BAB II
LANDASAN KONSEPTUAL
Membahas tentang Modal Sosial, tentu saja, ada banyak sekali definisi yang berbeda yang dikembangkan oleh para ahli. Definisi konsep Modal Sosial yang dibahas oleh para ahli akan dipaparkan dalam sub bab ini, namun yang terpenting dalam memahami Modal Sosial adalah bagaimana memahami norma yang melandasi tindakan sosial seseorang maupun komunitas, norma tersebut berhasil membentuk kepercayaan dan jejaring yang efektif akan menghasilkan hasil maksimal dalam pencapaian-pencapaian tujuan baik individu maupun kelompok.
2.1. Konsep Modal Sosial
Field mengatakan dengan jelas demikian: teori Modal Sosial, tesis sentralnya dapat diringkas dalam dua kata, soal hubungan. Dengan membangun hubungan dengan sesama, dan menjaganya agar terus berlangsung sepanjang waktu, orang mampu bekerja bersama-sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka lakukan sendirian, atau yang dapat mereka capai tetapi dengan susah payah.1
Dalam konteks ekonomi, konsep Modal Sosial oleh para ahli ekonomi pada abad 19 yang lalu2. Dalam literatur sosiologi, konsep Modal Sosial telah dibahas oleh tiga tokoh utama sosiologi yaitu Durkheim, Marx dan Weber. Durkheim membahas tentang
1John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana Yogyakarta
2011), 1
2Catignilone, Dario., et.al, Social Capital‟s Fortune: An Introduction: The Handbook of Social
Modal Sosial dalam refleksinya atas transisi jangka panjang dari yang digambarkannya sebagai solidaritas mekanik dunia feodal menuju solidaritas organic.3
Sebagai kajian keilmuan yang serius, istilah Modal Sosial baru pertama kali muncul pada tahun 1916 ketika Lyda Hudson Hanifan menulis tentang The Rural School Community Center.4 Kajian ini mengemuka karena para ahli menyadari bahwa dalam menggerakan aktivitas-aktivitas yang bersifat ekonomi tidak semata hanya dengan modal-modal seperti modal-modal fisik, modal-modal manusia (pengetahuan dan ketrampilan), namun ada pelumas lain dalam melancarkan aktivitas itu, yang oleh Putnam disebut sebagai kehendak untuk melakukan kerjasama demi mencapai tujuan-tujuan bersama.5
Sangat banyak definisi yang disampaikan oleh para ahli tentang Modal Sosial. Definisi ini juga merujuk pada obyek riset mereka terkait konsep Modal Sosial ini. Putnam
misalnya memfokuskan kajiannya pada tradisi politik Italia dan Amerika, sementara
Bourdieu memfokuskan kajiannya pada kelas sosial serta ketidakadilan sosial pada masyarakat Perancis.Fukuyama berfokus pada tradisi kultural masyarakat Asia dalam konteks korporasi.Hampir serupa dengan Bourdieu, Coleman lebih melirik pada kelas sosial individu dalam masyarakat, dengan kajian pada kehendak untuk berprestasi. Ragam definisi tentang modal sosial ini, maka tak heran Lin, Fu, Sung berujar:
without clear conceptualization, social capital maybe soon become a catch-all
term broadly used in reference to anything that is “social”6 .
3John Field, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana Yogyakarta
2011), 1
4 Eko Handoyo, Eksistensi Pedagang Kaki Lima: Studi Tentang Kontribusi Modal Sosial Terhadap
Resistensi PKL di Semarang, Disertasi (Tisara Grafika, Salatiga, 2012), 63.
5
Field, Social Capital Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana Yogyakarta 2011), 20
6
Putnam7, teoritisi politik asal Amerika dalam meneliti tradisi politik di Italia, memberikan definisi pertama kali tentang Modal Sosial yaitu
features of social organization, such as trust, norms and networks, than can improve the efficiency of society by facilitating coordinate actions.
Tahun 1996 Putnam8 lebih mempertegas definisinya tentang konsep Modal Sosial dengan berujar demikian:
social capital I mean features of social life networks – norm – and trust – that enable participants to act together more effectively to pursue shared objectives.
Definsi Putnam tentang Modal Sosial sedikit berubah dari tahun 1990-an. Pada tahun 1996, ia menyatakan bahwa:
yang saya maksud dengan Modal Sosial adalah bagian dari kehidupan Sosial – Jaringan, Norma, dan Kepercayaan – yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama9.
Tiga ramuan utama dalam pembahasan ini belum berubah sejak tahun 1993; yang baru adalah identifikasi partisipan ketimbang masyarakat sebagai penerima manfaat dari Modal Sosial. Selanjutnya, dalam buku terkenalnya, Putnam berargumen bahwa:
Gagasan inti dari modal sosial adalah bahwa jaringan sosial memiliki nilai…kontak sosial mempengaruhi produktivitas individu dan kelompok10
. Istilah itu sendiri didefinisikannya merujuk pada:
Hubungan antar individu – jaringan sosial dan norma resiprositas dan keterpercayaan yang tumbuh dari hubungan-hubungan tersebut11.
Sebagai seorang Marxis, Pierre Bourdieu menekankan Konsep Modal Sosial dalam kerangka pembagian kelas dan ketidakadilan struktural. Bourdieu, dalam memetakan konsepnya, mengalami perubahan skala, dimana pada era 70 - 80an, Bourdieu membangun konsep Modal Sosial dengan menenkankan lebih kepada kapasitas individu, dengan ujarannya tentang Modal Sosial adalah berikut:
7 John Field, Social, 35
8 Robert Putnam, Democracies in Flux: The Evolution of Social Capital in Contemporary Society,
(Oxford University Press, Inc, New York, USA, 2002), 22.
9
Idem, Who Kill Civic America, Prospect, 7. 24, 66 - 72
10 Idem, Bowling Alone, The Collapse and Revival of American Community (Simon and Chuster,
New York, 2000), 18 – 19.
11 Idem, Bowling Alone, The Collapse and Revival of American Community (Simon and Chuster,
Social capital is capital social of relationship which will provide, if necessary useful supports: a capital of honorability and respectability which its often indispensable in one desire to attract client in social important position, and which may serve a currency, for instance in a political career12.
Sementara, di era 80-an, Bourdieu13 membuat definisi tentang Modal Sosial dan menyebutnya sebagai atribut individu dalam konteks sosial:
Social capital is an attribute of an individual in social context. One can acquire social capital through purposeful actions and can transform that capital into conventional economics gain. The ability to do so, however, depends on the nature of social obligations, connections, and networks available to you.
Selanjutnya, pada era 90-an, Bourdieu memberikan definisi konsep yang lebih menyeluruh tentang Modal Sosial dengan menjelaskan konsep Modal Sosial menurutnya sebagai berikut:
Social capital is the resources, actual or virtual, that accrue to an individual or group by virtue of possessing a durable network of more or less institutionalized relationships of mutual acquaintance and recognition14.
Untuk memahami pemikiran Bourdieu tentang Modal Sosial, perlu kita ingat bahwa pokok perhatiannya dahulu dan sekarang adalah pemahaman atas hierarki sosial. Dalam banyak hal, ia membahas gagasan yang banyak dipengaruhi oleh sosiologi Marxis. Menurutnya, modal ekonomi adalah akar dari semua jenis modal lain dan ia tertarik pada bagaimana hal ini dapat dikombinasikan dengan bentuk modal lain untuk menciptakan dan mereproduksi ketimpangan. Bagi Bourdieu, ketimpangan harus dijelaskan oleh produksi dan reproduksi modal. Ia mengingatkan pembaca bahwa modal adalah akumulasi kerja yang perlu waktu untuk diakumulasikan. Namun, melihat modal semata-mata dari aspek ekonomi tidaklah cukup.Jelas bahwa pertukaran ekonomi digerakkan untuk mencari laba, dan dengan demikian diarahkan untuk mengejar kepentingan diri.Namun Bourdieu
12 John Field, Social, 17
13Rhonda Phillip and Robert H. Pittman, an Introduction to Community Development, (Routledge,
Canada USA, 2009), 50.
14
menentang padangan konvensional bahwa pertukaran immaterialjagat seni, atau cinta dan perkawinankarena alasan yang tidak diketahui dipandang sebagai sesuatu yang memiliki daya tarik. Modal budaya dan Modal Sosial harus diperlakukan sebagai asset, yang merepresentasikan produk akumulasi kerja.
Bourdieu berargumen, mustahil memahami dunia sosial tanpa mengetahui peran modal dalam segala bentuknya dan tidak sekedar dalam satu bentuk yang diakui oleh teori ekonomi.15 Pada awalnya ia mengadopsi modal budaya untuk menjelaskan timpangnya prestasi akademik anak-anak dari kelas sosial yang berlainan dan dari kelompok yang berbeda dalam kelas sosial. Dengan menjalankan strategi investasi budaya di dalam keluarga, beberapa kelompok sosial mampu memastikan anak-anak mereka akan mendapatkan hasil optimal dari pendidikan. Dalam beberapa hal, ia berargumen bahwa transmisi modal budaya merepresentasikan bentuk paling efektif transmisi modal budaya melalui warisan, karena sebagian besar hal tersembunyi dan dengan demikian tidak kurang siap dikendalikan, sementara itu warisan kekayaan ekonomi dapat dikendalikan melalui kebijakan pajak.
Bourdieu memasukkan beberapa pendekatan umum yang sama pada pemaparannya tentang Modal Sosial. Dalam catatan-catatan sementara yang ditulisnya,
Bourdieu menyatakan bahwa istilah Modal Sosial adalah satu-satunya cara utnuk menjabarkan prinsip-prinsip asset sosial yang menjadi kentara manakala Individu yang berlainan memperoleh hasil yang sangat tidak setara dari modal yang kurang lebih ekuivalen (ekonomi atau budaya) menurut sejauh mana mereka mampu memobilisasi
15 Bourdieu, P. The Form of Capital: Handbook Theory and Research in Sociology Foundation, J. G.
sekuat tenaga modal dari suatu kelompok (keluarga, mantan siswa sekolah elite, klub pilihan, kebangsawanan, dan lain sebagainya).16
Jadi, dengan cara yang khas Modal Sosial mereproduksi ketimpangan, namun hal ini dilakukan secara independen dari modal ekonomi atau modal budaya, yang menjadi bagian tak terlepaskan darinya. Sejauh bentuk-bentuk modal yang berlainan tidak diubah, atau lebih tepatnya tidak dapat direduksi menjadi modal ekonomi, itu semua karena perbedaan mereka dalam mengungkapkan aspek ekonomi.Semakin transparan nilai ekonomi, semakin besar konvertibilitasnya, namun makin rendah kesahihannya yang menjadi sumber diferensiasi sosial.17 Daripada konveritibilitas Bourdieu lebih tertarik pada bagaimana jenis-jenis modal yang berlainan secara bersama-sama membedakan kelas-kelas utama berdasarkan kondisi eksistensi; dan dalam masing-masing kelas tersebut, meningkatkan perbedaan-perbedan sekunder pada basis dari perbedaan distribusi modal secara keseluruhan mereka antara jenis modal yang berlainan.18
Fukuyama menjelaskan Modal Sosial sebagai kemampuan individu dalam beraktivitas secara tepat untuk mencapai tujuan bersama di dalam komunitas atau organisasi.19Kata modal manusia banyak digunakan dikalangan ekonom zaman sekarang modal tidak selalu identik dengan tanah, peralatan, mesin, akan tetapi manusia karena memiliki pengetahuan dan ketrampilan adalah termasuk di dalamnya maka Modal Sosial ataupun kemampuan untuk beraktivitas dalam bagian saling terkait dengan orang lain
16
Idem, Arena Produksi Kultural Sebuah Kajian Sosiologi Budaya (Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2011), 2
17Bourdieu, P, The Form 253-254. 18Bourdieu, P, The Form, 114. 19
adalah ketrampilan terpenting manusia. Hal ini tidak akan berhasil jika tidak terdapat kepercayaan diantara mereka.
Dalam ujarannya, Fukuyama20 mengatakan demikian:
While social capital has been given of different definitions, most of them refer to manifestation of social capital rather than to social capital itself. The definition I use in this paper is social capital is an instantiated informal norms that promotes cooperation between two or more individuals. The norms that constitute social capital can range from a norm of reciprocity between two friends, al the way to complex and elaborately articulated doctrines like Christianity of Confusianism. These norms most be instantiated in an actual human relationship: the norm of reciprocity exist in potential in my dealing with people, but is actualized in my dealing with friends, at al epiphenomenal, arising because of social capital but not constituting social capital itself..
2.2. Fungsi Modal Sosial dalam Kehidupan Kelompok
Sebagaimana Modal lainnya (fisik, finansial, dan manusia), Modal Sosial juga merupakan sumber daya yang ada dalam suatu komunitas, yang dapat dimanfaatkan oleh individu atau komunitas itu, untuk tujuan-tujuan yang spesifik. Meskipun begitu, para ahli Modal Sosial, tidak serta-merta sepakat bahwa Modal Sosial itu dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh semua pihak, baik itu individu ataupun komunitas.Bourdieu, memandang Modal Sosial hanya dapat diakses dan dimanfaatkan secara penuh oleh mereka yang memiliki modal budaya yang kuat. Dengan kata lain, Modal Sosial hanya yang ada dalam komunitas, hanya dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh individu ataupun komunitas yang memiliki modal budaya yang kuat untuk melanggengkan kekuasaannya. Dalam bahasa
Bourdieu,Modal Sosial adalah sebuah arena pertarungan pertukaran modal-modal simbolik para aktor yang memiliki modal kultural yang dapat mendominasi individu, komunitas bahkan massa. Berkebalikan dengan Bourdieu, Coleman justru melihat dari sisi optimistik
20
kekuatan Modal Sosial. Menurut Coleman, Modal Sosial adalah kekuatan yang ada – akses yang dapat dimanfaatkan bahkan oleh mereka yang memiliki modal yang lemah atau kurang beruntung. Putnam, dalam meminjam catatannya de Tocqueville, memandang bahwa Modal Sosial justru menjadi pilar bangkitnya demokrasi di Amerika melalui asosiasi terbuka, meskipun kepercayaan (trust) tidak menjadi penekanannya, karena yang utama ialah bagaimana kepentingan-kepentingan per individu dalam komunitas itu diakomodir, dan selanjutnya diatur dalam konstitusi sebagai kepentingan umum. Dalam asosiasi terbuka, pada akhirnya setiap orang diperlakukan setara, dan yang terutama ialah penekanan pada rasionalitas tentang kepentingan bersama itu. Fukuyama melihat Modal Sosial dalam fungsi sebagai upaya untuk mempertahankan kepemilikan, berbasis klan. Dalam tesis Fukuyama, upaya untuk membangun imperium bisnis berbasis keluarga, maka
trust (kepercayaan) perlu dipelihara sebagai sebuah tradisi dalam keluarga. Sebagai wujudnya, maka akses seluas-luasnya (trust) diberikan kepada setiap anggota untuk dapat membangun korporasi.21
Fungsi yang berbeda-beda tentang modal sosial yang demikian, dalam perspektif masing-masing ahli, kemudian membuat Woolcook, memetakan berbagai pemikiran tentang Modal Sosial dan merangkum fungsi Modal Sosial dari berbagai pemikiran itu dalam tiga fungsi utama, yaitu.22
a) Modal Sosial yang mengikat (bounding), berarti ikatan antara orang dalam situasi yang sama, seperti keluarga dekat, teman akrab dan rukun tetangga
21 Bandingkan John Field, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi
Wacana Yogyakarta 2011), 1-126
22Woolcook, M,2001 “The Place of Social Capital in Understanding Social and Economics
b) Modal Sosial yang menjembatani (bridging), yaitu mencakup ikatan yang lebih longgar dari beberapa orang, seperti teman jauh dan rekan sekerja dan c) Modal Sosial yang menghubungkan (linking), yang menjangkau orang-orang yang berada pada situasi yang berbeda, seperti mereka yang sepenuhnya ada diluar komunitas, sehingga mendorong anggotanya memanfaatkan banyak sumber daya.
2.3. Proses Pembentukan Modal Sosial
Bertanya tentang bagaimana proses pembentukan Modal Sosial, sama dengan pertanyaan bagaimana komunitas terbentuk, atau dalam skala yang lebih besar, bagaimana masyarakat itu terbentuk? Dasar pemikiran pembentukan Modal Sosial adalah kesadaran bahwa tujuan baik itu tujuan yang bersifat individu maupun akhirnya tujuan-tujuan bersama komunitas tidak dapat dicapai jika hanya dilakukan seorang diri.
Dalam Studinya tentang suku-suku di Aljazair selama tahun 1960-an, Bourdieu
menggambarkan perkembangan dinamis struktur nilai dan cara berpikir yang membentuk apa yang disebutnya dengan „habitus‟, yang menjadi jembatan antara agensi subyektif dengan posisi obyektif. Ketika mengembangkan gagasannya tentang habitus, Bourdieu
menengaskan bahwa kelompok yang mampu menggunakan simbol-simbol budaya sebagai tanda pembeda, yang menandai dan membangun posisi mereka dalam struktrur sosial.Ia memperkuat pandangannya dengan menggunakan metafora „modal budaya‟, yang
superioritas atas kelompok lain. Lebih jauh lagi, Bourdieu berulang kali menengaskan, modal budaya yang dimiliki bukan sekedar mencerminkan sumber daya modal finansial mereka.Dibangun oleh kondisi keluarga dan pendidikan di sekolah, modal budaya pada batas-batas tertentu dapat beroperasi secara independen dari tekanan uang, dan bahkan dapat memberikan kompensasi bagi kekurangan uang sebagai bagian dari strategi individu atau kelompok untuk meraih kekuasaan.23
James Coleman, seorang sosiolog penting Amerika yang banyak memberikan pengaruh pada studi pendidikan, sejauh ini memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan Bourdieu. Dalam serangkaian penelitian tentang prestasi pendidikan di lingkungan kumuh Amerika, Coleman mampu menunjukkan bahwa Modal Sosial tidak terbatas pada mereka yang kuat, namun juga mencakup manfaat riil bagi orang miskin dan komunitas yang terpinggirkan. Modal Sosial menurut Coleman, merepresentasikan sumber daya karena hal ini melibatkan harapan akan resiprositas, dan melampaui individu manapun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas yang hubungan-hubungannya diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama.24
Lebih umum lagi, Coleman berusaha mengembangkan ilmu sosial inter-disipliner yang bisa berasal dari ilmu ekonomi dan sosiologi.Coleman banyak dipengaruhi oleh karya Gary Becker, yang sebagaimana dirinya, bekerja di Universitas Chicago. Karya
Becker tentang Modal manusia, yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi pada studi pendidikan, keluarga, kesehatan dan diskriminasi, menggunakan kerangka kerja teori
23 Field, John, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana
Yogyakarta 2011), 20-22
24 Field, John, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana
pilihan rasional, dan dalam kerangka kerja intelektual inilah ia berusaha menempatkan konsepsinya tentang Modal Sosial. Teori pilihan rasional (atau tindakan rasional) memiliki keyakinan dengan ekonomi klasik bahwa semua perilaku berasal dari individu yang berusaha mengejar kepentingan mereka sendiri dengan demikian interaksi sosial dipandang sebagai bentuk pertukaran. Dari teori pilihan rasional Coleman berkembang pandangan yang luas tentang masyarakat sebagai sekumpulan sistim sosial perilaku individu. Untuk menguraikan prinsip-prinsip tatanan sosial, Coleman mengusulkan agar perilaku pada level sistim harus dipilah-pilah lagi menjadi pemahaman atas preferensi individu dan tindakan-tindakan mereka.25
Sosiologi pilihan rasional memiliki model perilaku individu yang sangat individualistik, dengan setiap orang yang secara otomatis melakukan hal-hal yang akan melayani kepentingan mereka sendiri, tanpa memperhitungkan nasib orang lain. Bagi
Coleman, konsep Modal Sosial adalah sarana untuk menjelaskan bagaimana orang berusaha bekerja sama. Satu contoh dari bagaimana hal ini bekerja, yang banyak dipilih oleh teoritisi pilihan rasional, berasal dari teori permainan.
Coleman mengelaborasi definisi Modal Sosial ini dalam satu makalah yang banyak dikutip, yang keyakinan sentralnya – hubungan antara Modal Sosial dengan modal manusiamerefleksikan perhatiannya terhadap sintesis antara sosiologi dan ekonomi.Argumennya terpusat pada identifikasi kontribusi Modal Sosial bagi pembangunan modal manusia.Coleman lebih sedikit memberikan perhatian pada evaluasi kelebihan relatif Modal Sosial dan modal manusia sebagai konsep ketimbang membedakan
25 Field, John, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana
keduanya dan mengeksplorasi kesalingterkaitannya. Seperti ditemukan kemudian daripada menjadi konsep yang saling bersaing, keduanya menunjuk pada fenomena yang saling terkait namun terpisah yang diyakininya seringkali bersifat saling melengkapi.26
Sejak diterbitkannya studi penting yang dilakukannya, yaitu Bowling Alone
pada tahun 2000, Robert Putnam terkenal sebagai pendukung Modal Sosial yang paling banyak dikenal khalayak. Kalau Bourdieu dan Coleman dikenal dalam dunia sosiologi dan teori sosial pada cakupan terbatas, kontribusi Putnam melampaui batas-batas bidang profesionalnya, yaitu ilmu politik, dan menjangkau publik yang lebih luas.27
Bertolak belakang dengan sosiolog Coleman dan Bourdieu,Putnam berlatar belakang ilmu politik.Setelah di bawah arahan Ron Inglehart meneliti hubungan nilai sosial dengan sikap politik, studi utama Putnam pertama mengulas peran keterlibatan warga dalam membangun stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi, yang didasarkan atas penelitian lapangan di Italia.Selanjutnya, dengan cepat Putnam mengalihkan perhatiannya ke Amerika Serikat, dan menerbitkan serangkaian makalah yang mengklaim telah menunjukkan bahwa telah terjadi kemerosotan besar Modal Sosial sejak tahun 1940-an, yang menjelaskan tidak terkendalikannya banyak kawasan urban diAmerika.Sebagaimana tampak pada komentarnya tentang ketenaran yang diraihnya, tesis ini berbicara tradisi panjang dan kepedulian terhadap kondisi demokrasi dan komunitas di Amerika Serikat.Kepedulian ini dapat dilacak kembali pada pertama abad ke-19, dan terutama pada
26 Coleman, J. 1994. Social Capital in The Creation of Human Capital, Suplement, (American
Journal Sociology, 1994), 304.
27 Field, John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana
diterimanya tulisan-tulisan Alexis de Tocqueville, seorang penulis Perancis pada abad ke-19 di Amerika, yang tetap mewarnai analisis politik Amerika Utara sampai dengan hari ini.28
Bercermin pada perjalanannya ke seluruh Amerika Serikat pada tahun 1831, pada awalanya de Tocqueville sedikit terkejut dengan apa yang dilihatnya sebagai demokrasi besar pertama di dunia yang mendekati anarki. Berpandangan konservatif, de Tocqueville percaya bahwa kesetaraan formal di hadapan hukum pasti cenderung menghasilkan masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang teratomisasikan, yang kemudian akan mengarah pada despotisme. Namun, ketika melakukan perjalanan, ia mengubah pandangannya, ketika menemukan arena pembelajaran warga yang tidak selaras di dalam kehidupan asosiasional Amerika.
Dalam asosiasi-asosiasi politik, bangsa Amerika, dengan segala kondisi, pikiran, dan usia, sehari-hari merasakan nikmat umum dari asosiasi dan semakin terbiasa dengan penggunaan hal ini. Disana mereka berkumpul dalam jumlah banyak, mereka berbicara, mereka mendengar satu sama lain, dan secara timbal balik mereka tergerak untuk berbuat. Pada akhirnya mereka memasukkan ke dalam kehidupan warga pemahaman-pemahaman yang telah mereka peroleh dan menjadikannya melayani seribu tujuan.29
Bagi de Tocqueville, kehidupan asosiasional merupakan landasan penting tatanan sosial dan satu sistim yang relatif terbuka, dan jelas-jelas pasca artistokratis. Tingginya tingkat keterlibatan warga yang jauh dari mengajak ke arah despotisme, mengajarkan orang bagaimana bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat; ini adalah
28Field, John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana
Yogyakarta 2011), 26
29 Tocqueville, de, Alexis, Revolusi, Demokrasi dan Masyarakat, Terj (Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
tempat bagi tumbuhnya masyarakat demokrasi. Pesan Putnam mendapatkan banyak
audiens karena ia menyatakan bahwa batu landasan Tocquevillian bagi demokrasiAmerika mulai rusak.30
Selanjutnya teori Modal Sosial yang dikemukakan Putnam menunjukkan kesamaan menonjol dengan pandangan Durkhemian tentang solidaritas. Penggunaan kata seperti produktivitas dan secara efektif berarti bahwa ia melihat Modal Sosial sebagai sesuatu yang fungsional, namun konteksnya menjelaskan bahwa ia tidak sedang menjelaskan aktor individu teori pilihan rasional yang melakukan kalkulasi.31
Dalam bukunya yang berjudul Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru, Fukuyama menemukan adanya kemunduran hierarki birokratis dalam bidang politik dan ekonomi seiring dengan berkembangnya teknologi informasiProduksi berbasis industri pun mengalami transisi kearah bentuk produksi berbasis informasi. Sistim kepemimpinan hierarkis mengalami erosi dan model jaringan yang bertandakan hubungan informal dan persekutuan antar organisasi, sebagaimana dapat disaksikan pada sistim keiretsu Jepang, persekutuan perusahan Italia, dan hubungan Boeing dengan pemasoknya, dan menutup kelemahan dari sistim hierarki.32
Pertukaran dalam model jaringan, menurut Fukuyama, bersifat timbal balik, tidak semata-mata berdasarkan prinsip untung rugi33. Hal ini terjadi karena pertukaran dalam jaringan berbasis norma bersama bersifat informal, tidak mengharapkan balasan langsung, tetapi mendambakan manfaat jangka panjang. Jaringan ini merupakan bagian
30 Field, John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana
Yogyakarta 2011), 27
31 Field, John, Social Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana
Yogyakarta 2011), 29
32Francis Fukuyama, Social Capital and Civil Society, IMF Working Paper, WP/00/74, April 2000, 8 33
penting dari Modal Sosial. Jaringan atau Jejaring Sosial, dalam pandangan Christakis dan Flowermemuat dua aspekpenting, yaitu: (1) ada hubungan yakni siapa yang tersambung dengan siapa; (2) penularan (contagnion), yang merujuk pada apa saja yang mengalir sepanjang ikatan.34
Pada level individu, anggota jaringan akan memperoleh keuntungan, misalnya meningkatkan akses pada pertukaran informasi, penegakan kontrak dan fokus pada visi dan tujuan kolektif. Dalam konteks demikian, Modal Sosial dipahami sebagai norma timbal balik dan jaringan atau asosiasi yang dapat mempromosikan tindakan kerjasama dan yang dapat digunakan sebagai sumber daya sosial untuk manfaat yang saling menguntungkan.35
Pentingnya kepercayaan dalam mencapai kesejahteraan ekonomi merupakan sorotan utama dalam kajian yang dilakukan Francis Fukuyama. Dalam karyanya Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity,Fukuyama, seorang pakar sosiologi Amerika
keturunan Jepang kelahiran Chicago yang terkenal ini, mengatakan, konsolidasi kesejahteraan dan demokrasi serta daya saing suatu masyarakat ditentukan oleh tingkat kepercayaan antar sesam warga. Bertolak dari karya pakar sebelumnya, terutama James Coleman, Fukuyama menggunakan konsep kepercayaan untuk mengukur tingkat Modal Sosial.Ia berpendapat bahwa Modal Sosial akan menjadi semakin kuat apabila dalam suatu masyarakat berlaku norma saling balas membantu (resiprositas) dan kerjasama yang kompak melalui suatu ikatan jaringan hubungan kelembagaan sosial. Fukuyama menganggap kepercayaan itu sangat berkaitan dengan akar budaya, terutama yang berkaitan dengan etika dan moral yang berlaku. Karena itu, ia berkesimpulan bahwa tingkat
34 Christakis, N. A., & Flower, J, Connected. Dahsyatnya Kekuatan Jejaring Sosial Mengubah Hidup
Kita.(Jakarta: Kompas Media, 2001), 134.
35
saling percaya dalam suatu masyarakat tidak terlepas dari nilai-nilai budaya yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan penelitiannya di beberapa negara Asia, seperti Cina, Jepang dan Korea Selatan, Fukuyama menemukan bahwa untuk mencapai keberhasilan ekonomi diperlukan adanya organisasi-organisasi ekonomi berskala besar dan koorporasi yang demokratis. Namun, menurut pendapatnya, kelembagaan itu dapat berfungsi secara baik apabila terdapat cukup perhatian terhadap pentingnya peranan kebiasaan-kebiasaan dalam budaya tradisional.Peraturan, kontrak, dan rasionalitas ekonomi semata tidak cukup menjamin stabilitas dan kesejahteraan masyarakat secara merata.Diperlukan adanya nilai-nilai resiprositas, tanggungjawab moral, kewajiban terhadap masyarakat dan kepercayaan yang lebih didasarkan pada adat kebiasaan daridapa perhitungan rasional.36
Selanjutnya, masih dalam bukunya tersebut, Fukuyama mengatakan bahwa kepercayaan muncul apabila masyarakat bersama-sama memiliki seperangkat nilai-nilai moral yang memadai untuk menumbuhkan perilaku jujur pada warga masyarakat. Kelangsungan hidup organisasi dan kelembagaan besar ekonomi juga ditentukan oleh masyarakat sipil (civil society) yang sehat dan dinamis, yang pada gilirannya tergantung pula pada adat kebiasaan dan etika, sebagai hal-hal yang bisa terbentuk secara tidak langsung dengan adanya kemauan baik untuk itu, serta adanya kesadaran yang semakin besar dan penghargaan terhadap budaya.
Bertitik tolak dari keyakinan bahwa nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan kepercayaan suatu bangsa merupakan faktor penentu perkembangan ekonomi negara bersangkutan, akhirnya Fukuyama sampai pada pembedaan bangsa-bangsa dalam dua
36Syahra, R “
kategori.Kategori pertama adalah bangsa-bangsa yang memiliki tingkat kepercayaan yang rendah (low-trust society) dalam nilai budayanya. Masyarakat seperti ini sulit untuk dapat mengembangkan usaha-usaha berskala besar karena dalam nilai budayanya tingkat kepercayaan terbatas pada lingkungan keluarga atau familistik. Di luar lingkungan keluarga itu, kepercayaan sulit ditumbuhkan.Fukuyama menyebut Cina, Perancis dan Korea sebagai contoh-contoh masyarakat yagn memiliki nilai budaya kepercyaan rendah. Sebaliknya, bangsa-bangsa telah lebih dahulu berhasil membangun kekuatan ekonomi dunia, seperti Amerika Serikat, Jepang dan Jerman, menurut Fukuyama adalah berkat masyarakatnya memiliki nilai budaya kepercayaan yang tinggi.37
2.4. Unsur-Unsur Modal Sosial
Modal Sosial memiliki unsur-unsur yang jika semuanya berfungsi akan memiliki manfaat besar dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Unsur-unsur modal sosial meliputi kepercayaan (trust), norma (norm), dan jaringan (network), Kepercayaan (trust) bisa sebagai kata benda dan kata kerja.38 Sebagai kata benda, trust berarti kepercayaan, keyakinan, atau rasa percaya; sedangkan sebagai kata kerja, trust berarti proses mempercayai sesuatu yang jelas sasarannya. Kepercayaan antara manusia memiliki tiga memiliki tiga komponen penting, yaitu (1) hubungan sosial antara dua orang atau lebih(2) harapan yang terkandung dalam hubungan tersebut, yang jika direalisasikan tidak
37Syahra, R “Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi” Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 5 No 1, 2003,
23
38 Lawang, Robert. M.Z., Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Penganta,(Depok: FISIP
akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak(3) interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan tersebut terwujud.39
Hubungan sosial berlangsung melalui struktur sosial, mulai dari yang paling kecil (mikro) hingga yang paling besar (makro). Dalam hubungan sosial ini, harapan yang ada pada seseorang bisa berupa yang kurang mengharapkan dan sangat mengharapkan atau bisa berupa rumusan hipotetik, semakin kuat dan baik hubungan sosial, semakin tinggi harapan yang ingin diperoleh.Harapan pada sesuatu yang masih akan terjadi di masa yang akan datang, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.40
Bagi seseorang, harapan berkaitan dengan sesuatu yang menjadi cita-cita untuk diwujudkan. A percaya kepada B dengan harapan ia akan memperoleh sesuatu yagn berguna abgi dirinya dan mungkin juga bagi B. Jika harapan tersebut hanya berguna bagi A saja, harapa tersebut bersifat unilateral. Contoh yang dapat diutarakan, misalnya, orangtua (A) berharap agar anaknya (B) bisa menjadi orang yang berhasil ketika telah bertumbuh menjadi dewasa.Apabila anaknya (B) mengetahui dan bersikap serta bertindak sesuai dengan harapan orangtua, maka harapan tersebut berubah sifatnya menjadi bilateral atau saling mengharapkan.41
2.4.1 Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan anggota yang lain dari komunitas itu. Saputro mengatakan bahwa trust
39
Lawang, Robert. M.Z., Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Pengantar,(Depok: FISIP UI Press, 2005, 45-46
40 Lawang, Robert. M.Z., Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Pengantar,(Depok: FISIP
UI Press, 2005,),46
41
sebagai bagian dari Modal Sosial merupakan bagian tak terpisahkan yang menjadi “roh”Modal Sosial.
Dalam kepercayaan, terdapat dua pihak, yaitu pihak yang mempercayai atau
trustor, dan pihak yang dipercayai atau trustee.Keduanya memiliki tujuan untuk memenuhi kepentingan mereka.42Seorang pemberi kepercayaan (trustor) harus memutuskan apakah ia akan menaruh kepercayaan atau tidak dan juga trustee memiliki pilihan apakah akan menjaga kepercayaan atau akan mengkhianati kepercayaan yang diberikan. Seorang pemberi kepercayaan (trustor) umumnya adalah agen rasional. Biasanya ia akan memberikan kepercayaan kepada penerima kepercayaan (trustee) ketika rasio peluang perolehan dengan peluang kekalahannya lebih besar daripada rasio jumlah potensi kerugian dengan jumlah potensi keuntungan.43
Trustee yang menerima kepercayaan akan mengubah relasi asimetris menjadi relasi simetris, ketika ia merasakan ada keuntungan timbal balik yang diperoleh dan diharapkan dari si trustor. Ketika penerima kepercayaan (trustee) melakukan tindakan yang jauh lebih menguntungkan dari sekedar membalas kewajiban, maka penerima kepercayaan (trustee) telah menunaikan kewajiban sekaligus menciptakan kewajiban bagi pemberi kepercayaan (trustor).Kewajiban ini tercipta jika balasan kewajiban tersebut tidak hanya bernilai dan menguntungkan si pemberi kepercayaan (trustor), tetapi juga menuntut pengorbanan dari si penerima kepercayaan (trustee) melebihi nilai kebaikan awal yang diterimanya44.
42Eko, Handoyo. Eksistensi Pedagang Kaki Lima, 77 43Eko, Handoyo. Eksistensi Pedagang Kaki Lima, 78 44
Kepercayaan memiliki tiga aras yaitu: (a) pada aras individu, dimana kepercayaan merupakan bagian dari moralitas yang selalu melekat pada karakter setiap individu. Kepercayaan pada aras ini terbentuk apabila seorang dapat memenuhi harapa orang lain sesui janji (keeping promise) sesuai yang telah disepakati; (b) kepercayaan pada aras kelompok atau lembaga, yang menjadi karakter moral kelompok dan institusi. Kepercayaan pada aras ini termasuk kepercayaan pada regulasi dan beragam bentuk
institutional agreement yang digunakan dalam rangka menjaga amanah di tingkat kelompok sosial secara efektif; dan (c) kepercayaan pada sistim yang abstrak seperti ideologi dan religi yang membantu setiap individu dalam mengopreasionalisasikan kepercayan dalam hubungan bermasyarakat.45
2.4.2 Jaringan
Saputro mengatakan bahwa jaringan sosial merupakan sebuah hubungan sosial yang terpola atau disebut juga sebagai pengorganisasian sosial.Jaringan sosial juga menggambarkan hubungan antar perkumpulan orang yang saling terkait baik langsung maupun tidak langsung46.Calcoun menjelaskan bahwa jaringan sosial terbentuk tidak lepas dari komunikasi yang dibangun dan terjalin antar individu. Komunikasi yang intensif ini difokuskan pada pertukaran informasi dalam maksud untuk mencapai tujuan bersama, kesepakatan bersama dan pengertian bersama.47
45 Lendesang, Yager. 2014. Analisis Modal Sosial Pada Komunitas Anak Jalanan di Pasar Pagi Kota
Samarinda Kalimantan Timur, ( Fisip UNMUL, 2014), 44.
46 Lendesang, Yager. 2014. Analisis Modal Sosial Pada Komunitas Anak Jalanan di Pasar Pagi Kota
Samarinda Kalimantan Timur, ( Fisip UNMUL, 2014), 45.
47Lendesang, Yager. 2014. Analisis Modal Sosial Pada Komunitas Anak Jalanan di Pasar Pagi Kota
2.4.3 Norma
Saputro menjelaskan bahwa norma merupakan elemen penting untuk menjaga agar hubungan sosial (jejaring) dalam suatu sistim sosial (masyarakat) dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan. Gagasan tentang norma sosial sebagai salah satu komponen dalam modal sosial di kemukakan oleh Homans dan Nee yang menyebutkan bahwa norma sosial merupakan pertanda moral, khsususnya sebuah pertana dalam mendukung keberadaan trust. Modal Sosial dibentuk dari norma-norma informal berupa aturan-aturan yang sengaja dibuat untuk mendukung terjadinya kerjasama diantara dua atau lebih individu.Norma yang membentuk modal sosial dapat bervariasi dari hubungan timbal balik antara dua teman sampai pada hubungan kompleks dan kemudian terelaborasi menjadi doktrin.Selain terbentuk oleh aturan-aturan tertulis, dalam sebuah interaksi sosial, interaksi itu juga bisa bersandar pada norma-norma atau nilai-nilai yang mengakar dalam kehidupan masyarakat, yang biasanya bentuknya lebih banyak tidak tertulis.Nilai-nilai yang dimaksud misalnya adalah kejujuran, sikap menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban, dan ikatan timbal balik lainnya.
2.5. Kelompok Modal Sosial
budaya48 yang menjadi preferensi khalayak. Dengan memproduksi simbol-simbol tertentu, massa digerakkan atau dimobilisasi untuk menggunakan preferensi “gaya hidup” kelompok
kelas tertentu.
Dalam konteks penelitian ini, ada dugaan bahwa Modal Sosial yang dimiliki oleh penghuni Asrama Mansinam dengan cara terintegrasi lewat nilai-nilai keluarga yang mendorong tentang saling membantu yang lain. Selain itu, ada dugaan kuat bahwa nilai lain yang mendorong adalah kepentingan-kepentingan yang terkalkulasi menggunakan terminologi Coleman, ada tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh para penghuni Asrama Mansinam. Dalam rangka itu, membangun kepercayaan lewat hubungan resiprokal (timbal-balik) dengan sesama penghuni Asrama Mansinam penting untuk dilakukan.
Disamping itu, ada dugaan bahwa tawaran nilai ekonomis untuk tinggal di Asrama Mansinam membuat mereka harus terus menjadi penghuni demi kepentingan untuk dapat melanjutkan studi, dan karena itu, maka untuk dapat terus menjadi penghuni Asrama Mansinam dibentuklah suatu ikatan antara mereka yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan bersama, yakni kepentingan-kepentingan mendapatkan harga ekonomis ini.
48