• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PGSD 1202767 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PGSD 1202767 Chapter1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 mendefinisikan siswa sebagai output dari hasil pendidikan yang

sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Penyusunan kurikulum 2013 juga

memperhatikan kepada aspek-aspek yang ada pada Undang-Undang No 20 Tahun

2003, yakni peningkatan iman dan taqwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan

potensi; kecerdasan dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan

lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja;

perkembangan IPTEK; globalisasi dan persatuan nasional serta nilai-nilai kebangsaan.

Dari tuntutan diatas, maka Standar Kompetensi Lulusan yang diharapkan pun harus

memenuhi 3 ranah domain yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Salah satu cara

yang dapat digunakan untuk mengembangkan ketiga ranah diatas diantaranya adalah

pengoptimalan keterampilan proses.

Keterampilan Proses sendiri terdiri dari 9 jenis menurut Rustaman (dalam

Sulistyawati, 2014, hlm. 33) yaitu; keterampilan melakukan pengamatan (observasi),

keterampilan menafsirkan/interpretasi, keterampilan mengelompokkan/klasifikasi,

keterampilan meramalkan/prediksi, keterampilan mengajukan pertanyaan,

keterampilan merencanakan percobaan, keterampilan menerapkan konsep dan

keterampilan mengomunikasikan. Untuk kali ini, aspek yang akan menjadi sorotan

dalam penelitian penulis adalah keterampilan mengamati, menafsirkan, menerapkan

konsep dan mengomunikasikan. Penulis mengambil komponen-komponen di atas

karena masalah yang terdapat di kelas adalah masalah yang terkait dengan

komponen-komponen tersebut.

Keterampilan proses atau keterampilan proses sains ini biasa digunakan dalam

mata pelajaran IPA. Namun seiring berkembangnya kebijakan dan kurikulum, maka

penulis menerapkan keterampilan proses ini pada pembelajaran tematik kurikulum

2013. Dengan materi pokok yang diambil dari kompetensi dasar IPA. Hal ini

disebabkan karena masalah yang ada di kelas tempat penulis melakukan penelitian

adalah hal-hal yang menyangkut keterampilan proses.

Hasil observasi proses KBM tema 7 subtema 3 pada hari Selasa tanggal 01

(2)

temuan permasalahan yang cukup pelik dalam beberapa komponen keterampilan

proses. Kompetensi Dasar yang sedang diampu siswa pada saat itu adalah

“Menceritakan hasil pengamatan mengenai perubahan dan keberlanjutan yang terjadi

dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, masa

tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan

dan budaya dalam berbagai jenis media”.

Keterampilan mengamati adalah fase pertama dan merupakan hal yang paling

dasar dalam keterampilan proses. Mengamati dalam arti disini tidak hanya

menggunakan indera penglihatan saja, melainkan seluruh indera yang dimiliki

manusia. Temuan nyata keterampilan mengamati pada proses KBM di kelas VA,

adalah sebagai berikut :

a. Siswa yang duduk dibelakang (ARD, RP, AA, AR, AS, FB, NS) tidak

memperhatikan penjelasan guru.

b. Siswa IN dan YA yang duduk satu meja mengobrol satu sama lain.

c. Siswa RP memukul-mukul meja.

d. Siswa FF membetulkan sepatu.

e. Siswa AS melihat kebelakang, mengobrol dengan teman di belakangnya.

f. Siswa UD tidak memiliki buku tema, siswa UD tidak membaca.

Keterampilan menafsirkan merupakan lanjutan dari keterampilan mengamati.

Dari hasil mengamati, jika siswa sudah dapat menemukan pola dari hasil keterampilan

mengamati, maka ia sudah dapat dikatakan tuntas atau mencapai indikator

keterampilan menafsirkan. Temuan keterampilan mengamati pada proses KBM di

kelas VA, adalah sebagai berikut :

a. Siswa RK melihat kebelakang bangku temannya dan bertanya bagaimana cara

pengisian LKS.

b. Siswa FF bertanya kepada peneliti maksud dari soal yang guru berikan.

c. Siswa YA menjawab pertanyaan berbunyi Apa saja bentuk penghargaan yang dapat

kita lakukan terhadap benda-benda peninggalan sejarah dengan jawaban yang

keliru yaitu lukisan langka, benda-benda museum Hal ini menandakan bahwa siswa

YA tidak memahami isi soal.

d. Siswa ES bertanya maksud dari soal bentuk penghargaan.

e. Siswa AP bertanya sama seperti siswa ES

Keterampilan selanjutnya adalah keterampilan menerapkan konsep.

(3)

Keterampilan menerapkan konsep sendiri merupakan keterampilan menjelaskan

sesuatu melalui konsep yang telah didapat. Konsep yang didapat dapat berupa konsep

yang dijelaskan oleh guru maupun hasil proses mengkontruksi pengetahuan siswa

sendiri. Temuan keterampilan menerapkan konsep pada proses KBM di kelas VA,

adalah sebagai berikut :

a. Siswa UD tidak mengerjakan tugas mengemukakan pendapat cara lain merawat

benda-benda peninggalan sejarah. UD tidak memiliki buku tema.

b. Siswa RK melihat jawaban temannya dibelakang.

c. Siswa AS melihat jawaban temannya dibelakang.

d. Siswa CI bertanya tentang cara merawat benda-benda peninggalan sejarah.

e. Siswa AP mengeluh kepada temannya bahwa ia tidak dapat mengisi tugas

mengemukakan pendapat cara merawat benda-benda bersejarah.

f. Siswa ARD menjawab keliru pertanyaan cara menjaga dan merawat benda

bersejarah.

Keterampilan yang terakhir adalah keterampilan mengomunikasikan.

Keterampilan ini menuntut siswa untuk dapat menyajikan hasil pengamatannya sesuai

dengan fakta-fakta yang relevan. Keterampilan mengomunikasikan dapat berupa

komunikasi verbal maupun komunikasi non-verbal. Pada proses ini siswa diminta

menceritakan kembali teks bacaan museum Fatahillah dan membacakannya di depan

kelas. Temuan keterampilan mengkomunikasikan pada proses KBM di kelas VA

adalah sebagai berikut :

a. Siswa RN dalam menceritakan kembali sudah cukup baik karena memakai bahasa

sendiri, namun dalam proses mengomunikasikan verbalnya RN sangat malu-malu

dan suaranya pun tidak terdengar.

b. Siswa FF dalam menceritakan kembali kuirang baik, karena tugas FF sama dengan

teks bacaan sehingga terkesan seperti menulis ulang namun dalam proses

mengomunikasikan verbal, siswa FF sangat tegas dan lantang dan tidak malu-malu.

c. Siswa SC dalam proses mengomunikasikan verbal suaranya sama sekali tidak

terdengar serta wajah ditutupi buku.

d. Siswa RK dalam proses mengomunikasikan tertulis, tulisan tidak jelas, deskripsi

tidak jelas serta suara tidak terdengar.

e. Siswa FB, FK dan AS menulis ulang teks yang ada pada buku serta suara tidak

terdengar jelas.

(4)

g. Siswa ES suara tidak terdengar, wajah ditutupi buku.

Kegiatan pembelajaran dalam kompetensi dasar tersebut adalah mengemukakan

pendapat terkait cara merawat benda-benda peninggalan sejarah serta penugasan untuk

merangkum teks bacaan menggunakan bahasa sendiri dan mengomunikasikan hasil

temuannya di depan kelas. Pada mulanya siswa diberikan gambaran mengenai cara

merangkum yaitu dengan menjelaskan pokok-pokok pikiran dari setiap paragraf.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, ada beberapa faktor penyebab dari

permasalahan kemampuan mengomunikasikan siswa kelas V diantaranya :

1. Faktor guru diantaranya adalah :

a. Guru tidak mengonkritkan pertanyaan yang ada pada buku tema yang masih

bersifat abstrak. Kata-kata pada buku tema sulit dipahami.

b. Guru menjelaskan tanpa visualisasi yang jelas dan hanya berpatok pada buku

tema.

c. Guru keluar dari kelas dan tidak berkeliling memfasilitasi siswa ketika KBM

berlangsung.

d. Guru pada awalnya memberikan kesempatan pada siswa yang ingin maju

terlebih dahulu, namun tidak ada inisiatif satu orangpun siswa yang ingin

maju kedepan hingga penugasan mengomunikasikan dilakukan secara acak.

e. Guru kurang memberikan reward, pujian dan motivasi pada siswa.

2. Faktor siswa diantaranya adalah :

a. Siswa memiliki atensi yang rendah dikarenakan kurang inovatifnya

penggunaan media dan model pembelajaran (keterampilan mengamati).

b. Siswa yang duduk di barisan belakang cenderung tidak memperhatikan

penjelasan guru (keterampilan mengamati).

c. Beberapa siswa tidak memiliki buku tema (keterampilan mengamati)

d. Siswa tidak memahami pertanyaan yang ada pada buku tema dikarenakan

kosakata yang cenderung tinggi dan sulit dipahami (keterampilan

menafsirkan).

e. Siswa kurang kreatif dalam mengemukakan pendapat dan inovasi, jawaban

sangat sederhana (keterampilan menerapkan konsep)

f. Siswa memiliki tingkat kepercaya dirian yang rendah (keterampilan

mengomunikasikan)

g. Siswa kurang berinisiatif ketika diberikan kesempatan untuk melakukan proses

(5)

h. Siswa memiliki sikap individualisme yang tinggi adapun ketika diperintahkan

berkelompok siswa cenderung memilih-milih teman kelompoknya.

i. Siswa merasa malu, takut salah dan takut ditertawakan oleh teman-temannya.

Dari data diatas 14 dari 24 siswa memiliki kemampuan keterampilan proses

yang rendah, praktikan mewawancarai 4 sampel siswa dan jawaban mereka rata-rata

adalah kurang semangat belajar karena sekolah siang, mengantuk, pembelajaran tidak

menyenangkan, bosan dan ingin cepat pulang. Pada konten materi, siswa merasa

kebingungan menceritakan dan menyusun kembali cerita menggunakan kata-kata

sendiri karena cerita sudah cukup ringkas dan jelas sehingga mayoritas siswa menulis

ulang cerita yang ada di buku tema.

Untuk menyikapi permasalahan keterampilan proses ini, penulis mencoba

menerapkan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL). Problem-Based

Learning (PBL) atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori

konstruktivisme Piaget dan Vigotsky (Sani, 2015). Jika permasalahan berakar pada

keterampilan proses siswa, maka model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)

ini adalah salahsatu langkah yang tepat digunakan untuk memecahkannya, hal ini

karena proses berpikir yang dapat dikembangkan dengan menerapkan model PBL ini

adalah berpikir membuat perencanaan, berpikir generatif, berpikir sistematis, berpikir

analogis dan berpikir sistemik (Sani, 2015).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan umum masalah penelitian ini adalah “bagaimana penerapan model

pembelajaran Problem-Based Learning dapat meningkatkan keterampilan proses

siswa kelas VA?”. Kemudian untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut,

maka secara khusus dibuat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

Problem-Based Learning (PBL) pada tema sembilan “lingkungan sahabat kita”

siswa SD kelas VA SD Negeri di kota Bandung?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan proses siswa SD Kelas VA SD Negeri di

kota Bandung melalui penerapan model pembelajaran Problem-Based

(6)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini

adalah mengetahui “penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) untuk meningkatkan keterampilan proses siswa kelas VA SD Negeri di kota

Bandung”. Kemudian tujuan khusus penelitian ini terdiri dari beberapa pernyataan

penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

Problem-Based Learning (PBL) pada tema sembilan “lingkungan sahabat kita”

siswa SD kelas VA SD Negeri di Kota Bandung.

2. Mengetahui peningkatan keterampilan proses siswa SD kelas VA SD Negeri di

Kota Bandung melalui penerapan model pembelajaran Problem-Based

Learning (PBL).

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan memiliki

manfaat bagi beberapa pihak diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat bagi guru:

a. Mengetahui kesulitan belajar pada siswa.

b.Meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru

dalam ber-PTK.

c.Menambah etos kerja guru dalam membimbing siswa menuntaskan proses

belajarnya.

d.Menambah pengetahuan mengenai penerapan model PBL dalam

pembelajaran tematik.

2. Manfaat bagi siswa:

a. Membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses.

b.Melatih siswa dalam diskusi kelompok dalam memecahkan masalah

c. Membantu siswa dalam berpikir kritis dan inovatif

d.Melatih siswa untuk belajar secara kontekstual sesuai keadaan di dunia

nyata melalui model pembelajaran yang berakar dari masalah.

e.Meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran tematik.

3. Manfaat bagi sekolah:

a.Menambah keberagaman penerapan model pembelajaran di sekolah

(7)

b. Memudahkan pendidik untuk menyampaikan bahan ajar tematik.

c.Mencetak generasi siswa yang mandiri dan siap bersaing di dunia nyata

karena telah dilatih dengan pembelajaran yang berbasis masalah.

4. Manfaat bagi peneliti:

a. Mengetahui tentang PTK serta rancangan prosesnya.

b. Mengetahui macam-macam kesulitan belajar pada siswa.

c.Mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah

yang merupakan solusi pemecahan masalah keterampilan proses siswa.

d. Mendapatkan informasi mengenai PTK dan model pembelajaran.

e.Menghasilkan produk yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan

pembelajaran.

f. Menjadikan prasyarat kelulusan meraih gelar sarjana

5. Manfaat bagi peneliti lain:

a. Mengetahui macam-macam kesulitan belajar pada siswa.

b. Menambah wawasan mengenai keberagaman model pembelajaran.

c. Menambah referensi mengenai kegiatan PTK.

6. Manfaat bagi LPTK:

a.Sebagai referensi dan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya.

b.Agar penelitian ini berkesinambungan dan bermanfaat bagi peneliti di

Referensi

Dokumen terkait

projection so supporting the standard projection clause, too, is of no use in practice (but may require additional effort in. implementations): If the target property is optional

Komputer server pada kasus ini juga bertindak sebagai penggerak dan pemutar kamera dalam aplikasi, sedangkan komputer client hanya digunakan untuk menerima data posisi dan

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

kualifikasi terhadap hasil evaluasi penawaran yang telah Saudara-saudara

Diberikan oleh bank syariah kepada anggota untuk pengadaan barang-barang modal (aset tetap) yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun. Secara umum,

Bahwa perbedaan agama dalam sebuah keluarga di Indonesia adalah merupakan suatu yang lumrah, apakah hal itu karena perkawinan beda agama atau karena salah satu dari

Dan juga pada kesempatan ini penulis pun menggunakan program aplikasi tersebut untuk membuat sebuah iklan animasi sebuah produk minuman kaleng yang di kemas rapi dan di susun