat dari perawat namun disisi lain perawat mengakatakan bahwa mereka justru termotivasi untuk selalu caring dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Sedangkan dari hasil kuisioner, adanya peningkatan perilaku perawat dan kepuasan pasien dalam kegiatan penerimaan psien baru.

5.2. Output Pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring Out put pada pengembangan SPO penerimaan pasien baru ruang rawat inap berupa SPO penerimaan pasien baru berbasis caring diruang rawat inap RS. Bhayangkara Tk. II Medan. SPO yang dihasilkan memiliki unsur caring didalamnya, karena diharapkan bahwa ketika melaksanakan kegiatan penerimaan

(40)

76

pasien baru diruang rawat inap perawat dapat berprilaku dengan sikap caring dan pasien serta keluarga pasien merasa puas dengan pelayanan perawat saat kegiatan penerimaan pasien baru. Selama kegiatan penerimaan pasien baru terjadi suasana caring helping-trust relationship. Alasan digunakannya unsur caring helping trust relationship karena dalam keperawatan, pentingnya humanisme yang merupakan suatu sikap dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan bukan hanya sebagai nomor tempat tidur atau sebagai seorang berpenyakit tertentu. Perawat yang menggunakan pendekatan humanistik dalam praktiknya memperhitungkan semua yang diketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, perilku dan bahasa tubuh (Watson, 2004).

5.3. Outcome Pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring Outcome pada pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring diketahui dari persepsi dan perilaku caring yang diperlihatkan perawat serta kepuasan pasien. Pengumpulan data tentang persepsi dan perilaku perawat serta kepuasan pasien tentang penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring didapatkan melalui FGD tahap reflection dan self report.

(41)

efektif saat menerima pasien baru, dengan adanya SPO perawat juga mengetahui apa yang memang seharusnya dilakukan saat menerima pasien baru.

Perilaku caring perawat, hasil pengumpulan data melalui self report tentang perilaku caring perawat sebelum dan sesudah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring juga mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata (mean) sebelum penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring adalah 13,58 dan setelah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring senilai 20,00. Menunjukkan bahwa melalui sosialisasi dan aplikasi yang diberikan dapat menciptakan karakteristik personal perawat yang lebih caring sehingga pasien menganggap bahwa perawat pelaksana mempunyai perilaku caring. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Patiraki et al. (2014), menyatakan bahwa perilaku caring dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal seperti sifat, prioritas, sikap, dan komitmen.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh beberapa teori yang menyatakan sikap peduli dimanifestasikan oleh perawat dengan sikap cepat tanggap dalam memenuhi kebutuhan klien, cepat melayani klien, peduli dengan keadaan dan penderitaan klien, mempunyai integritas pribadi yang kuat, memiliki respons positif dalam menerima, dan berperilaku caring kepada orang lain (Rauner, 2006). Esensi caring juga ditunjukkan dengan sikap perawat yang peduli terhadap kebutuhan dan kesejahteraan klien serta keluarganya (Watson, 2004). Sikap peduli bisa diamati dengan kegiatan perawat sesegera mungkin mendatangi klien dan menyatakan kesediaan untuk membantu klien. Watson (2004) menyatakan bahwa sikap perawat yang penuh kepedulian terhadap pemenuhan kebutuhan klien termasuk sepuluh faktor caratif dari caring perawat (Watson, 2004).

(42)

78

Kepuasan pasien, hasil pengumpulan data melalui self report tentang kepuasan pasien sebelum dan sesudah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring juga mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata (mean) sebelum penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring adalah 44,41 dan setelah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring senilai 51,85. Kepuasan pasien ini dapat tercipta dengan caring perawat yang baik, yang penuh perhatian, persahabatan, empati dan simpati. Griffin (1983, dalam Morrison & Burnard, 2009) menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada pasien.

Hasil penelitian ini didukung oleh William (1997) dalam penelitiannya, menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi mengenai perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.

(43)

5.4. Keterbatasan Peneliti

Selama melakukan penelitian muncul beberapa kendala yang menjadi keterbatasan penelitian. Keterbatasan tersebut dapat berasal dari peneliti, partisipan, dan waktu penelitian.

Keterbatasan peneliti yaitu lingkungan penelitian merupakan tempat baru bagi peneliti. Perlu waktu yang lebih untuk mengenal situasi dan kondisi di rumah sakit. Upaya yang dilakukan peneliti yaitu dengan melakukan pendekatan yang intens dengan para perawat, memanfaatkan waktu dengan menggali informasi sebanyak mungkin tidak hanya dari partisipan, tetapi juga dari orang-orang yang berada pada bidang struktural serta mempelajari kondisi lingkungan rumah sakit.

Metode yang digunakan dalam pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring juga terbatas, peneliti hanya menggunakan self report dan focus group discussion dalam pengumpulan data. Beberapa penelitian lain sebelumnya selain menggunakan metode tersebut juga menggunakan pengumpulan data self report melalui jurnal, wawancara serta melakukan observasi.

(44)

80 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan ringkasan pembahasan tentang hasil penelitian yang telah dibandingkan dengan teori dan penelitian terkait, sedangkan saran merupakan tindak lanjut dari penelitian ini.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan proses penelitian yang telah dilaksanakan diruang rawat inap bedah dan interna Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan mulai dari Februari – Agustus 2016 dalam satu siklus action research telah didapatkan out put yaitu Standar Prosedur Operasional (SPO) penerimaan pasien baru berbasis caring. Out Put tersebut diterapkan dalam proses penelitian untuk menghasilkan outcome. Outcome atau dampak yang telah dihasilkan dalam penelitian ini adalah Dampak penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring berdasarkan pengambilan data melalui FGD dan self report telah mengalami peningkatan terhadap pengetahuan perawat dan kepuasan pasien.

(45)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka diberikan beberapa saran antara lain saran bagi pihak yang terkait dengan Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan (pejabat struktural, kepala keperawatan, kepala ruangan dan perawat pelaksana), bagi praktik keperawatan, pendidikan keperawatan di Indonesia dan bagi peneliti selanjutnya untuk perkembangan riset keperawatan.

Bagi Praktik Keperawatan, SPO penerimaan pasien baru di ruang rawat inap berbasis caring sebagai salah satu cara dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan diharapkan agar perawat tetap mengimplementasikan perilaku caring dalam melaksanakan setiap pelayanan kesehatan dan kepada pihak manejerial rumah sakit SPO penerimaan pasien baru berbasis caring diharapkan menjadi prioritas dalam membuat sebuah kebijakan sehingga kualitas pelayanan kesehatan semakin meningkat.

Bagi Pendidikan keperawatan, SPO penerimaan pasien baru berbasis caring direkomendasikan agar dijadikan sebagai sumber pengetahuan perilaku perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan di bagian penerimaan pasien baru sehingga mampu meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini menjadi salah satu data riset keperawatan (evidence based) yang dapat dikembangkan dengan meneliti pengaruh SPO penerimaan pasien baru berbasis caring terhadap kepuasan pasien dengan metode action research.

Gambar

Tabel 3.1. Rangkaian Kegiatan Penelitian Action Research
Gambar 4.1. Struktur Organisasi dan Tata Kelola Rumah Sakit  Bhayangkara TK.II Medan
Tabel 4.1.  Karakteristik Demografi Partisipan Perawat (N=12)
Gambar 4.2.  Siklus Action Research Pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca pada siswa kelas delapan SMPN 1 Wedarijaksa Pati

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor munculnya perilaku konsumtif adalah konformitas, dimana

Selanjutnya, untuk 51 pernyataan yang berkategori B (baik), peneliti hanya membahas untuk nilai indeks kepuasan mahasiswa yan berada pada indeks terendah 0.045 -

Skripsi ini bertujuan untuk memaparkan fungsi dan peran Taman Kebun Bunga dalam memperkenalkan sosok Tjong Yong Hian yang adalah Tokoh Masyarakat Tionghoa di

Hasil dari penelitian ini berdasarkan FGD yang diikuti oleh delapan mahasiswa melalui voting suara ditemukan ada dua faktor yang sangat mempengaruhi rendahnya motivasi

Menurut Wijaya (2004) sesungguhnya istilah virginitas lebih menampakkan masalah purity (kesucian), yaitu cara seseorang menjaga kemurnian dirinya dan

Sela Kholidiami (2016) pada penelitian skripsinya yang berjudul “Peran Wisata Religi Makam Gus Dur dalam Membangun Kehidupan Sosial Ekonomi. Mas yarakat Sekitar

kehadirat Allah SWT atas berkat, rakhmat, dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Ukuran KAP, Opini Audit, dan