BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Intensive Care Unit (ICU)/ Pediatric Care Unit (PICU) 2.1.1 Definisi ICU/PICU
Berdasarkan American Thoracic Society tahun 2014, Intensive Care Unit (ICU) adalah
tempat di rumah sakit dimana pasien dengan sakit yang parah dirawat oleh staf terlatih
khusus.Staf yang terdiri dari dokter, perawat, terapis pernafasan, ahli gizi, terapis fisik, apotekar,
pekerja kasus dan pendeta. Mereka bekerjasama sebagai sebuah tim untuk memberikan
perawatan yang manusiawi terbaik. Dua hal yang membedakan perawatan di ICU dengan rumah
sakit biasa adalah dukungan keperawatan dan jenis khusus dari peralatan yang digunakan.
ICU merupakan suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah direktur
pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
ICU menyediakan kemampuan dan saranan,prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.Pada ICU, perawatan untuk pasien
dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu
yang bekerjasama dalam tim.Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam
meningkatkan keselamatan pasien.
Menurut California Children’s Service Manual Of Procedures, PICU adalah unit yang telah disetujui CCS Tertiary atau Pediatric Masyarakat yang memiliki kemampuan menyediakan
perawatan definitif untuk berbagai kompleks, progresif, gangguan medis, bedah dan trauma,
membuuhkan pendekatan multidisiplin untuk merawat pasien antara 37 minggu kehamilan dan /
2.1.2 Deskripsi tentang ICU
Unit ini adalah unit yang khusus dimana usaha terkonsentrasi pada satu lokasi di rumah
sakit dan dimana perawatan pasien yang dianggap untuk dipulihkan tetapi yang memerlukan
pengawasan dan perlu atau mungkin perlu teknik khusus oleh tenaga terampil.Pemanfaatan unit
ini dalam pengelolaan pasien pasien yang sakit kritis meningkatkan hasil dengan penurunan
angka kematian diperkirakan hingga 60%. Unit ini memiliki karakteristik utama sebagai berikut:
1) Ruang, peralatan, dan staf yang bekerja
2) Pelayanan yang berkesinambungan dan perawatan semua sekitar 24 jam termasuk semua
hal berikut: pemantauan sesaat parameter kardiovaskular, fungsi pernafasan. Fungsi ginjal,
dan status sistem saraf
Kategori pasien yang bisa mendapatkan rawatan dari unit ini adalah:
1) Pasien infark miokard yang biasanya membutuhkan pemantauan kardivaskular terus
menerus.
2) Pasien yang membutuhkan ventilasi buatan, dukungan kardiovaskular, dan dukungan ginjal.
3) Pasien dengan gangguan metabolik utama seperti pasien diabetes mellitus yang tidak
terkontrol atau pasien setelah operasi perut besar.
4) Pasien dengan trauma besar seperti pasien dengan cedera kepala, cedera dada, dan beberapa
luka-luka lainnya.
Gambar 2.1: merupakan contoh-contoh ICU yang tersedia dengan alat-alat bantuan kecemasan.(Harian kompas,2014)
2.1.3 Prioritas pasien di ICU
Menurut Singer dan Webb tahun 2005, ukuran sebuah unit ICU bergantung pada
aktivitas rumah sakit tersebut.Selain itu, jumlah tempat tidur perawatan intensif tergantung pada
aktivitas rumah sakit dan tempat tidur yang dibutuhkan untuk spesialisasi regional seperti operasi
kardiotoraks atau bedah saraf. Unit dikatakan sangat kecil (<6 tempat tidur) atau sangat besar (>
14 tempat tidur) memang lebih sulit dalam pengelolahan tapi bisa lebih banyak menerima pasien
baru. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, Kepala ICU menentukan
berdasarkan prioritas kondisi medik,pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk
melakasanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara terperinci (Menkes,2010).
1) Kriteria masuk :
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.
Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi intensif
(prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas
3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk
menentukan prioritas masuk ke ICU :
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain,
infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi,
dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien
sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa. Institusi
setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi
dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidk mempunyai
batas.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat berisiko bila
tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan
pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan
major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau
kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil.
Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi,
pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru
terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya
untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan
intubasi atau resusitasi jantung.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala ICU, indikasi masuk pada
beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan
demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas
tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong
demikian antara lain:
1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif
dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di UPI untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
1. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
2. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti
itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan
donor organ.
2. Kriteria keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala ICU dan tim yang
merawat pasien.
Setiap ICU hendaknya membuat peraturan dan prosedur-prosedur masuk dan keluar, standar
perawatan pasien, dan kriteria outcome yang spesifik. Kelengkapan-kelengkapan ini hendaknya
dibuat oleh tim ICU di bawah supervisi komite medik, dan hendaknya dikaji ulang dan
diperbaiki seperlunya berdasarkan keluaran pasien (outcome) dan pengukuran kinerja yang lain.
Kepatuhan terhadap ketentuan masuk dan keluar harus dipantau oleh komite medik.
2.2 Faktor yang mempengaruhi pasien di ICU
Terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penyembuhan dan kematian di
ICU.Kebanyakan penyakit pada pasien bergantung pada faktor-faktor tertentu:
a) Keluarga
b) Pekerjaan
c) Social ekonomi
d) Suku
Selain faktor-faktor diatas ini,faktor usia dan jenis kelamin juga memainkan peranan penting
dalam menentukan suatu penyakit menjadi parah atau sembuh pada pasien.(Farmer,2004)
2.2.1 Definisi Usia
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaansuatu benda atau makhluk,
baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umurmanusia dikatakan lima belas tahun diukur
sejak dia lahir hingga waktu umur itudihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh
ianya lahir sehinggatarikh semasa(masa kini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian
itubermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini).(Depkes,2009)
Jenis perhitungan umur/usia Usia kronologis
Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai
dengan waktu penghitungan usia.
Usia mental
Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang.
belum dapat berbicara dengan kalimat lengkapdan menunjukkan kemampuan yang setara dengan
anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun.
Usia biologis
Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh
seseorang.
Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009):
Masa balita = 0 - 5 tahun,
Masa kanak-kanak = 5 - 11 tahun.
Masa remaja Awal =12 - 1 6 tahun.
Masa remaja Akhir =17 - 25 tahun.
Masa dewasa Awal =26- 35 tahun.
Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun.
Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun.
Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun.
Masa Manula = 65 - sampai atas
Setiap penyakit bervariasi mengikut frekuensi dan tingkat keparahan dengan usia.Secara
umum,anak-anak lebih rentan terhadap penyakit infeksi,dewasa muda lebih rawan kecelakaan
dan orang dewasa yang lebih tua cenderung menderita hasil paparan panjang dalam pekerjaan.
Bagi bayi yang tidak cukup bulan dan mengalami kecacatan lebih rentan terhadap suatu
penyakit.Kejadian penyakit yang paling bervariasi dengan usia dapat menyulitkan perbandingan
antara morbiditas dan mortalitas antara populasi dengan struktur usia yang berbeda.Sebagai
contoh, menurut suatu penelitian perawatan krisis tentang penyakit sepsis menunjukkan pasien
yang berumur lebih dari 65 tahun lebih rentan menderita penyakit sepsis berbanding remaja
muda.Hal ini karena, orang tua lebih cepat menderita infeksi gram-negatif.Insidensi sepsis
meningkat dengan proposional pada pasien lebih tua dan usia merupakan prediksi utama
Gambar 2.3 diatas menunjukkan distribusi usia dan kematian yang
terkait.(Sumber dari: National Vital Statistics System Mortality)
2.2.2 Definisi jenis kelamin
Menurut Hungu tahun 2007, jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan
perempuan, dimana laki-laki memproduksi sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur
dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan
fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan
fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.
Terdapat bukti bahawa laki-laki scara intrinsik lebih rentan terhadap penyakit dan
kematian daripada perempuan. Tetapi terdapat beberapa penyakit dimana perempuan mempunyai
insidensi yang tinggi berbanding laki-laki. Di sebagian besar masyarakat, laki-laki lebih terpapar
dengan pelbagai jenis bahaya berbanding perempuan karena berbeda dari segi waktu luang dan
untuk tempoh waktu yang sama tetapi perempuan hidup lebih lama berbanding
laki-laki.(Farmer,2014)
Gambar 2.4 : menunjukkan harapan hidup mengikut ras dan jenis kelamin.
2.3 Penyembuhan Pasien
Berdasarkan kamus Kesehatan dan Kedokteran sembuh bermaksud pulih dari suatu
penyakit.Membaik pulih tanda-tanda atau gejala penyakit selama kita melakukan
observasi.Penyembuhan adalah memulihkan suatu kesehatan.
Penyembuhan pasien di ICU dimana semua hasil laboratorium tanda- tanda vital pasien
harus mencapai batas normal dan pasien tidak harus lagi memerukan bantuan ventilator dan
lain-lain.Evaluvasi dan monitoring pasien di ICU amat penting dalam mewujudkan pelayanan ICU
yang aman, bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.Monitoring dan evaluasi
dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan pelayanan ICU yang aman, bermutu
dan mengutamakan keselamatan pasien.Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindak lanjuti
untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian
yang efektif.Indikator pelayanan ICU yang digunakan adalah sistim skoring prognosis dan
keluaran dari ICU. Sistem skoring prognosis dibuat dalam 24 jam pasien masukke ICU. Contoh
sistim skoring prognosis yang dapat digunakan adalah APACHE II,SAPS II, dan MODS. Rerata
nilai skoring prognosis dalam periode tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya.
Pencapaian yang diharapkan adalah angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka
mortalitas terhadap reratanilai skoring prognosis.
Penguuran tanda vital mereflesikan indicator fungsi tubuh untuk mempertahankan
mekanisme homeostasis dalam rentang yang normal.Adanya perubahan dari pola yang normal
mengindikasikan adanya perubahan dalam status kesehatan,Waktu pengukuran tanda-tanda vital:
a) saat baru masuk RS
b) Jadwal rutin RS biasanya 6-8jam/hari
c) Sebelum dan sesudah tindakan operasi
2.3.1 Tanda-tanda vital Normal
1. Tekanan Darah (TD) normalnya 100-120/60-80 mmHg
Tekanan darah memiliki 2 komponen yaitu sistolik dan diastolik. Pada waktu ventrikel
berkonstraksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh. Keadaaan ini disebut sistolik, dan
tekanan aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah sistolik.Pada saat ventrikel sedang
rileks, darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang
rileks disebut tekanan darah diastolik.
Kategori tekanan darah pada dewasa (Keperawatan Klinis, 2011)
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya 60-100 x/menit
Takikardi jika > 100 x/menit dan Bradikardi jika < 60 x/menit
Lokasi pemeriksaan denyut nadi diantaranya :
Skala ukuran kekuatan/kualitas nadi (Keperawatan Klinis, 2011)
Level Nadi
0 Tidak ada
1+ Nadi menghilang, hampir
tidak teraba, mudah
menghilang
2+ Mudah teraba, nadi normal
3+ Nadi penuh, meningkat
4+ Nadi mendentum keras,
tidak dapat hilang
3. Respiration Rate (RR)
Yang dinilai pada pemeriksaan pernafasan adalah : tipe pernafasan, frekuensi, kedalaman dan
suara nafas. Respirasi normal disebut eupnea (laki-laki : 12 – 20 x/menit), perempuan : 16-20
x/menit)
RR > 24 x/menit : Takipnea
4. Nadi, RR, dan tekanan darah (TD) berdasarkan usia (Keperawatan Klinis, 2011)
5. Suhu
Lokasi pemeriksaan suhu tubuh : mulut (oral) tidak boleh dilakukan pada anak/bayi, anus
(rectal) tidak boleh dilakukan pada klien dengan diare, ketiak (aksila), telinga
(timpani/aural/otic) dan dahi (arteri temporalis).
LOKASI
PENGUKURAN SUHU
PERBEDAAN HASIL
TEMPERATUR
Suhu Aksila Lebih rendah 10 C dari suhu
oral
Suhu rektal Lebih tinggi 0,4-0,50 C dari
suhu oral
Suhu aural/timpani Lebih tinggi 0,80 C dari suhu