• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERUBAHAN TINGKAT KONSUMSI MAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA PERUBAHAN TINGKAT KONSUMSI MAKAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISA PERUBAHAN TINGKAT KONSUMSI MAKANAN DAN KELOMPOK PADI-PADIAN

TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT

DI INDONESIA PADA TAHUN 2007

2010

DISUSUN OLEH:

CHRISNINA MAHARANI

NPM. 1506771691

Padi-padian adalah salah satu kelompok makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia tiap harinya. Berdasarkan data BPS, padi-padian yang disebutkan disini merupakan salah satu kelompok makanan yang terdiri dari beras, beras ketan, jagung basah dengan kulit, jagung pipilan/beras jagung, dan tepung terigu. Makanan-makanan tersebut merupakan sumber karbohidrat yang dapat memenuhi asupan gizi masyarakat untuk menjalankan aktivitas sehari-harinya. Oleh karena itu masyarakat Indonesia rutin mengkonsumsi makanan tersebut. Konsumsi masyarakat akan kelompok padi-padian ini menimbulkan adanya permintaan akan barang tersebut. Namun, besar kecilnya permintaan konsumen atau masyarakat akan barang, dimana disini adalah kelompok padi-padian dapat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya yaitu pendapatan.

Rahardja dan Manurung (2008) menjelaskan teori konsumsi Keynes adalah, konsumsi yang dilakukan saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposable saat ini. Jika pendapatan disposable meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Selanjutnya menurut Keynes ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung pada pendapatan. Artinya tingkat konsumsi itu harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol.

Pendapatan dan konsumsi akan suatu barang sangat erat keterkaitannya, hal ini dapat dilihat dengan menggunakan kurva engel. Hukum Engel menyatakan bahwa rumah tangga yang mempunyai upah atau pendapatan rendah akan mengeluarkan sebagian besar pendapatannya untuk membeli kebutuhan pokok. Sebaliknya, rumah tangga yang berpendapatan tinggi akan membelanjakan sebagian kecil saja dari total pengeluaran untuk kebutuhan pokok.

(2)

2 meningkat. Apabila kurva konsumsi-pendapatan mempunyai kemiringan positif, jumlah permintaan meningkat dengan pendapatan. Sedangkan barang inferior adalah konsumsi akan barang tersebut berkurang pada saat pendapatan konsumen naik. Pada awalnya konsumsi barang tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan pedapatan konsumen, namun pada titik pendapatan tertentu konsumsi akan barang tersebut cenderung menurun.

Tabel 1. Rata‑Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Menurut Kategori makanan dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan, 2007-2010,

GOLONGAN PENGELUARAN /KAPITA SEBULAN

(Rp)

TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010

<100.000 61.301 60.912 60.665 63.188

100.000-149.999 87.657 88.805 88.069 89.837

150.000-199.999 115.742 123.750 121.382 121.293

200.000-299.999 153.567 158.837 163.937 169.652

300.000-499.999 211.835 217.974 223.144 238.541

500.000-749.999 279.289 290.439 309.638 336.150

750.000-999.999 339.598 354.814 388.036 428.608

>1000.000 372.456 405.593 454.623 538.037

Rata-rata perkapita 148.613 166.583 186.741 219.803 Sumber : Badan Pusat Statistik

Pada tabel diatas dapat dilihat dari tahun 2007 sampai dengan 2010, ditiap tingkat pendapatan beriringan dengan peningkatan konsumsi makanan. Pada tahun 2007 peningkatan konsumsi tertinggi terjadi pada tingkat pendapatan 100.000-149.999 sebesar 30%, dan terendah pada tingkat pendapatan >1.000.000 sebesar 8%. Pada tahun 2009, sama seperti tahun 2010, peningkatan tertinggi terdapat pada tingkat pendapatan 100.000-149.999 sebesar 31,4% dan terendah pada tingkat pendapatan >1000.000 sebesar 12,5%. Tahun 2009 juga terjadi peningkatan tertinggi pada tingkat pendapatan 100.000>149.999 yaitu 31,1% dan terendah pada tingkat pendapatan > 1000.000 yaitu 14,6%. Tahun 2010 peningkatan tertinggi sebesar 29,7% pada tingkat pendapatan 100.000-149.999 dan terendah sebesar 20,3% di tingkat pendapatan >1000.000.

(3)

3 Gambar 1. Kurva engel makanan

Kurva engel diatas menggambarkan hubungan pendapatan (B) dan jumlah konsumsi makanan (X) adalah positif, terlihat dari slopenya yang diagonal dari kiri bawah ke kanan atas. Ketika terjadi kenaikan pendapatan (B1) maka konsumsi akan makanan jumlahnya bertambah dari X ke X1. Kurva engel ini menunjukkan bahwa kategori makanan merupakan barang normal dimana ketika terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat maka peningkatan akan konsumsi makanan pun ikut meningkat.

Di dalam kategori makanan terdapat kelompok padi-padian dimana dapat dilihat perubahan konsumsi terhadap pendapatannya dibawah ini.

Tabel 2. Rata‑Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Menurut Kelompok Barang padi-padian dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan, 2007-2010.

GOLONGAN PENGELUARAN /KAPITA SEBULAN

(Rp)

TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010

<100.000 27.175 27.095 27.007 30.171

100.000-149.999 33.083 32.730 32.573 35.263

150.000-199.999 35.420 38.034 37.045 39.386

200.000-299.999 37.219 38.435 39.431 41.688

300.000-499.999 37.426 37.978 39.423 45.405

500.000-749.999 35.889 36.071 38.219 47.900

750.000-999.999 34.842 34.853 36.206 47.171

(4)

4

Rata-rata perkapita 35.874 36.970 38.122 44.004

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ditiap tahunnya rata-rata per kapita konsumsi kelompok padi-padian selalu meningkat. Dari tahun 2007 ke 2008 terjadi peningkatan konsumsi sebesar 2,96%, di tahun 2008 ke 2009 peningkatan meningkat menjadi 3,02% dan pada tahun 2009 ke 2010 merupakan peningkatan tertinggi sebesar 13,36%.

Namun yang terjadi pada jumlah konsumsi pada tingkat pendapatan berbeda. Konsumsi kelompok padi-padian dari tingkat pendapatan terendah cenderung meningkat, tetapi pada tingkat pendapatan tertentu sampai dengan tingkat pendapatan tertinggi konsumsi kelompok padi-padian cenderung menurun.

Ditahun 2007 konsumsi kelompok padi-padian meningkat beriringan dengan peningkatan pendapatan hanya sampai pada tingkat pendapatan 300.000-499.999, selanjutnya mulai dari tingkat pendapatan 500.000-749.999 sampai dengan >1000.000 terus menurun. Rata-rata peningkatannya sebesar 7, 46% dan rata-rata penurunan sebesar 3,19%. Tahun 2008 juga terjadi kondisi yang sama namun konsumsi kelompok padi-padian meningkat beriringan dengan peningkatan pendapatan pada tingkat pendapatan yang lebih rendah yaitu 200.000-299.000 dengan rata-rata persentase peningkatan sebesar 10,74% dan penurunan terjadi mulai dari tingkat pendapatan 300.000-499.999 sampai dengan >1000.000 dengan rata-rata persentase penurunan sebesar 3,46%. Di tahun 2009 peningkatan terjadi mulai dari tingkat pendapatan 100.000-149.999 sampai pada tingkat pendapatan 200.000-299.999 sebesar 11,74%, dan terjadi penurunan mulai dari tingkat pendapatan 300.000-499.999 sampai dengan >1000.000 sebesar 3,33%. Pada tahun 2010 peningkatan konsumsi mulai dari tingkat pendapatan 100.000-149.999 sampai pada tingkat pendapatan 500.000-749.999 dengan rata-rata peningkatan sebesar 8,77% dan terjadi penurunan konsumsi kelompok padi-padian pada tingkat pendapatan 750.000-999.999 dan >1000.000 dengan rata-rata penurunan sebesar 3,91%.

(5)

5 Gambar 2. Kurva engel kelompok padi-padian

Kurva engel diatas menunjukan hubungan antara pendapatan (Y) dengan jumlah konsumsi kelompok padi-padian (X). Terjadi perubahan slope antara pendapatan dan jumlah konsumsi dimana slope yang awalnya positif, yang menunjukkan peningkatan Y1 mempengaruhi peningkatan jumlah konsumsi kelompok padi-padian Q1. Namun ketika Y meningkat menjadi Y2 jumlah konsumsi padi-padian justru menurun ke Q2. Sehingga slope untuk kelompok padi-padian berbentuk backward. Dan bentuk kurva engel diatas menunjukkan bahwa kelompok padi-padian merupakan barang inferior.

(6)

6 Daftar Pustaka

Ariani, M. (2015). Dinamika konsumsi beras rumah tangga dan kaitannya dengan diversifikasi konsumsi pangan. Penelitian Dan Pengembangan Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Didapat dari http://new.litbang.pertanian.go.id/buku/ekonomi-padi-beras/BAB-VI-3.pdf

Badan Pusat Statistik. (2015). Rata

rata pengeluaran per kapita sebulan di daerah perkotaan dan perdesaan menurut kelompok barang dan golongan pengeluaran per kapita sebulan,

2000-2012 (Data tabel). Diambil dari http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/963

Pindyck, R. S., & Rubinfeld, D. L. (2003). Miroekonomi (edisi ke lima.). Jakarta: Pt. Indeks. (Edisi asli 2001)

Pujoharso, C. (2013). Aplikasi teori konsumsi keynes terhadap pola konsumsi makanan masyarakat Indonesia. Didapatkan dari http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/558/501 Rahardja, P., & Manurung, M. (2008). Teori Ekonomi Makro (edisi 4). Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Gambar

Tabel 1. Rata‑Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Menurut
Gambar 1. Kurva engel makanan
Gambar 2. Kurva engel kelompok padi-padian

Referensi

Dokumen terkait

“Mengenai strategi pembelajaran yang akan digunakan oleh guru - guru MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus, saya selaku Kepala Madrasah memberikan wewenang penuh

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tipe spesimen dengan variasi penambahan ampas singkong yang berbeda mempunyai kekuatan tarik yang berbeda, dimana kekutan

that way sufficient physical activity time can be allocated for reaching effective teaching. Permasalahan ini tidak akan kunjung usai, manakala tidak ada sebuah

Pada hari pertama pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah diastolik, terlihat sama dengan penurunan tekanan darah sistolik, bahwa penurunan terbesar pada menit ke 30

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jumlah pemesanan yang optimal pada obat, alat kesehatan, dan kebutuhan harian sehingga total biaya persediaan menurun dengan

Perangkat lunak pengolahan citra ini memiliki beberapa kelemahan pada saat menduga jumlah dan grade ikan lele, antara lain belum mampu mengenali bintik putih di

Kegiatan penelitian analisis kebijakan pada umumnya harus dilaksanakan secara cepat namun akurat untuk merespon dinamika pembangunan pertanian, baik yang terjadi di dalam maupun

Lain halnya dengan nilai guna langsung daun nipah yang dimanfaatkan menjadi atap rumah (woka) dalam penelitian Benu, Timban, Kaunang dan Ahmad (2011) di Desa Palaes,