• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIO. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIO. docx"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN

BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI

(STUDI PADA KANTOR SEKRETARIAT DPRD

PROVINSI SULAWESI TENGGARA)

Nurhidayati

Program Studi Manajemen STIE 66 Kendari/Email: nurhidayati133@gmail.com

Abstract. The purpose of this study was to investigate the effect of transformational leadership style and organization cultural toward official work at Secretariat DPRD office South-East Sulawesi Province. Scope of the study is: 1) dimension of transformational leadership as in; charismatic, intellectual stimulation, individual consideration, and inspiration motivation. 2) Dimension of organization cultural as in; innovation, risk taking, detail interest, finding oriented, team oriented, steadiness and aggressiveness. 3) Official work as in; quality and quantity work. Population of the study is all the official of Secretariat DPRD office South-East Sulawesi Province numbered 95 people who spread in some units. Sample of the study was determined based on Isaac and Michael pattern, to be taken in proportional random sampling with number of sample 48 people. This study used multiple linear analyses and eksploratory factors analyses. The findings of study showed that: 1) variable of transformational leadership style and organizational cultural had positive and significance to official work at secretariat DPRD South-East Sulawesi Province both stimulatingly and partially (separated) within trustiness degree of 95% ( = 0,05). 2) Variable of transformational leadership style is the variable dominated the influence of official work at secretariat DPRD South-East Sulawesi Province.

(2)

1. PENDAHULUAN

Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinan). Bila pimpinan mampu melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau pegawainya. Jadi, seorang pemimpin dalam suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi.

Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas-tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengaruh dan memotivasi individu untuk mencapai tujuan organisasi (Gibson et.al 2006). Kemampuan mempengaruhi akan menentukan cara yang digunakan pegawai dalam mencapai hasil kerja. Hal ini didasari pada argumen bahwa seorang pemimpin memiliki otoritas dalam merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi perilaku pegawai. Pemimpin organisasi dapat mempengaruhi perilaku dengan cara menciptakan sistem dan proses organisasi yang sesuai kebutuhan, baik kebutuhan individu, kebutuhan kelompok maupun kebutuhan organisasi.

Dalam melaksanakan kepemimpinan terdapat berbagai macam gaya, salah satunya adalah gaya kepemimpinan transformasional. Konsep kepemimpinan transformasional pertama kali dikemukakan oleh James McGregor Burns pada tahun 1978, dan selanjutnya dikembangkan oleh Bernard Bass dan para pakar perilaku organisasi lainnya. Bass (1985) mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi anak buahnya, sehingga mereka akan percaya, meneladani, dan menghormatinya. Bass mengistilahkan kepemimpinan transformasional sebagai “Fours I’s”, yang meliputi “pengaruh individual (individualized influence), motivasi inspiratif (inspirational motivation), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), dan pertimbangan individual (individualized consideration)”.

Selain gaya kepemimpinan faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah budaya organisasi yang dibentuk oleh seorang pemimpin. Bass dan Avolio (1993) dan Schein (2004) menyatakan bahwa seorang pemimpin membentuk budaya dan pada gilirannya dibentuk oleh budaya yang dihasilkan. Schein (2004) mengobservasikan bahwa budaya organisasi dan kepemimpinan adalah saling berhubungan. Ia mengilustrasikan interkoneksi ini dengan melihat hubungan antara kepemimpinan dan budaya dalam konteks siklus kehidupan organisasi.

(3)

organisasi satu dengan organisasi lainnya, dimana masing-masing organisasi memiliki ciri spesifik yang membedakan. Namun budaya organisasi tidak selalu tetap dan perlu disesuaikan dengan perkembangan lingkungan perubahan budaya organisasi agar organisasi tetap dapat bertahan.

Budaya organisasi menjadi suatu nilai yang sangat diperlukan dalam mendorong pegawai melaksanakan aktifitasnya dan merupakan landasan utama bagi pegawai dalam berperilaku, bertindak dan mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian budaya organisasi mempunyai peran penting dalam menentukan perubahan organisasi, dimana organisasi dapat tumbuh dan berkembang karena budaya organisasi yang terdapat di dalamnya mampu merangsang semangat kerja pegawai di dalam organisasi sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai.

Sekretariat Dewan dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh staf-staf sekretariat dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun pegawai honorer. Sekretaris Dewan mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasi kepada Anggota DPRD Provinsi, melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan sidang-sidang, melaksanakan urusan rumah tangga dan keuangan dan melaksanakan pengelolah tata usaha DPRD Provinsi. Namun pada kenyataannya kinerja pegawai masih belum maksimal sepenuhnya dalam menjalankan tugasnya.

Dimana berdasarkan hasil penelitian awal yang penulis lakukan menunjukkan adanya Peraturan disiplin kerja dan keteraturan kerja yang sudah dituangkan dalam prosedur-prosedur kerja yang lengkap namun belum dilaksanakan dengan baik, masih formalitas, dan jauh dari aktualisasi dalam bentuk perbuatan nyata dimana terlihat dari kurangnya kepedulian para pegawai untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan seperti datang terlambat ke kantor sehingga tidak mengikuti apel pagi, adanya pegawai yang sering absen atau jarang masuk kerja tanpa adanya alasan yang jelas, makan dan merokok di ruang kerja. Disamping itu pula Kedisiplinan dan keteraturan kerja aparatur masih rendah, terbukti masih banyak pegawai yang menduduki jabatan tingkat atas terlalu sibuk menghadiri rapat koordinasi diberbagai tempat, dan bekerja hingga malam, sementara banyak pegawai di bawah yang bekerja hanya berdasarkan perintah, sehingga sering menganggur bila tidak ada perintah atasan.

(4)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di Kantor Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Prov. Sulawesi Tenggara yang terletak di Jln. Drs. H. Abdullah Silondae No.2 dengan objek penelitian adalah pegawai negeri sipil pada Kantor Sekretariat DPRD Prov. SULTRA. Besarnya sampel ditentukan berdasarkan rumus Isaac dan Michael dalam (Sugiyono: 2003,98)

S = λ 2 . N. P. Q

d2 (N – 1) + λ2. P. Q

= 1 x 95 x 0,5x 0,52

0,052 (95 – 1) + 12x 0,5x 0,5

= 95 x 0,25

0,235 + 0,25

= 23,75

0,485

= 48

Penentuan sampel sebagai calon responden untuk setiap unit/bidang pekerjaan dilakukan dengan cara sampling aksidental yaitu tehnik penentuan sampel calon responden berdasarkan kebetulan bertemu yang dipilih sebagai responden bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono:2003, 60).

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2011. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Linear Berganda. Analisis faktor adalah salah satu bentuk analisis multivariate yang bertujuan untuk merumuskan satu atau beberapa variabel atau konsep yang diyakini sebagai sumber yang melandasi seperangkat variabel nyata (Suliyanto: 2005,115). Kriteria analisis faktor meliputi korelasi antar variabel harus kuat, indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan harus kecil dan dalam beberapa kasus setiap variabel yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis faktor harus secara normal.

3.

HASIL PENELITIAN

(5)

Tabel 1.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

No. Variabel Koefisien

Regresi (

β

) thitung tsig Keterangan 1.

Berdasarkan hasil-hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS yang disajikan pada Tabel 4.20 tersebut maka dapat dikemukakan penjelasan sebagai berikut:

1. Angka konstanta (

β

0 ) sebesar -4,326 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 yang berarti lebih

kecil dari nilai

α

=

0,05

, maka dapat diinterprestasikan bahwa secara statistika nilai konstanta

β

0 berbeda nyata dengan nol atau dengan kata lain konstanta

β

0 signifikan dalam model

regresi.

2. Nilai Fhit = 73,864 dengan nilai signifikansi Fsig = 0,000, menunjukkan bahwa Fsig < 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya

organisasi (X2) secara simultan (bersama) berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai

(Y) pada sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara pada taraf kepercayaan 95%. 3. Nilai R2 (R-Square) sebesar 0,767 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh langsung X

1 dan X2

terhadap Y adalah 76,7%, yang juga berarti bahwa 23,3% variabel Y dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model.

4. Nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,876 menunjukkan bahwa keeratan hubungan langsung antara X1 dan X2 terhadap Y adalah sebesar 87,6%. Hubungan ini secara statistika tergolong sangat

kuat/erat. Oleh karena itu model regresi yang dihasilkan dapat dikatakan sebagai model yang “fit” atau dapat menjadi model penduga yang baik dalam menjelaskan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. Atas dasar ini, maka model regresi yang dihasilkan sebagai penjelas pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dinyatakan sebagai berikut:

(6)

X2 = budaya organisasi

Meskipun variabel gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, akan tetapi jika diperhatikan secara seksama memperlihatkan bahwa parameter

β

2 yang menjelaskan pengaruh variabel budaya organisasi terhadap kinerja pegawai ternyata tidak

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan transformasional sangat dominan dalam memberi pengaruh ataupun menunjang kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, sehingga pengaruh budaya organisasi kurang nampak dalam menunjang kinerja pegawai jika dipandang secara bersama-sama dengan variabel gaya kepemimpinan transformasional.

Berkaitan dengan kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa jika gaya kepemimpinan yang diterapkan di sebuah organisasi ataupun instansi dalam hal ini sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara maka sangat besar kemungkinan kinerja para pegawai akan maksimal, meskipun budaya organisasi yang diterapkan di instansi tersebut kurang optimal. Dengan kata lain, kinerja pegawai akan sangat tergantung kepada pemimpinnya.

Berdasarkan analisis regresi menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan variabel gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara baik secara simultan (bersama) maupun parsial (terpisah). Meskipun secara simultan gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai, akan tetapi jika diperhatikan secara seksama pada analisis regresi linear berganda terlihat bahwa variabel budaya organisasi (X2) sesungguhnya tidak

berpengaruh secara signifikan. Untuk memperjelas hasil analisis tersebut maka dilakukan analisis faktor.

Maksud analisis faktor adalah mencari variabel baru yang merupakan faktor yang saling tidak berkorelasi, bebas satu sama lainnya, lebih sedikit jumlahnya dari variabel asli, akan tetapi bisa menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli atau yang bisa memberikan sumbangan terhadap varian seluruh variabel. Beberapa prosedur untuk menentukan berapa faktor yang perlu dianalisis yaitu berdasarkan eigenvalues, scree plot, percentage of variance accounted for, split-half reliability dan significance test. Dalam penelitian ini analisis faktor yang digunakan didasarkan atas eigenvalues, dimana hanya faktor dengan eigenvalues lebih besar dari 1 (satu) yang dipertahankan di dalam model, sedangkan faktor dengan eigenvalues lebih kecil dari 1 (satu) tidak diikutsertakan di dalam model. Untuk menentukan ketepatan analisis faktor yang telah dilakukan didasarkan pada nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin), dimana analisis faktor dianggap tepat jika nilai KMO lebih besar atau sama dengan 0,5.

(7)

faktor tersebut ada yang dapat direduksi atau tidak disertakan ke dalam model maka dilakukan analisis

faktor. Adapun hasil analsis faktor tentang dua variabel bebas tersebut disajikan pada Tabel

berikut:

Tabel 2.Hasil Analisis Faktor

Total Variance Explained

Variabel

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Total Variance% of Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

X1 1,915 95,764 95,764 1,915 95,764 95,764

X2 0,085 4,236 100

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,500 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 82,739

Df 1

Sig. 0,000

Sumber: Data Primer, diolah tahun (2011)

Dari Tabel diatas terlihat bahwa analisis faktor yang dilakukan telah tepat yang ditunjukkan oleh nilai KMO = 0,5. Selanjutnya, berdasarkan nilai eigen maka dari dua variabel yang ada cukup menggunakan satu variabel saja yaitu variabel gaya kepemimpinan transformasional di dalam model dengan nilai eigen lebih dari 1 (satu), sedangkan variabel budaya organisasi tidak perlu diikutsertakan di dalam model. Selain itu, terlihat bahwa variabel gaya kepemimpinan transformasional telah menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam kedua variabel bebas yang tersedia, dimana dapat memberikan sumbangan terhadap varian terhadap seluruh variabel yaitu sebesar 95,764%.

4. PEMBAHASAN

Hasil analisis deskriptif tentang gaya kepemimpinan transformasional yang ditunjukkan oleh pimpinan sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara secara rata-rata menunjukkan nilai yang cukup baik. Demikian halnya dengan budaya organisasi yang terjadi disekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara juga memperlihatkan rata-rata yang cukup baik. Di lain pihak, secara deskriptif kinerja pegawai di Sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara secara rata-rata juga cukup baik. Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut maka ditengarai atau diduga bahwa gaya kepemimpinan dan budaya organisasi mempengaruhi kinerja pegawai, khususnya di sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.

(8)

regresi linear tersebut diketahui bahwa faktor gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, baik secara simultan maupun secara parsial. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya kinerja pegawai baik dari segi kuantitas maupun kualitas di lingkup sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara ditentukan oleh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi yang diterapkan di instansi tersebut.

Untuk mendukung hasil yang didapatkan melalui analisis regresi maka dalam penelitian ini dilakukan analisis faktor. Analisis faktor dalam penelitian ini dilakukan untuk mereduksi faktor-faktor variabel bebas yang ada sehingga menjadi lebih sederhana, dengan tanpa mengurangi informasi yang hendak disampaikan. Melalui analisis faktor, ternyata variabel bebas cukup diwakili oleh variabel gaya kepemimpinan transformasional dan variabel bebas yang lain dapat direduksi atau diikutsertakan kedalam model regresi. Hal ini berarti bahwa faktor gaya kepemimpinan transformasional telah menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel budaya organisasi. Dengan kata lain, variabel gaya kepemimpinan transformasional lebih dominan mempengaruhi kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, jika dibandingkan dengan pengaruh budaya organisasi. Oleh karena itu, maka analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis regresi linear sederhana.

Hasil analisis sebagaimana yang diuraikan di atas lebih dipertegas dengan melihat nilai R2

(R-Square) sebesar 0,754, yang menunjukkan bahwa besarnya pengaruh langsung X1 terhadap Y adalah

75,4%, yang juga berarti bahwa 24,6% variabel Y dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model. Selain itu, dipertegas pula oleh nilai R (koefisien korelasi) yaitu sebesar 0,868, yang menunjukkan bahwa keeratan hubungan langsung antara X1 terhadap Y adalah sebesar 86,8%.

Hubungan ini secara statistika tergolong sangat kuat/erat. Oleh karena itu model regresi yang dihasilkan dapat dikatakan sebagai model yang “fit” atau dapat menjadi model penduga yang baik dalam menjelaskan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.

(9)

5. PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, baik secara simultan maupun secara parsial (terpisah).

2. Variabel gaya kepemimpinan transformasional merupakan variabel yang dominan mempengaruhi kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam meningkatkan kinerja pegawai maka faktor penting yang harus diperhatikan oleh pimpinan, khususnya sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara adalah faktor budaya organisasi terutama dalam hal dukungan pimpinan terhadap pegawai untuk mengembangkan kreativitas. Hal lain, yang masih perlu perhatian lebih lanjut adalah budaya organisasi berkaitan dengan indikator keagresifan, untuk menunjang kinerja pegawai hendaknya ada penekanan dari instansi sehingga bawahan senantiasa bersemangat dan agresif dalam melakukan pekerjaan. 2. Pada penelitian selanjutnya, perlu melihat indikator-indikator lain yang turut mempengaruhi

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Bass, Bernard M and Avolio, Bruce J, 1993,

Tansformational Leadership And

Organizational Culture,

Public Administration Quarterly,17:1,112-121.

Bass, B.M. 1985.

The ethics of transformational leadership

.

Working Papers Academy of

Leadership Press. University of Maryland. pp.1-14.

Burns J,M. (1978).

Leadership

, New York: Harper & Row

Gibson, James L et al 2006, “

Organizations (Behavior, Structure, Processes)

,”

Twelfth

Edition, McGrow Hill.

Luthans, Fred, 2006,

“Perilaku Organisasi”

, Edisi Sepuluh, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Robbins, Stephen P, 2006, “

Perilaku Organisasi

,

Edisi kesepuluh, PT Indeks Jakarta.

Suliyanto. 2005.

Statistika Penelitian Kualitatif

. Bandung: Tarsito

Gambar

Tabel 1.Hasil  Analisis  Regresi  Linear  Berganda
Tabel 2.Hasil Analisis Faktor

Referensi

Dokumen terkait

Pada kemampuan penalaran, peserta didik masih sulit untuk benalar atau berpikir dengan baik dan sulit memahami konsep dasar dari apa yang dijelaskan oleh

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi hal-hal: Pemahaman wawasan atau landasan

Speaking in a broad generality, those who tried to formulate a more balanced and dialectic relationship between the three elements of existence (God, man, and the world) have

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara haruslah sesuai dengan tingkatan umur para peserta didik. Hal ini dikarenakan seorang guru harus

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa hukum perkawinan dalam masyarakat di Indonesia, bukan hanya persoalan sah dan tidaknya suatu perkawinan menurut agama dan

Untuk operator 2 didapat total skor 64 yang termasuk dalam tingkat resiko sedang, dimana keluhan yang dirasakan operator yaitu pada bagian pinggang, pinggul,

Adapun studi ini dilakukan untuk mengetahui okupansi penumpang pada rute Surabaya – Lamongan via Stasiun Gubeng ini dengan asumsi jalur kereta api Stasiun Gubeng –

Total biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani dalam budidaya tanaman cabe jamu rata-rata untuk setiap hektar sebesar Rp. Penerimaan