• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perbandingan routing protocol epidemic dan prophet di opportunistic networks.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis perbandingan routing protocol epidemic dan prophet di opportunistic networks."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOCOL EPIDEMIC DAN PROPHET DI OPPORTUNISTIC NETWORKS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh :

Dionysius Dewaji Madyasta 115314017

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PERFORMANCE EVALUATION OF ROUTING PROTOCOL EPIDEMIC AND PROPHET IN OPPORTUISTIC NETWORKS

A THESIS

Presented as Partial Fullfillment of Requirtments To Obtain Sarjana Komputer Degree

In Informatics Engineering Depeartment

By :

Dionysius Dewaji Madyasta 115314017

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN MOTO

“Bagaimana bisa tetap berdiri tegak, sementara melihat dedaunan yang selama ini dipertahankan, justru jatuh dan kemudian meninggalkan?

Atau, ini hanya salah satu cara semesta mengajarkanku menjadi lebih

kuat” ~skripsi

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Opportunistic Network merupakan suatu jaringan dapat berkomunikasi

tanpa infrastruktur, dimana konektivitas antara end-to-end tidak dapat diperkirakan

dan node dalam jaringan Opportunistic besifat intermittent, dengan arti node

tersebut terkadang terhubung dan terkadang juga tidak,Tantangan dalam jaringan

ini adalah bagaimana strategi menyampaikan pesan dari node pengirim (source)

sampai node tujuan (destination).

Pada penelitian ini penulis menguji unjuk kerja dari protokol routing

epidemic dan prophet untuk menguji protokol tersebut penulis menggunakan

simulator TheONE. Metrik unjuk kerja yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain delivery ratio, overhead ratio, latency average, dan buffer occupancy.

Parameter yang akan digunakan pada setiap pengujian adalah dengan penambahan

jumlah node, penambahan jumlah time to live dan penambahan buffer size

sedangkan pergerakanya menggunkan random waypoint dan pergerakan manusia

(Haggle4-Cam-Imote).

Protokol epidemic dengan pola pengiriman yang flooding

based-Forwarding akan menghasilkan delivery yang tinggi dan latency yang baik namun

dengan jumlah copy pesan yang banyak, sehingga menyebabkan overhead didalam

jaringan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa protokol prophet mampu

menggungguli epdemic dengan meminimalkan jumlah copy pesan, menggunakan

pola pengiriman delivery predictability. protokol prophet juga akan menjaga nilai

probabilitas dan latency.

Dengan pergerakan random waypoint kinerja prophet kurang optimal

dibanding epidemic karena di random waypoint probabilitas bertemu setiap node

cenderung sama, namun dipergerakan manusia prophet dapat bekerja dengan baik

karena setiap node memiliki nilai probabilitas bertemu yang variatif.

Kata kunci : opportunistic network, epdemic, Prophet, random waypoint,

(9)

ix ABSTRACT

Opportunistic Network is a network that can communicate without

infrastructure when the connectivity between end-to-end cannot be predicted and

the node in the network Opportunistic is intermittent, it means that the node is

sometimes connected and sometimes not. The challenge in this network is how to

convey the message from the source node to the destination node.

In this research, the writer tests the performance of the protocol routing

epidemic and prophet. The writer tests it by using The One simulator. The metric

performances that are used in this research include delivery ratio, overhead ratio,

average latency, and buffer occupancy. The parameter that will be used in each test

is increasing the number of node, increasing the amount of time to live, and the

addition of buffer size while the movement is using the random waypoint and the

human movement (Haggle4-Cam-Imote).

Protocol Epidemic with a pattern flooding-based-Forwarding delivery will

produce a high delivery and a good latency. In the other hand, with the number of

messages that is much, it causes overhead on the network.

The research result shows that the protocol Prophet is able to surpass the

epidemic by minimizing the number of message copies, using the pattern of the

delivery predictability. Protocol Prophet will also keep the value of the probability

and latency.

With the random waypoint movement, the performance of prophet is less

optimal than the epidemic. It is because the probability meets each node that tends

to be the same in random waypoint, but in the human movement, the prophet can

work well because each node has a meeting probability value that is various.

keywords: opportunistic network, epidemic, Prophet, random waypoint, haggle-4,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

“Analisis Perbandingan Routing Protocol Epidemic Dan Prophet Di Opportunistic

Networks”. Tugas akhir ini merupakan salah satu mata kuliah wajib dan sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar sarjana computer program studi Teknik

Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama proses penelitian dan penyusunan

laporan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah membantu penulis, sehingga pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya,

antara lain kepada :

1. Tuhan Yesus kristus, yang selalu memberikan kekuatan, berkah dan

rahmatya dalam proses pembuatan tugas akhir.

2. Sudi Mungkasi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Anastasia Rita Widiarti, M.Kom. selaku Ketua Program Studi Teknik

Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

4. Henricus Agung Hernawan, S.T.,M.Kom. selaku dosen pembimbing

akademik, terimakasih atas kritik dan saran yang telah diberikan kepada

penulis.

5. Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing tugas

akhir, terimakasih atas kesabarannya dan nasehat dalam membimbing

penulis, meluangkan waktunya, memberi dukungan, motivasi, serta saran

yang sangat membantu penulis.

6. Orang tua, Daminanus Eko karsono dan Vincensia Sri Jotho, Simbah Putri

serta Saudara saudari saya Lucia Dena pratita, Dewi Hastuty, Nero, Moly,

Ciko, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat dalam

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

TITLE PAGE ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ...vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Metodologi Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Delay Tolerant Network ... 6

2.2 Opportunistic Networks ... 9

2.3 Pergerakan Random Waypoint... 11

2.4 Pergerakan manusia ... 11

2.5 Protokol Routing ... 12

2.5.1 Epidemic ... 13

2.5.2 Prophet ... 14

2.6 The One Simulator ... 16

2.6.1 Fungsi The One Simulator ... 16

(13)

xiii

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN ... 20

3.1 Parameter Simulasi ... 20

3.2 Skenario Simulasi ... 21

3.3 Parameter Uji ... 22

3.4 Topologi Jaringan ... 23

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS ... 24

4.1 Pergerakan Random Waypoint... 24

4.1.1 Penambahan Jumlah Node ... 24

4.1.2 Penambahan Buffer Size ... 28

4.1 Pergerakan Manusia dengan penambahan TTL pesan ... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Parameter Jaringan. ... 20

Tabel 3. 2 Tabel skenario simulasi dengan variasi TTL. ... 21

Tabel 3.3 Tabel skenario simulasi dengan variasi Buffer Size. ... 21

Tabel 3.4 Tabel skenario simulasi dengan variasi Node ... 21

Tabel 4. 1 Hasil penambahan jumlah node pada protocol Epidemic……….24

Tabel 4. 2 Hasil penambahan jumlah node pada protocol Prophet. ... 25

Tabel 4. 3 Hasil penambahan Buffer Size pada protocol epidemic. ... 28

Tabel 4. 4 Hasil penambahan Buffer Size pada protocol Prophet. ... 28

Tabel 4. 5 Hasil penambahan TTL pesan pada protocol Epidemic. ... 32

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Interplanetary internet. ...7

Gambar 2. 2 Metode Store And Forward. ...8

Gambar 2. 3 Letak Bundle Layer. ...8

Gambar 2. 4 Bagan Opportunistic Networks. ...9

Gambar 2. 5 ilustrasi pergerakan random waypoint. ...11

Gambar 2. 6 cara kerja Epidemic. ...14

Gambar 2. 7 ilustrasi pola pertukaran delivery predictability pada protokol prophet. 16 Gambar 2. 8 ilustrasi transitive property pada protokol prophet. ...16

Gambar 2. 9Tampilan awal The ONE Simuator. ...17

Gambar 2. 10 Struktur The ONE Simulator. ...17

Gambar 3. 1 Snapshoot topologi jaringan menggunakan RandomWaypoint………. 23

Gambar 4. 1 grafik penambahan jumlah node pada protocolprophet dan epidemic. 25 Gambar 4. 2 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan 20 node. ...27

Gambar 4. 3 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan 50 node. ...27

Gambar 4. 4 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan 80 node. ...28

Gambar 4. 5 grafik penambahan jumlah Buffer pada protocolprophet dan epidemic ...29

Gambar 4. 6 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan buffer size 5MB. ...31

Gambar 4. 7 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan buffer size 30MB. .31

(16)

xvi

Gambar 4. 9 grafik penambahan jumlah TTL pada protocolprophet dan epidemic. ..33

Gambar 4. 10 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan TTL 20. ...35

Gambar 4. 11 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan TTL 60. ...35

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jaringan komputer yang semakin berkembang menggunakan dua

media transmisi yaitu jaringan kabel dan jaringan nirkabel (wireless).

Wireless merupakan jaringan nirkabel yang menggunakan udara sebagai

media transmisinya untuk menghantarkan gelombang elektromagnetik [1],

wireless menyesuaikan dengan perkembangan penggunaan perangkat yang

mendukung mobilitas penggunanya, karena penggunaan jaringan

menggunakan media transmisi kabel tidak mendukung mobilitas maka

jaringan nirkabel adalah jaringan yang tepat untuk proses komunikasi.

Salah satu aplikasi jaringan nirkabel adalah Ad hoc network yang

memiliki tantangan dimana setiap perangkat (node) yang terhubung dengan

node lainnya berpindah tempat atau bergerak (mobile), dimana saja dan kapan

saja tanpa menggunakan infrastruktur jaringan yang ada disebut dengan

Mobile Ad HocNetwork (MANET). Dalam MANET, Sebuah node sekaligus

sebagai sebuah router dapat menghapus atau meneruskan (forward) paket

(bertindak sebagai relay). Dengan demikian, paket melewati jaringan ad hoc

dengan cara diteruskan dari satu node ke node lainnya sampai ke tujuannya.

Dikarenakan node-node yang ada bergerak maka ini akan menantang, karena

topologi jaringan berubah secara terus menerus. Bagaimana menemukan

tujuan, bagaimana mencari jalur ke tujuan, dan bagaimana memastikan

komunikasi tetap berlangsung dalam kondisi perubahan topologi yang

terus-menerus adalah tantangan utama dalam MANET.

Ada kondisi lain dimana setiap node tidak lagi terhubung satu sama

lain seperti pada MANET, untuk mengatasi kasus tersebut maka di

kembangkan menjadi OpportunisticNetworks yang merupakan salah satu sub

bagian dari Delay tolerant network, Dalam Opportunistic Networks, node

yang bergerak di ciptakan untuk berkomunikasi satu sama lain bahkan jika

(18)

2

kemungkinan terjadi delay yang cukup lama. Selain itu, node yang berada

dalam jaringan tidak mengetahui atau mendapatkan informasi tentang

topologi jaringan termasuk jumlah nodenya.

Rute di bangun secara dinamis antara node pengirim dan node

tujuan, dan setiap node yang saling bertemu kemungkinan akan digunakan

sebagai hop berikutnya asalkan dapat menyampaikan pesan sampai ke tujuan

akhir. Untuk menentukan node mana yang akan di jadikan hop, di atur oleh

banyak Protokol Routing, diantaranya adalah ; epidemic, Prophet, spray and

wait, BubbleRap, PeopleRank, FairRouting, RAPID, simbet dll.

Didalam penelitian akan membandingkan dua buah protokol routing

yaitu Epidemic dan Prophet kemudian akan di analisis performasinya,

parameter untuk analisisnya adalah ;Delivery Ratio, Latency Average, Buffer

Occupancy, Overhead ratio, dan menggunkan dua pergerakan yaitu random

waypoint dan pergerakan manusia, pengujian bersifat simulator dan akan

menggunakan program The ONE simulator.

Hasil penelitian di harapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

menentukan routing protokol yang lebih baik yang dapat di gunakan pada

(19)

3 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, rumusan

masalah yang didapat adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mendapatkan data (Delivery Ratio, Overhead ratio, Latency

Average, Buffer Occupancy) untuk mengetahui kinerja routing protokol

Epidemic dan Prophet.

2. Bagaimana menganalis data (Delivery Ratio, Overhead ratio, Latency

Average, Buffer Occupancy) untuk mengetahui kinerja routing protokol

Epidemic dan Prophet .

3. Bagaimana menyimpulkan kualitas kerja protokol routing Epidemic

dan Prophet berdasarkan analisis data.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Simulasi di bangun dengan menggunakan The ONE Simulator dengan

bahasa pemrograman java.

2. Routing protokol yang di gunakan adalah Epidemic dan Prophet.

3. Parameter uji yang diukur adalah Delivery Ratio, Latency Average,

Overhead ratio, Buffer Occupancy.

4. Pergerakan yang dipakai adalah random waypoint dan pergerakan

manusia mengetahui

5. Parameter pengujianya adalah penambahan jumlah node, penambahan

jumlah buffer dan penambahan TTL pesan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk

memberikan hasil perbandingan kinerja routing protokol di Opportunistic

Networks. Perbandingan tersebut adalah antara routing protokol Epidemic

(20)

4 1.5 Metodologi Penelitian

Adapaun metodologi dan langkah – langkah yang digunakan dalam

pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1 Studi Literatur

a. Teori Jaringan Opportunistic

b. Teori protokol Epidemic dan Prophet

c. Teori delivery ratio, Overhead ratio, Latency average, dan buffer

occupancy.

d. Javadocs (ONE simulator)

e. Tahap-tahap dalam membangun simulasi

2 Perancangan

Dalam tahap ini penulis merancang skenario sebagai berikut:

a. Penambahan jumlah node

b. Penambahan jumlah Buffer

c. Penambahan jumlah TTL pesan

d. Source dan destination tetap

e. Pergerankan random waypoint dan pergerakan manusia

3 Pembangunan Simulasi dan Pengumpulan Data

Pembangunan dan pengumpulan data pada tugas akhir ini menggunakan

The One Simulator berbasis java.

4 Analisis Data Simulasi

Dalam tahap ini penulis menganalisa hasil pengukuran yang diperoleh

pada proses simulasi. Analisa dilakukan dengan pengamatan yang

berdasarkan teori – terori mengenai protokol yang dipakai

5 Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan didasarkan pada beberapa parameter uji yang

(21)

5 1.6 Sistematika Penulisan

Berikut adalah sistematika penulisan tugas akhir yang di bagi menjadi 5

bab, yang lebih jelasnya dapat di lihat di bawah ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, Rumusan masalah,

Tujuan Peneitian, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian, serta Sistematika

Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang dasar teori yang di gunakan penuis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

BAB III : PERENCANAAN PENELITIAN

Bab ini berisi tetang perencanaan kerja dalam melakukan penelitian,

serta parameter – parameter yang di jadikan bahan penelitian.

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISIS

Bab ini berisi tahap – tahap pengujian simulasi dan analisis data hasil

simulasi.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(22)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Delay Tolerant Network

Delay Tolerant Network (DTN), artinya jaringan (komputer) yang

toleran atau tidak mempermasalahkan delay (waktu tunda). Jaringan DTN

tetap dapat bekerja meskipun delay dalam jaringan cukup tinggi [1].

Konsep DTN pertama kali diperkenalkan oleh Kevin Fall dalam

makalah ilmiahnya yang berjudul A Delay-Tolerant Network Architecture for Challenged Internets” [2]. Dalam makalah tersebut, Kevin menyatakan bahwa DTN merupakan arsitektur yang cocok pada jaringan yang

“menantang” (challenged). Maksud dari “menantang” disini adalah jaringan

yang penuh dengan masalah, seperti delay yang lama karena koneksi

end-to-end tidak selalu ada, koneksi yang sering terputus dan tingkat error yang

tinggi. Contoh jaringan yang menantang antara lain:

 Jaringan luar angkasa (Interplanetary Network), konsep jaringan yang

memungkinkan akses Internet di luar angkasa.

Military AdHoc Network. Pasukan militer sering kali ditempatkan di

daerah-daerah terpencil yang tidak berpenghuni dan tidak ada koneksi

memadai. Misalkan diperbatasan Indonesia dengan Papua Nugini, atau di

pulau-pulau terluar Indonesia. Konsep DTN dapat digunakan untuk

membangun jaringan komputer dalam keadaan seperti ini.

 Jaringan Sensor/Aktuator, contohnya pada penerapan Wireless Sensor

Network (WSN).

Dari beberapa contoh jaringan yang disebutkan diatas, alasan utama

terciptanya konsep DTN adalah untuk komunikasi luar angkasa

(Interplanetary Network). Oleh karena itu, pada perkembangan DTN dari

masa ke masa, NASA (lembaga peneliti luar angkasa AS) ikut berperan besar.

Pada komunikasi luar angkasa, jelas tidak akan dapat dilakukan dengan

(23)

7

pengiriman yang lama (akibat jarak yang jauh) dan koneksi end-to-end yang

tidak selalu ada.

Misalkan pada pengiriman data dari stasiun bumi ke sebuah

kendaraan luar angkasa (hover) di Mars. Pengiriman data ini memerlukan

beberapa satelit dan stasiun luar angkasa sebagai router. Koneksi end-to-end

hampir mustahil dibangun sehingga pengiriman data dengan TCP/IP tidak

mungkin dilakukan. Yang memungkinkan adalah mengirim data secara

bertahap dari satu node ke node berikutnya, kemudian disimpan. Selanjutnya

dapat diteruskan ke node berikutnya setelah ada koneksi. Dengan DTN,

model pengiriman data seperti ini mungkin untuk dilakukan.

Gambar 2. 1 Interplanetary internet.

Bagaimana DTN dapat bekerja pada jaringan yang penuh dengan

hambatan seperti koneksi sering terputus dan tingkat delay yang tinggi?

Jawabannya adalah pada penggunaan metode Store, Carry and Forward.

Metode tersebut artinya adalah sebuah paket data / pesan saat melewati

node-node perantara (ex. router) akan disimpan terlebih dahulu sebelum diteruskan

(Store). Kemudian node akan membawa pesan sesuai dengan pergerakanya

(Carry), jika terjadi kontak node atau node bertemu dengan node lain pesan

(24)

8

Ilustrasi konsep Store, Carry and Forward. ditunjukkan dalam

Gambar 2. 2.

Gambar 2. 2 Metode Store And Forward.

Dalam DTN, proses Store, Carry and Forward dilakukan pada

sebuah layer tambahan yang disebut Bundle layer, dan data yang tersimpan

sementara disebut dengan bundle. Bundle layer adalah sebuah layer tambahan

untuk memodifikasi paket data dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan

DTN. Bundle layer terletak langsung dibawah layer aplikasi. Dalam bundle

layer, data dari layer aplikasi akan dipecah-pecah menjadi bundle. Bundle

inilah yang akan dikirim ke transport layer untuk diproses lebih lanjut. Letak

bundle layer ditunjukkan dalam Gambar 2. 3.

(25)

9

Gambar 2. 3 menunjukan penerapan DTN pada jaringan.

Protokol-protokol pada layer dibawah bundle layer bisa protokol apa saja, tergantung

kondisi jaringan.

2.2 Opportunistic Networks

Gambar 2. 4 Bagan Opportunistic Networks.

Bagan diatas menunjukkan posisi Opportunistic Network didalam

jaringan DTN, DTN dibagi menjadi dua bagian diantaranya adalah :

Deterministic routing protocol [3]: Probabilitas pertemuan node bisa di prediksi. Contoh : Jaringan luar angkasa (Interplanetary Network) yang

bisa diprediksi kapan planet akan saling bertemu.

Non-deterministic routing protocol [3]: probabilitas pertemuan node tidak

bisa diprediksi. Contoh : Jaringan mobile communication yang di terapkan

pada kehidupan manusia berdasarkan kesempatan manusia saling bertemu.

Opportunistic network berada pada non-deterministic networks,

yang berarti komunikasi dijaringan sosial oportunistik terjadi pada

pembentukan kontak oportunistik antara node, tanpa ketersediaan routing

end-to-end. perangkat mobile (node) dapat melakukan kontak hanya jika

manusia (node) saling bertemu, jaringan tersebut erat dengan jaringan sosial DTN

Deterministic

Non-Deterministic (Opportunistic

Nekworks)

(26)

10

manusia. Oleh karena itu, Opportunistic network mengeksploitasi perilaku

manusia dan hubungan sosial untuk membangun skema penyebaran pesan

yang lebih efisien dan dapat dipercaya [4]. Karakteristik dari Jaringan

Opportunistic sebagai berikut :

a. Pemutusan.

Tidak ada koneksi antara jumlah node.

b. Intermittent Connectivity.

Tidak ada jalur end-to-end antara source dan destination

c. Latency Tinggi.

Latency didefinisikan sebagai end-to-end delay antara node. Latency tinggi

terjadi karena jumlah pemutusan antara node

d. Low Data Rate.

Data Rate adalah tingkat yang menggambarkan jumlah pesan yang

disampaikan dibawah jangka waktu tertentu. Low Data Rate terjadi karena

penundaan yang lama antara transmisi.

e. High Error Rate.

Jika kesalahan bit terjadi pada link, maka data membutuhkan koreksi

kesalahan. Untuk mentransmisikan semua paket, dibutuhkan lalu lintas

jaringan yang lebih.

f. Sumber Daya Yang Terbatas

Jaringan Opportunistic memiliki kendala pada sumber daya. Hal ini

membutuhkan desain protokol untuk mengefesienkan sumber daya.

Dengan kata lain, penggunaan node harus mengkonsumsi sumber daya

perangkat keras secara terbatas seperti CPU, memori (RAM) dan baterai.

Misalnya, di WSNs, node dapat ditempatkan di lingkungan terbuka selama

bertahun-tahun sebelum data dikumpulkan, dan karenanya membutuhkan

node untuk mengelola penggunaan energi tiap node. Selain itu, protokol

routing yang baik akan mempengaruhi sumber dari beberapa node.

Sebagai contoh, node dapat memilih untuk mengalihkan beberapa bundel

mereka untuk disimpan ke node lain untuk membebaskan memori atau

(27)

11 2.3 Pergerakan Random Waypoint

Pada jaringan Opportunistic konektivitas tergantung pada

pergerakan yang digunakan. Model pergerakan random waypoint berjalan

pada area yang ditentukan (fixed). Setiap node akan bergerak secara acak

dengan kecepatan yang sudah ditentukan. Setelah sampai tujuan, node akan

berhenti selama waktu yang ditentukan (pause time). Berikut adalah ilustrasi

pergerakan random waypoint.

Gambar 2. 5 ilustrasi pergerakan random waypoint.

2.4 Pergerakan manusia

Model pergerakan ini adalah pergerakan manusia asli yang di catat

pada sebuah data set (haggle4 – cam-imote), data tersebut berisi waktu

mengatur kapan node (manusia yang membawa perangkat) bertemu dan

meninggalkan node yang lain [5].

Pada pola pergerakan manusia node tidak bergerak secara random

melainkan node akan mengikuti pergerakan manusia yang menuju titik

tertentu(point of interest)

Spesifikasi dari haggle4 cam-imote yaitu data set

pertemuan/kontak node dari sebuah konferensi yang diselenggarakan di

(28)

12

bluetooth. Lama waktu simulasi yang dibutuhkan untuk menjalankan sampai

akhir sesuai data set adalah 11 hari waktu simulasi. Banyaknya node dari set

data adalah 36 node

Pada pergerakan manusia, nilai probabilitas bertemu dengan node

lain berbeda – beda. Terdapat beberapa node dengan probabilitas bertemu

node lain yang tinggi, node ini dinamakan hub-node dimana node – node

dapat menitipkan pesan dengan probabilitas pengiriman lebih tinggi untuk

disampaikan ketujuan.

2.5 Protokol Routing

Protokol routing merupakan aturan dalam proses pengiriman dan

pertukaran data dari sebuah node ke node yang lain dalam jaringan dan

menghubungkan source ke destination

Routing merupakan perpindahan informasi diseluruh jaringan dari

source ke destination dengan minimal satu node berperan sebagai perantara.

Routing bekerja pada layer 3 (lapisan jaringan). Routing dibagi menjadi 2

bagian. Yang pertama adalah protokol routing yang berfungsi untuk

menentukan bagaimana node berkomunikasi dan membagikan informasi

dengan node lainnya yang memungkinkan node source untuk memilih rute

yang optimal ke node destination dalam sebuah jaringan.

Sedangkan algoritma routing berfungsi untuk menghitung secara

matematis jalur yang optimal berdasarkan informasi routing yang dimiliki

oleh semua node serta akan menentukan jalur terbaik menurut algoritma dari

protokol yang digunakan. Protokol routing yang dipakai dalam penelitian ini

(29)

13

2.5.1 Epidemic

Epidemic routing algorithm diterbitkan oleh Vahdat dan

Becker et al. (2000), yang di rancang sebagai algoritma flooding-based

forwarding [3]. Tujuan utama EpidemicRouting adalah untuk:

- Memaksimalkan tingkat pengiriman pesan

- Meminimalkan pesan latency

Cara kerja Routing Epidemic adalah sebagai berikut, setiap

kali node pengirim bertemu dengan node lainya maka pertama kali yang

dilakukan adalah bertukar summary vector, untuk mengidentifikasi

pesan apakah node yang baru ditemui sudah mempunyai pesan yang di

bawa node pengirim atau tidak, jika tidak maka node pengirim akan

meneruskan salinan pesan yang dibawa. Pesan akan terus disalin dari

satu node ke node lain sampai TTL nya berakhir. Pesan akan di simpan

dalam buffer node. Dengan demikian, pesan tersebut menyebar ke

seluruh jaringan hingga sampai ke node tujuan.

Meskipun tidak ada jaminan pesan tersampaikan, Epidemic

adalah algoritma yang mampu membuat pendekatan terbaik untuk

penyampaian pesan ke node tujuan, Akan tetapi Epidemic masih

memiliki kekurangan yaitu akan mengakibatkan tidak efisiennya

penggunaan sumber daya jaringan seperti konsumsi energi, storage dan

bandwith, karena penyampaian salinan pesan yang sama akan

menyebar semakin banyak ke dalam jaringan.

Epidemic memberikan penyebaran salinan cepat ke dalam

jaringan yang tentu saja mengahasilkan waktu pengiriman yang

(30)

14

Gambar 2. 6 cara kerja Epidemic.

2.5.2 Prophet

Prophet adalah singkatan dari Probabilistic Routing Protocol

using History of Encounters and Transitivity, yang dirancang sebagai

probabilisticroutingprotocol oleh Lindgren et al., (2003) [3].

Asumsi dasar dari algoritma tersebut bahwa mobilitas node

tidak acak tapi merupakan perilaku yang berulang, pada pergerakan

manusia, sebenarnya tidak secara acak namun bisa diprediksi

berdasarkan mengulangi pola perilaku, misalnya seperti seseorang yang

telah mengunjungi lokasi beberapa kali sebelumnya, ada kemungkinan

bahwa seseorang tersebut akan mengunjungi lokasi itu lagi. Hal itulah

yang mendasari gagasan untuk menciptakan protokol ini. Prophet di

buat untuk meningkatkan probabilitas pengiriman dan mengurangi

pemborosan sumber daya di jaringan.

Strategi pengiriman pesan yang digunakan dalam prophet

adalah ketika dua node bertemu maka node akan memperbaharui dan

menghitung delivery predictability metrik, pesan akan dikirimkan ke

node lain jika delivery predictability lebih tinggi dari node pembawa

pesan (pengirim). Untuk menghitung delivery predictability ada tiga

(31)

15

- Prophet akan melakukan update terhadap metric ketika node

bertemu, sehingga apabila node sering bertemu maka memiliki

delivery predictability yang tinggi. Pinit [0; 1] adalah initialization

constant.

� , = � , + ( − � , ) × �� ��

- Nilai delivery predictability juga harus mempunyai usia, usia yang

dimaksud adalah jika node yang pernah bertemu dan tidak bertemu

kembali satu sama lain maka mereka tidak lagi menjadi node yang

baik untuk meneruskan pesan karena nilai delivery predictability

berkurang , dimana ∈ [ , ]adalah aging constant, dan k adalah

jumlah unit waktu yang telah berjalan sejak terakhir kali metrik itu

berkurang.

� , = � , ×

- Delivery predictability juga mempunyai transitive property, yang

didasarkan pada pengamatan bahwa jika node A sering bertemu

node B, dan node B sering bertemu node C, maka kemungkinan

node C akan menjadi node yang baik untuk menyampaikan pesan ke

node A. Rumus dibawah ini menunjukan bagaimana transitive

property. ∈ [ , ] adalah skala konstanta yang memutuskan

seberapa besar dampak transitivitas.

(32)

16

Gambar 2. 7 ilustrasi pola pertukaran delivery predictability pada protokol

prophet.

Gambar 2. 8 ilustrasi transitive property pada protokol prophet.

2.6 The One Simulator

2.6.1 Fungsi The One Simulator

The ONE simulator adalah singkatan dari The Opportunistic

Network Environment simulator. The ONE Simulator di buat

menggunakan program java [6]

Fungsi utama the ONE simulator adalah memodelkan

pergerakan node, hubungan antar node, routing dan penanganan pesan.

Hasil dan analisis didapatkan melalui visualisasi, laporan dan

post-processing tools.

The One Simulator dapat memvisualisasikan hasil simulasi

dengan dua cara; melalui tampilan interaktif Graphical user Interface

(33)

17

pada saat simulasi, Gambar 2. 9, menampilkan lokasi node, jalur,

hubungan antara node, jumlah pesan yang diterima oleh node, dll.

Semua divisualisasikan pada jendela utama. Jika pergerakan map-based

yang digunakan, maka semua jalur map akan ditampilkan. Gambar

background tambahan (seperti raster, map atau gambar satelit dari area

simulasi) di tampilkan dibawah jalur map jika ada.

Gambar 2. 9 Tampilan awal The ONE Simuator.

2.6.2 Struktur The One Simulator

(34)

18

Beberapa komponen di dalam The ONE Simulator adalah

sebagai berikut [7] :

Node Capabilities

Didalam The ONE Simulator node ada titik akhir mobile yang

mampu bertindak sebagai router (misalnya pejalan kaki atau

kendaraan dengan hardware yang dibutuhkan). Skenario simulasi

dibangun dari kelompok node, Setiap node memiliki seperangkat

kemampuan dasar yang dimodelkan misalnya adalah radio

interface, Storage, movement, energy consumtion dan message

routing.

Mobility Modeling

Gerakan node diimplementasikan melalui mobility models.

mobility models mendefinisikan algoritma dan aturan yang

menghasilkan jalur gerakan node. Ada tiga synthetic movement

models di dalam The ONE Simulator yaitu :

- Random Movement

- Map-Constrained Random Movement

- Human Behavior Based Movement

Routing

Beberapa protokol routing yang tersedia di dalam The ONE

Simulator :

- Direct Delivery (DD)

- First Contact (FC)

(35)

19

- Message Generators

- External Event Files

Interfaces

Interfaces dalam The One Simulator menampilkan node

movement, connectivity and message routing traces.  Reporting and Visualization

The ONE Simulator mampu memvisualisasikan hasil simulasi

dalam dua cara melalui Graphical UserInterface (GUI) dan dengan

menghasilkan gambar dari informasi yang dikumpulkan selama

simulasi.

Creating Simulation Scenarios

Simulator dikonfigurasi di dalam text berbasis java yang

mengatur seperti ; user interface, event generation dan reporting

(36)

20 BAB III

PERENCANAAN PENELITIAN

3.1 Parameter Simulasi

Pada penelitian ini sudah ditentukan parameter – parameter jaringan,

parameter – parameter jaringan ini bersifat konstan dan akan di pakai terus

pada setiap pengujian yang dilakukan. Parameter – parameter yang dimaksud

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 1 Parameter Jaringan.

Parameter Nilai

Waktu Simulasi

RandomWaypoint = 43200s (12 jam)

Haggle4-Cam-imote = 950400s (11 Hari)

Area Simulasi 4500 x 3400m

Pola Pergerakan Node RandomWaypoint, Pergerakan Manusia

(Haggle4-Cam-imote)

Protokol Routing Epidemic; Prophet

Network Interface Bluetooth

Interface transmit speed 2 Mbps

Interface Transmit Range 10 m

Kecepatan Pergerakan

Node Min=0.5 m/s Max=1.5 m/s

Message Size 500 KB 1MB

Buffer Occupancy Interval 10 Detik

(37)

21 3.2 Skenario Simulasi

Skenario simulasi kedua protokol routing epidemic dan prophet

menggunakan parameter yang sama, akan tetapi nilai node, buffer dan TTL

yang bervariasi, kemudian hasil dari pengujian ditampilkan menjadi sebuah

tabel dan grafik.

Skenario : Skenario 1A dengan penambahan jumlah Node

Tabel 3. 2 Tabel skenario simulasi dengan penambahan jumlah Node.

Waktu

Skenario : Skenario 2B dengan penambahan jumlah Buffer. Tabel 3. 3 Tabel skenario simulasi dengan penambahan jumlah Buffer.

Waktu

Skenario : Skenario 2B dengan penambahan jumlah TTL pesan. Tabel 3. 4 Tabel skenario simulasi dengan penambahan jumlah TTL pesan.

(38)

22 3.3 Parameter Uji

3.1.1 Delivery Ratio

Delivery Ratio adalah rasio keberhasilan pesan yang berhasil

dikirimkan ke node tujuan akhir.

� � =

3.1.2 Overhead Ratio

Overhead ratio adalah banyaknya jumlah pesan yang

direlay/terkirim dari jumlah copy yang dibuat. Dalam kasus ini copy

adalah costnya.

ℎ �

=

3.1.3 Latency Average

Latency average adalah waktu yang dibutukan pesan saat dikirim

sampai diterima oleh node tujuan.

=

3.1.4 Buffer Occupancy

Buffer occupancy adalah rata- rata konsumsi buffer dengan skala

antara 0-100%

(39)

23 3.4 Topologi Jaringan

3.4.1 Random Waypoint

Bentuk topologi dari jaringan Opportunistic Networks yang

menggunakan tipe pergerakan nodeRandom Waypoint yang bergerak

secara acak yang tidak bisa diramalkan. Hasil dari simulasi baik itu

posisi node, pergerakan node dan juga koneksi yang terjadi tentunya

tidak akan sama setiap simulasi dijalankan.

Berikut adalah contoh bentuk jaringan random waypoint pada

The One Simulator.

Gambar 3. 1 Snapshoot topologi jaringan menggunakan RandomWaypoint.

3.4.2 Pergerakan manusia (Haggle 4 Cambridge Imote)

Bentuk topologi dari jaringan yang menggunakan pergerakan

manusia tidak bisa digambarkan karena merupakan data set

pertemuan/kontak node dari sebuah konferensi yang diselenggarakan di

Cambidge dengan sebuah alat bernama imotes. Data kemudian

dirangkum ke dalam sebuah file dengan format *.csv, sehingga bisa di

(40)

24 BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Untuk melakukan perbandingan unjuk kerja protokol routing Epidemic

dengan protokol routing Prophet maka dilakukan seperti tahap skenario

perencanaan simulasi jaringan pada bab III. Hasil simulasi diperoleh dari report

program the One Simulator.

4.1 Pergerakan Random Waypoint 4.1.1 Penambahan Jumlah Node

Tabel 4. 1 Hasil penambahan jumlah node pada protocol Epidemic.

Jumlah Node

Protocol Epidemic dengan penambahan jumlah Node

(41)

25

Tabel 4. 2 Hasil penambahan jumlah node pada protocol Prophet.

Jumlah Node

Protocol Prophet dengan penambahan jumlah Node

Delivery

(4). Average Buffer Occupancy.

Gambar 4. 1 grafik penambahan jumlah node pada protocolprophet dan epidemic.

(42)

26 Keterangan :

a Nilai delivery ratio meningkat semakin baik performanya.

b Nilai overhead ratio meningkat semakin buruk performanya.

c Nilai latency average menurun semakin baik performanya.

d Nilai buffer occupancy meningkat semakin buruk performanya.

Gambar 4.1 menunjukan bahwa dengan penambahan node, maka akan

meningkatkan nilai delivery ratio secara signifikan untuk kedua protokol, hal ini

disebabkan karena kerapatan node mempengaruhi kedua protokol dalam

memberikan salinan pesan ke node perantaranya. Nilai delivery ratio pada protokol

epidemic, lebih unggul dibandingkan dengan protokol Prophet karena epidemic

memiliki strategi pengiriman flooding based forwarding artinya epidemic akan

memberikan salinan pesan kepada node perantaranya, asalkan node perantaranya

belum memiliki salinan pesan yang dibawa node pengirim. Sedangkan prophet

memiliki strategi pengiriman dengan mempertimbangkan nilai delivery

predictability.

Pertambahan jumlah node dalam jaringan akan berpengaruh pada nilai

overhead ratio, karena jumlah copy pesan yang dimiliki oleh masing – masing node

ikut bertambah, konsumsi buffer setiap node juga bertambah relevan dengan nilai

overhead ratio (cost).

Nilai overhead ratio pada protokol Prophet lebih baik dibandingkan

dengan epidemic karena strategi penyampaian pesan terbatas oleh nilai delivery

predictability , pesan akan disampaikan kepada node perantara jika nilai delivery

predictability lebih tinggi dari node pengirim, berbeda dengan epidemic yang

menyampaikan pesan yang mengakibatkan overhead meningkat.

Sedangkan nilai latency average membaik artinya pesan akan cepat

sampai kepada node tujuan. Dalam kasus latency dengan pergerakan random

(43)

27

pola pergerakan random waypoint mengasumsikan bahwa semua node memiliki

probabilitas yang sama dalam pengiriman pesan.

Gambar 4. 2 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan 20 node.

Gambar 4. 3 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan 50 node.

(44)

28

Gambar 4. 4 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan 80 node.

Konsumsi buffer setiap node dapat dilihat pada gambar diatas (Gambar

4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4), sesuai dengan skenario pola pengirimanya

adalah dengan node pengirim dan penerima tetap. Terlihat ada node dengan

konsumsi buffer lebih tinggi dari yang lain dan salah satu node memiliki buffer yang

kosong, node dengan konsumsi yang lebih tinggi adalah node pengirim, node

tersebut selalu memproduksi (meng-generate) pesan untuk dikirimkan ke node

tujuan, nilai buffer node pengirim sama untuk kedua protokol. Untuk node yang

konsumsi buffernya kosong adalah node penerima, setelah pesan sampai di node

tujuan maka pesan akan di drop maka node penerima akan selalu kosong.

4.1.2 Penambahan Buffer Size

Tabel 4. 3 Hasil penambahan Buffer Size pada protocol epidemic.

Buffer Size (MB)

Protocol Epidemic dengan penambahan Buffer Size

Delivery

Tabel 4. 4 Hasil penambahan Buffer Size pada protocol Prophet.

Buffer Size (MB)

Protocol Prophet dengan penambahan Buffer Size

(45)

29

(1). Delivery Ratio. (2). Overhead Ratio.

(3). Latency Average. (4). Average Buffer Occupancy.

Gambar 4. 5 grafik penambahan jumlah Buffer pada protocolprophet dan

(46)

30 Keterangan :

a Nilai delivery ratio meningkat semakin baik performanya.

b Nilai overhead ratio menurun semakin baik performanya.

c Nilai latency average meningkat semakin buruk performanya.

d Nilai buffer occupancy meningkat semakin buruk performanya.

Penambahan jumlah buffer menyebabkan nilai delivery ratio kedua

protokol meningkat karena semakin besar ukuran buffer maka semakin banyak

pesan yang dapat ditampung. Pesan di drop karena buffer penuh dan batas waktu

TTL menjadi semakin kecil, dalam skenario penambahan buffer, TTL di set 420

menit untuk meminimalkan pesan di drop karena batas waktu TTL.

Pada nilai delivery ratio Protokol epidemic tetap lebih unggul dibanding

prophet kerena disamping strategi penyampaian epidemic yang flooding based

forwarding, kinerja prophet juga kurang maksimal pada pergerakan random

waypoint.

Nilai overhead ratio dalam penambahan buffer juga menjadi lebih baik,

karena copy pesan lebih banyak ditampung dalam buffer, sehingga setiap node

dapat memiliki copy pesan, epidemic maupun prophet akan membatalkan

pengirimanya jika copy pesan sudah dimiliki oleh node yang ditemuinya, dampak

dari kasus tersebut adalah nilai latency yang tinggi karena node penerima harus

menunggu bertemu kepada node yang membawa pesan.

Konsumsi buffer juga semakin tinggi dengan bertambahnya ukuran buffer,

konsumsi epidemic lebih boros dibanding prophet karena pesan yang disampaikan

(47)

31

Gambar 4. 6 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan buffer size 5MB.

(48)

32

Gambar 4. 8 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan buffer size 60MB.

Grafik diatas (Gambar 4.6, Gambar 4.7 dan Gambar 4.8), menunjukan

dengan penambahan buffer size prosentase pemakain buffer setiap node semakin

menurun.

Kosumsi buffer epidemic lebih boros di banding prophet karena dengan

buffer semakin tercukupi memungkinkan epidemic mengirimkan copy pesan ke

semua node dengan strategi flooding based forwarding.

4.1 Pergerakan Manusia dengan penambahan TTL pesan

Tabel 4. 5 Hasil penambahan TTL pesan pada protocol Epidemic.

TTL (Menit)

Protocol Epidemic dengan penambahan TTL pesan

Delivery

1440 0.5062 30.0453 28661.8734 26.9078

Tabel 4. 6 Hasil penambahan TTL pesan pada protocol Prophet.

TTL (Menit)

Protocol Prophet dengan penambahan TTL pesan

(49)

33

30 0.0602 22.6508 604.6222 0.1297

60 0.0793 23.5904 1108.6915 0.3097

180 0.1366 22.6853 3682.0671 1.2654

360 0.2073 22.7235 7946.7622 3.2571

1440 0.4986 22.4215 29688.8203 19.1090

(1). Delivery Ratio. (2). Overhead Ratio.

(3) Latency Average. (4) Average buffer Occupancy.

Gambar 4. 9 grafik penambahan jumlah TTL pada protokol prophet dan epidemic.

(50)

34 Keterangan :

a Nilai delivery ratio meningkat semakin baik performanya.

b Nilai overhead ratio menurun semakin baik performanya.

c Nilai latency average meningkat semakin buruk performanya.

d Nilai buffer occupancy meningkat semakin buruk performanya.

Penambahan TTL menentukan keberhasilan pesan dapat sampai ke tujuan.

Semakin lama TTL yang dimiliki oleh pesan maka semakin tinggi kemungkinan

pesan dapat mencapai tujuan, hal tersebut dapat terjadi karena pesan di drop oleh

TTL semakin kecil. Dalam skenario penambahan TTL, ukuran buffer di set 60MB

untuk meminimlkan pesan di drop karena buffer penuh.

Pada pergerakan manusia prophet dapat bekerja lebih baik dibanding

pergerakan random waypoint karena probabalitas pertemuan antar node lebih

bervariasi, Gambar 4.9 menunjukan bahwa nilai delivery ratio dan latency average

pada kedua protokol hampir seimbang.

Nilai overhead ratio pada kedua protokol sama – sama turun disebabkan

oleh jumlah copy pesan yang terbatas. Setiap pesan yang memiliki TTL lebih lama,

maka node tidak akan lagi mengirim pesan yang sama karena node penerima masih

memiliki pesan tersebut. Kinerja prophet bisa dikatan lebih baik karena dengan

nilai delivery ratio hampir sama tapi dengan nilai overhead ratio(cost) yang lebih

rendah sehingga konsumsi buffer lebih irit dibanding epidemic.

Dengan penambahan TTL juga meningkatkan nilai latency average pada

kedua protokol, hal ini di karenakan penambahan TTL membuat pesan memiliki

umur masa hidup lebih panjang dalam proses pengiriman pesan dari source menuju

(51)

35

Gambar 4. 10 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan TTL 20.

Gambar 4. 11 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan TTL 60.

Gambar 4.10 dan gambar 4.11 menunjukan bahwa belum ada konsumsi

buffer pada setiap node, hanya terlihat node pengirim memiliki konsumsi buffer

yang lebih tinggi dibandingakan dengan yang lain, oleh karena itu nilai probabilitas

masih dalam angka 0.1 – 0.7.

Pada pergerakan manusia menggunakan TTL 60 penyebaran pesan belum

merata sehingga mengakibatkan nilai delivery ratio menjadi rendah. Kemungkinan

pesan akan banyak di drop karena terbatasnya TTL. 0

20 40 60

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132333435

A

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132333435

(52)

36

Gambar 4. 12 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan TTL 1440.

Gambar 4.12 menunjukan peyebaran pesan sudah mulai merata, terlihat

pada grafik diatas (gambar 4.12) semua node memiliki konsumsi buffer kecuali

node penerima, node tersebut selalu kosong karena setelah pesan sampai pada

tujuan maka pesan langsung di drop.

Komsumsi buffer protokol epidemic selalu lebih boros dibanding prophet

baik pada pergerakan random waypoint maupun pergerakan manusia, dengan

strategi penyampaian pesannya yang flooding based forwarding sehingga

memungkinkan epidemic untuk mengirimkan pesan ke semua node asalkan node

penerima belum memiliki salinan pesan yang di bawa node pengirim.

Berbeda dengan prophet yang memiliki strategi penyampain terbatas, yang

mengindikasikan bahwa pesan yang beredar bersifat unik dan belum tentu semua

node memilikinya. Sehingga dalam penyampaian pesan prophet

mempertimbangkan nilai delivery predictability untuk meminimalkan jumlah copy

pesan dalam jaringan, dan juga tetap menjaga nilai delivery ratio dan latency. 0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132333435

(53)

37 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Keunggulan yang dimiliki protokol epdemic adalah

mengoptimalkan tingkat pengiriman pesan dan meminimalkan latency,

namun pola pengiriman flooding based forwarding menyebabkan copy pesan

dalam jaringan menumpuk (overhead). Sedangkan protokol prophet

memiliiki keunggulan meminimalkan jumlah copy pesan, dengan

mempertahankan nilai delivery ratio dan latency, namun pola penyampaian

pesannya (delivery predictability) membutuhkan probabilitas pertemuan

node yang bervariasi sehingga tidak optimal pada pergerakan random

waypoint yang memiliki kriteria probabilitas pertemuan antar node hampir

sama.

Pada pergerakan manusia kinerja prophet lebih unggul dibanding

epidemic karena dengan nilai delivery ratio dan latency yang hampir sama,

tetapi dengan konsumsi buffer dan overhead (cost) lebih rendah daripada

epidemic. Kinerja prophet lebih optimal pada pergerakan ini karena

probabilitas pertemuan antar node bervariasi.

Sedangkan pada pergerakan random waypoint, epidemic lebih

unggul dibanding prophet karena strategi flooding based forwarding

menghasilkan nilai delivery ratio dan latency lebih baik dibanding prophet

walaupun dengan nilai overhead yang lebih tinggi.

5.2 Saran

Kinerja prophet mampu berjalan efektif pada pergerkan manusia,

untuk penelitian yang dapat dilakukan selanjutnya, protokol pembanding bisa

menggunakan protokol dengan kriteria yang sama dengan prophet misalnya

(54)

38

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Suharsono, Aswin. “Pengertian dan latar belakang Delay Tolerant Network”.

23 Maret 2016. http://aswinsuharsono.lecture.ub.ac.id/2012/07/

pengertian-dan-latar-belakang-delay-tolerant-network/.

[2]. Fall, Kevin, A Delay Tolerant Network Architecture for Challenged Internets,

SIGCOMM ’03, New York, NY, USA: ACM 2003, p. 27-34. Available at

http://doi.acm.org/10.1145/863955.863960. 2003.

[3]. Namita, Mehta and Mehul, Shah, Performance of Efficient Routing Protocol

in Delay Tolerant Network: A Comparative Survey, Student, Department of

Communication Engg. G.H.Patel College of Engineering & Technology,

Gujrat, India. 2014.

[4]. Ari, keranen, Opportunistic Network Environment simulator, Helsinki

University of Technology , 2008.

[5]. Orlinski, Matthew. “Ecounter traces for the ONE simulator”. 23 Maret 2016.

http://shigs.co.uk/index.php?page=traces.

[6]. One, The “The Opportunistic Network Environment simulator”. 23 Maret

2016. http://www.netlab.tkk.fi/tutkimus/dtn/theone/.

[7]. Ari, keranen, Jörg Ott, Teemu Kärkkäinen, The ONE Simulator for DTN

Protocol Evaluation. Helsinki University of Technology (TKK), Department

(55)

39 LAMPIRAN

A. Default setting untuk penamhan node

Scenario.name = prophetNODE%%Group.nrofHosts%%

Group.waitTime = 0, 120 Group.nrofInterfaces = 1 Events1.interval = 360, 420

Events1.size = 500k,1M

Events1.hosts = [0,0; 0,0; 0,0; 0,0; 0,0; 0,0; 0,0;]

Events1.tohosts = [19,19; 29,29; 39,39; 49,49; 59,59; 69,69; 79,79;]

Events1.prefix = M

MovementModel.rngSeed = 1

(56)

40

B. Default setting untuk penambahan buffer

Scenario.name = epidemicNODE%%Group.bufferSize%%

Group.bufferSize = [2M; 5M; 10M; 20M; 30M; 40M; 50M; 60M;] Group.waitTime = 0, 120

Group.nrofInterfaces = 1 Events1.interval = 360, 420

Events1.size = 500k,1M Events1.hosts = 0,0 Events1.tohosts = 79,79 Events1.prefix = M

MovementModel.rngSeed = 1

(57)

41

C. Default setting untuk penambahan TTL

Scenario.name = prophetTTL%%Group.msgTtl%%

Group.waitTime = 0, 120 Group.nrofInterfaces = 1 #Group1.speed = 0.5, 1.5

Events.nrof = 2

Events1.class = StandardEventsReader

Events1.filePath = encounterTraces/Haggle4-Cam-Imote.csv Events2.class = MessageEventGenerator

Events2.interval = 900, 915 Events2.size = 500k,1M Events2.hosts = 1,1 Events2.tohosts = 35,35 Events2.prefix = M

MovementModel.rngSeed = 1

(58)

Opportunistic Network merupakan suatu jaringan dapat berkomunikasi tanpa

infrastruktur, dimana konektivitas antara end-to-end tidak dapat diperkirakan dan node dalam

jaringan Opportunistic besifat intermittent, dengan arti node tersebut terkadang terhubung dan

terkadang juga tidak,Tantangan dalam jaringan ini adalah bagaimana strategi menyampaikan

pesan dari node pengirim (source) sampai node tujuan (destination).

Pada penelitian ini penulis menguji unjuk kerja dari protokol routing epidemic dan

prophet untuk menguji protokol tersebut penulis menggunakan simulator TheONE. Metrik unjuk

kerja yang digunakan dalam penelitian ini antara lain delivery ratio, overhead ratio, latency

average, dan buffer occupancy. Parameter yang akan digunakan pada setiap pengujian adalah

dengan penambahan jumlah node, penambahan jumlah time to live dan penambahan buffer size

sedangkan pergerakanya menggunkan random waypoint dan pergerakan manusia (

Haggle4-Cam-Imote).

Protokol epidemic dengan pola pengiriman yang flooding –based-Forwarding akan menghasilkan delivery yang tinggi dan latency yang baik namun dengan jumlah copy pesan yang

banyak, sehingga menyebabkan overhead didalam jaringan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa protokol prophet mampu menggungguli epdemic

dengan meminimalkan jumlah copy pesan, menggunakan pola pengiriman delivery predictability.

protokol prophet juga akan menjaga nilai probabilitas dan latency.

Dengan pergerakan random waypoint kinerja prophet kurang optimal dibanding epidemic

karena di random waypoint probabilitas bertemu setiap node cenderung sama, namun dipergerakan

manusia prophet dapat bekerja dengan baik karena setiap node memiliki nilai probabilitas bertemu

yang variatif.

Kata kunci : opportunistic network, epdemic, Prophet, random waypoint, haggle-4, buffer

(59)

Opportunistic Network is a network that can communicate without infrastructure when

the connectivity between end-to-end cannot be predicted and the node in the network Opportunistic

is intermittent, it means that the node is sometimes connected and sometimes not. The challenge

in this network is how to convey the message from the source node to the destination node.

In this research, the writer tests the performance of the protocol routing epidemic and

prophet. The writer tests it by using The One simulator. The metric performances that are used in

this research include delivery ratio, overhead ratio, average latency, and buffer occupancy. The

parameter that will be used in each test is increasing the number of node, increasing the amount of

time to live, and the addition of buffer size while the movement is using the random waypoint and

the human movement (Haggle4-Cam-Imote).

Protocol Epidemic with a pattern flooding-based-Forwarding delivery will produce a high

delivery and a good latency. In the other hand, with the number of messages that is much, it causes

overhead on the network.

The research result shows that the protocol Prophet is able to surpass the epidemic by

minimizing the number of message copies, using the pattern of the delivery predictability. Protocol

Prophet will also keep the value of the probability and latency.

With the random waypoint movement, the performance of prophet is less optimal than

the epidemic. It is because the probability meets each node that tends to be the same in random

waypoint, but in the human movement, the prophet can work well because each node has a meeting

probability value that is various.

keywords: opportunistic network, epidemic, Prophet, random waypoint, haggle-4, buffer

Gambar

Gambar 4. 12 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan TTL 1440. ...........36
Gambar 2. 1 Interplanetary internet.
Gambar 2. 2.
Gambar 2. 4 Bagan Opportunistic Networks.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi biometrics telapak tangan ini mampu melakukan verifikasi dan identifikasi data biometrics menggunakan histogram dalam menentukan siapa yang berhak mengakses

Voltage Collapse ketika dilakukan penambahan beban secara kontinyu tanpa mempertimbangkan rating peralatan, sehingga dengan mengetahui adanya bus paling sensitif

Menurut penelitian Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan pendekatan yang paling efektif dalam mengobati PTSD. Dalam CBT, terapis membantu untuk mengubah

ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat tekanan pada

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Surat kabar Perempoean Bergerak terbit di kota Medan pada tahun 1919 sebagai upaya bagi kaum perempuan pada masa

Dari analisis eksternal, pesaing dan internal Amura Pratama telah diketahui posisi dari Amura Pratama di Industri penginapan di Kota Bandung khususnya posisi

Tradisi ziarah kubur tidak hanya dilakukan oleh anak kepada orang tuanya yang telah meninggal dunia sebagai tanda bakti atau ciri anak sholeh, atau orang tua kepada

Bertolak dari pencanangan program Co-operative Academic Education oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada konferensi internasional “The First Indonesian National