Kloning
1. Kloning Reproduksi manusia
Setiap orang berhak untuk memiliki keturunan sebagai penerus cita-cita hidupnya. Namun tidak semua orang mampu memiliki keturunan dengan proses alami (jalur seks) karena memiliki kualitas telur dan sperma yang buruk atau karena tidak menikah. Kloning reproduksi menjadi solusi permasalahan tersebut dengan mengembangkan embrio yang bersumber dari sel somatis dan ovum seseorang.
Kloning reproduksi dapat membantu seseorang yang tidak bisa memiliki keturunan secara alami (seksual), ataupun seseorang yang tidak ingin menikah tapi ingin memilki keturunan secara biologis.
Dibutuhkan banyak embrio untuk mencapai keberhasilan dalam teknologi kloning. Proses kloning bukanlah proses yang mudah. Tingkat kerumitan teknik yang cukup tinggi membuat beberapa embrio harus ‘dikorbankan’ akibat proses yang tidak berhasil.
Kloning reproduksi manusia sulit diterima karena berpotensi menimbulkan banyak permasalahan. Hal terutama terkait dengan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan pengakuan dari orang lain. Dalam teknologi kloning individu, dibutuhkan tidak hanya ovum dan nukleus sel somatis, tetapi juga rahim sebagai tempat perkembangan janin. Seorang wanita tidak akan terlalu sulit untuk mendapatkan kedua hal tersebut (ovum dan rahim). Akan tetapi, seorang lelaki yang bermaksud melakukan kloning membutuhkan partner wanita untuk mendapatkan donor ovum dan rahim yang ‘dititipi’ embrio hingga terlahir menjadi seorang bayi. Potensi masalah yang timbul dapat berkaitan dengan penetapan siapa orang tua kandung sang anak.
Penerapan teknologi kloning untuk tujuan reproduksi seperti hendak memperlakukan manusia seperti komoditas yang bisa dicetak sekehendak hati.
2. Kloning Theurapeutik
Para penderita penyakit kronis, seperti gagal ginjal, memiliki harapan baru untuk sembuh dari penyakitnya dengan melakukan kloning theurapeutik. Duplikasi organ tubuh yang diperoleh dengan kloning theurapeutik menjadi solusi atas donor organ yang sering menimbulkan
penolakan oleh sistem imun. Pihak lain tidak dapat mencegah tindakan ini karena para penderita penyakit kronis berhak untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Organ yang dihasilkan dari kloning theurapeutik tidak akan menimbulkan penolakan sistem imun jika diberikan pada pelaku kloning. Kloning theurapeutik dinilai lebih aman daripada donor organ meskipun dari keluarga sendiri.
3. Produksi Unggas Berkualitas Unggul
Para pelaku industri unggas berupaya memenuhi permintaan terhadap konsumsi unggas dan telur yang semakin meningkat setiap saat. Oleh sebab itu, dicari cara untuk meningkatkan produksinya dengan jumlah yang melimpah dan kualitas yang baik. Penerapan teknologi kloning dengan memproduksi chimera dijadikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dilihat dari segi ekonomi, para pelaku industri berhak mengambil tindakan tersebut karena didasari atas permintaan pasar yang tinggi.
dapat dihasilkan unggas dengan kualitas unggul yang dapat menghasilkan telur dan daging dalam jumlah tak terhingga dan dalam waktu yang relatif lebih singkat.
Produksi chimera dan telur chimera untuk dikonsumsi manusia perlu ditinjau lebih lanjut karena dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping terhadap kesehatan manusia. Sebaiknya tindakan produksi unggas secara massal tidak hanya dilakukan untuk kepentingan pengusaha saja tetapi juga pengaruh jangka panjang tehadap konsumen.
4. Upaya Konservasi Hewan
Para pemerhati lingkungan berupaya berbuat yang terbaik untuk menyelematkan hewan-hewan yang terancam punah dengan teknologi kloning. Menyelamatkan satu spesies dari kepunahan, dinilai dari sudut pandang ekologis, juga berarti menyelamatkan ekosistem secara keseluruhan. Hilangnya mangsa atau predator akan memberi efek domino bagi kehidupan hewan lainnya. Secara sederhana ini berarti membuka jalan kepunahan spesies lain. Oleh sebab tiu, tindakan para ahli konservasi perlu dihargai karena ditujukan untuk kepentingan orang banyak.
Hewan yang nyaris punah dapat diselamatkan dan dipelihara secara eks situ ke suatu wilayah dengan kondisi alam yang mirip dengan habitat aslinya.
Dengan teknologi kloning hewan yang nyaris punah dapat diperbanyak. Namun perbanyakan jumlah individu tidak selalu menjadi jawaban terbaik atas upaya konservasi. Banyak yang harus dipertimbangkan antara lain pencegahan jual beli satwa dan pemburuan secara ilegal untuk kepentingan industri, rehabilitasi lingkungan tempat hidup asli/ habitat di alam, dan daya dukung lingkungan untuk menjamin keseimbangan ekosistem.
Solusi :
1. Teknologi kloning dapat diterapkan sebatas pada kepentingan theurapeutik atau pengobatan. Dengan pertimbangan, kloning theurapeutik merupakan jalan yang lebih baik diantara metode pengobatan lain, seperti transplantasi organ.
2. Penerapan kloning untuk tujuan produksi ternak memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan sebelum dikenalkan ke masyarakat.
3. Penerapan kloning untuk tujuan konservasi hewan dan reproduksi manusia ditolak secara tegas karena dapat menimbulkan kerugian besar bagi manusia, baik dari segi material maupun psikososial.
Transgenetic
Bahaya tanaman transgenik terhadap lingkungan : Tanaman transgenik, misalnya kedelai tahan hama, kedelai tahan herbisida, jagung bt, kapas bt, mempunyai potensi besar untuk merusak lingkungan. Potensi ini terkait dengan adanya gen asing di dalam tubuh tanaman yang kemungkinan besar bila berinteraksi dengan lingkungan sekitar dapat menimbulkan perubahan ekologi, misalnya matinya serangga bukan hama, dan meningkatnya ketahanan gulma terhadap herbisida. Para ahli pro transgenik berpendapat bahwa penggunaan tanaman transgenik mempunyai dampak positif yang besar bagi lingkungan dengan tidak digunakannya produk pestisida sehingga dengan demikian dapat menghindari polusi dan bahaya racun pestisida terhadap lingkungan. Apakah pendapat ini benar?
Resiko perubahan ekologi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu sifat tanaman, sistem ekologi, cara bertani dan peranan pemerintah dalam mengatur lingkungan.
BAHAYA TANAMAN TRANSGENIK BAGI TANAMAN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Dari Literatur yang dapat dikumpulkan maka dapat diringkaskan bahaya tanaman transgenik bagi tanaman dan keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut:
a. Gangguan terhadap lingkungan
a. Bahwa pola tanam di Indonesia kebanyakan bervariasi dalam satu luasan lahan, maka
b. Pola tanam banyak dikelilingi gulma baik di tanaman pangan maupun perkebunan, maka
akan tanaman transgenik akan memunculkan perbanyakan silang dengan gulma yang ada di sekitarnya, dikhawatirkan akan mengakibatkan tumbuhnya gulma baru.
c. Jika tanaman transgenik tidak dimusnahkan dengan cara membakar, pada contoh jagung BT,
beras BT atau kapas BT maka dapat memusnahkan jasad renik di dalam bekas penanaman. Dalam jangka panjang akan merubah struktur dan tekstur tanah.
d. Dengan contoh kasus musnahnya larva kupu-kupu, akan memberikan dampak putusnya
mata rantai siklus mahkluk hidup. Dampak ini juga akan terjadi pada tanaman yang pada proses penyerbukan membutuhkan kupu-kupu tersebut.
e. Pengaruh tersebut, akan juga berdampak pada manusia, karena orang Indonesia memiliki
hobi lalapan, akan menimbulkan penyakit tertentu jika jengkol, petai, dan tanman lain tercemar gen dari tanaman transgenik.
f. Pakan ternak, berasal dari hijauan ataupun dari konsentrat, jagung, dedak, kedelai dan lain
sebagainya, jika sudah tercemar dengan gen transgenik akan memberikan dampak kepada ternak, yang selanjutnya juga akan membahayakan jika dikonsumsi oleh manusia.
g. Penyebaran gen transgenik yang dapat meyebar secara luas, antar spesies akan sangat
membahayakan bagi keanekaragaman hayati, dan juga kesehatan manusia.
Solusi :