• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Il

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Il"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat menjadikan manusia semakin giat mencari dan terus menggali kebenaran yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya, sekedar untuk menguji suatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya. Manusia tidak akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus berlangsung seiring waktu dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunia. Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbedanya cara dalam mendapatkan suatu pengetahuan serta kajian tentang pengetahuan, menyebabkan perbedaan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang lain. Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yakni manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Yang kedua adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.

Kita mungkin sering mendengar kata filsafat ilmu dalam kehidupan sehari-hari, tapi tidak mengetahui arti kata dari filsafat ilmu tersebut. Banyak juga orang yang belum mengetahui makna sesungguhnya dari filsafat, padahal filsafat adalah ilmu yang penting karena merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya ilmu alam dan ilmu sosial.

Filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti ‘apa dan bagaimana’ suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana suatu konsep dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.1 Filsafat ilmu

merupakan cabang filsafat yang berusaha mencerminkan segala sesuatu secara dasar

1Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Indeks, 2008), h. 20

(2)

dengan berbagai persoalan mengenai ilmu pengetahuan, landasan dan hubungan dari segala segi kehidupan manusia. Oleh karena itu, mempelajari filsafat ilmu membuka jendela ilmu pengetahuan untuk lebih mengerti, memahami dan dapat memanfaatkan ilmu untuk kebaikan diri sendiri, orang lain, alam semesta terutama untuk Allah swt.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu : 1. Apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu?

2. Bagaimana ruang lingkup filsafat ilmu?

3. Bagaimana tinjauan Islam mengenai filsafat ilmu?

1.3. Tujuan

Berdasarkan masalah-masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu. 2. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat ilmu.

3. Untuk mengetahui tinjauan Islam mengenai filsafat ilmu.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Filsafat Ilmu

2.1.1. Definisi Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu.2 Filsafat sendiri termasuk ilmu pengetahuan yang

paling luas cakupannya, karena itu titik tolak untuk memahami dan mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologi dan terminologi. Tinjauan secara etimologi dan terminologi adalah membahas pengertian secara bahasa dan istilah, atau kata dari segi asal usul dan pendapat dari kata itu. Akan tetapi sebelum membahas masalah pengertian filsafat ilmu akan lebih baiknya kita mengetahui pengertian dari filsafat dan ilmu.

Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani ‘philosophia’. Kata philosopia

terdiri atas kata philein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan, sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (496-582 SM).3 Secara terminologi pengertian filsafat menurut para ahli sangatlah beragam4,

beberapa diantaranya :

1. Plato (477 SM-347 SM), seorang filsuf Yunani dan merupakan murid Socrates. Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.

2. Aristoteles (381 SM-322 SM), murid Plato yang juga seorang filsuf Yunani, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran dan di dalamnya terkandung ilmu-ilmu, seperti metafisika, logika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

3. Marcus Tulius Cicero (106 SM-43 SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

4. al-Farabi (870-950 M), seorang filsuf Islam, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud, yang bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

Kata ilmu itu sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘alima, ya’lamu, ilman dengan wazan fa’ila, yaf’alu yang berarti mengerti atau memahami benar-benar.5 Dalam bahasa Inggris,

2Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan, 2005), h. 33

3Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2010), h. 2

4Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h.2-3

(4)

ilmu disebut science, dalam bahasa latin scientiascire serta dalam bahasa Yunani adalah episteme.6

Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ilmu adalah hasil pengetahuan manusia. Tujuan utama kegiatan keilmuan adalah mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas dan sebagainya.7 Untuk

bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya, sesungguhnya kita harus mengerti apakah hakikat ilmu itu sebenarnya.

Filsafat dan ilmu itu sendiri mempunyai persamaan-persamaan8, yaitu sebagai berikut :

a. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya dalam menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.

b. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian-kejadian yang dialami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.

c. Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan. d. Keduanya mempunyai metode dan sistem.

e. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan keseluruhan timbul dari hasrat manusia, akan pengetahuan yang lebih mendasar.

Akan tetapi, filsafat dan ilmu juga mempunyai perbedaan-perbedaan9,yaitu sebagai berikut :

a. Objek material filsafat bersifat universal, sedangkan objek material ilmu bersifat khusus dan empiris.

b. Objek formal filsafat bersifat non-fragmentaris, sedangkan objek formal ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif.

c. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah melalui riset lewat pendekatan trial and error.

d. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat menguraikan secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.

e. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, mutlak dan mendalam sampai mendasar, sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, lebih dekat dan sekunder.

Pengertian filsafat ilmu dapat diketahui berdasarkan etimologi dan terminologi di atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah suatu pengetahuan atau epistemologi yang

6Jujun S. Suriasumantri, op. cit., h. 324

7Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan dan Karangan Tentang Hakikat Ilmu, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 19

8Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 41

(5)

mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tak lagi merupakan misteri. Pengetahuan digolongkan secara garis besar menjadi tiga kategori umum10, yakni :

1. Pengetahuan tentang yang baik dan buruk, yang disebut etika,

2. Pengetahuan tentang indah dan jelek, yang disebut dengan estetika atau seni, 3. Pengetahuan tentang yang benar dan salah, yang disebut dengan logika.

2.1.2. Tujuan Filsafat Ilmu

Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu, maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Dengan mempelajari filsafat ilmu, kita akan dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu. Selain itu kita juga akan mendapatkan gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis dengan memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga dapat menjadi pedoman dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama persoalan yang ilmiah maupun non ilmiah.11 Fisafat ilmu sebagai cabang khusus yang membicarakan sejarah perkembangan ilmu

mempunyai tujuan12, yaitu :

1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.

2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji serta mengkritik asumsi dan metode keilmuan.

3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan, setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan rasional agar dapat dipahami dan digunakan secara umum.

2.2. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

Bidang garapan filsafat ilmu diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu. Tiang penyangga itu terdiri atas tiga macam, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.13 Untuk lebih jelasnya, berikut uraian dari masing-masing ruang

lingkup filsafat ilmu tersebut.

2.2.1. Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on berarti yang sungguh-sungguh ada serta logos berarti ilmu. Jadi, pengertian ontologi adalah teori tentang keberadaan sebagai

10Jujun S Sumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, op.cit., h. 33

11Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Cet. XI; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 20

12Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, op.cit., h. 52

(6)

keberadaan.14 Sedangkan menurut ahli lainnya, ontologi adalah teori atau ilmu tentang wujud,

tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak hanya berdasarkan pada alam nyata, tetapi berdasarkan pada logika semata.15 Ontologi berasal dari kata ‘ontos’ yang berarti sesuatu yang berwujud.

Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M, untuk menamai teori tentang hakikat yang bersifat metafisika. Dalam perkembangannya, Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua16, yaitu :

- Metafisika umum, yaitu cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau terdalam

dari segala sesuatu yang ada. Metafisika umum merupakan istilah lain dari ontologi.

- Metafisika khusus, yang dibagi menjadi tiga, yaitu kosmologi (membicarakan tentang alam

semesta), psikologi (membicarakan tentang jiwa manusia) dan teologi (membicarakan tentang Tuhan).

2.2.2. Epistemologi

Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih fokus membicarakan teori ilmu pengetahuan, sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan itu.17 Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme yang

berarti pengetahuan dan logos yaitu perkataan, pikiran atau ilmu. Secara etimologis, episteme

berarti teori ilmu pengetahuan. Sebagai cabang filsafat, epistemologi menyelidiki asal, sifat, metode dan bahasan pengetahuan manusia. Epistemologi sebagai teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan, dimana pengetahuan didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan.18 Istilah

epistemologi pertama kali dimunculkan dan digunakan oleh JF. Ferrier pada tahun 1854, dengan tujuan membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu ontologi dan epistemologi itu sendiri.

Epistemologi mempunyai beberapa aliran19, yaitu :

a. Empirisme

Kata empiris berasal dari bahasa Yunani, yaitu empieriskos yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, yaitu melalui

14James K. Feibleman, Ontologi dalam Dagobert D. Runes (ed), Dictionary Philoshopy, (Totowa New Jersey: Little Adam & Co., 1976), h. 219

15Amsal Bakhtiar, loc.cit., h. 134

16A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 91

17Musa Asy’ari, dkk., Filsafat Islam Kajian Ontologis, Epistemologis, Aksiologis, Historis dan Perspektif, (Yogyakarta: RSFI, 1992), h. 28

18Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 160

(7)

perantaraan indra. John Locke (1632-1704) merupakan bapak aliran ini. Aliran empirisme ini dianggap lemah karena adanya keterbatasan indra manusia.

b. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal (rasio). Menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal dalam menangkap objek. Rasio merupakan sumber dari kebenaran. Bapak aliran ini adalah Rene Descartes (1596-1650). Aliran rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan bidang filsafat. Aliran ini bertolak belakang dengan aliran empirisme, dan sering digunakan dalam menyusun teori pengetahuan.

c. Positivisme

Aliran ini berpendapat bahwa indra sangat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indra akan dapat dikoreksi melalui eksperimen. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Alat bantu inilah yang menjadi bagian dari aliran positivisme. Jadi pada dasarnya, positivisme bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan penyempurnaan dari aliran empirisme dan rasionalisme. Tokoh aliran ini adalah August Compte (1798-1857).

d. Intuisionisme

Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Aliran ini menganggap bahwa tidak hanya indra yang terbatas, tetapi akal juga. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila dikonsentrasikan hanya pada objek itu. Jadi dalam hal ini, manusia tidak mengetahui keseluruhan dan tidak dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Dengan menyadari kekurangan dari indra dan akal, maka aliran ini mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi.

e. Kritisme

Aliran ini muncul pada abad XVIII, dimana aliran ini mencoba menyelesaikan pertentangan antara aliran rasionalisme dengan empirisme. Pelopor aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Aliran ini mengakui bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi ada pengetahun yang timbul dari pengalaman (empirisme) sehingga metode berpikirnya disebut metode kritis. Walau mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi tidak mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan yang melampui akal.

(8)

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh Plato pada filsafat modern. Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme, karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan rasionalisme.

2.2.3. Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi aksiologi adalah cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.20 Aksiologi terbagi dalam tiga bagian, yaitu moral conduct

(tindakan moral), esthetic expression (ekspresi keindahan) dan sosio-political life (kehidupan sosial politik).21 Aksiologi menjelaskan tentang nilai, yaitu sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk

melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.

Bagian umum dari aksiologi dalam membangun filsafat22, terbagi atas :

a) Etika, yaitu prinsip atau standar perilaku manusia, yang biasa disebut sebagai moral. Kegiatan menilai telah dibangun berdasarkan toleransi atau ketidakpastian. Terdapat spesifikasi tentang toleransi yang dapat dicapai. Di alam ilmu yang berkembang selangkah demi selangkah, pertukaran informasi antar manusia selalu merupakan permainan tentang toleransi. Perubahan ilmu dilandasi oleh prinsip toleransi. Hal ini karena hasil penelitian dari suatu pengetahuan ilmiah sering tidak sama dengan sifat objektif penelitian atau hasil penelitian pengetahuan ilmiah yang lain, terutama apabila pengetahuan-pengetahuan itu tergolong dalam kelompok-kelompok disiplin ilmu yang berbeda.

b) Estetika, yaitu mempelajari tentang hakikat keindahan di dalam seni. Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan buruk. Estetika membantu mengarahkan dalam membentuk suatu persepsi yang baik dari suatu pengetahuan ilmiah, agar dapat dengan mudah dipahami oleh khalayak luas. Estetika juga berkaitan dengan kualitas dan pembentukan mode-mode yang estetis dari suatu pengetahuan ilmiah.

2.3. Objek Filsafat Ilmu

20Amsal Bakhtiar, op.cit., h. 163

21Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 106

(9)

Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal.23

a. Objek Material

Objek material filsafat ilmu adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, meliputi segala sesuatu yang kongkrit (manusia, benda, binatang dan lain-lain) maupun yang bersifat abstrak. Objek materi filsafat mempunyai banyak persamaan dengan objek materi ilmu pengetahuan (sains). Perbedaan filsafat ilmu dan ilmu pengetahuan dibagi dua, yaitu :

- Ilmu pengetahuan menyelidiki hal yang empiris, sedang filsafat menyelidiki objek yang

sama melalui bagian yang abstrak.

- Ada objek materi filsafat yang tidak diteliti oleh ilmu pengetahuan, seperti Tuhan, hari akhir,

sehingga objek materi filsafat lebih luas dari objek materi ilmu pengetahuan.

b. Objek Formal

Objek formal adalah cara pandang seseorang terhadap objek materi tertentu. Suatu objek materi tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda, dimana objek formal filsafat adalah penyelidikan yang mendalam. Kata mendalam disini berarti ingin mengetahui tentang objek yang tidak empiris. Penyelidikan ilmu pengetahuan tidak mendalam karena hanya sampai batas penelitian secara empiris. Sedangkan objek penelitian filsafat ilmu adalah pada bagian yang tidak dapat diteliti, tetapi dapat dipikirkan secara logis. Jadi ilmu pengetahuan menyelidiki dengan riset, sedangkan filsafat ilmu menyelidiki dengan pemikiran.

2.4. Tinjauan Islam Mengenai Filsafat Ilmu

Pertemuan Islam dengan filsafat terjadi pada abad VIII Masehi, di saat Islam berhasil mengembangkan sayapnya dan menjangkau daerah-daerah baru yang memiliki adat istiadat serta peradaban dan kebudayaan baru. Filsafat adalah salah satu dari kebudayaan asing yang ditemui Islam dalam perjalanan sejarahnya. Dua imperium Islam waktu itu, yaitu Abbasiyah dengan ibukota Baghdad(di Timur) dan Umayyah dengan ibukotanya Cordova (di barat) menjadi pusat peradaban dunia yang menghasilkan cendekiawan-cendekiawan di bidang ilmu pengetahuan seperti Kindi (796-973 M), Farabi (870-950 M), Razi (863-965 M), Ibnu Sina (980-1037), al-Ghazali (1059-111 M), Ibnu Rusyd (1126-1198) dan lain-lain.24 Akan tetapi dalam sejarahnya,

filsafat ilmu pernah ditentang oleh para ulama Islam. Alasannya karena filsafat ilmu masih mengandung konsep-konsep asing yang bertentangan dengan Islam. Ibnu Taimiyyah termasuk diantara ulama penolak keras filsafat ilmu, tetapi akhirnya dapat menerima filsafat ilmu dengan syarat harus berdasarkan pada akal dan berpijak pada kebenaran yang dibawa oleh para Nabi.

23Ahmad Tafsir, op.cit., h. 21-22

(10)

Filsafat ilmu yang demikian disebut al-Falsafah-al-Haqiqiyah (filsafat yang sebenarnya). Imam al-Ghazali semula juga menentang filsafat ilmu dan memberikan peringatan karena dianggap sebagai ilmu yang berbahaya bagi keimanan terutama ketika dipelajari oleh orang-orang awam. Imam al-Ghazali lalu berbalik mempelajari dan banyak menggunakan filsafat ilmu untuk uraian-uraian mengenai ilmu tasawuf. Ulama-ulama menganggap ada faedah dari mempelajari filsafat, dan berpendapat bahwa al-Qur’an memiliki banyak ayat yang menyuruh manusia untuk berpikir mengenai dirinya dan alam semesta, untuk meyakini adanya Tuhan sebagai penciptanya.

Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan diantara kamu akan beberapa derajat” (Q.S. Al-Mujaadilah: 11)25

…yang sebenar-benarnya takut kepada Tuhan ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan” (Q.S. Al-Faathir: 28)26

Tampak jelas dari uraian-uraian di atas, bahwa Islam tidak mencegah orang untuk mempelajari filsafat ilmu, bahkan menganjurkan orang berfilsafat, berpikir menurut logika untuk memperkuat kebenaran yang dibawa oleh al-Qur’an, dengan dalil akal dan pembawaan rasional. Aspek pemikiran dalam Islam terutama masalah keimanan, aqidah dan ketuhanan, menunjukkan pembahasan yang cukup lama atau dimulai semasa nabi masih hidup, yang kemudian menjadi sebab pokok dari ilmu-ilmu yang berbeda-beda, sebagaimana kalam (dogmatic-scholastic) serta tasawuf (mystico-spirituaistic).

Penalaran rasional dalam memahami ajaran Islam adalah mempergunakan akal pikiran untuk berijtihad sebagaimana disebutkan dalam hadis tentang Mu’az bin Jabal.27 Islam memberi

tempat yang layak bagi perkembangan filsafat ilmu, namun Islam menilai bahwa filsafat ilmu hanyalah merupakan alat belaka dan bukan tujuan. Filsafat ilmu dapat digunakan untuk memperkokoh kedudukan Islam, dimana filsafat ilmu dibutuhkan untuk memahami isi kandungan al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, dan pada dasarnya akan mengantarkan manusia lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Hanya saja jika agama menuntun manusia melalui wahyu yang diturunkan oleh Allah swt. secara langsung, maka filsafat ilmu adalah usaha progresif manusia

25Kementerian Urusan Agama Islam Kerajaan Arab Saudi, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Arab Saudi: Mujamma’ al-Malik Fahd Li Thiba’ At al-Mush-Haf Asy Syarif, 2006), h. 910-911

26Ibid., h. 700

(11)
(12)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan mengenai pengertian filsafat ilmu, objek kajian dan ruang lingkup filsafat ilmu di atas, maka penulis dapat menyimpulkan, yaitu :

1. Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Filsafat sangat dibutuhkan dalam membuktikan suatu fenomena dan subtansi, karena dengan filsafat bisa terbukti sesuatu itu ada atau mungkin ada, dan dengan akal bisa membuktikan suatu substansi, dimana substansi itu terbentuknya dari filsafat.

2. Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran, tetapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut, dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis, sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari. 3. Bidang garapan filsafat ilmu diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang

penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

4. Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian, pembentukan pengetahuan itu atau hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja, baik hal-hal yang konkrit atau yang abstrak. Sedangkan objek formal merupakan filsafat ilmu yang tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.

5. Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi.

(13)

3.2. Saran

Setelah membaca urai-uraian di atas disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangat dibutuhkan dalam membuktikan suatu fenomena itu ada atau mungkin ada, tetapi penulis tetap menyarankan beberapa hal, seperti :

1. Hendaklah setiap manusia meningkatkan kualitas keilmuannya, tidak hanya dengan mencari ilmu dalam lingkungan pendidikan fomal, tetapi ilmu dapat diperoleh dimanapun dan kapanpun, semata-mata untuk mencari keridhaan Allah swt. Setelah memilki ilmu, maka harus dipahami dari sudut pandang filsafat ilmu agar pemetaan ilmu bisa difahami seutuhnya.

Referensi

Dokumen terkait

BY: NURA SUCIATI

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 10, menyatakan bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan

Pembelajaran bahasa daerah, khususnya bahasa daerah Makassar saat ini dimasukkan ke dalam mata pelajaran mulok, menurut kurikulum 2013. Dalam pembelajaran bahasa,

Hasil secara keseluruhan perhitungan response bias pada kedua teknik pengukuran menunjukkan bahwa responden cenderung memberikan respon konservatif dibandingkan respon

Penyakit jamur akar putih yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet di Indonesia, baik di perkebunan

Sementara walaupun jumlah pemukiman yang ada di Desa Srigading lebih rendah jumlahnya, akan tetapi terdapat beberapa blok pemukiman yang berada sangat dekat dengan

Padahal, sesungguhnya desa yang terting- gal lebih banyak berada di luar kedua pulau ini sehingga dana desa seharusnya lebih banyak terdistribusi di luar

Data keluaran yang dihasilkan dari sistem ini adalah hasil diagnosis melalui de- teksi kelainan tumbuh kembang pada anak yang digunakan oleh para tenaga medis khu- susnya spesialis