• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEFINIS DAN HUKUM JUAL BELI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DEFINIS DAN HUKUM JUAL BELI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FIQIH MUAMALAH

DEFINISI DAN DASAR HUKUM JUAL BELI

Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Fiqih Mu’amalah

Dosen Pengampu : Imam Mustafa, S.H.I, M.S.I

Disusun Oleh :

Nama : Aji Mandhala Nugroho

NPM : 1502100236

Kelas : A

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARI’AH

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

(2)

B. Definisi Jual beli

Menurut M. Ali Hasan sebagaimana dikutip oleh Syaifullah M.S., “Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam”. (Cet, ke-11; Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2003), h.113. Jual beli dalam bahasa Arab berasal dari kata yang artinya menjual, mengganti dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lain).Kata

dalam bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawanya, yaitu kata : dengan demikian kata berarti kata jual dan sekaligus berarti kata “beli”.1 Secara etomologis, jual beli berarti menukar harta dengan harta.2

Adapun secara terminologis, maka ia berarti transaksi penukaran selain dengan “fasilitas” dan “kenikmatan”, agar tidak termasuk didalamnya penyewaan dan pernikahan.3 Secara terminologi terdapat beberapa efinisi para ulama diantaranya oleh ulama Hanafiyah memberi pengertian dengan “saling menukarkan harta dengan harta melalui cara tertentu”, atau dengan makna tukar menukar sesuatu yang diingini dengan sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Ulama Hanfiyah menjelaskan bahwa makna khusus pada pengertian pertama tadi adalah ijba dan kabul, atau juga bisa melalui saling memberikan barang dan menetapkan harga antara pembeli dan penjual.4

Pengertian jual beli menurut bisnis syariah adalah tukar menukar barang antara dua orang atau lebih dengan dasar suka sama suka, untuk saling memiliki dengan jual beli, penjual barhak memiliki uang secara sah. Pihak pembeli berhak memiliki barang yang dia terima dari penjual. Kepemilikan masing-masing pihak dilindungi oleh hukum.5

1 M. Ali Hasan sebagaimana dikutip oleh Syaifullah M.S.,”Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam”, dalam Jurnal Studi Islamika, Vol. 11, No. 11 No.2 Desember 2014: (317-387). H. 373

2 Abdullah Al-Muhlih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2004)

hal 87 3 Ibid, h.88

4 M. Ali Hasan sebagaimanan dikutip oleh Syaifullah., “ Berbagai Macam …., h. 373

(3)

Menurut Wahbah Al-Zuhaili sebagaimana dikutip oleh syaifullah M.S., “Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuh”, Jilid IV, (veirut : Daral-Fikr, 1989), h.345. Sedangkan pada pengertian kedua menjelaskan bahwa harta yang diperjual belikan itu harus bermanfaat bagai manusia, seperti menjual bangkai, minuman keras dan darah tidak dibenarkan.6

Sayid Sabiq mendefinisikan jual beli dengan arti saling menukar harta dengan harta atas dasar suka sama suka. Sementara Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik. Definisi ini tidak jauh berbeda dengan apa yang didefinisikan oleh Abu Qudamah yaitu saling menukar harta dan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan.. sementara menurut Hasbi ash-Shiddieqy jual beli adala akad yang terdiri atas penukaran harta dan harta lain, maka terjadilah penukaran dengan milik tetap.7

Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jual atau bisnis adalah :

a. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan (Idris, 1986:5).

b. Menurut Syekh Muhammad ibn Qasim Al-Ghazzi,”Menurut Syara, pengertia jual beli yang paling tepat ialah memiliki sesuatuharta (uang) dengan mengganti sesuatu atas izin syara, sekedar memiliki manfaatnya saya yang diperbolehkan syara untuk selamanya yang demikian itu harus dengan melalui pembayaran yang berupa uang” (al-Ghazzi,t.:329).

c. Menurut Imam Taqiyuddin dalam kitab Kiffayatul al-Akhyar “saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf dengna ijab qobul, dengan cara yang sesuai dengan syara”. (Taqiyuddin, t.Th:329).

d. Syeikh Zakaria al Anshari dalam kitabnya fath Al-Wahab “ Tukar-menukar benda lain dengan cara yang khusus (dibolehkan)”.

6 Wahbah al-Zuhaili sebagaimana dikutip oleh Syaifullah,” al-fiqh al-Islam …,h.373

(4)

e. Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh Sunnah “Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan”.

f. Ada sebagaian ulama meberikan pemaknaan tentang jual beli (bisnis) diantaranya; ulamak Hanafiyah” jual beli adalah pertukaran harta dengan harta (benda) berdasarkan cara khusus (yang di bolehkan) syara’ yang disepakati”. Menurut Imam Nawawi dalam majmu’ mengatakan “ jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan”. Menukar barang dengan barang atau barang uang denganjalan melepaskan hak milik atas dasar saling merelakan.8

Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yagn mempunyai nilai secra ridha di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak yang lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yagn telah dibenarkan syara’ dan disepakatai.

Inti dari beberapa pengertian tersebut mempunyai kesamaan dan mengandung hal-hal antara lain :

1) Jual beli dilakukan oleh 2 orang (2 sisi) yang saling melakukan tukar menukar. 2) Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang dihukumi seperti

barang,yakni kemanfaatan dan kedua belah pihak.

3) Sesuatu yagn tidak berupa barang / harta atau yang dihukumi sepertinya tidak sah untuk diperjualbelikan.

4) Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku, yakni kedua belah pihak memilik sesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya ketetapan jual beli kepemilikan abadi.9

(5)

C. Dasar Hukum Jual Beli

Hukum asal bai’ adalah mubah, namun terkadang hukumnya bisa berubah menjadi wajib, haram, sunah dan makruh tergantung situasi dan kondisi berdasarkan asas maslahat.10

a. Dasar dalam Al-quran

Dasar hukum yang berasal dari Al-Quran antara lain adalah sebagai berikut :

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah:275)

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”. (Al-Baqarah:198)

“Hai orang-orang yang beiman, jangalah kamu saling mengharamkan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka antara kamu” (An-Nisaa’:29)

“dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli,” ( Al-Baqarah : 282)

b. Dasar dalam Al sunnah

Dasar hukum yang berasal dari Al-Sunnah antara lain adalah sebagai berikut : 1. Hadis Rasulullah Saw. Yang diriwayatkan Rifa’ah bi Rafi al Bazar dari hakim:

Rasulullah saw. Bersabda ketika ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan yang baik : Rasulullah ketika itu menjawab: Pekerjaan yang dilakukan dengan tangan

(6)

Seseorang sendiri dan setiap jual beli yang diberkati (jual beli yang jujur tanpa diiringi kecurangan)”.

2. Rasulullah Saw. Bersabda :

“Rasulullah Saw. Bersabda: sesungguhnya jual beli itu harus atas dasar saling merelakan”

3. Hadis Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh sufyan dari abu Hamzah dari Hasan dari Abi S’aid:

Dari Sufyan dari Abu Hamzah dari Hasan dari Abi S’aib dari Nabi Saw. Bersabda: Pedangang yang jujur dan terpercaya itu sejajar (tempatnya disurga) dengan para Nabi, Shiddiqin dan syuhada.”11

c. Dasar dalam Ijma’

Kaum muslimin telah sepakat dari dahulu sampai sekarang tentang kebolehan hukum jual beli. Oleh karena itu, hal ini merupakan bentuk ijma’ umat, karena tidak ada seorang pun yang menantang.12

Sementara legitimasi dari ijma’ ulama dari berbagai kalangan mazhab telah bersepakat akan disyariatkannya dan dihalalkannya jual beli. Jual beli sebagai mu’amalah melalui sistem barter telah dan sejak zaman dahulu. Islam datang memberi legitimasi dan memberi tbatasan dan atauran agar dalam pelaksanaanya tidak terjadi kezaliman atau tindakan yang dapat merugikan salah satu pihak. Selain itu, dalam konteks Indonesia juga ada legitimasi dari komplimasi hukum ekonomi syariah (KHES) pasal 56-115.13

Dari su’aib ar rumi r.a Rasulullah bersabda: “tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkatan yaitu; jual beli secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah), dan tercampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk jual beli. (HR. Ibnu Majjah)

11 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2016), hal 27

(7)

Dalam firman Allah dan hadis tersebut jelas bahwa jual beli itu dihalakan dan tidak perlu diragukan lagi asalkan transaksi jaul beli yang dilakukan tidak ada unsur pemaksaan, semetara riba itu juga jelas diharamkan.14

Jual beli merupakan usaha yang baik untuk mencari rizki, jual beli menurut bahasa artinya: memberikan sesuatu karena ada pemberian (imbalan yang tertentu). Menurut istilah artinya: pemberian harta karena menerima harta dan penyerahan dan penerimaan (Ijab qabul) dengan cara yang sesuai (baik) dan diterima kedua pihak.

Jual beli sah jika memenuhi rukunya yakni : 1. Orang yang menjual

2. Orang yang membeli 3. Serah-terima (ijab-Qobul) 4. Ada barangnya.

Jual beli dengan memenuhi rukun jual beli diatas memang dianggap sah, tapi bagaiman jual beli yang merugikan konsumennya dikarenakan pedangan (penjual) telah melakukan kecurangan terhadap barang yang dijualnya.15

14 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), hal 136

15 Darmawati,”perilaku Jual Beli Di kalangan Pedagang Kaki Lima Dalam

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Al Subaily Yusuf, “Pengantar Fiqih Muamalat dan Aplikasinya Dalam Ekonomi Modern”, dalam jurnal materi Fiqh perbankan syariah

Al-Mushlih Abdullah, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2004)

Hidayat Enang, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015)

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011)

Mujiatun Siti.”Jual beli dalam Perpektif Islam”. Dalam Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Vol 13 No. 2 September 2013

Mustofa Imam. Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016).

Nizarudin, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Idea Press, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan paparan di atas dan analisis data yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah Matematika antara siswa yang mengikuti

Manajemen ditunjuk para pemegang saham untuk mengendalikan kebijakan dividen, kebijakan ini merupakan penentu keputusan apakan keuntungan yang diperoleh akan

Semua program yang dibuat untuk akses file menggunakan metode akses file dari sistem operasi komputer untuk baca dan tulis data. Penyimpanan data pada DASD, disk magnetik

Adalah jelas bahwa dalam bagian kedua dari Suluk Cebolek, pengarang ingin menggambarkan Ketib Anom Kudus sebagai seorang yang memiliki pengetahuan tentang isi dan arti

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi perencanaan dan penganggaran yaitu kurangnya pemahaman tentang perencanaan dan penganggaran, SKPD belum memperhatikan pagu

Hal yang demikian dapat mencipta suatu persekitaran belajar yang mengizinkan para pelajar untuk berinteraksi dengan bahan-bahan sains secara fizikal mahupun

Luasnya wilayah, banyaknya penduduk, serta dinamisnya aktivitas ekonomi merupakan suatu tantangan tersendiri dalam menegakkan perpajakan di Indonesia. Apalagi pajak