• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Bab III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Bab III"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI

DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH TAHUN 2016

3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

Rancangan kerangka ekononomi daerah dan kebijakan keuangan daerah dalam RKPD Tahun Kabupaten Gorontalo 2016, memberi gambaran tentang kondisi ekonomi tahun 2014 dan perkiraan tahun berjalan (2015), yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

(2)

kebijakan RPJPD kabupaten/kota dan mengacu pada RPJMD provinsi untuk keselaran program dan kegiatan pembangunan daerah kabupaten/kota dengan pembangunan daerah provinsi.

Tema RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016, adalah

Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Rakyat Menuju Masyarakat Yang Berkesejahteraan, dimana tema tersebut berdasarkan Misi Ke 2 pembangunan yang termuat dalam RPJPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2005 – 2025, yakni “Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi, Meningkatkan Daya Saing dan Pemerataan Pembangunan Yang Berkeadilan”. Tema RKPD Kabupaten Gorontalo tersebut diatas selaras dengan tema RKP 2016 yakni “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan yang Berkualitas” dan tema RKPD Provinsi Gorontalo Tahun 2016 yakni “Mendorong Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah serta Peningkatan SDM untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat yang Berkeadilan”.

(3)

Selanjutnya untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya saing adalah dengan mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; dan memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi dan pelayanan yang prima.

3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015

Kondisi Perekonomian Global

Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Hal ini disebabkan bahwa terdapat beberapa faktor - faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti kebijakan pemerintah pusat yang menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Selain itu juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik turunnya harga minyak dunia, dan nilai tukar mata uang asing, dan yang terakhir adalah pengaruh krisis keuangan global yang berdampak pada kelesuan pasar ekspor.

(4)

Pemulihan ekonomi Amerika Serikat didukung oleh konsumsi yang meningkat seiring dengan turunnya harga minyak dan membaiknya kondisi ketenagakerjaan. Hal ini mendorong penguatan dolar Amerika Serikat terhadap hampir seluruh mata uang dunia serta meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global.

Di sisi lain, perekonomian Tiongkok yang sebelumnya melesat, di tahun 2014 justru menunjukkan perlambatan. Perekonomian Tiongkok diperkirakan terus melambat seiring penurunan investasi. Begitu pula dengan perekonomian Eropa dan Jepang dan negara – negara Asia lainnya mengalami pelambatan dalam pertumbuhan ekonomi. Bahkan dalam Laporan Perekonomian dan Perbankan edisi Februari 2015 oleh Lembaga Penjamin Simpanan, disebutkan bahwa Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2015 dan 2016 sebesar 0,4 dan 0,2 poin persentase (ppts) menjadi 3 persen dan 3,3 persen.

Kondisi Perekonomian Nasional

(5)

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen.

Sebagai gambaran bahwa ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,01 persen melambat bila dibandingkan eriode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen. Ekonomi Indonesia riwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar 4,66 persen.

Pada Tahun 2015, berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2015 mencapai Rp2.724,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 2.157,5 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 tumbuh 4,71 persen (y-on-y) melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,53 persen. Dari sisi Pengeluaran oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 5,01 persen.

(6)

disebabkan terkontraksinya kinerja investasi (minus 4,72 persen) dan ekspor (minus 5,98 persen).

Kondisi Perekonomian Regional

Seiring dengan kinerja perekonomian nasional yang melambat, perekonomian Provinsi Gorontalo pada tahun 2014 secara umum juga mengalami perlambatan. Secara kumulatif perekonomian Gorontalo yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tumbuh sebesar 7,29 persen, sedikit melambat daripada tahun 2013 yang tumbuh sebesar 7,68 persen (- 5,07 %).

Namun demikian, pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Gorontalo masih ditopang oleh empat sektor utama. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memiliki sumbangan terbesar pada PDRB Gorontalo hingga sekarang dengan share sebesar 37,7 persen. Diikuti oleh sektor Konstruksi yang menyumbang sebesar 11,8 persen terhadap total PDRB. Sementara, sektor Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Sepeda Motor; serta sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial memiliki sumbangan terhadap total PDRB Gorontalo masing-masing sebesar 10,4 persen dan 8,8 persen. Keempat sektor utama tersebut tumbuh masing-masing sebesar 6,44 persen untuk sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; 7,85 persen untuk sektor Konstruksi; 8,05 persen untuk sektor Pedagang Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor; serta 6,92 persen pada sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial.

(7)

konstan (tahun 2010), PDRB Gorontalo mengalami kenaikan dari Rp 19,37 triliun di tahun 2013 menjadi Rp 20,78 triliun di tahun 2014.

Pada Tahun 2015, perekonomian Gorontalo yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2015 mencapai Rp 6.884,95 milyar dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 5.364,07 milyar. Ekonomi Gorontalo triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 tumbuh 4,69 persen (y-on-y) melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 7,30 persen.

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 17,60 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 12,62 persen. Ekonomi Gorontalo triwulan I-2015 terhadap triwulan sebelumnya naik sebesar 4,13 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini disebabkan oleh faktor musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 16,43 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran salah satunya disebabkan oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga.

Kondisi Perekonomian Kabupaten Gorontalo

(8)

kestabilan perekonomian. Adapun capaian indikator ekonomi Kabupaten Gorontalo, adalah sebagai berikut :

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian Kabupaten Gorontalo. Dengan melihat beberapa indikator yang tertuang dalam PDRB sektoral seperti struktur PDRB, laju pertumbuhan, dan PDRB perkapita maka dapat dilihat sejauh mana keadaan perekonomian Kabupaten Gorontalo

a)Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan

Kondisi perekonomian Kabupaten Gorontalo dapat digambarkan melalui besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gorontalo dari waktu ke waktu. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) merupakan ukuran pertumbuhan ekonomi yang mampu memberikan gambaran besaran kenaikan kuantitas barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh lapangan usaha setelah menghilangkan faktor harga. Secara umum perekonomian Kabupaten Gorontalo mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) dan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) Kabupaten Gorontalo selama kurun waktu lima tahun terakhir, terlihat dalam tabel 3.1

Tabel 3.1

Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), 2009 - 2013 (juta

(9)

TAHUN PDRB ADHB PDRB ADHK

2009 2.084.004,27 800.681,42

2010 2.404.521,32 861.724,92

2011 2.691.561,72 927.904,15

2012 * 3.005.171,37 999.221,90

2013 ** 3.313.515,84 1.076.261,36

Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014) Keterangan : * Angka Sementara

** Angka Sangat Sementara

Dari tabel 3.1 terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir PDRB ADHB Kabupaten Gorontalo mengalami peningkatan. Begitu pula dengan PDRB ADHK juga mengalami peningkatan selama kurun waktu lima tahun terakhir. Nilai PDRB ADHB tahun 2013 sebesar 3.313.515,84 juta rupiah, sementara Nilai PDRB ADHK tahun 2013 sebesar 1.076.261,36 juta rupiah.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo yang ditunjukkan dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo sebesar 7,71 persen. Pada grafik 3.1 terlihat bahwa nilai pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo selama lima tahun terakhir senantiasa mengalami peningkatan.

Grafik 3.1

(10)
(11)

Kontribusi Sektor Ekonomi Utama terhadap PDRB Kabupaten

Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014) Keterangan : ** Angka Sangat Sementara

Pada grafik 3.2 terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir kontribusi sektor tersier semakin mendominasi dari tahun ke tahun, sedangkan sektor primer terus menurun, dan sektor sekunder cenderung stabil.

Grafik 3.3

(12)

sektor jasa-jasa inilah yang memberikan kontribusi terbesar di sektor tersier.

c) Pergeseran Struktur Ekonomi Kabupaten Gorontalo

Struktur ekonomi dikatakan berubah apabila apabila kontribusi/pangsa PDRB dari sektor ekonomi yang mulanya dominan digantikan oleh sektor ekonomi lain. Dilihat dari peran 9 sektor ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Gorontalo selama kurun waktu lima tahun terakhir (2009– 2013) terlihat bahwa telah terjadi pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Gorontalo. Sektor pertanian yang awalnya memiliki peran dominan dalam perekonomian, kontribusinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2013 kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Gorontalo hanya sebesar 25,12 persen.

Di sisi lain, kontribusi sektor jasa-jasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun pada tahun 2013, kontribusi sektor jasa-jasa terhadap PDRB hanya mencapai 32,09 persen. Nilai ini sedikit mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Meskipun demikian, kontribusi ini masih lebih besar dibandingkan sektor lainnya. Atau bisa dikatakan, kini sektor jasa-jasa menjadi sektor yang mempunyai kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Gorontalo tahun 2013.

(13)

Kabupaten Gorontalo (2009-2013) dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Struktur Ekonomi Kabupaten Gorontalo, 2009 - 2013

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012* 2013** A. SEKTOR PRIMER (%) 30,44 29,67 27,81 26,69 26,16

1. Pertanian 29,25 28,51 26,71 25,61 25,12

2. Pertambangan dan Penggalian

1,19 1,16 1,10 1,08 1,04

B. SEKTOR SEKUNDER (%) 11,79 12,52 12,19 12,59 12,85

3. Industri Pengolahan 5,74 5,58 5,47 5,58 5,69

4. Listrik, Gas, dan Air 0,34 0,38 0,38 0,36 0,34

5. Konstruksi 5,71 6,56 6,34 6,65 6,82

C. SEKTOR TERSIER (%) 57,77 57,81 60,00 60,72 60,99 6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran

6,96 8,05 7,97 7,98 8,23

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 8,45 8,61 8,48 8,97 9,26

8. Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan

11,98 11,74 11,25 11,42 11,41

9. Jasa-Jasa 30,38 29,41 32,30 32,35 32,09

Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014) Keterangan : * Angka Sementara

** Angka Sangat Sementara

d)Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Gorontalo

(14)

persen. Sedangkan sektor primer mengalami pertumbuhan sebesar 6,35 persen, sebagaimana terlihat dalam tabel 3.3

Tabel 3.3

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gorontalo,2009-2013

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012* 2013** A. SEKTOR PRIMER (%) 3,99 9,65 3,22 3,79 6,35

1. Pertanian 3,50 9,69 3,17 3,75 6,39

2. Pertambangan dan

Penggalian 17,74 8,78 4,43 4,85 5,51

B. SEKTOR SEKUNDER (%) 9,59 6,95 5,79 9,51 10,00 3. Industri Pengolahan 294 6,68 7,38 7,09 8,29 4. Listrik, Gas, dan Air 5,51 12,95 7,83 2,17 4,03

5. Konstruksi 20,96 6,86 3,40 13,67 12,83

C. SEKTOR TERSIER (%) 8,87 6,74 10,49 9,20 7,83 6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 11,86 8,20 3,53 4,34 6,43

7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,30 9,30 6,28 11,08 8,99 8. Keuangan, Real Estate dan

Jasa

Perusahaan 6,27 5,24 3,70 6,42 6,11

9. Jasa-Jasa 8,33 5,51 19,23 11,19 8,43

PDRB 7,48 7,62 7,68 7,69 7,71 Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)

Keterangan : * Angka Sementara

** Angka Sangat Sementara

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo pada tahun 2013 adalah 7,71 persen. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan yang menyeluruh dari perekonomian Kabupaten Gorontalo, dimana laju pertumbuhan ini bervariasi antara 4,03 persen sampai 12,83 persen.

(15)

Pertumbuhan sektor pertanian, yang terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, serta perikanan secara nominal mengalami pertumbuhan sebesar 6,39 persen. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang positif, mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya, dimana tahun 2012 pertumbuhan sektor pertanian sebesar 3,75 persen.

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Pertumbuhan sektor ini secara nominal sebesar 5,51 persen, dimana pertumbuhan ini masing-masing disumbangkan oleh sub sektor pertambangan bukan migas sebesar 3,98 persen, serta sub sektor penggalian sebesar 5,55 persen.

3. Sektor Industri Pengolahan

Pertumbuhan sektor ini secara nominal sebesar 8,29 persen. Pertumbuhan sektor ini dipengaruhi oleh sub sektor industri non migas yang terdiri dari makanan, minuman, dan tembakau sebesar 8,75 persen; tekstil, barang kulit, dan alas kaki sebesar 6,27 persen; barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 8,38 persen; semen dan barang galian bukan logam sebesar 2,76; serta alat angkutan, mesin, dan peralatannya.

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

(16)

5. Sektor Konstruksi

Pertumbuhan sektor konstruksi (bangunan) tahun 2013 mencapai 12,83 persen. Sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya, dimana tahun sebelumnya nilai pertumbuhan sektor konstruksi adalah 13,67 persen.

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pertumbuhan sektor ini secara nominal tahun 2013 mencapai 6,35, dimana pertumbuhan ini masing-masing disumbangkan oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 6,57 persen, sub sektor hotel sebesar 4,51 persen, serta sub sektor restoran 6,21 persen.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi di tahun 2013, menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan terbesar yaitu 8,99 persen. Dimana pertumbuhan ini masing-masing disumbangkan oleh sub sektor pengangkutan sebesar 9,03 persen, serta sub sektor komunikasi sebesar 8,02 persen.

8. Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 6,11 persen. Dimana pertumbuhan sektor ini disumbangkan dari sub sektor bank sebesar 7,78 persen, sub sektor lembaga keuangan bukan bank sebesar 7,53 persen, sub sektor real estate sebesar 3,63 persen, serta sub sektor jasa perusahaan sebesar 8,29 persen.

(17)

Pertumbuhan sektor jasa-jasa sebesar 8,43 persen, mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya. Pada sektor ini terdapat dua sub sektor yaitu, sub sektor pemerintahan umum dan sub sektor swasta. Di tahun 2013, sub sektor pemerintahan umum mengalami pertumbuhan sebesar 8,66 persen, lebih tinggi jika dibandingkan dengan sub sektor swasta yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,39 persen.

e) PDRB Perkapita Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

PDRB Perkapita didapat dari hasil penghitungan PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Besaran ini dipengaruhi oleh jumlah

penduduk pertengahan tahun dalam arti bahwa semakin tinggi jumlah penduduk akan semakinkecil besaran PDRB per kapita wilayah tersebut. Semakin tinggi PDRB perkapita suatuwilayah semakin baik tingkat perekonomian wilayahnya, walaupun ukuran ini tidak dapat memperlihatkan kesenjangan pendapatan antar penduduk. Adapun PDRB perkapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Gorontalo tahun 2013 sebesar Rp 9.058.742,37. Sementara PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan sebesar Rp 2.942.365,41.

b. Tingkat Inflasi

(18)

adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.

Oleh karena itu banyak pihak sangat membutuhkan data inflasi, dunia perbankan misalnya, selain menggunakan angka inflasi untuk mengamati perilaku moneter, juga menggunakan angka inflasi untuk menentukan tingkat bunga yang layak. Pemerintah menggunakan angka inflasi untuk mengevaluasi laju pertumbuhan ekonomi dan usulan pajak. Pihak pekerja dan perusahaan menggunakan angka inflasi sebagai tolok ukur untuk menyesuaikan upah dan gaji serta pensiun.

Perhitungan inflasi nasional untuk wilayah regional Provinsi Gorontalo mengacu pada perhitungan inflasi di Kota Gorontalo. Hasil pantauan BPS, tercatat laju inflasi tahun kalender 2014 sebesar 6,14 persen. Laju inflasi tersebut masih tergolong rendah dibandingkan kota inflasi lain di Indonesia. Laju inflasi juga tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang menyentuh pada level 8,36 persen.

Namun demikian, jika dibandingkan dengan tahun 2013, tekanan inflasi di tahun 2014 lebih tinggi. Ditandai dengan laju inflasi tahun 2014 (6,14 %) yang lebih tinggi dari tahun 2013 (5,84%). Secara tahunan, tingginya inflasi tahun kalender 2014 terutama diipengaruhi oleh tingginya inflasi pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan.

Grafik3.4

(19)

2012 2013 2014 melonjak hingga mencapai 4,12 persen (p to p). Ditinjau dari kelompok komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan dengan inflasi sebesar 9,00 persen point to point (p to p) dan kelompok Bahan Makanan sebesar 8,48 persen (p to p). Pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan, subkelompok transportasi memiliki tekanan inflasi tertinggi, yaitu sebesar 11,23 persen.

(20)

laju inflasi “year on year” (Mei 2015 terhadap Mei 2014) sebesar 5,82 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 3,37 persen, kelompok makanan jadi sebesar 0,90 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,06 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,02 persen, dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,08 persen. Penurunan indeks terjadi pada kelompok sandang sebesar -0,02 persen.

c. Tingkat Investasi

Peningkatan investasi dapat mendorong perkembangan dunia usaha dan terciptanya kesempatan kerja yang menstimulasi perkembangan perekonomian di suatu daerah. Secara umum, peluang investasi untuk penanaman modal di Kabupaten Gorontalo cukup besar, mengingat gencarnya pelaksanaan Pembangunan Pembangunan oleh Pemerintah Daerah. Hingga triwulan IV-2014, APBD Belanja Modal Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang telah terealisasikan mencapai Rp. 148.576.860.329 Nilai tersebut lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 144.895.135.942 sebagaimana terlihat pada grafik 3.5

Grafik 3.5

(21)

2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : LKPJ AMJ Bupati Gorontalo, 2010-2015

Dalam pelaksanaan pembangunan di era otonomi daerah sekarang ini, investasi atau penanaman modal adalah motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi, dimana pada Tahun 2014, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp. 109.735.225.092

d. Ketenagakerjaan

(22)

a)Angkatan Kerja

Pada tahun 2013 tercatat jumlah penduduk Kabupaten Gorontalo yang bekerja mencapai 141.271 jiwa yang didominasi oleh penduduk laki-laki yaitu mencapai 95.702 jiwa (67,74 persen), sedangkan penduduk perempuan yang bekerja hanya sebesar 45.569 jiwa (32,26 persen). Jumlah penduduk yang menganggur mencapai 7.376 jiwa dimana penduduk laki-laki mencapai 4.826 jiwa dan perempuan 2.550 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, jumlah pengangguran di Kabupaten Gorontalo terlihat mengalami kenaikan sebanyak 2.352 jiwa.

Jumlah perempuan yang mengurus rumah tangga pada tahun 2013 mencapai 63.139 jiwa (93,75 persen) sedangkan jumlah laki-laki yang mengurus rumah tangga hanya 4.211 jiwa (6,25 persen). Jumlah penduduk yang sedang bersekolah antara laki-laki dan perempuan hampir memiliki porsi yang sama yaitu 9.540 jiwa laki-laki dan 9.424 jiwa perempuan.

Tabel 3.4

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan yang Dilakukan Selama Seminggu yang Lalu

Kabupaten Gorontalo, 2011-2013

JENIS KEGIATAN 2011 2012 2013

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Angkatan Kerja 102.86

1 55.925 104.380 43.349 100.528 48.119 1. Bekerja 100.031 52.551 101.493 47.212 95.702 45.569 2. Menganggur 2.830 3.374 2.887 2.137 4.826 2.550 Bukan

Angkatan Kerja 19.510 71.066 20.898 78.651 23.930 78.668 3. Sekolah 5.26 5.762 3.088 3.167 9.540 9.424 4. Mengurus RT 2.916 56.880 6.125 65.476 4.211 63.139 5. Lainnya 11.318 8.424 11.685 10.008 10.179 6.105

TOTAL 122.37

(23)

Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)

b)Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) dapat digunakan untuk melihat seberapa besar proporsi penduduk usia kerja yang tergabung secara aktif dalam pasar tenaga kerja baik yang bekerja maupun pengangguran. TPAK mampu menyediakan ukuran relatif pasokan tenaga kerja dalam produksi barang maupun jasa pada suatu daerah.

Grafik 3.6

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011-2013 (Persen)

Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)

(24)

60 orang yang termasuk angkatan kerja (bekerja atau pengangguran).

Nilai TPAK ini sangat tergantung oleh besarnya kesempatan kerja yang tersedia dan kemauan dari masing-masing individu untuk menambah pendapatan. Berdasarkan jenis kelamin terlihat nilai TPAK laki-laki selalu berada di atas TPAK perempuan selama periode 2011-2013. Pada tahun 2013, nilai TPAK laki-laki adalah sebesar 80,77 persen, sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 37,95 persen.

Lebih tingginya nilai TPAK laki-laki dibandingkan perempuan salah satunya disebabkan karena masih banyak perempuan yang berperan sebagai pengurus rumah tangga sebagaimana dijelaskan pada penjelasan sebelumnya. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar penduduk perempuan mengandung, melahirkan, merawat anak-anak serta melaksanakan tugas-tugas rumah tangga lainnya sehingga menghalanginya untuk masuk ke angkatan kerja.

c) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

(25)

jumlah pengangguran ini akan berpengaruh ke masalah sosial ekonomi lainnya, seperti kemiskinan, kesenjangan, dan lainnya.

Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Gorontalo berfluktuatif selama tahun 2011-2013. Yaitu 3.91 persen pada 2011 kemudian turun menjadi 3.27 persen pada 2012 dan kembali naik menjadi 4.96 persen pada 2013. Selama tahun 2011-2013 jumlah pengangguran laki-laki memiliki tren yang meningkat.

Peningkatan jumlah pengangguran laki-laki terbanyak terjadi pada tahun 2013 dimana peningkatan yang terjadi sebesar 1.939 jiwa dibandingkan tahun 2012. Sedangkan jumlah pengangguran perempuan memiliki tren yang menurun dari tahun 2011 ke tahun 2012 namun mengalami kenaikan pada tahun 2013. Pada tahun 2013 jumlah pengangguran laki-laki mencapai 4.826 jiwa sedangkan perempuan 2.550 jiwa. Secara total, jumlah pengangguran di Kabupaten Gorontalo pada tahun 2013 mencapai 7.376 jiwa, Sebagaimana yang digambarkan pada grafik 3.7

Grafik 3.7

(26)

Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)

Pelambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini secara langsung akan memicu naik angka pengangguran terbuka. Sebagai gambaran bahwa angka pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo pada Tahun 2013 sebesar 4,15 % dan pada Tahun 2014 naik menjadi 4,18 % (-0,72).

d)Struktur Ketenagakerjaan

Dengan mengetahui struktur ketenagakerjaan, maka kita akan mampu melihat berapa banyak jumlah tenaga kerja yang terserap di masing-masing sektor/lapangan usaha. Berdasarkan lapangan usaha, pekerjaan utama penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu dapat dibedakan menjadi 5 lapangan usaha, yaitu pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan; industri pengolahan; perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel; jasa kemasyarakatan; dan lainnya.

Grafik 3.8 di bawah menyajikan persentase pekerjaan utama penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan usaha tahun 2013.

Grafik 3.8

Persentase Pekerjaan Utama Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Kabupaten Gorontalo,

(27)

Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)

Grafik 3.8 menggambarkan bahwa jumlah tenaga kerja laki – laki dominan pada lapangan usaha pertanian dan sektor lainnya (pertambangan, listrik gas, bangunan, transportasi, keuangan) sementara tenaga kerja perempuan dominan pada lapangan usaha industri pengolahan dan jasa kemasyarakatan

e. Tingkat Kemiskinan

Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

(28)

periode 2011-2013 cenderung mengalami fluktuasi, pada tahun 2011 tingkat kemiskinan adalah sebesar 77,86 ribu jiwa (21.31 persen). Pada tahun 2012 tingkat kemiskinan mengalami penurunan sebesar 0,53 persen, yaitu menjadi 76,01 ribu jiwa atau sebesar 20,78 persen. Pada tahun 2013, tingkat kemiskinan di Kabupaten Gorontalo kembali naik menjadi 21,57 persen (naik 0,79 persen dibandingkan tahun 2012). Jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 tercatat sebesar 79,04 ribu jiwa.

Grafik 3.9

Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Kabupaten Gorontalo, 2011-2013

Sumber : BPS, Susenas 2013.

(29)

masyarakat. Semakin kecil daya beli masyarakat akan mengakibatkan penduduk yang berada di sekitar garis kemiskinan (hampir miskin dan rentan miskin) akan mudah tertarik ke bawah garis kemiskinan.

Selain itu, terjadinya kenaikan tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 juga menjadi salah satu alasan kenaikan tingkat kemiskinan. TPT pada tahun 2013 mencapai 4,96 persen (7.376 jiwa) sedangkan pada tahun 2012 TPT Kabupaten Gorontalo sebesar 3,27 persen (5.024 jiwa).

Selain itu, sektor pertanian pada tahun 2013 dalam memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Gorontalo mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012. Keadaan seperti ini menyebabkan pendapatan mayoritas penduduk yang bekerja di sektor pertanian dimana sebagian besar penduduk yang bekerja di Kabupaten Gorontalo berada di sektor pertanian ini menjadi lebih sedikit. Hal ini menyebabkan kemampuan/daya beli masyarakat yang berpenghasilan dari sektor pertanian menjadi lemah. Sedangkan nilai garis kemiskinan semakin tinggi, hal ini menyebabkan penduduk Kabupaten Gorontalo yang berada di sekitar garis kemiskinan semakin banyak yang terdorong ke bawah garis kemiskinan.

(30)

sektor ekonomi utama yaitu sektor primer melalui lapangan usaha pertanian, sektor sekunder melalui lapangan usaha kontruksi dan sektor tersier melalui lapangan usaha jasa – jasa.

(31)

Tabel 3.5

Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Kabupaten Gorontalo Tahun 2015 dan Tahun 2016

Indikator Ekonomi Makro

Realisasi Perkiraan *

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertumbuhan

Ekonomi (%) 7,68 7,69 7,71 7,52 – 7,62 * 7,62 – 7,72 * 7,72 - 7,82 *

PDRB ADHB

(Juta Rupiah) 2.691.561,72 3.005.171,37 3.313.515,84 3.313.516,00 * 4.039.710,14 * 4.381.081,96 * PDRB ADHK

(Juta Rupiah) 927.904,15 999.221,90 1.076.261,36 1.120.355,20 * 1.181.905,84 * 1.243.456,48 * PDRB Perkapita

ADHB (Rp) 6.793.958,57 8.165.050,60 9.058.742,37 9.898.389,20 * 10.815.862,45 * 11.733.335,70 * PDRB Perkapita

ADHK (Rp) 2.549.613,59 2.714.885,90 2.942.365,41 3.129.333,96 * 3.35.356,53 * 3.481.379,09 * Tingkat

Pengangguran Terbuka (%)

3,91 3,27 4,96 4,39 - 4,89 * 4,25 – 4,75 * 3,75 – 4,25 *

Inflasi (%) 4,03 5,31 5,84 6,14 5,75 – 6,00 * 4,75 – 5,25 *

% Penduduk

(32)

3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 dan Tahun 2017

Seiring dengan perkembangan kondisi, maka kebijakan ekonomidaerah tetap diarahkan dan diupayakan dengan cara-cara: (1)meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) menekan laju inflasi agar tidakmelebihi satu digit, (3) menekan laju pertumbuhan penduduk. Sebagaimanagambaran diatas, agar pertumbuhan perekonomian daerah berjalan padajalur yang benar perlu dijaga terciptanya kondisi keuangan yang mantap,yaitu dengan mengupayakan terciptanya pelaksanaan pembangunan yangaman secara politis dan layak secara ekonomis.Berdasarkan kondisi dan perkembangan perekonomian Kabupaten Gorontalo serta mempertimbangkan kondisi lingkungan internal dan eksternal,maka tantangan dan prospek perekonomian daerah yang dihadapi pada Tahun 2016 dan 2017 adalah sebagai berikut :

a. Tantangan

Diperkirakan perekonomian Kabupaten Gorontalo masih akandihadapkan pada sejumlah tantangan akibat pengaruh dari dinamikainternal maupun lingkungan perekonomian global yang terjadi dalambeberapa tahun terakhir. Beragam tantangan dimaksud perlu disikapisecara arif dan komprehensif serta dengan langkah-langkah yang lebihnyata. Tantangan dimaksud antara lain masih mencakup:

(33)

ekonomi dominan.Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi,terjaganya stabilitas ekonomi makro, dan dengan pembenahan yangsungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorongpeningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luasdengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dankemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang tepatdengan menempatkan prioritas pengembangan pada sektor-sektoryang mempunyai efek pengganda tinggi dalam menciptakankesempatan kerja.

2) Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif. Ini adalah tantangancukup besar bagi pemerintah dewasa ini mengingat investasimerupakan salah satu penggerak kegiatan ekonomi daerah. Komitmenperbaikan iklim investasi tersebut telah dilakukan pemerintah denganmengadakan perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan,pelayanan, dan penyederhanaan prosedur termasuk penyederhanaanbirokrasi.

3) Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal inimerupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat pertumbuhanekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidakmemadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi. Selain ituinfrastruktur

sangat dibutuhkan karena mendukung

(34)

4) Meningkatkan daya saing ekspor, untuk mencapai peningkatanpertumbuhan ekspor yang tinggi. Tingginya pertumbuhan ekspordiperlukan tidak saja sebagai penopang pertumbuhan ekonomi yangtinggi dan berkelanjutan juga untuk merangsang penciptaan lapangankerja yang lebih luas dan bermutu.

5) Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah,masyarakat dan swasta (public-private partnership). Tantangan inimenjadi cukup penting karena terbatasnya sumber daya pemerintahdalam pembiayaan pembangunan, terutama terkait dengan efisiensipembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasidan berkualitas.

6) Membangun landasan yang lebih kuat untuk pertumbuhan ekonomiyang berkelanjutan. Pembangunan daerah tidak lagi dapat didasarkanpada pembangunan ekonomi semata, tetapi harus didasarkan padapembangunan yang

berkelanjutan dengan memnuhi kriteria

ekonomis,bermanfaat secara sosial, didukung oleh kelembagaan yang memadai,dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Adapun analisis SWOT untuk tantangan perekonomian Kabupaten Gorontalo Tahun 2015-2017 terlihat pada tabel 3…..

Tabel 3.

SWOT Ekonomi Kabupaten Gorontalo Tahun 2015-2017

VARIABEL SUB VARIABEL

(35)

merupakan potensi pasar.

5. Infrastruktur meningkat (kualitas dan kuantitas)

2. Perubahan cuaca akan berdampak pada produksi.

3. Potensi dampak lanjutan perubahan harga-harga yang diatur pemerintah terhadap ongkos produksi dan volume produksi.

4. Kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Gorontalo mengalami penurunan, sehingga menyebabkan pendapatan mayoritas penduduk yang bekerja disektor pertanian dimana sebagian besarpenduduk yang bekerja di Kabupaten Gorontalo berada di sektor pertanian ini menjadi lebih sedikit.

5. Proporsi angka kemiskinan dan pengangguran yang cenderung mengalami kenaikan, maka pada daerah berdampak positif terhadap sektor usaha.

(36)

TANTANGAN 1. Menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga.

2. Memperbaiki kualitas pelayanan birokrasi. breakhama penyakit, dikhawatirkan produksi pangan Kabupaten Gorontalo akan mengalami penurunan pada beberapa tahun ke depan. Perlu adanya upaya peningkatan produksi pangan melalui perbaikan sistem perbenihan, intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitas sarana produksi.

(37)

b. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016-2017

Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, Kabupaten Gorontalo mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat dianggap sebagai prospek

1 Pertanian/Pangan  Kabupaten Gorontalo memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan jumlah petani yang cukup banyak, serta komoditas yang cukup beragam ditunjang keberadaan Daerah Irigasi (DI) yang terdiri atas DI potensial seluas 9.366 Ha, dan DI areal tanam/fungsional seluas 7.921 Ha.

 Panjang saluran irigasi di Kabupaten

Gorontalo terdiri atas : primer 28.931 m, sekunder 93.621 m, tersier 274.049 m.

2 Industri Kabupaten Gorontalo memiliki industri baik skala besar, menengah, kecil dan mikro.

3 Energi  Kabupaten Gorontalo memiliki

(38)

Hal ini merupakan salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air dan energi.

4 Teknologi Kabupaten Gorontalo memiliki beberapa Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang Departemen maupun Non Departemen.

 Kabupaten Gorontalo memiliki penduduk dan tenaga kerja yang

mampu mempersiapkan tenaga dalam kancah AEC. pendek berupa kebijakan Kabupaten Gorontalo dalam penciptaan iklim usaha yang lebih baik, diharapkan akan meningkatkan kinerja industri Kabupaten Gorontalo.

(39)

Rotan dan Sejenisnya, industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman, industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik, industri Barang Galian Bukan Logam, industri Logam Dasar, industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya, industri Peralatan Listrik, industri Mesin dan Perlengkapan YTDL, industri Alat Angkutan Lainnya, industri Furnitur, industri Pengolahan Lainnya dan Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan.

Pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) Provinsi Gorontalo pada Triwulan I tahun 2015 (q-to-q) mengalami kenaikan sebesar 0,03 persen dibandingkan dengan Triwulan IV tahun 2014. Jenis industri yang mengalami kenaikan produksi tersebut adalah Industri Pengolahan Tembakau (1,29%), industri Tekstil (3,28%), industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (1,37%), industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik (6,10%), industri Barang Galian Bukan Logam (3,94%), industri Logam Dasar (0,85%), industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya (10,32%), industri Peralatan Listrik (5,20%), industri Mesin dan Perlengkapan YTDL (7,91%), industri Furnitur (27,30%) dan Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan (7,25%).

(40)

2014. Jika dibandingkan dengan triwulan I tahun sebelumnya (y-on-y), secara umum pertumbuhan IBS triwulan I tahun 2015 juga mengalami kenaikan sebesar 7,07 persen.

Tahun 2016 merupakan tahapan pertama pada rangkaian pembangunan jangka menengah Tahun 2016-2020. Ada beberapa rekomendasi yang perlu diimplementasikan dalam konteks kepentingan pembangunan ekonomi regional Kabupaten Gorontalo, sebagai berikut :

1. Produk pangan harus jadi perhatian dan komitmen karena jumlah penduduk di Kabupaten Gorontalo yang terus meningkat. Implikasinya, alokasikan anggaran yang memadai.

2. Sektor pertanian memiliki nilai backward linkage yang besar namun relatif kecil untuk angka forward linkage. Artinya potensi pertanian Kabupaten Gorontalo perlu didorong untuk industrialisasi (agroindustri).

3. Penekanan pembangunan sektor pertanian sebaiknya tidak hanya di aspek produksi, namun juga sisi pasar. Harus dibangun institusi pasar sebagai option market yang akan meningkatkan pendapatan petani dan menjamin redistribusi pendapatan antara pedagang dengan petani yang lebih adil.

(41)

5. Dengan diimplementasikannya UU tentang Desa, maka diperlukan kebijakan untuk mengembangkan instrumen mendorong pembangunan perdesaan. Diantaranya, mendorong agar BUMDES dikelola secara professional, misalnya oleh sarjana desa dan para pendamping dari LSM.

6. Dana alokasi desa diarahkan untuk mendukung program pembangunan lainnya dalam konteks misalnya peningkatan ketahanan pangan, atau yang lainnya sesuai prioritas utama target pembangunan desa yang bersangkutan.

7. Untuk implementatif sebuah kebijakan, harus fokus pada data mikro (lingkup data lebih detil).

8. Produktivitas perekonomian regional dibangun atas kekuatan kinerja ekonomi di level mikro, arahkan kegiatan untuk peningkatan produktivitas sub sektor yang lebih mikro.

9. Dalam membangun kedaulatan pangan, ciptakan instrumen pasar yang dapat memperbaiki harga jual komoditas yang dihasilkan petani. Pilihannya, Bulog harus bisa beli komoditas tersebut atau melalui BUMD.

10. Dalam membangun kedaulatan energi, optimalkan eksploitasi panas bumi yang ada di wilayah Gorontalo.

(42)

12. Dalam rangka meningkatkan investasi, promosi peluang investasi harus terus ditingkatkan. Perkuat dengan kebijakan yang lebih pro bisnis.

13. Pembangunan ekonomi membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai dan pembenahan karakter SDM nya untuk lebih produktif.

Adanya situasi keterbatasan keuangan negara dalam pembiayaanpembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah.Pemerintah daerah dituntut mampu meningkatkan pendapatan asli daerahdan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangandaerah. Berkaitan dengan kondisi yang digambarkan diatas serta berdasarkan pada kondisi perekonomian tahun 2014 dan perkiraan tahun 2015 serta tantangan yang dihadapi pada masa mendatang maka usaha-usahayang harus dilakukan dalam pemantapan ekonomi daerah adalah:

1) Menciptakan kondisi ketenteraman dan ketertiban yang kondusifsesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh daerah.

2) Meningkatkan pelayanan perijinan usaha.

(43)

4) Pemberdayaan ekonomi UMKMdan masyarakat miskin dengan meningkatkan koordinasi berbagai institusimelalui jaringan sistem keuangan mikro.

5) Memperbaiki modal sosial khususnya etos kerja dalam rangka peningkatan produktivitas kerja.

6) Efisiensi alokasi sumber daya dan dana dalam perekonomiandaerah.

Sedangkan arah kebijakan Belanja Daerah pada tahun 2016, usulan anggaran belanja oleh SKPD harus diprioritaskan pada :

a. Upaya nyata pengembangan sumber daya manusia dengan sasaran utama untuk memperbaiki indikator pendidikan.

b. Peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi dengan sasaran utama pembangunan infrastruktur.

c. Pengurangan kuantitas dan kualitas kemiskinan, serta pembukaan lapangan pekerjaan baru.

d. Penguatan ketahanan pangan dengan sasaran pemantapan lokasi lahan pangan, diversifikasi pangan non beras, serta pengamanan distribusi pupuk khususnya untuk pupuk bersubsidi.

(44)

f. Pengembangan dan penguatan kelembagaan petani, UMKM, dan koperasi.

g. Penguatan kelembagaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), serta peningkatan investasi.

h. Pengembangan dan penguatan komoditas ekspor daerah.

i. Pengembangan dan pemantapan perdagangan domestik, antar pulau, dan diwilayah perbatasan antar Negara.

j. Mendorong pengembangan industri hilir dari sumber-sumber daya lokal.

k. Pengembangan dan penguatan pariwisata, ekonomi kreatif, budaya lokal, olahraga serta kepemudaan.

3.2. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

(45)

pembangunan di Kabupaten Gorontalo adalah mensejahterakan masyarakat yang akan dicapai melalui peningkatan kualitas hidup masyarakat. Adapun beberapa indikator utama meningkatnya kualitas hidup masyarakat antara lain dapat dilihat melalui pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan PDRB, pertumbuhan pendapatan per kapita, tingkat kemiskinan dan pengangguran.

Salah satu instrument yang digunakan oleh pemerintah untuk menuangkan kebijakan keuangan daerahnya adalah melalui anggaran. Anggaran merupakan alat kebijakan fiskal pemerintah yang memiliki beberapa fungsi, yakni fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Terkait pencapaian indikator utama pembngunan daerah untuk tahun 2016, maka fungsi alokasi dan fungsi stabilisasi memiliki peran yang sangat penting. Fungsi alokasi merupakan fungsi anggaran yang diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian daerah. Sedangkan fungsi stabilisasi menjadikan anggaran sebagai alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah. Untuk fungsi anggaran lainnya dimaksudkan sebagai dasar pelaksanaan pendapatan dan belanja, sebagai pedoman untuk perencanaan tahun selanjutnya dan sebagai alat pengendalian dan evaluasi.

(46)

1. Intervensi anggaran belanja daerah dalam sektor – sektor pembangunan

2. Besar kecilnya alokasi anggaran belanja program kegiatan

3. Besar kecilnya alokasi anggaran belanja SKPD

4. Besar kecilnya alokasi anggaran belanja untuk suatu kawasan/kecamatan/desa

5. Target pendapatan daerah

6. Jenis dan objek pendapatan daerah

7. Surplus/defisit anggaran

8. Pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran

Berbagai bentuk kebijakan keuangan yang tercermin dalam pengalokasian APBD tentunya didorong oleh berbagai sebab diantaranya pencapaian visi dan misi daerah, peningkatan daya saing daerah, penetapan program prioritas daerah, sumber-sumber pendapatan daerah yang potensial, serta pengelolaan surplus/defisit anggaran. Dapat disimpulkan arah kebijakan keuangan Pemerintah Kabupaten Gorontalo pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

(47)

mengoptimalkan kinerja objek – objek pajak dan retribusi yang telah ditetapkan menjadi target pendapatan daerah disamping meningkatkan subjek pajak/retribusi baru dengan mengintensifkan pendataan dan penyuluhan

- Kebijakan pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan maupun dana penyesuaian yang berasal dari dan bagi hasil pajak provinsi akan ditingkatkan dengan memaksimalkan mobilisasi pajak - pajak pusat dan pajak provinsi sehinggga dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah bagi hasil ke pemerintah daerah.

- Kebijakan belanja daerah dalam bentuk belanja langsung diarahkan untuk mendanai kegiatan prioritas daerah di tahun 2016 sedangkan untuk belanja tidak langsung sasaran utama adalah belanja gaji dan tunjangan, tambahan penghasilan PNS, serta bantuan kepada pemerintah desa.

- Kebijakan pembiayaan daerah diarahkan untuk menutup defisit APBD sebaliknya jika terjadi surplus maka diarahkan untuk kegiatan investasi yang mampu memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah

3.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

(48)

tahun berkenaan. Pendapatan daerah menggambarkan kapasitas fiskal yang dimiliki daerah sebagai sumber penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Adapun kebutuhan fiskal daerah adalah keseluruhan jumlah pengeluaran daerah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Celah atau kesenjangan antara kapasitas fiskal dan kebutuhan fiskal daerah atau disebut ‘fiscal gap’ menjadi dasar kebijakan bagi pengalokasian dana perimbangan oleh pemerintah pusat.

Target pendapatan daerah menjadi dasar kebijakan dalam penyusunan anggaran daerah. Targetpendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolan pendapatan daerah dimulai dari proses identifikasi sumber – sumber pendapatan, penetapan target, penatausahaan serta kebijakan pengalokasiannya dalam membiayai program – program pembangunan daerah.

(49)

- Menjalin koordinasi yang baik terutama terkait dengan pemenuhan informasi, data dan laporan dengan kementrian dan lembaga sebagai pertimbangan penetapan dana alokasi khusus ataupun dana transfer lainnya

- Penyediaan data akurat untuk seluruh variabel yang diperhitungkan dalam menetapkan besaran dana perimbangan seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, jumlah pegawai, jumlah pendapatan asli daerah dan bagi hasil, kondisi infrastruktur daerah maupun data fasilitas umum daerah

- pendataan objek pajak pusat secara akurat untuk dapat menghitung kepastian jumlah piutang pajak sebagai dasar penetapan target pendapatan

- Membantu memobilisasi pajak – pajak pusat dan provinsi untuk meningkatkan jumlah pendapatan bagi hasil ke daerah

- Meningkatkan kinerja pelayanan publik, penataan kelembagaan dan administrasi daerah untuk memperbesar peluang memperoleh dana insentif yang pengalokasiannya berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut.

Untuk penerimaan daerah yang berasal dari pendapatan asli daerah beberapa kebijakan selama ini telah ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Gorontalo untuk mengoptimalkan pencapaian target pendapatan asli daerah antara lain :

(50)

kapita masyarakat agar dapat meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat sehingga berdampak pada penerimaan kas daerah baik melalui pembayaran pajak dan retribusi daerah

- Memperkuat proses pemungutan mulai dari tingkat kolektor sampai dengan realisasi ke kas daerah

- Pendataan dan pemutakhiran data objek pajak daerah dan retribusi daerah secara kontinyu untuk mendukung penetapan target yang efektif

- Meningkatkan sistem pengawasan untuk dapat mendeteksi terjadinya penyimpangan pengelolaan pendapatan asli daerah

- Meningkatkan efisiensi biaya pemungutan untuk menghindari terjadinya ekonomi biaya tinggi

- Memberi kemudahan prosedur pelayan perijinan untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif

(51)
(52)

NO Uraian

Jumlah

Realisasi Tahun

2013 Realisasi Tahun2014 Berjalan 2015Target Tahun Proyeksi Tahun 2016 Proyeksi Tahun2017

1.1 Pendapatan asli daerah 60,166,455,179.44 93,236,861,081.88 91.091.817.573,00 101.253.149.944,90 112.641.045.676,00 1.1.1 Pajak daerah 7,620,016,896.00 12,395,724,861.00 10.521.506.146,00 12.625.807.375,20 15.150.968.850,00 1.1.2 Retribusi daerah 7,409,739,876.00 5,625,088,308.00 4.153.396.252,00 4.568.735.877,20 5.025.609.464,00

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan 5,839,149,970.00 3,879,043,790.00 6.047.526.370,00 6.652.279.007,00 7.317.506.907,00 1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 39,297,548,436.94 71,337,004,122.88 70.369.388.805,00 77.406.327.685,00 85.146.960.454,00

1.2 Dana perimbangan 595,849,833,639.00 678,889,236,526.00 712.965.647.955,00 786.082.074.141,00 865.873.191.459,00

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/bukanpajak 17,693,115,639.00 15,803,449,978.00 9.099.306.955,00 9.099.306.955,00 11.829.099.041,50 1.2.2 Dana alokasi umum 517,229,988,000.00 599,129,886,548.00 625.486.841.000,00 690.765.317.186,00 756.839.077.610,00 1.2.3 Dana alokasi khusus 60,926,730,000.00 63,955,900,000.00 78.379.500.000,00 86.217.450.000,00 94.839.195,000.00 1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 144,084,914,333.00 132,589,153,831.00 214.159.721.702,00 267.160.099.672,00 340.949.130.179,00

1.3.1 Pendapatan Hibah - - 1.205.100.000,00 -

-1.3.2 Bagi hasil pajak dari provinsidan dari pemerintah daerah

lainnya 18,628,975,133.00 26,696,041,731.00 28.904.542.702,00 31.794.996.972,00 34.974.496.669,00

1.3.3 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 120,445,104,000.00 101,286,068,000.00 181.050.079.000,00 235.365.102.700,00 305.974.633.510,00

(53)

terakhir terus meningkat dengan kisaran 12,55% - 13,10 % per tahun. Dengan demikian pada tahun 2016 dan 2017 dapat diproyeksikan pendapatan masih akan mengalami pertumbuhan yang tidak jauh berbeda dengan trend tiga tahun terakhir yakni pada kisaran 12% - 12,50 persen.

2. Pendapatan daerah terkontribusi dari tiga jenis pendapatan yakni pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Ketiganya menunjukkan trend yang semakin meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

3. Untuk pendapatan asli daerah terjadi pertumbuhan sebesar 54,96% pada tahun 2014 dengan peningkatan yang cukup signifikan pada pajak daerah dan lain-lain PAD yang sah.

- Pajak daerah pada tahun 2014 meningkat hingga 62,67% dan lain-lain PAD yang Sah meningkat 81,53% dibanding tahun 2013. Pada tahun 2015 target penerimaan pajak daerah mengalami penurunan sebesar 15,12% dibanding tahun sebelumnya, namun pada tahun 2016 pajak daerah diproyeksikan optimis dengan kenaikan sebesar 20% dengan pertimbangan sampai dengan bulan kelima (bulan Mei) tahun 2015 capaian pajak daerah telah mencapai 70% dari target yang ditetapkan. Dengan demikian target pajak daerah untuk tahun 2015 akan disesuaikan pula pada APBD Perubahan. Pada tahun 2017 diproyeksikan pendapatan pajak daerah masih akan mengalami pertumbuhan dengan angka yang sama pada tahun 2016.

(54)

untuk retribusi biaya kesehatan dikurangi dengan adanya pendapatan dana kapitasi JKN pada puskesmas. Pada tahun 2015 pendapatan retribusi kembali mengalami penurunan sebesar 26,16 disebabkan retribusi penggantian biaya KTP dan Akte Catatan Sipil tidak dianggarkan lagi. Pada tahun 2016 optimisme untuk target retribusi daerah diproyeksikan dapat mengalami peningkatan mencapai 10% dibanding target 2015 demikian pula untuk tahun 2017 diharapkan dapat mencapai pertumbuhan yang sama seperti pada tahun 2016.

-Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 33,57% dibanding tahun 2013, namun pada tahun 2015 ditetapkan target optimis dengan kenaikan mencapai 55,90 persen. Demikian pula halnya pada tahun 2016 dan 2017 pendapatan ini diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen. Penetapan target ini didasarkan pada besaran deviden PT Bank Sulut atas penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Gorontalo.

-Lain-lain PAD yang Sah pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang sangat signifikan mencapai 81,53 persen. Hal ini disebabkan masuknya alokasi dana pemerintah dalam bentuk Dana Kapitasi JKN yang dicatat sebagai bagian dari lain-lain PAD yang Sah. Pada tahun 2015 terjadi penurunan target pada pendapatan ini, namun hanya sebesar 1,36 persen. Proyeksi 10% untuk kenaikan di tahun 2016 dan 2017 seiring dengan semakin meningktny pendapatan BLUD MM Dunda yang menjadi bagian dari jenis pendapatan ini.

(55)

peningkatan. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 13,94% dan pada tahun 2015 meningkat sebesar 5,02 persen. Dana perimbangan terdiri dari tiga jenis pendapatan yakni bagi hasil pajak/bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

-Bagi hasil pajak/bukan pajak pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 10,68% dan pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan sebesar 42.42 persen. Pada tahun 2016 pendapatan ini ditargetkan dapat mengalami peningkatan mencapai 30% dengan pertimbangan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya terdapat kurang bayar dari kas negara atas bagian Pemerintah Kabupaten Gorontalo. Pada tahun 2017 pemerintah daerah memproyeksikan pertumbuhan untuk jenis pendapatan ini hingga 20 persen seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan bangunan-bangunan baru baik usaha maupun rumah tangga di Kabupaten Gorontalo.

-Dana alokasi umum meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2014 meningkat sebesar 15,83% dan pada tahun 2015 4,40 persen. Pada tahun 2016 dan 2017 DAU diproyeksi akan mengalami peningkatan mencapai 10% dibanding tahun 2015. Peningkatan DAU oleh pemerintah disebabkan adanya kebijakan kenaikan gaji dan tunjangan PNS serta alokasi untuk pembayaran gaji bulan ke-13.

(56)

5. Lain-lain pendapatan daerah yang sah pada tahun 2014 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya mencapai 7,98 persen. Penurunan ini disebabkan berkurangnya alokasi dana insentif daerah dari Rp.26.605.808.000,- pada tahun 2013 menjadi Rp.3.000.000.000,- pada tahun 2014. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada jenis pendapatan ini mencapai 61,52% disebabkan adanya alokasi dana desa serta meningkatnya alokasi dana insentif daerah dibanding tahun sebelumnya. Olehnya untuk proyeksi tahun 2016 pendapatan yang berasal dari bagi hasil pajak provinsi diproyeksi dapat mengalami pertumbuhan sebesar 10% seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan bermotor di Kabupaten Gorontalo dan untuk dana penyesuaian diproyeksikan dapat mengalami peningkatan hingga 30% dengan semakin bertambahnya PNS Guru yang bersertifikasi.

3.2.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah

Belanja daerah harus dialokasikan secara secara adil dan proporsional agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi. Oleh karena itu dalam mengalokasikan belanja daerah perlu memperhatikan asas umum pengelolaan keuangan daerah sebagai berikut:

(1) Tertib, adalah bahwa

keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti - bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

(2) Taat pada peraturan

perundang-undangan, adalah bahwa pengelolaan

(57)

perundang-undangan.

(3) Efektif, merupakan

pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

(4) Efisien, merupakan

pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

(5) Ekonomis, merupakan

pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.

(7) Transparan, merupakan prinsip keterbukaan

yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang keuangan daerah.

(8) Bertanggung jawab, merupakan perwujudan

kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

(9) Keadilan,adalah keseimbangan distribusi

kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.

(10) Kepatutan, adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

(11) Manfaat, adalah bahwa keuangan daerah

(58)

Pemerintah Kabupaten Gorontalo senantiasa berupaya agar proses pengelolaan keuangan khususnya belanja daerah dapat mempedomani kesebelas asas tersebut di atas. Penerapan asas yang pertama terkait ketertiban waktu dan kelengkapan administrasi telah dibuktikan dengan keseriusan pemerintah daerah dalam mematuhi target waktu yang ditentukan baik dalam penyusunan APBD yang dapat dirampungkan pada Bulan November demikian pula dengan penyusunan laporan keuangan yang dapat diselesaikan pada Bulan Maret. Ketertiban administrasi juga merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan realisasi pengeluaran kas daerah. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan juga terus ditingkatkan mulai dari tahap perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pelaporan. Tahapan pelaksanaan merupakan tahapan yang sangat rentan akan penyimpangan, olehnya sangat diwajibkan untuk mempedomani aturan terkait seperti dalam proses pengadaan barang dan jasa.

(59)

Keadilan dan kepatutan dicerminkan oleh kebijakan Pemerintah Kabupaten Gorontalo dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan secara proporsional ke seluruh wilayah kabupaten. Hal ini ditujukan untuk memperkecil tingkat kesenjangan antara wilayah. Memperhatikan keterbatasan kemampuan keuangan daerah, maka lokus pembangunan daerah direncanakan secara bertahap pada setiap tahun anggaran. Sedangkan asas manfaat menjadi pertimbangan untuk menetapkan prioritas belanja daerah yang selalu mengutamakan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Berbeda halnya dengan pendapatan yang semakin baik jika targetnya dapat dilampaui, maka untuk merealisasikan belanja, anggaran merupakan pagu tertinggi yang tidak dapat dilampaui. Pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang lebih tinggi dengan melakukan perubahan anggaran terlebih dahulu. Pada prinsipnya pemerintah daerah akan menetapkan prioritas pendanaan sesuai dengan program prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rencana kerja pemerintah. Penetapan prioritas dirumuskan untuk mempercepat tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang selaras dengan arah kebijakan untuk mewujudkan visi misi pemerintah daerah.

Adapun kebijakan belanja Kabupaten Gorontalo pada tahun 2016diarahkan pada upaya-upaya:

- Peningkatan ketahanan ekonomi dan ketahanan pangan daerah sebagi upaya untuk meningkatkan taraf ekonomi rakyat dan upaya pencapaian kedaulatan pangan.

- Peningkatan nilai tambah komoditas daerah melalui pengembangan teknologi industri

(60)

- Peningkatan daya dukung alam dan penyediaan sanitasi dasar masyarakat

- Penciptaan birokrasi yang melayani, transparan dan akuntabel Adapun kebijakan pengalokasian anggaran belanja dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:

- Pengalokasian belanja daerah pada program kegiatan utama yang mendukung tercapainya sasaran pembangunan daerah tahun 2016

- Pengalokasian belanja daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk mendukung optimalisasi pelayanan publik utamanya untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam memperoleh layanan dasar

- Pengalokasian belanja daerah kepada organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi politik sebagai wadah kegiatan sosial politik daerah yang disesuaikan dengan kapasitas keuangan daerah

- Pengalokasian belanja daerah kepada pemerintah desa untuk menciptakan penguatan kelembagaan desa dalam rangka mendukung terlaksananya otonomi desa

- Pengalokasian belanja daerah kepada orgnisasi keagamaan untuk menunjang kegiatan keagamaan maupun pembangunan rumah ibadah serta persiapan pemekaran kabupaten untuk daerah pemekaran baru

- Pengalokasian belanja daerah pada program dan kegiatan yang belum mencapai target RPJMD periode 2011-2015 untuk menjamin kontinuitas pembangunan daerah

(61)
(62)

REALISASI, TARGET DAN PROYEKSI BELANJA DAERAH KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013-2017

NO Uraian

Jumlah

Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun2014 Berjalan 2015Target Tahun Proyeksi Tahun 2016 Proyeksi Tahun 2017

2.1 Belanja Tidak Langsung 477.278.820.009,- 522.300.834.826,- 665.779.148.659,- 769.475.556.736,12 876.080.980.941,86 2.1.1 Belanja pegawai 442.857.703.607,- 491.255.054.675,- 569.488.157.547.66,- 683.385.789.057,19 785.893.657.415,77

2.1.2 Belanja bunga - - - -

-2.1.3 Belanja subsidi - - - -

-2.1.4 Belanja hibah 10.061.779.501,- 3.375.000.000,- 17.156.000.000,- 4.753.100.000,-

-2.1.5 Belanja bantuan sosial 3.751.674.000,- 3.161.250.000,- 1.693.750.000,- -

-2.1.6 Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa* 527.747.873,- 1.231.290.540,- 1.467.490.240,34,- 1.614.239.264,37,- 1.775.663.190,81

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintahan Desa

& Parpol 19.834.915.028,- 23.210.704.611,- 74.973.750.871,- 78.722.428.414,55,- 82.658.560.335,28 2.1.8 Belanja tidak terduga 245.000.000,- 67.535.000,- 1.000.000.000,- 1.000.000.000,-

1,000,000.000,-B JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 417.726.975.905,- 522.300.834.826,- 665.779.148.659,- 769.475.566.736,12 876.080.980.941,86

2.2 Belanja Langsung 292.248.303.089,56 343.845.156.859,74 382.604.769.225,- 385.019.757.022,48 419.845.876.104,27 2.2.1 Belanja pegawai 44.823.641.363,- 53.405.813.720,- 57.473.471.869,- 17.242.041.560,70 18.247.827.318,41 2.2.2 Belanja barang dan jasa 102.529.525.784,56 141.862.482.810,74 143.449.301.737,- 158.843.420.499,93 163.594.634.524,97 2.2.3 Belanja modal 144.895.135.942,- 148.576.860.329,- 181.681.995.619,- 208.934.294.961,85 238.003.414.260,89

JUMLAH BELANJA LANGSUNG 292.248.303.089,56 343.845.156.859,74 382.604.769.225,- 385.019.757.022,48 419.845.876.104,27

(63)

Grafik 3.10

PERTUMBUHAN REALISASI, TARGET DAN PROYEKSI BELANJA DAERAH KABUPATEN GORONTALO

TAHUN 2013-2017

- 200,000,000,000.00 400,000,000,000.00 600,000,000,000.00 800,000,000,000.00 1,000,000,000,000.00 1,200,000,000,000.00 1,400,000,000,000.00

2.1 Belanja Tidak Langsung

2.2 Belanja Langsung 2.3 TOTAL JUMLAH BELANJA

Analisis belanja daerah

1. Belanja daerah dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan semakin meningkatnya pendapatan daerah. Pertumbuhan belnja daerah pada tahun 2013 – 2015 mencapai 12,56% - 21,04 persen. Proyeksi belanja daerah pada tahun 2016 dan 2017 akan mengalami pertumbuhan sebesar 9,19% - 10,91 persen.

(64)

TABEL 3.8

Langsung 62,02 60,30 63,50 66,65 67,60 Langsung 37,98 39,70 36,50 33,35 32,40

Jumlah 100 100 100 100 100

Grafik 3.12

Gambar

Grafik 3.3Kontribusi Sektor Ekonomi 9 Sektor terhadap PDRBKabupaten
Tabel 3.3
Tabel 3.4Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis
Grafik 3.6Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Retribusi terminal yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bus umum, tempat

Memberikan teguran/sanksi kepada pejabat perbendaharaan Satker yang terlambat dalam menyelesaikan tagihan sesuai waktu yang telah ditentukan. Membuat SPM per output dalam satu

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak PB di atas dapat diketahui bahwa status kepemilikan adalah milik bersama, pembiayaan untuk pembelian rumah dan apapun

PUNDARIKA ATMA SEMESTA Direktur Penjualan : DIAN NOVITA. Alamat

[r]

Peserta lelang sudah melakukan registrasi dan telah terdaftar pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Muara Enim di situs internet

1) uang dan/atau setara uang, dalam hal ini termasuk tapi tidak terbatas pada voucher dan cek, yang diberikan kepada Pegawai Kementerian dan penyelenggara negara di

Dua bulan yang lalu, suatu kelompok Opus Dei di sebuah universitas di barat bagian tengah tertangkap basah membius pengikut barunya dengan obat yang dapat menimbulkan