• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Berat Bayi Baru Lahir pada Ibu Hamil yang Menderita Anemia dan Tidak Menderita Anemia di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Berat Bayi Baru Lahir pada Ibu Hamil yang Menderita Anemia dan Tidak Menderita Anemia di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2013"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI PADA IBU HAMIL YANG MENDERITA ANEMIA DAN TIDAK MENDERITA ANEMIA

DI RSUP HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2013

NAMA : MARINA BINTI SHAMSUDIN

NIM : 110100418

Pembimbing Penguji I

(dr. T. Helvi Mardiani, M.Kes) (dr. Yuki Yunanda, M.Kes) NIP : 197201072001122002 NIP : 197906222003121001

Penguji II

(dr. Henny Syahrini, Sp.PD)

NIP : 198001272006042002

Medan, Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(2)

ABSTRAK

Anemia di dalam kehamilan merupakan masalah yang umum di negara-negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO), anemia pada ibu hamil

adalah kondisi ibu dengan konsentrasi hemoglobin (Hb) dalam darahnya < 11,0 g%. Anemia defisiensi besi adalah masalah kesehatan yang serius yang

merupakan masalah gizi yang dapat diawasi dengan biaya yang sangat tinggi. Anemia dalam kehamilan mempunyai resiko yang tinggi terhadap kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran preterm dan kematian janin.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat bayi baru lahir pada ibu hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder pada tahun 2013 pada bayi yang dilahirkan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Hasil analisis bivariat diperoleh nilai (p=0,04) yang menunjukkan terdapatnya hubungan antara anemia dengan kejadian BBLR.

Ibu hamil diharapkan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur untuk mendeteksi dini keadaan kesehatannya dan petugas kesehatan memberi penyuluhan untuk menambah pengetahuan ibu tentang BBLR sehingga AKI dan AKB dapat diturunkan.

(3)

ABSTRACT

Anemia in pregnancy is a common health problem in most developing countries. According to World Health Organization (WHO), anemia in pregnant women is defined as the hemoglobin concentration of < 11,0 g%. Anemia due to Iron Deficiency is a nutrional condition which is considered as serious health problem and is controllable with very expensive cost. Anemia in pregnancy also has a high risk resulting in low birth weight baby, preterm delivery and intra uterine mortality. The objective of this study is to find the connection between birth weight on anemic and non anemic pregnant mother.

This is a survey study with the analytic character. This cross sectional study were held by using secondary data for 2013 on the new born baby at RSUP Haji Adam Malik Medan.

From the bivariate analysis (p=0,04), it shows that the there is connection between birth weight and maternal hemoglobin concentration.

Pregnant mother is recommended to have regular antenatal check-ups for early detection of their health condition. The health provider should explain and counsel them so that the mother knows and realize more about LBW and later help to lessen the mortality rate of the mother and the new born baby.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah ini dengan judul „Hubungan Berat Bayi Baru Lahir pada Ibu Hamil yang Menderita Anemia dan Tidak Menderita Anemia di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2013‟.

Selama penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah mendapat bantuan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada dr. T.Helvi Mardiani selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini juga penulis telah mendapat dukungan, saran dan bantuan dari banyak pihak lain. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang ikhlas kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta yaitu En. Shamsudin bin Arshad dan Pn. Junaidah binti Dewan yang telah banyak memberikan dukungan dan doa selama menyiapkan karya tulis ilmiah ini.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Henny Syahrini, Sp.PD dan dr. Yuki Yunanda, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberi ide dan saran yang membangun untuk karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran USU. 5. Bahagian Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik yang telah memberikan izin

(5)

6. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam menyiapkan penulisan karya tulis ilmiah ini.

7. Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung selama proses penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dengan rendah diri, penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak. Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan makna tersendiri bagi pembaca.

(6)
(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL..

(8)

DAFTAR SINGKATAN

AKI : angka kematian ibu ANC : antenatal care

BBLN : berat badan lahir normal BBLR : berat badan lahir rendah

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Hb : hemoglobin

HIV : Human Immunodeficiency Virus

K4 : kunjungan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali

KH : kelahiran hidup

MCV : mean corpuscular volume

NCB-KMK : neonatus cukup bulan-kecil masa kehamilan NKB-KMK : neonatus kurang bulan-kecil masa kehamilan NLB-KMK : neonatus lebih bulan-kecil masa kehamilan NKBSMK : neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan status anemia 28 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan berat lahir bayi 28 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan BBLR 28 Tabel 5.4 Analisis hubungan status anemia dan berat badan

lahir bayi

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat hidup peneliti Lampiran 2 Ethical clearance

Lampiran 3 Surat izin survei awal penelitian Fakultas Kedokteran USU Lampiran 4 Surat izin penelitian Fakultas Kedokteran USU

Lampiran 5 Surat izin survei awal penelitian RSUP Haji Adam Malik Lampiran 6 Surat izin penelitian RSUP Haji Adam Malik

Lampiran 7 Logbook bimbingan proposal penelitian Lampiran 8 Logbook bimbingan hasil penelitian Lampiran 10 Data induk penelitian

(11)

ABSTRAK

Anemia di dalam kehamilan merupakan masalah yang umum di negara-negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO), anemia pada ibu hamil

adalah kondisi ibu dengan konsentrasi hemoglobin (Hb) dalam darahnya < 11,0 g%. Anemia defisiensi besi adalah masalah kesehatan yang serius yang

merupakan masalah gizi yang dapat diawasi dengan biaya yang sangat tinggi. Anemia dalam kehamilan mempunyai resiko yang tinggi terhadap kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran preterm dan kematian janin.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat bayi baru lahir pada ibu hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder pada tahun 2013 pada bayi yang dilahirkan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Hasil analisis bivariat diperoleh nilai (p=0,04) yang menunjukkan terdapatnya hubungan antara anemia dengan kejadian BBLR.

Ibu hamil diharapkan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur untuk mendeteksi dini keadaan kesehatannya dan petugas kesehatan memberi penyuluhan untuk menambah pengetahuan ibu tentang BBLR sehingga AKI dan AKB dapat diturunkan.

(12)

ABSTRACT

Anemia in pregnancy is a common health problem in most developing countries. According to World Health Organization (WHO), anemia in pregnant women is defined as the hemoglobin concentration of < 11,0 g%. Anemia due to Iron Deficiency is a nutrional condition which is considered as serious health problem and is controllable with very expensive cost. Anemia in pregnancy also has a high risk resulting in low birth weight baby, preterm delivery and intra uterine mortality. The objective of this study is to find the connection between birth weight on anemic and non anemic pregnant mother.

This is a survey study with the analytic character. This cross sectional study were held by using secondary data for 2013 on the new born baby at RSUP Haji Adam Malik Medan.

From the bivariate analysis (p=0,04), it shows that the there is connection between birth weight and maternal hemoglobin concentration.

Pregnant mother is recommended to have regular antenatal check-ups for early detection of their health condition. The health provider should explain and counsel them so that the mother knows and realize more about LBW and later help to lessen the mortality rate of the mother and the new born baby.

(13)

BAB l PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Angka anemia pada ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Prevalensi anemia ibu hamil masih lagi belum mengalami perubahan dari tahun 1995-2000, namun Departmen Kesehatan RI (Depkes RI) sampai dengan tahun 2010 akan berusaha menurunkan prevalensi anemia ibu hamil dari 51% menjadi 40% (Depkes RI, 2000).

Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu sedang hamil dan bukan dimulai dari sebelum kehamilan. Berdasarkan Profil Kesehatan tahun 2010, didapatkan data bahawa cakupan pelayanan K4 (kunjungan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali) meningkat dari 80,26% pada tahun 2007

menjadi 86,04% pada tahun 2008. Berbeda dengan cakupan pemberian tablet Fe (besi) kepada ibu hamil yang mengalami penurunan yaitu dari 66,03% pada

tahun 2007 menjadi 48,14% pada tahun 2008 (Depkes RI, 2008).

(14)

Hemoglobin merupakan parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Pada ibu hamil akan terjadi penurunan kadar hemoglobin karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu sehingga ibu hamil itu mengalami anemia.

Pada penderita anemia atau lebih sering disebut sebagai pasien kurang darah di mana kadar sel darah merah berada di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12, tetapi yang paling sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi (Rukiyah, 2010).

Hal ini akan menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan atau janin lahir dengan berat badan yang rendah (Depkes RI, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi anemia pada wanita yang tidak hamil ialah 30,2% sedangkan untuk ibu yang hamil 47,40%. Kejadian anemia bervariasi dikarenakan perbedaan kondisi sosial ekonomi, gaya hidup dan perilaku mencari kesehatan dalam budaya yang berbeda. Anemia mempengaruhi hampir separuh dari semua wanita hamil di dunia di mana 52% terdapat di negara berkembang sedangkan 23% pada negara maju yang umumnya disebabkan kekurangan gizi mikro, malaria, infeksi cacing dan schistosomiasis, infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan kelainan hemoglobin sebagai faktor tambahan (WHO, 2008).

(15)

Prevalensi anemia pada ibu hamil sangat tinggi di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil survei tahun 1999 adalah sebesar 78,65%. Pada tahun 2002 menurun menjadi 53,8%. Namun angka ini masih tetap tinggi. Secara nasional, untuk kategori kelompok anemia pada wanita, anemia ibu hamil menduduki urutan kedua setelah anemia pada remaja putri (Diskes sumut, 2004).

Anemia bisa muncul sebelum kehamilan atau timbul ketika kehamilan sedang berlangsung. Jika ibu hamil tersebut sudah menderita anemia saat sebelum kehamilan, anemia pada ibu tersebut cenderung untuk bertambah berat. Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling sering diderita oleh ibu hamil. Anemia defisiensi zat besi ini bisa terjadi akibat kadar pemasukan unsur besi yang tidak adekuat dari makanan ke tubuh lantaran makanan tersebut memang kurang unsur besinya atau karena adanya gangguan pencernaan sehingga zat besi tersebut tidak bisa di serap tubuh. Bisa juga terjadi akibat terlalu banyak zat besi yang keluar dari tubuh karena berlakunya perdarahan, seperti penyakit wasi yang kronis (Solihah, 2010).

Anemia pada ibu hamil akan menambahkan risiko ibu untuk melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di samping risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita anemia yang berat (Depkes RI, 2008). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi dan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin. Oleh itu, perlu dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mendeteksi apakah seseorang itu menderita anemia atau tidak.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Jitowiyono & Weni, 2010). Bayi

(16)

lahir. Berat badan lahir rendah ini merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal (Depkes RI, 2008).

Berat badan merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui satu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :

1) Faktor internal

Yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan dan penyakit pada masa kehamilan. 2) Faktor eksternal

Yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.

3) Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).

WHO memperkirakan bahwa prevalensi BBLR dinegara maju sebesar 3-7% dan di negara berkembang berkisar antara 13-38%. Untuk Indonesia belum ada angka pasti secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14% dari seluruh kelahiran hidup (Moehji, 2003).

1.2 Rumusan Masalah

(17)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Utama

Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir bayi dengan ibu hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang menderita anemia.

2. Untuk mengidentifikasi kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang tidak anemia.

3. Mengetahui hubungan kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang menderita anemia berdasarkan prevalensi kelahiran bayi dari ibu anemia di RSUP Haji Adam Malik.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Memberikan penyuluhan di samping upaya kuratif dan rehabilitatif kepada ibu hamil dan institusi pelayanan.

1.4.2 Sebagai bahan masukan dan dapat menginformasikan bagi masayarakat dan pihak terkait lainnya sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan anemia.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologis Kehamilan

2.1.1 Perubahan Fisiologis Ibu Hamil

Kehamilan memicu perubahan-perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis sejumlah kelainan hematologis serta pengkajiannya. Hal ini terutama berlaku pada anemia. Salah satu perubahan yang paling bermakna adalah ekspansi volume darah dengan peningkatan volume plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit biasanya menurun (Cunningham dkk, 2005).

Penyesuaian hemopoesis merupakan salah satu dari perubahan yang mengambil tempat pada tubuh ibu selama kehamilan. Semuanya untuk menyediakan pertumbuhan dan perkembangan dari embrio dan fetus. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi kemajuan kehamilan dengan peningkatan sirkulasi dari feto-plasenta unit dan peningkatan kebutuhan oksigen dari tubuh ibu, plasenta dan perkembangan anak. Walaupun ibu dan embrio atau fetus mempunyai sirkulasi darah yang terpisah, hemopoiesis individual, produksi eritropoetin dan regulasi hemopoiesis yang independen, tetapi anemia dan defisiensi oksigen pada ibu mempunyai pengaruh yang reaktif terhadap hemopoiesis fetus (Huch & Breymann, 2005).

(19)

yang hamil adalah 40% lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang tidak hamil (Means Jr, 2009).

Peredaran darah pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.

b) Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter.

c) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang semakin meningkat.

Akibat dari faktor tersebut, dijumpai beberapa perubahan sirkulasi darah yaitu: a) Volume darah

Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebanyak 25-30% sedangkan sel darah merah hanya sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak pada umur kehamilan 16 minggu. Peningkatan dari volume plasma ini adalah untuk meringankan kerja jantung akibat curah jantung yang meningkat semasa kehamilan.

b) Sel darah

(20)

Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma sekitar 30-40%, peningkatan sel darah merah bertambah sebanyak 18-30% dan hemoglobin bertambah sebanyak 19%. Secara fisiologis, hemodilusi terjadi untuk membantu meringankan kerja jantung. Hemodilusi terjadi

sejak usia kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% , maka dengan

terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologis dan Hb ibu akan menurun menjadi 9,5-10,0 gr%.

2.1.2 Pertumbuhan Janin Normal

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dan maturasi jaringan serta organ yang ditentukan oleh kemampuan substrat oleh ibu, transfer substrat melalui plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang dikendalikan oleh genom (Cuningham dkk, 2005).

Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang berurutan (Lin & Forgas, 1998). Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi hiperplasia dan hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertrofi sel dan pada fase inilah di mana sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34 minggu (Cuningham dkk, 2005).

(21)

2.2 Hemoglobin

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Pada ibu hamil, terjadi penurunan kadar hemoglobin karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu, sehingga menyebabkan ibu hamil itu mengalami anemia. Selain itu anemia pada kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin.

Hemoglobin ialah protein globular yang mengandung besi. Hemoglobin terbentuk dari 4 rantai polipeptida (rantai asam amino), terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai beta. Masing-masing rantai tersebut terdiri dari 141-146 asam amino. Struktur setiap rantai polipeptida yang tiga dimensi dibentuk dari delapan heliks bergantian dengan tujuh segmen non heliks. Setiap rantai mengandung grup prostetik yang dikenal sebagai heme, yang bertanggungjawab pada warna merah pada darah. Molekul heme mengandung cincin porphirin. Pada tengahnya, atom besi bivalen dikoordinasikan. Molekul heme ini dapat secara reversible dikombinasikan dengan satu molekul oksigen atau karbon dioksida.

Disamping mengangkut oksigen dari paru ke jaringan perifer, fungsi hemoglobin juga adalah untuk memperlancar pengangkutan karbon dioksida (CO2) dari jaringan ke dalam paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Hemoglobin dapat langsung mengikat CO2 jika oksigen dilepaskan dan sekitar 15% CO2 yang dibawa di dalam darah diangkut langsung oleh molekul hemoglobin. C02 bereaksi dengan gugus α-amino terminal amino dari hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton yang turut menimbulkanefek Bohr (Murray dkk, 2003).

(22)

dan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami anemia atau tidak maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin. Salah satu cara cara yang dapat digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin metode Sahli. Metode ini masih banyak digunakan di laboratorium dan merupakan metode yang paling sederhana.

2.3 Anemia

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) (Bakta, 2009).

Anemia pada kehamilan disebut “Potential Danger to Mother and Child” dan karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan. Pengaruh anemia dalam kehamilan diantaranya adalah dapat menyebabkan BBLR dan perdarahan. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah yang merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia (Manuaba, 2010).

(23)

muncul karena jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah yang berisi oksigen ke seluruh tubuh (Arisman, 2004 ; Fraser, 2009).

Anemia pada kehamilan menurut World Health Organization (WHO, 1972) terjadi jika kadar hemoglobin kurang dari 11,0 mg/dL (Basu, 2010). Sedangkan menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 1998), anemia terjadi pada ibu hamil trimester 1 dan 3 jika kadar hemoglobin kurang dari 11,0 mg/dL dan kurang dari 10,5 mg/dL pada ibu hamil trimester 2 (Lee, 2004). Berdasarkan klasifikasi dari WHO, kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu : Hb ≥ 11,0 gr% tidak anemia (normal), Hb 10,0-10,9 gr% anemia ringan, Hb 7,0-9.9 gr% anemia sedang dan Hb < 7,0 gr% anemia berat.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 prevalensi anemia pada ibu hamil adalah sebesar 24,5%. Keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini terfokus pada pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah sebanyak 90 tablet selama kehamilannya (Kemenkes RI, 2011). Anemia dapat menyebabkan perdarahan pada ibu hamil sehingga menyebabkan angka kematian ibu meningkat. Berdasarkan data SDKI (2012), angka kematian ibu (AKI) di Indonesia meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dari 228 per 100.000 KH pada tahun 2007

(Kemenkes RI, 2012).

2.3.1 Klasifikasi Anemia

Anemia pada ibu hamil bisa disebabkan karena kurangnya elemen untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12, tetapi yang paling sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi (Rukiyah, 2010).

(24)

jumlah hemoglobin yang cukup. Hemoglobin merupakan sejenis protein yang berada dalam eritrosit dan berfungsi sebagai pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Pada penderita anemia defisiensi besi, eritrosit tidak dapat menjalankan fungsinya untuk membawa oksigen yang adekuat ke seluruh jaringan tubuh.

Kekurangan zat besi merupakan penyebab paling umum yang menyebabkan anemia pada kehamilan dan diketahui merupakan penyebab anemia non fisiologis yang paling sering selama kehamilan. Prevalensi defisiensi zat besi berkisar antara 16%-55% pada wanita hamil selama trimester ketiga kehamilan.

De Gruchy (1976) menyatakan bahawa sebab utama anemia kekurangan zat besi adalah pengambilan zat besi yang kurang adekuat dari makanan untuk memenuhi kebutuhan yang terus menerus meningkat pada masa pertumbuhan janin. Keadaan ini bertambah buruk apabila cadangan zat besi pada masa antenatal berkurang.

Defisiensi zat besi paling sering dijumpai pada kehamilan dan diketahui merupakan penyebab anemia non fisiologis yang paling sering selama kehamilan. Prevalensi defisiensi zat besi berkisar antara 16%-55% pada wanita hamil selama trimester ketiga kehamilan. Hal ini sebagian menunjukkan penggunaan zat besi oleh fetus, sebagian lagi mencerminkan defisiensi zat besi yang telah ada sebelumnya ( Means Jr, 2009).

(25)

Secara umum, ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu (1) Kehilangan darah secara kronis sebagai dampak perdarahan kronis, seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, investasi parasit, dan proses keganasan; (2) Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat; (3) Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa kehamilan, dan menyusui (Arisman, 2009).

Anemia megaloblastik pada kehamilan merupakan anemia akibat dari defisiensi asam folat. Anemia megaloblastik selama kehamilan sering terjadi pada trimester ketiga atau segera setelah melahirkan. Pada anemia megaloblastik, dijumpai peningkatan MCV dengan makrosit berbentuk oval dan granulosit yang hipersegmentasi. Kebutuhan asam folat meningkat selama kehamilan dan diet dari kebanyakan wanita hamil tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan asam folat yang meningkat. Prevalensi wanita hamil yang mengalami defisiensi asam folat berkisar antara 1%-50%. Tidak semua pasien yang konsentrasi folat serum rendah mengalami anemia megaloblastik. Pada pasien yang mengalami, biasanya konsentrasi folat adalah rendah pada waktu awal kehamilan ( Means Jr, 2009).

Anemia defisiensi asam folat (sejenis vitamin B) di mana tubuh membutuhkan asam folat untuk menghasilkan sel-sel baru termasuk sel-sel darah merah yang sehat. Selama kehamilan, wanita memerlukan suplai tambahan asam folat. Kebutuhan asam folat yang tidak terpenuhi akan menyebabkan tubuh tidak dapat membuat sel darah merah yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Kekurangan asam folat dapat langsung berkontribusi terhadap beberapa jenis kejadian cacat lahir seperti neural tube (spina bifida) dan berat lahir rendah.

(26)

memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita anemia akibat kekurangan vitamin B12 yang akhirnya akan menyababkan cacat lahir dan juga menyebabkan persalinan prematur.

2.3.2 Penatalaksanaan Anemia

a) Diet kaya zat besi dan nutrisi yang adekuat

Penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena diet yang buruk. Perbaikan pola makan dan kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan membantu ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat mencegah dan mengurangi kondisi anemia (Madiun,2009).

Diet yang dianjurkan pada pasien yang anemia adalah diet yang kaya dengan zat besi. Pada dasarnya zat besi dari makanan didapat dalam dua bentuk yaitu zat besi heme (yang didapati pada hati, daging, ikan) dan zat besi non heme (yang didapati pada padi-padian, buncis, kacang polong yang dikeringkan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau seperti bayam, daun ubi dan kangkung).

Zat besi heme menyumbangkan hanya sejumlah kecil zat besi (sekitar 10-15%). Namun demikian zat besi heme diserap dengan baik dimana

10-35% yang di makan akan masuk kedalam aliran darah. Zat besi non heme atau zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bagian terbesar yang dikonsumsi sehari-hari, namun tidak diserap dengan baik yaitu hanya sekitar 2-8% (Tan, 1996).

(27)

b) Pemberian zat besi oral

Preparat zat besi oral yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah fero sulfat, glukonat dan fumarat. Prinsip pemberian terapi zat besi oral ini tidak hanya untuk mencapai nilai hemoglobin yang normal tetapi juga memperbaiki cadangan besi didalam tubuh.

Sebelum dilakukan pengobatan harus dilakukan pengiraan terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Pemberian zat besi oral ini juga memberikan efek samping berupa konstipasi, berak hitam, mual dan muntah (Riswan, 2003).

c) Pemberian zat besi par-enteral

Metode sederhana 250 mg besi elemental sebanding dengan 1 gram Hb. Pemberian zat besi secara parenteral jarang dilakukan karena mempunyai efek samping yang banyak seperti nyeri, inflamasi, phlebitis, demam, atralgia, hipotensi, dan reaksi anafilaktik. Indikasi dari pemberian secara parenteral adalah anemia defisiensi besi berat, mempunyai efek samping pada pemberian oral atau mengalami gangguan absorbsi. Pemberiannya dapat diberikan secara intramuskular maupun secara intravena ( Riswan,2003).

(28)

2.4 Berat Badan

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram (Saifuddin, 2002). Berat

lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (Sylviati, 2008). Manakala klasifikasi

menurut berat lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir < 2500 gram, bayi berat lahir normal dengan berat lahir 2500-4000 gram dan

bayi berat lahir lebih dengan berat badan > 4000 gram (Sylviati, 2008).

Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung 37- 41 minggu masa gestasi. Berat bayi lahir yang normal rata-rata adalah antara 3000-4000 gram dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gram dikatakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Menurut Prawirohardjo (2008), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini diakatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan.

Penelitian oleh Gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga berat bayi lahir rendah adalah bayi aterm (Kosim dkk, 2008). Terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun umur cukup atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010).

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

(29)

di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah (WHO, 2004). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain.

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat menyebabkan kematian. Bayi dengan berat lahir rendah dapat dikelompokkan dalam kelompok beresiko tinggi karena bayi berat lahir rendah mempunyai angka kematian yang tinggi. BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1) Bayi kurang bulan ( Prematur Murni )

Bayi yang dilahirkan dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu, dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

2) Bayi kecil masa kehamilan (KMK)

Bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari presentil 10 kurva pertumbuhan janin. Sedangkan bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR).

Berdasarkan pengertian oleh WHO maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:

1) Prematuritas murni

(30)

2) Dismaturitas.

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismaturitas ini dapat juga diklasifikasikan sebagai Neonatus Kurang Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK) dan Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK) (Otawa Collision for the Prevention of Low Birth Weight, 2007).

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir antaranya ialah :

1) Usia Ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur

16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang

masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi lahir ringan (Poedji Rochjati, 2003)

2) Jarak kehamilan/kelahiran

(31)

3) Paritas

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang.

4) Kadar hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sarwono (2007), seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12 gr/dl. Data Depkes RI (2008) menunjukkan bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan meningkatkan risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2008). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

5) Status gizi

(32)

6) Pemeriksaan kehamilan

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan berat badan lahir bayi pada ibu hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013. Maka kerangka konsep dalam penelitan ini adalah:

Variabel independen Variabel dependen 3.2 Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti mencakup:

Kadar hemoglobin ibu hamil

Konsentrasi Hb ibu hamil diukur pada saat kehamilan trimester 3 di RSUP Haji

Adam Malik. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah rekam medis. Kriteria anemia menurut Depkes RI (2008) pada ibu hamil trimester 3, yaitu:

a)

Ibu hamil dikatakan tidak mengalami anemia jika konsentrasi hemoglobin ≥11,0 g/dl

b) Ibu hamil dikatakan mengalami anemia jika konsentrasi hemoglobin < 11,0 g/dl

Hasil ukur kadar hemoglobin ibu hamil dibagi menjadi dua yaitu: a) Ibu hamil yang anemia : positif anemia

b) Ibu hamil yang tidak anemia : negatif anemia

Skala ukuran : nominal

(34)

Berat bayi lahir

Berat badan harus dimonitor untuk memberikan informasi yang memungkinkan intervensi preventif secara dini. Berat bayi lahir adalah berat bayi yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Klasifikasi berat badan bayi menurut berat lahir adalah :

a) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu apabila bayi lahir dengan berat badan saat lahir < 2500 g

b) Bayi Berat Badan Lahir Normal (BBLN) yaitu apabila bayi lahir dengan berat badan saat lahir

2500 g

Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah rekam medis. Hasil ukur untuk berat badan bayi pada saat dilahirkan dibagi menjadi dua yaitu :

a) Bayi yang lahir dengan berat badan normal : BBLN b) Bayi yang lahir dengan berat badan rendah : BBLR

Skala ukuran : nominal

3.3 Hipotesis

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil yang anemia dan ibu hamil yang tidak anemia dengan berat badan bayi lahir. Adapun pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan hasil rekam medis ibu yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti akan mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek) di mana dalam penelitian ini variabel independen ialah status kesehatan ibu yaitu apakah ibu tersebut menderita anemia atau pun tidak menderita anemia, manakala variabel dependen dalam penelitian ini adalah taksiran berat badan lahir bayi.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan dengan pertimbangan masih tingginya kasus anemia pada ibu hamil saat ini. Penelitian ini direncanakan pada bulan September 2014.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

(36)

4.3.2 Sampel

Untuk menentukan besar sampel maka diakukan hitung sampel dengan menggunakan Rumus Slovin.

n = N/N (d)² + 1 n : sampel N: populasi

d : nilai presisi 95% atau sig. = 0,05

Setelah dihitung, didapatkan nilai n (sampel) adalah sebanyak 151 orang. Oleh karena jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi tidak mencukupi nilai n tersebut, maka telah digunakan metode total sampling untuk pengambilan sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik dengan kriteria inklusi ibu hamil yang tercatat kadar hemoglobinnya dengan kehamilan cukup bulan di mana ibu hamil yang melahirkan tetapi tidak tercatat kadar hemoglobinnya dan berat lahir bayi termasuk dalam kriteria eksklusi yang tidak termasuk dalam pengelolaan data.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

(37)

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data sehingga data tersebut dapat ditarik suatu simpulannya. Adapun data dianalisis dengan menggunakan teknik komputerisasi SPSS for windows versi 17. Pengolahan dan Analisis univariat digunakan untuk mengetahui kadar hemoglobin dan berat bayi lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan menggambarkan masing-masing variabel independen dan variabel dependen yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi. Analisis bivariat untuk menilai hubungan antara

kedua variabel (kadar hemoglobin dengan berat badan bayi baru lahir) di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(38)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP Haji Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah sakit ini mulai beroperasi secara total pada tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh mantan Presiden RI, H.Soeharto. RSUP Haji Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau No.17, Medan yang

terletak di Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP Haji Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak

± 1 km dari Jalan Jamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi. Di sekeliling area RSUP Haji Adam Malik terdapat tempat-tempat seperti toko buah, warung ataupun rumah makan, apotek, toko fotokopi sehingga berguna dan memudahkan bagi para pengunjung rumah sakit untuk menjenguk pesakit, para pegawai ataupun mahasiswa yang berada di RSUP Haji Adam Malik.

Pada mula didirikan, RSUP Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan. Namun, nama rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit Umum Kelas A menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Perubahan nama rumah sakit ini berdasarkan pada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.775/MENKES/SK/IX/1992 disebabkan karena perlunya pencantuman nama Pahlawan Nasional sebagai nama rumah sakit umum pemerintah yang merupakan bagian daripada penghargaan dan kebanggaan rakyat Indonesia.

(39)

12 spesialis lain dan 13 subspesialis dan RSUP Haji Adam Malik memiliki semua dari persyaratan di atas.

Rumah Sakit Haji Adam Malik juga telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 pada tanggal 6 September 1991 dan secara resmi sebagai Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang dipindahkan ke RSUP Haji Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Dengan ditetapkan RSUP Haji Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat menggunakannya sebagai Pusat Pendidikan Klinik oleh calon dokter dan pendidikan keahlian calon dokter spesialis.

5.1.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Individu

Setelah dilakukan analisis menggunakan SPSS, maka didapatkan rata-rata kadar hemoglobin ibu berada pada nilai normal di mana kadar hemoglobin berada di atas 11 g% yaitu sebanyak 24 orang ibu sementara untuk berat badan bayi yang dilahirkan, rata-ratanya juga berada pada nilai yang normal yaitu lahir dengan berat di atas 2500 g hingga 4000 g yaitu sebanyak 31 orang bayi.

Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dilakukan analisa univariat dan dapat dilihat sebagai berikut :

a. Distribusi Anemia Ibu Hamil

(40)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Anemia

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik yang mengalami anemia sebanyak 30 orang (55,6%) merupakan yang terbanyak dan yang tidak menderita anemia sebanyak 24 orang (44,4%).

b. Distribusi Berat Lahir

Untuk melihat distribusi berat badan bayi yang dilahirkan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Lahir Bayi

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bayi yang dilahirkan di RSUP Haji Adam Malik yang terbanyak adalah bayi BBLN (≥2500 g) yaitu sebanyak 31 orang (57,4%) dan bayi BBLR (<2500 g) sebanyak 23 orang (42,6%).

c. Distribusi berat badan lahir rendah (BBLR)

Untuk melihat distribusi berat badan lahir rendah yang dilahirkan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Lahir Rendah

Anemia Frekuensi Persentase (%)

Anemia 30 55,6

Tidak Anemia 24 44,4

Total 54 100,0

Berat Lahir Bayi Frekuensi Persentase (%)

(41)

Dari tabel di atas dapat dilihat dari 23 orang bayi berat badan lahir rendah (BBLR), 18 daripadanya yaitu sebanyak 78% lahir daripada ibu hamil yang menderita anemia dan 5 lagi yaitu sebanyak 22% lahir daripada ibu hamil yang tidak menderita anemia.

5.1.6 Analisis Hasil Data

Dari hasil yang didapatkan secara distribusi frekuensi, maka dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini. Variabel independen yang telah ditetapkan adalah kadar hemoglobin ibu manakala variabel dependennya adalah berat badan lahir bayi.

Untuk melihat hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dipergunakan analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.4 Analisis Hubungan Status Anemia dan Berat Badan Lahir Bayi

*Uji dengan chi-square (79,2%) yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN).

(42)

Kemudian berdasarkan hasil analisa dengan uji statistik chi-square terdapat probabilitas dengan nilai p=0,04 pada confidence interval 95% berarti Ho ditolak dan artinya ada hubungan antara berat bayi baru lahir pada ibu hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

5.2 Pembahasan

Hasil pengumpulan data selama satu bulan yang dilakukan di Ruang Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik didapatkan bahawa pada tahun 2013 ditemukan sebesar 243 sampel kelahiran hidup non-rujukan. Setelah dilakukan penelitian, hanya 54 rekam medik termasuk dalam kriteria inklusi yaitu rekam medik yang tercatat kadar hemoglobin ibu dan berat badan lahir bayi ketika lahir.

Dari data yang diperoleh, jumlah ibu hamil yang menderita anemia merupakan yang terbanyak yaitu berjumlah 30 orang dimana yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah sebanyak 18 orang (60%) dan yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN) adalah sebanyak 12 orang (40%). Sedangkan ibu hamil yang tidak menderita anemia berjumlah 24 orang yaitu sebanyak 5 orang (20,8%) yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan 19 orang (79,2%) lagi melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN).

(43)

yang rendah akan mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin sehingga pertumbuhan janin terhambat (Artana dkk, 2002).

Hal senada juga dipaparkan dalam penelitian Villar dan Belkvan (1982) yang menyebutkan bahwa penyebab BBLR yang terpenting di negara yang sedang berkembang adalah hambatan pertumbuhan janin dalam rahim (63%) dan prematur (17%). Sedangkan penyebab hambatan pertumbuhan janin dalam

rahim 40-45% itu disebabkan oleh nutrisi ibu yang buruk saat hamil (Kader dan Wong, 1982).

Angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Indonesia tergolong tinggi. Data yang menunjukkan hal tersebut diperoleh berdasarkan analisis lanjut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (1994) yaitu angka kejadian BBLR adalah sebesar 7,1%, sedangkan dari Profil Kesehatan Indonesia, bayi berat lahir rendah di Indonesia adalah sebanyak 14%. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih

sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah (WHO, 2004). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah

dengan daerah lain.

Beberapa peneliti telah melaporkan angka kejadian BBLR di Indonesia. Diantaranya penelitian kohort di Sukabumi yang memperoleh insiden BBLR sebanyak 10,7%, penelitian di Ujung Berung mendapatkan angka kejadian BBLR sebesar 14,7% dan Penelitian di Ciawi Kabupaten Bogor mendapatkan kejadian BBLR sebanyak 16,1% (Rahman, 2000).

(44)

basal, juga cukup dibutuhkan untuk pembentukkan sel-sel darah merah yang semakin banyak, serta untuk janin dan plasentanya (Depkes RI, 2002).

Pada kelompok ibu anemia yang melahirkan bayi BBLR dapat dipengaruhi oleh ketidakmampuan ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam kandungannya. Oleh karena itu bayi berat lahir rendah rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia (Wirakusumah, 1999).

Pendapat lain juga mendukung pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa dengan semakin tinggi kadar hemoglobin ibu berarti jumlah zat besi yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dan pembentukan darah semakin banyak. Dengan semakin banyak darah yang dibentuk maka janin dan plasenta memperoleh kebutuhannya sesuai dengan kadar hemoglobin yang dimiliki oleh ibu (Khomsan, 2003).

Nutrisi ibu yang buruk saat hamil salah satunya disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi. Sedangkan zat besi memiliki fungsi utama untuk pembentukan sel darah merah yang berarti mempengaruhi jumlah kadar hemoglobin pada ibu hamil (Khomsan, 2003).

Pada analisa bivariat anemia pada batas 9 gr/dl dan anemia berat secara statistik tidak ditemukan secara nyata melahirkan bayi BBLR (Lubis, 2003). Namun untuk melahirkan bayi BBLR mempunyai resiko 3,081 kali. Sedangkan dari hasil analisa multivariat dengan memperhatikan masalah riwayat kehamilan sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat memperoleh resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi dibanding dengan yang tidak menderita anemia berat.

(45)

APGAR yang rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan ibu yang memiliki tingkat Hb yang tinggi (Lee, 2006)

.

Beberapa studi terdahulu menyebutkan penyebab BBLR adalah multifaktor, antara lain faktor demografi, biologi ibu, gizi, riwayat obstetri, morbiditas ibu selama hamil (prenatal care) dan paparan toksis (merokok). Asam folat harus dikonsumsi ibu hamil setiap hari karena pada saat mengkonsumsi, asam folat akan tercerna kemudian dikirim ke hati. Hati menyimpan sebagian asam folat dan mengirimkan sebagian lainnya ke sumsum tulang. Dalam sumsum tulang inilah asam folat digunakan untuk membuat sel darah merah. Sel darah merah ini mengapung di dalam plasma dan mengalir melalui pembuluh arteri dan vena. Sel darah merah selanjutnya mengambil oksigen dari paru dan mendistribusikannya pada seluruh jaringan dan organ tubuh. Pada kondisi abnormal, karena kehamilan, tubuh ibu memerlukan asam folat lebih banyak untuk keperluan tubuh kembang janin. Ibu yang mengalami defisiensi asam folat akan berdampak pada bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (Khomsan, 2003).

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai “Hubungan Berat Bayi Baru Lahir pada Ibu Hamil yang Menderita Anemia dan Tidak Menderita Anemia di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013”, diperoleh kesimpulan seperti berikut :

1. Terdapat hubungan berat badan bayi baru lahir pada ibu hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia dengan nilai p=0,04 (p<0,05).

2. Kejadian berat badan lahir rendah itu banyak terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia yaitu sebanyak 18 orang (60%) daripada 30 orang ibu hamil yang menderita anemia.

3. Kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang tidak anemia adalah sebanyak 5 orang (20,8%) daripada 24 orang ibu hamil yang tidak menderita anemia.

6.2 Saran

Berikut merupakan beberapa saran untuk semua pihak hasil dari penelitian ini:

1. Kepada pihak Dinas Kesehatan terutama Badan Pengelola RSUP Haji Adam Malik Medan agar lebih meningkatkan promosi dan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil sehingga masyarakat mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan untuk mencegah terjadinya BBLR. 2. Menganjurkan agar para wanita mengikuti konsultasi/konseling pra-hamil. 3. Angka kejadian BBLR di RSUP Haji Adam Malik agak besar maka perlu

(47)
(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Khomsan, 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada

Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC

Congrad, M.C., 2009. Iron Deficiency Anemia. Available From:

http://emedicine.medscape.com/article/202333-overview [Accesed 24 March 2014].

Cunningham, G.F., 2005. Gangguan Pertumbuhan Janin in Huriawati Hartanto. Obstetri Williams Vol 1. Jakarta: EGC.825-845

Cunningham, G.F., 2005. Kelainan Hematologis In Huriawati Hartanto. Obstetri Williams Vol 2. Jakarta: EGC.1462-1472

Cunningham, G.F., 2005. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin. In Huriawati Hartanto. Obstetri Williams Vol 1. Jakarta: EGC.138-175

Depkes RI, 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Depkes RI, 2000. Profil Kesehatan Indonesia 2000. Departmen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, Jakarta.

Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.67-68. Fraser, Diane M. et al., 2009. Buku Ajar Kebidanan Myles. Ed.14. Jakarta: EGC Hambleton, I., Lewis, J., Serjeant, G., Trotman, H., Thame, M,. 2007. The Mechanisms of Low Birth Weight in Infants of Mothers With Homozygous Sickle Cell Disease

Available From:

http://pediatrics.aappublications.org/content/120/3/e686.full.html [Accesed 26 March 2014]

Jumirah dkk, 1999. Anemia Ibu Hamil dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Serta Dampaknya pada Berat Bayi Lahir di Kecamatan Medan Tuntungan

Kotamadya Medan. Laporan Penelitian. Medan

(49)

Lubis. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya terhadap bayi yang Dilahirkan Available from: http//:www.tumoutou.net [Accesed 13 November 2014]

Manuaba, I.B.G., 1998. Fisiologi Kehamilan. In Setiawan. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.95-123.

Prawirohardjo, S., 2008. Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir. In Abdul Bari Saifuddin. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.115-388.

Riswan, Muhamad, (2003). Aneeemia defisiensi besi pada wanita hamil di beberapa praktek bidan swasta dalam Kotamadya Medan. USU digital Library.1-26. [Accesed 29 March 2014]

Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil: Pengenalan Faktor resiko. Surabaya: Airlangga University Press

Rukiah, Ai yeyeh, 2010. Asuhan Kebidanan. Jakarta: TIM Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bineka Pustaka.

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Solihah, Lutfuatus, 2010. Panduan Lengkap Hamil Sehat Yogjakarta: Diva Press.

(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

226. Titin Yani Tarigan 33 3 2 0 - 3700

227. Tiurmaida Br. S 39 6 5 0 - -

228. Tuti Mirawati 36 4 0 3 11.0 -

229. Ummi Rafiah 33 4 3 0 - -

230. Vera Sartika 27 1 0 0 10.7 -

231. Victoria Berta Ginting 38 6 3 2 - -

232. Wati 40 3 2 0 9.8 -

233. Winarti 34 3 2 0 13.0 2800

234. Winda Veriyanti 24 1 0 0 - 3000

235. Yanti Batubara 29 3 2 0 - -

236. Yeni Novitasari 25 2 1 0 - 2800

237. Yosephine Irene Glory 32 2 1 0 - -

238. Yully Angraini 20 1 0 0 - -

239. Yuni Suci Ramadhani 28 1 0 0 10.9 -

240. Yus Rahanim 27 2 1 0 - 2150

241. Yusra Maisarah 33 1 1 0 10.7 2350

242. Yustina 29 7 6 0 - -

(57)

LAMPIRAN 11 OUTPUT SPSS

Hb Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

<11g% 30 55.6 55.6 55.6

≥11g% 24 44.4 44.4 100.0

Total 54 100.0 100.0

CROSSTABS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Hbibu * BBbayi 54 100.0% 0 0.0% 54 100.0%

BB Bayi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

BBLR 23 42.6 42.6 42.6

BBLN 31 57.4 57.4 100.0

(58)

Chi-Square Tests Continuity Correctionb 6.840 1 .009 Likelihood Ratio 8.726 1 .003

Fisher's Exact Test .006 .004

Linear-by-Linear Association 8.210 1 .004

N of Valid Cases 54

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.22.

b. Computed only for a 2x2 table

Gambar

Tabel 5.3     Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Lahir Rendah
Tabel 5.4     Analisis Hubungan Status Anemia dan Berat Badan Lahir Bayi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi faktor penting dalam perancangan website untuk pengarsipan dokumen tak hanya perngarsipan sistem ini dapat melihat perankingan

Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi semua( rahmatan lil ‘alamin ) tidak ada ketentuan dalam Islam yang merugikan salah satu pihak (dalam konteks rumah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi ini adalah : Bagaimana Pengaturan Hukum Perasuransian di Indonesia, Bagaimana Peranan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap

Tahap keempat pengujian sistem ini merupakan tahapan untuk menguji sistem yang telah dirancang dan dibuat untuk diterapkan pada LPMAI, pengujian sistem manajemen dokumen

Tidak hanya Ibn Katsir yang berpandangan perempuan hanya ‘boleh’ berperan domestik, melainkan juga al-Alusi dalam tafsirnya Ruh al- Ma‘ani , tetapi juga al-Maraghi dalam

Berdasarkan penelitian peran pengawasan terhadap lembaga perasuransian sebelum lahirnya UU Perasuransian diatur di dalam UU OJK.Terhadap pengawasan tersebut diatur di dalam pasal 6

Salatiga merupakan Kota yang berada di provinsi Jawa Tengah, Sektor pariwisata merupakan faktor penting bagi pendapatan daerah dan negara, karena selain memberikan