• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Seiring dengan perekembangan IPTEK perbaikan status sosial ekonomi dan peningkatan pelayanan kesehatan maka berdampak terhadap peningkatan

populasi usia lanjut (lansia). Hal ini tergambar dari jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas terus meningkat.

Indonesia adalah termasuk Negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia atau Aging Struktured Population karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia di Indonesia

pada tahun 2006 sebesar ± 19 juta. Pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%) dengan usia lansia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020

diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71 tahun (Depkes, 2012).

Peningkatan jumlah populasi lansia akan berdampak terhadap berbagai

masalah kesehatan, dimana akan terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada penurunan fungsi dan kelemahan organ,

kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, fisik dan psikologis lansia (Depkes, 2008). Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia

lanjut adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Bahkan pada tahun 2013 Hipertensi merupakan penyakit utama dari 10 penyakit terbanyak pada lansia

(2)

2

Penyakit ini menjadi salah satu masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun dunia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikkan

kasus hipertensi terutama terjadi di Negara berkembang pada tahun 2025 dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat

menjadi 1.15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini (Ardiansyah, 2012). Berdasarkan Riset kesehatan Dasar (Riskedas) angka kejadian hipertensi

mencapai 25,8% dan terjadi peningkatan pravalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013 (Depkes, 2013).

Kondisi yang sama terjadi di Sumatera Utara bahwa jumlah penderita hipertensi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari data Dinas Kesehatan dalam Laporan Tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi

Sumatera Utara tentang jumlah kunjung penderita sepuluh penyakit utama di Medan tahun 2002-2006. Penderita hipertensi pada tahun 2002 sebanyak 44.660

orang, dan pada tahun 2005 sudah mencapai 82.715 orang (BPS, 2007). Data pada 2015 menunjukkan terdapat jumlah penderita hipertensi di Puskesmas

Medan Johor adalah sebanyak 1.809 penderita.

Menurut Depkes RI (2010), bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari

(3)

3

sehingga klien terlambat menyadari akan penyakit yang diderita (Shanty, 2011). Sampai pada suatu waktu terjadi komplikasi di sistem kardiovaskular, otak, ginjal,

mata, pembuluh darah atau organ-organ vital lainnya (Susilo, 2011). Menurut Ningsih (2008 dalam Jufri, dkk., 2012) salah satu penyebab kejadian hipertensi

adalah gaya hidup yang kurang sehat. Gaya hidup dapat diklasifikasikan menjadi beberapa komponen yang berkaitan dengan kejadian hipertensi yaitu terdiri dari aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok

(Muhammadun, 2010).

Puspitorini (2009), juga menyatakan bahwa sesungguhnya gaya hidup

merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, dan gaya hidup yang tidak sehat, dapat meyebabkan terjadinya penyakit hipertensi. Pada studi penelitian usia lanjut tentang gaya hidup lansia dapat

mempengaruhi kesehatan. Faktor gaya hidup seperti kurang beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi, kebiasaan merokok terutama lansia

laki-laki, kebiasaan minum kopi dan stres, merupakan faktor resiko timbulnya penyakit hipertensi pada lansia (Fitriani, 2005).

Berdasarkan data yang ada dan meningkatnya hipertensi di Indonesia, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan

(4)

4

2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya “Bagaimana

Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor”.

3. Tujuan penelitian

3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor.

3.2. Tujuan Khusus

3.2.1. Mengidentifikasi aktifitas fisik dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor.

3.2.2. Mengidentifikasi pola makan dan kejadian hipertensi pada lansia di

Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor.

3.2.3. Mengidentifikasi kebiasaan istirahat/tidur dan kejadian hipertensi

pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor. 3.2.4. Mengidentifikasi kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi pada

lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor. 4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

(5)

5

4.2. Bagi Pelayanan Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi

dalam meningkatkan pelayanan Keperawatan Komunitas terutama tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia.

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan peneliti selanjutnya sebagai bahan perbandingan dan referensi tambahan terkait dengan kejadian

Referensi

Dokumen terkait

Keeratan hubungan diplomasi publik dengan public relations tidak hanya diketahui dari kesamaan pengertian, sasaran, dan tujuan yang hendak dicapai keduanya, tetapi juga

Bagi peserta didik SDN Cindai Alus 1 Martapura yang ingin meningkatkan prestasi khususnya dalam lari cepat 40 meter hendaknya mempunyai badan yang tinggi dan daya ledak

saintifik memberikan prestasi belajar yang sama. Sedangkan siswa dengan.. kecedasan spasial tinggi dan rendah memiliki prestasi belajar yang lebih baik. dibandingkan siswa

Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan, dan Pariwisata (DISHUBKOMBUDPAR) Kota Salatiga merupakan suatu instansi milik Pemerintahan Kota Salatiga yang menangani

anak-anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, mereka akan memiliki dasar ketermpilan yang telah dipelajari oleh teman-teman sebayanya, dan

Nilai merupakan salah satu komponen terpenting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Nilai juga menjadi tolak ukur untuk mengetahui perkembangan hasil belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus dapat tumbuh dari eksplan daun dan batang pada media yang mengandung sitokinin konsentrasi tinggi dan dikombinasikan dengan auksin (2.4-D

Bagian 1, merupakan pertanyaan mengenai tingkat kepentingan (importance) atau tingkat harapan yang diinginkan konsumen pada Rumah Makan Kangen Desa.. Setiap pertanyaan diberi