TINJAUAN HUKUM PROSEDUR MEDIASI
DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN
DI PENGADILAN AGAMA PALU
ANIK KAMARIYAH - D 101 13 570
Dosen Pembimbing :
1. Dr. H. Sahlan, S.H., S.E., M.S. 2. Armin K. S.H., M.H.
Abstrak
Perceraian merupakan salah satu penyebab putusnya perka winan yang paling banyak terjadi dimasyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan makin meningkatnya jumlah gugatan perceraian yang terdaftar di Pengadilan Agama Palu. Dalam proses penyelesaian perkara termasuk yang berkaitan dengan gugatan perkara perceraian oleh lembaga peradilan tertinggi di negara ini telah mengeluarkan suatu peraturan mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan. Peraturan tersebut mengharuskan kepada setiap perkara yang diproses di Pengadilan termasuk pengadilan Agama Palu, harus didahului dengan proses media si untuk menyelesaikan perkaranya secara damai. Namun dalam kenyataan dalam perjalan waktu, pelaksanaan mediasi terhadap perkara-perkara yang ditangani oleh pengadilan termasuk pengadilan Agama Palu perkara yang selesai secara damai dapat dihitung dengan jari. Sehingga perlu dicari pokok permasalahannya apa sebenaranya yang terjadi. Dalam penelitian ini diberi judul : tinjauan Hukum prosedur Mediasi Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama Palu; dengan tujuan penelitian untuk mengetahui masing-masing Prosedur media si perkara perceraian pada Pengadilan Agama Palu dan Hambatan yang dihadapi mediator dalam pelaksanaan mediasi perkara perceraian di Pengadian Agama Palu.
Mediator dalam menjalankan tugasnya melaksanakan mediasi terhadap perkara-perkara perceraian di pengadilan agama Palu selama ini adalah dalam prosesnya dapat dibagi dalam dua tahapan proses yakni adalah sebagai berikut: Pertama tahapan pramediasi dan tahapan pelaksanaan media. Dalam tahapan pra mediasi merupakan tahapan dimana hakim ketua pemeriksa perkara membuka sidang pada hari pertama dan disampaikan kepada para pihak mengenai keharusan mediasi. kepada para pihak diberikan waktu untuk menunjuk mediatoruntuk melaksanakan mediasi. Dalam pelaksanaan mediasi apabila terjadi kesepakatan akan dibuatkan kesepakata bersama yang akan ditanda tangani oleh para pihak dan mediatornya. Sedangkan jika mediasinya gagal akan dilaporkan secara tertulis kepada hakim pemeriksa perkara. Hakim pemeriksa perkara yang mendapatkan laporan kegagalan mediasi akan menentukan hari sidang dan melanjutkan persidangan pemeriksaan pokok perkara.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan fitrah
manusia untuk melangsungkan
keturunan sebagai khalifah di muka
bumi. Hanya dengan cara perkawinan
kehidupan manusia dapat hidup
bersang-pasangan membentuk rumah
tangga. Perkawinan merupakan cara
Allah Subhana Wataalah
menghalalkan hubungan manusia yang
haram menjadi halal dalam konsep
agama karena berlainan jenis (laki-laki
dan perempuan) dalam suatu keluarga
sepanjang hidup. Namun dalam
kehidupan masyarakat manusia, tujuan
perkawinan tidak selamanya terwujud
sebagaimana diharapkan oleh
pasangan suami istri. Kadang
perkawinan yang dilaksanakan dengan
tujuan membentuk keluarga yang
sakinah mawaddah warahmah, hanya
sebatas slogan indah tetapi tidak jadi
nyata karena kandas dalam perjalanan
hidup. Sehingga rumah tangga yang
dibangun dengan alasan cinta kasih,
berakhir dengan perceraian di palu
hakim.
Walaupun tujuan perkawinan
mewujudkan keluarga tenteram dan
kasih sayang sebagaimana di
cita-citakan Undang-Undang Perkawinan.
Namun hal ini tidak selamanya dapat
diwujudkan karena tidak dapat
dipelihara dengan baik oleh suatu
keluarga. Hal ini ditegaskan H. Amiur
Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan
bahwa;
“Namun sering kali apa yang menjadi tujuan perkawinan kandas di perjalanan. Perkawinan harus putus di tengah jalan. Sebenarnya putusnya perkawinan merupakan hal yang wajar saja, karena makna dasar sebuah akad nikah adalah ikatan atau dapat dikatakan perkawinan pada dasarnya adalah kontrak”1
.
Sedangkan dalam
Undang-undang perkawinan pada Pasal 38 UU
Nomor 1 Tahun 1974 ditegaskan
bahwa perkawinan dapat putus karena
kematian, perceraian dan atas
keputusan pengadilan. Dengan
demikian dalam undang-undang
perkawinan perceraian dimungkinkan
1
tetapi dengan suatu persyaratan dan
prosedur sebagaimana ditegaskan
dalam peraturan hukum berlaku (UU
Nomor 1 Tahun 1974 dan peraturan
pendukungnya).
Kemudian Hilman Hadikusuma
menegaskan bahwa;
“Dasar-dasar yang dapat
berakibat perceraian perkawinan
hanya sebagai berikut :
a. Zina;
b. Meninggalkan tempat tinggal bersama dengan itikat buruk; c. Dikenakan hukuman penjara
lima tahun atau hukuman yang lebih berat lagi setelah
dilangsungkan perkawinan; d. Pencederaan berat atau
penganiayaan, yang dilakukan oleh salah seorang dari suami istri terhadap yang lainnya sedemikian rupa sehingga membahayakan keselamatan jiwa atau mendatangkan luka-luka yang berbahaya”2
.
Perkawinan terjadi karena sutu
perbuatan hukum, maka untuk
memutuskan perkawinan juga dengan
proses hukum sebagaimana ditentukan
dalam peraturan berlaku. Proses
2
. H. Hilman Hadikusuma, 2007,
Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundangan, Hukum Adat, dan Hukum Agama, Mandar Maju, Bandung, hlm, 150
perceraian dipengadilan (baik
pengadilan Agama bagi kalangan
muslim maupun Pengadilan Negeri
bagi non Muslim) sebelum proses
persidangan dilaksanakan oleh Majelis
Hakim akan dilakukan dengan mediasi
untuk mencari solusi dan jalan keluar
yang terbaik bagi keutuhan rumah
tangga para pihak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur mediasi
perkara perceraian pada
Pengadilan Agama Palu?
2. Hambatan yang dihadapi
mediator dalam pelaksanaan
mediasi perkara perceraian di
Pengadilan Agama Palu ?
II. PEMBAHASAN
A. Prosedur Mediasi Perkara
Perceraian Pada Pengadilan
Agama Palu
Terintegrasinya mediasi dalam
peradilan formal sebagai suatu
prasyarat perkara untuk dapat
diperiksa lebih lanjut oleh
Pengadilan(baik oleh Pengadilan
Negeri maupun Pengadilan Agama).
perdata yang ditangani Pengadilan
Negeri dan Pengadilan Agama akan
didahului dengan proses mediasi untuk
mencari selusi penyelesaian damai.
Proses mediasi sebeum pemeriksaan
lebih lanjut perkara yang ditangani
Pengadilan Agama merupakan
langkah awal untuk menyelesaiakan
perkara pihak bersengketa. Perkara
yang diproses lebih lanjut oleh
Pengadilanmerupakan perkara-perkara
yang mediasinya tidak berhasil
menyelesaikan sengketa secara damai.
Hal ini sebagaimana ketentuan Pasal 4
ayat (1) Perma Nomor 1 Tahun 2016.
Secara histori pelaksanaan
mediasi terhadap perkara-perkara yang
di tangani Pengadilan Negeri maupun
Pengadilan Agama berawal dari
ketentuan Pasal 130 HIR dan 154
Rbg. Diutamakannya penyelesaian
perkara secara damai oleh Pasal 130
HIR/154 Rbg karena penyelesaian
perkara melalui perdamaian
memberikan rasa keadilan kepada
pihak bersengketa. Namun kenyataan
selama penerapan Pasal 130 HIR/154
Rbg hampir semua perkara yang
ditangani Pengadilan selesai melalui
putusan Hakim. Hal ini sebagaimana
ditegaskan M. Yahya Harahap bahwa;
Kenyataan praktik yang dihadapi,
jarang dijumpai putusan perdamaian.
Produk hukum yang dihasilkan
peradilan dalam penyelesaian perkara
yang diajukan kepadanya, hampir 100
% (persen) berupa putusan
konvensional yang bercorak menang
atau kalah (winning or lossing)3.
Kenyataan sebagaimana
ditegaskan diatas yang merupakan
dasar tindakan Mahkamah Agung
Republik Indonesia menerbitkan
Peraturan Mahkamah Agung mengenai
penerapan mediasi di Pengadilan.
Sebelum penerapan Perma dalam
proses perkara dipengadilan, Hakim
yang menangani perkara
memperlakukan Pasal 130 HIR/154
Rbg hanya sekedar himbauan belaka.
Sehingga seakan-akan tidak ada
support terhadap para pihak berpekara
untuk menyelesaikan perkaranya
secara damai. Sebagaimana disinyalir
Rahmadi Usman bahwa tidak
berperannya sama sekali lembaga
3
damai dalam Pasal 130 HIR/154 Rbg
sebagai landasan hukum penyelesaian
perkara melalui perdamaian, bukan
karena kurangnya kemampuan, dan
kecakapan Hakim tetapi lebih
dimotivasi dan peran advokat atau
kuasa hukum4.
Pandangan demikian ditegaskan
pula M. Yahya Harahap bahwa;
Pada umumnya sikap dan prilaku Hakim menerapkan Pasal 130 HIR, hanya bersifat formalitas. Kalau bagitu kemandulan peradilan menghasilkan penyelesaian melalui perdamaian bukan karena distorsi pihak advokat atau kuasa hukum, tetapi melekat pada diri para Hakim yang lebih mengedepankan sikap formalitas daripada panggilan dedikasi dan seruan moral5.
Berdasar pada penegasan diatas,
maka Mahkamah Agung berusaha
mencari solusi untuk meng-efektifkan
Pasal 13 HIR/154 Rgb, dengan
mengeluarkan Perma Nomor 2 Tahun
2003, kemudian diganti dengan Perma
Nomor 1 Tahun 2008 dan sekarang
4
. Rachmadi Usman, Op Cit, hlm, 27
5
. M. Yahya Harahap, Ibid, hlm, 241
disempurnakan dengan Perma Nomor
1 Tahun 2016.
Pentingnya mediasi yang telah
terintegrasi di Pengadilan guna
berusaha mengakhiri sengketa yang
diperkarakan di Pengadilan melalui
perdamaian. Penyelesaian perkara
secara damai akan memberikan rasa
keadilan bagi pihak-pihak berperkara,
karena penyelesaiannya tidak ada
menang kalah. Hali ini ditegaskan juga
oleh Rahmadi Usman bahwa; Bila
dicermati konsiderans menimbang dari
Perma Nomor 2 Tahun 2003 (sekarang
tentunya Perma Nomor 1 Tahun 2016),
dapat diketahui pertimbangan perlunya
institusionalisasi proses mediasi dalam
sistem peradilan, yaitu :
Kedua, keefektifan mediasi ini dikerenakan proses lebih cepat (expedited procedure) dan murah (zero cost), serta dapat memberikan akses kepada para pihak yang bersengketa untuk memperoleh keadilan atau penyelesaian yang memuaskan atas sengketa yang dihadapi oleh para pihak.6
Pelaksanaan mediasi terhadap
setiap perkara yang diterima untuk
diproses Pengadilan Agama Palu
proses mediasinya adalah sebagai
berikut. Hal ini sebagaimana
ditegaskan oleh Bapak Drs. H. Mal
Domu, S.H., M.H bahwa7; mediasi
yang dilaksanakan Pengadilan Agama
Palu disesuaikan dengan prosedur
mediasi sebagaimana yang diatur
dalam Perma Nomor 1 Tahun 2016.
Pelaksanaan prosedur mediasi yang
dilakukan olah Pengadilan Agama
Palu dibagi dalam dua tahapan yakni
adalah sebagai berikut :
1. Tahapan pra mediasi; dan
2. Tahapan pelaksanaan mediasi.
6
. Rachmadi Usman, Op Cit, hlm, 30
7
. Drs. H. Mal Domu, S.H., M.H Hakim Pengadilan Agama Palu. Wawncara tanggal 11 Oktober 2017.
Tahapan Pra Mediasi keharusan
Hakim pemeriksa perkara untuk
menjelaskan keharusan para pihak
melakukan mediasi merupakan
perintah peraturan
perundang-undangan. Sehingga bila tidak
melakukan mediasi terhadap perkara
yang diperiksanya, maka terhadap
perkara tersebut bila dilakukan upaya
hukum banding atau kasasi, maka akan
diperintahkan pelaksanaan ulang
mediasi oleh Pengadilan Agama,
melalui putusan sela8.
Tahapan pelaksanaan mediasi,
pada tahapan ini Hakim ketua majelis
pemeriksa perkara akan menunda
persidangan dan menunggu
pelaksanaan mediasi para pihak yang
akan dimediasi oleh mediator yang
ditunjuk para pihak atau Hakim ketua
pemeriksa perkara. Setelah mediator
pilihan para pihak bersengketa
mendapatkan penetapan dari Hakim
ketua mejelis pemeriksa perkara,
mediator yang ditunjuk akan
8
menentukan waktu pelaksanaan
mediasi. Sehingga jurusita Pengadilan
Agama Palu akan melakukan
pemanggilan untuk medasi sesuai
waktu yang ditentukan oleh mediator.
Pelaksanaan mediasi hanya ada
dua kemungkinan yang dapat terjadi
yakni mediasi gagal sehingga perkara
harus diproses lebih lanjut, dan
mediasi berhasil sehingga perkara
selesai dan prosesnya berhenti sampai
disitu.
Apabila proses mediasi berhasil
mencapai perdamaian, maka mediator
akan membuatkan perdamaian yang
akan ditanda tangani oleh para pihak
dan mediator. Perdamaian yang
ditanda tangani para pihak dan
mediator dapat dikuatkan dengan akta
perdamaian oleh Hakim pemeriksa
perkara apabila pihak bersengketa
berkeinginan untuk itu. Akta
perdamain yang ditetapkan Hakim
pemeriksa perkara bukan merupakan
keharusan, tetapi hanya berdasar pada
keinginan para pihaknya. Apabila
kesepakatan perdamaian yang dibuat
dan ditanda tangani oleh para dan
mediator tidak dibuatkan akta
perdamaian, maka kesepakatan harus
memuat pencabutan gugatan.
Sebagaimana ditegaskan dalam
ketentuan Pasal 27 Ayat (5) Perma
bahwa; Jika Para Pihak tidak
menghendaki Kesepakatan Perdamaian
dikuatkan dalam Akta Perdamaian,
Kesepakatan Perdamaian wajib
memuat pencabutan gugatan.
Penanda tangan kesepakata
perdamaian oleh para pihak dan
mediator, yang ditindak lanjuti dengan
pencabutan gugatan, maka perkara
tersebut telah selesai dan oleh
pengadilan akan dihapus dari daftar
perkara. Dengan terjadi kesepakatan
perdamaian oleh para pihak
berperkara, maka mediator akan
melaporkan kepada Hakim pemeriksa
perkara dengan menyerahkan
kesepakatan perdamaian para
pihaknya.
B. Kendala Dalam Pelaksanaan
Mediasi Di Pengadilan Agama
biasanya salah satu pihaknya tidak datang tanpa alasan. Sehingga pelaksanaan mediasi tidak dapat lakukan. Kalaupun para pihaknya datang ada hari pelaksanaan mediasi, salah satu pihaknya bersikeras untuk meanjutkan persidangan. Dalam kondisi demikian, maka mediator sudah tidak bisa beruat apa-apa lagi9.
Faktor penghambat sebagaimana
disebutkan tersebut merupakan faktor
utama penghambat terlaksananya
mediasi. Ketidakhadiran salah satu
pihak dalam pelaksanaan mediasi
sebagaimana dijadwalkan oleh
mediator yang paling sering terjadi.
Faktor penghambat lainnya adalah
para pihak datang mengadiri mediasi
tetapi sudah tidak mau rujuk lagi
dengan berbagai alasan. Sehingga
mediator dalam menghadapi sikap
demikian sudah tidak dapat berbuat
apa-apa lagi. Jika keadaan sudah
demikian maka medaitor hanya dapat
melaporkan kepada Hakim pemeriksa
perkara bahwa mediasi gagal dan
perkara harus dilanjutkan.
9
. Bapak Mal Domu Hakim Pengadilan Agama Palu, wawancara Tanggal 11 Oktober 2017
Hal ini sebagaimana ditegaskan
Mal Domu Hakim Pengadilan Agama
Palu bahwa;
“Kendala yang dihadipi oleh mediator dalam melakukan mediasi kasus-kasus perkara perceraian berbeda-satu dengan lainnya. Ini disebabkan karena penyebab terjadinya perkara perceraian juga berbeda beda. Ada perkara perceraian disebabkan karena ketidakcocokan lagi sehingga terjadi pertengkaran yang tidak dapat dirujukkan kembali, bahkan ada disebabkan oleh karena cemburu dan lain sebagainya”10
.
Hal senada dikemukakan oleh
seorang penggugat cerai yang
namanya tidak mau disebutkan (sebut
saja ibu X) bahwa ibu X menggugat
cerai suaminya karena suaminya ada
wanita idaman lain, dari pada sakit hati
lebih baik sekalian pisah saja supaya
tidak ada yang membuat sakit hati dan
pusing11.
Berdasar penegasan diatas,
maka dapat di pahami bahwa dalam
pelaksanaan mediasi perkara
10
. Bapak Mal Domu Hakim Pengadilan Agama Palu, wawancara tanggal 11 Oktober 2017
11
perceraian sudah dapat dipastikan
dalam prosesnya akan menghadapi
banyak kendala. Kendala-kendala
dalam pelaksanaan mediasi dapat
disebabkan berbagai hal, diantaranya :
a. Pihak berperkara mengajukan
perkaranya ke Pengadilan karena
rumah tangganya sudah tidak
dapat diperbaiki lagi, terjadi
cekcok berkepanjangan. Hal ini
merupakan salah satu alasan untuk
bercerai yang disebut dalam Pasal
39 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun
1974;
b. Mediator yang tersedia di
Pengadilan masih relatif minim
baik jumlah maupun kemapuan
untuk menjadi mediator; khusus
mediator Hakim dengan
keterbatasan waktu dan padatnya
pekerjaan akan mengakibatkan
tidak maksimal dalam melakukan
mediasi;
c. Waktu untuk melakukan mediasi
yang relatif terbatas, sehingga
pelaksanaan mediasi juga tidak
maksimal.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
- Pelaksanaan mediasi perkara
perceraian di Pengadilan Agama
Palu dilakukan dalam dua tahapan
yaitu: a. Tahapan pra mediasi dan
b. Tahapan mediasi.
Pada tahapan pra mediasi, dimulai
pada penyampaian hakim
pemeriksa perkara memberikan
pemahaman mengenai media
kepada pihak berperkara.
Kemudian setelah itu sidang di
tunda untuk memberikan
kesempatan menunjuk mediator
paling lama 2 hari mulai hari
sidang pertama. Jika para pihak
telah menunjuk mediator, oleh
hakim ketua pemeriksa perkara
membuat penetapan terhadap
mediator terpilih dan melalui
panitera/panitrea pembantu
disampaikan kepada mediator
pilihan para pihak untuk
menentukan hari pelaksanaan
mediasi.
Sedankan pada tahapan mediasi,
dimana mediator setelah
menentukan waktu pelaksanaan
pemanggilan sacara sah kepada
para pihak untuk melakukan
mediasi. Pada tahap pelaksanaan
mediasi waktu ditentukan paling
lama 30 hari sejak penunjukan
mediator terpilih. Dalam jangka
waktu tersebut pelaksanaan
mediasi berhasil, maka
dilaksanakan perdamaian dengan
penanda tanganan akta
perdamaian.
- Faktor penghambat dalam
pelaksanaan mediasi perkara
perceraian, umumnya datang dari
para pihak berperkara dengan cara
tidak hadir pada hari pelaksanaan
mediasi yang telah ditentukan baik
secara bersama-sama atau secara
bergantian. Atau mereka datang
pada hari pelaksanaan mediasi
tetapi sudah bersikeras tidak mau
melaksanakan perdamaian sebab
sudah tidak ada kecocokan
sehingga rumah tangganya tidak
perlu dipertahankan. Sementara
faktor lainnya, keterbatasan waktu
hakim melaksanakan mediasi
secara maksimal sebab hakim
mempunyai tugas yang sangat
berat dan padat untuk
menyelesaiakan berbagai macan
perkara yang dibebankan untuk
diputus. Sehingga tekhnik
pelaksanaan mediasi yang
diperoleh selama peatihan mediasi
di Mahkamah Agung tidak dapat
dilaksanakan dengan baik.
B. Saran
- Sebaiknya yang yang menjadi
mediator jangan ada yang dari
hakim sebab hakim yang
keadaannya terbatas jumlahnya
sudah dibebani dengan tugas berat
sehingga dalam menjalankan
tugas mediator tidak akan
maksimal walaupun telah
mempunyai sertifikat mediator.
- Sebaiknya mediator yang
disiapkan oleh negara adalah
pengawai pengadilan,
sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 1 angka 13 Perma nomor 1
Tahun 2016. Sehingga tidak ada
lagi mediator hakim, yang ada
hanya mediator pengawai
pengadilan dan pihak lain yang
terdaftar sebagaimediator
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
H. Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, 2012, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI, Kecana, Jakarta.
H. Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundangan, Hukum Adat, dan Hukum Agama, Mandar Maju, Bandung.
M. Yahya Harahap, 2008, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta.
Rachmadi Usman, 2012, Mediasi Di Pengadilan Dalam Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta.
JURNAL dan Wawancara:
Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan perkara (Riduan Syahrani, buku materi Hukum Acara Perdata, hlm, 123).
Drs. H. Mal Domu, S.H., M.H Hakim Pengadilan Agama Palu. Wawncara tanggal 11 Oktober 2017.
BIODATA MAHASISWA
DATA PROFIL
NAMA : ANIK KAMARIYAH
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : BLUMBANG, 22 APRIL 1988
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : JL. DR. WAHIDIN NO. 15 PALU
Email : anikqamariyah@yahoo.com