• Tidak ada hasil yang ditemukan

buletin april 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "buletin april 2011."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

A. EVALUASI DINAMIKA ATMOSFER BULAN APRIL 2011

SUHU MUKA LAUT

Secara umum suhu muka laut diperairan Indonesia berkisar antara 28 – 29 º C, daerah yang hangat berada di Perairan NTB hingga NTT, dan Laut Arafuru, dengan anomali 0.5º C hingga 1.0º C, sementara daerah dingin berada di Perairan sebelah barat Sumatera, Selat Karimata, Laut Jawa dan Selat Makassar, sementara wilayah lainnya dalam kondisi netral.

POLA TEKANAN UDARA

Gambar 1:

Anomali Suhu Muka Laut bulan April 2011

(2)

Di Belahan Bumi Utara (BBU) tekanan tinggi terjadi di wilayah daratan Cina dan perairan sebelah timur semenanjung Korea serta Samudera Pasifik Utara yang nilainya berkisar 1014 hPa hingga 1030 hPa dan tekanan rendah sesekali berada di Samudera Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan.

Di Belahan Bumi Selatan tekanan rendah terjadi di sekitar utara Benua Australia, yaitu Teluk Carpentaria, Samudera Pasifik Selatan

dan Samudera Hindia, yang berkembang menjadi gangguan tropis, sementara tekanan tinggi sudah mulai muncul di Benua Australia.

POLA ARUS ANGIN 3000 FEET

Arus angin 3000 feet di wilayah Indonesia sebelah selatan bertiup dari arah timur hingga tenggara dan wilayah utara ekuator bervariasi mulai dari arah barat hingga selatan dengan kecepatan antara 5 hingga 20 knot.

(3)

GANGGUAN TROPIS

Pada bulan April 2011 tercatat 2 gangguan tropis di Samudera Hindia Selatan, yaitu :

 Tropical Storm TWENTY (02-04 APR)

 Tropical Storm ERROL (15-17 APR)

Posisi dari gangguan tropis tersebut seperti terlihat pada gambar 4

INDEKS - INDEKS

Indeks Nino (ONI) periode 3 bulanan, Januari, Februari dan Maret 2011 berada pada nilai -1,2. South Oscilation Index (SOI) 30 harian pertanggal 15 April 2011 bernilai 24,0. Dari indeks suhu muka laut (ONI) dan SOI disimpulkan bahwa kondisi ENSO bulan April ini dalam keadaan dingin yang mengindikasikan masih adanya La Nina, walaupun sudah melemah.

Indeks Suhu muka laut wilayah Samudera Hindia bervariasi, namun lebih dominan bernilai positif hal ini diakibatkan naiknya suhu muka laut perairan sebelah timur Afrika. Keadaan ini mengakibatkan curah hujan wilayah barat Indonesia menjadi sedikit berkurang.

Gambar 4 : Posisi gangguan tropis

bulan April 2011

Gambar 5 :

Grafik DMI hingga 10 April 2011

Gambar 6 :

(4)

B. PROSPEK DINAMIKA ATMOSFER BULAN MEI 2011

Posisi Matahari sebagai sumber energi utama pada bulan Mei 2011 akan berada pada sebelah utara garis equator. Berkaitan dengan hal tersebut maka wilayah Bumi bagian utara equator akan tersedia cukup uap air untuk pembentukan awan dan curah hujan, sedangkan kondisi sebaliknya akan terjadi untuk wilayah Bumi bagian Selatan, sehingga periode ini sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan terutama wilayah barat akan memasuki periode awal musim kemarau.

Dibanding bulan April yang masih periode musim hujan, kondisi bulan Mei merupakan periode awal musim kemarau, sehingga pola tekanan dan angin pada bulan ini akan bergerak dari arah timur - tenggara menuju barat, namun demikian diperkirakan tekanan rendah masih akan muncul di Samudera Hindia bagian selatan.

Dari analisa suhu muka laut bulan April 2011 kemungkinan perairan Pasifik pada seluruh wilayah Nino 1, 2, 3 dan 3.4 serta Nino 4 akan netral hingga hangat, yang menunjukkan adanya kondisi yang normal, demikian juga nilai SOI yang akan bernilai dibawah 10, sedangkan sebagian besar wilayah perairan Indonesia netral. Sementara suhu muka laut perairan Samudera Hindia terutama di bagian timur Afrika lebih hangat dibandingkan perairan barat Sumatera, sehingga DMI diprediksi akan bernilai positif.

Dengan memperhatikan aspek-aspek dinamika atmosfer diatas serta perlintasan MJO maka pembentukan awan untuk wilayah Sulawesi dan Maluku bulan Mei 2011 akan berjalan normal, sehingga diprediksi kondisi hujan sebagian besar wilayah tersebut dalam keadaan normal.

(5)

Keterangan SWEAT Index :

Index < 150 : Tidak ada Thunderstorm

Index 150 < TS <210 : Mungkin Thunderstorm

Index 210 < TS <270 : Ada Cb & Thunderstorm

Index > 270 : Ada Cb & Thunderstorm hebat

Hasil pantauan sounding udara atas menunjukkan : Jika di bandingkan dengan bulan Maret bahwa bulan April 2011 untuk Stasiun Meteorologi Hasanuddin terlihat umumnya kecepatan angin yang bertiup cenderung makin Melemah pada lapisan 850 mb kecepatan angin rata-rata 15 knots dengan kec.

maksimum 29 knots (tgl 1 April 2011) dan

kec. minimum 4 knots ( tgl. 5 April 2011 )

dengan arah angin dominan dari Barat Laut( Baratan). Lapisan 500 mb kec. Angin rata-rata 9 knots dengan kec. Maksimum 14 knots (tgl.

8 April 2011) dan kec. Minimum 4 knots (tgl.

2 dan 4 April 2011) dengan dominan arah angin dari Barat Laut sedangkan kecepatan

angin rata-rata lapisan 200 mb sekitar 31 knots dngan kec. Maksimum 62 knots (tgl. 5

april 2011) dan kec. Minimum 14 knots (tgl. 1

(6)

dengan lapisan dasar terendah pada lapisan 1009 mb dan lapisan atas terjadi pada lapisan 966 mb artinya proses pembentukan awan akibat proses pengangkatan massa udara terjadi pada ketinggian lebih rendah sedangkan puncak awan makin tinggi sehingga kondisi tersebut akan memberikan dampak terhadap keadaan atmosfer dan pertumbuhan awan-awan hujan baik konvektif maupun berbentuk stratiform di wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Maka dengan melihat hasil analisis data radio sonde di atas, maka pada bulan April 2011 kondisi Stabilitas Udara untuk Wilayah Sulawesi Selatan pada kondisi Labil dan cenderung sama kondisinya pada awal bulan Mei 2011.

Hasil pantauan sounding udara atas menunjukkan : Jika di bandingkan dengan bulan bulan Maret 2011 bahwa bulan April 2011 untuk Stasiun Meteorologi Mutiara Palu terlihat umumnya kecepatan angin yang bertiup cenderung melemah pada lapisan 850 mb kecepatan angin rata-rata 13 knots dengan

kec. maksimum 21 knots (tgl 2 dan 5 April

2011) dan kec. minimum 4 knots ( tgl.

9,10,17April 2011) dengan arah angin

dominan dari Barat Laut( Baratan). Lapisan 500 mb kec. Angin rata-rata 9 knots dengan kec.

Maksimum 17 knots (tgl. 6,9 dan 10 April

2011) dan kec. Minimum 2 knots (tgl. 4 dan

17 April 2011) dengan dominan arah angin dari Barat Laut sedangkan kecepatan angin rata-rata lapisan 200 mb sekitar 39 knots dngan kec. Maksimum 54 knots (tgl. 5 April

2011) dan kec. Minimum 21 knots (tgl. 12

April 2011). Arah angin dominan yang bertiup dari arah Timur (Timuran). Data SWEAT bernilai rata-rata 195 menunjukkan bahwa frekuensi adanya Ts berkurang). CCL (Lapisan

konvektif/pemanasan) mulai terbentuk rata-rata pada lapisan 814mb dengan lapisan dasar terendah pada lapisan 891mb dan lapisan atas tertinggi pada lapisan 771 mb Sedangkan LCL (Lapisan terbentuknya awan karena proses pengangkatan massa udara) ditunjukkan awan mulai terbentuk rata-rata pada lapisan 960mb dengan lapisan dasar terendah pada lapisan 985 mb dan lapisan atas terjadi pada lapisan 941 mb artinya proses pembentukan awan akibat proses pengangkatan massa udara lebih lebih dulu dan sering terjadi daripada pembentukan awan akibat konveksi karena lapisan dasar lebih rendah sehingga kondisi tersebut akan memberikan dampak terhadap keadaan atmosfer dan pertumbuhan awan-awan hujan baik konvektif maupun berbentuk stratiform di wilayah Sulawesi Tengah dan sekitarnya. Maka dengan melihat hasil analisis data radio sonde di atas, maka pada bulan April 2011 kondisi Stabilitas Udara untuk Wilayah Sulawesi Tengah masih Stabil Bersyarat dan cenderung sama kondisinya pada awal bulan Mei 2011.

Hasil pantauan sounding udara atas menunjukkan : Jika di bandingkan dengan bulan Maret 2011 bahwa bulan April 2011 untuk Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado terlihat umumnya kecepatan angin yang bertiup cenderung menguat pada lapisan 850 mb kecepatan angin rata-rata 14 knots dengan

kec. maksimum 27 knots (tgl 3 April 2011)

dan kec. minimum 2 knots (tgl 16 April 2011)

dengan arah angin dominan dari Timur (Timuran). Lapisan 500 mb kec. Angin rata-rata 11 knots dengan kec. Maksimum 21 knots (tgl.

6 April 2011) dan kec. Minimum 4 knots (tgl.

(7)

dngan kec. Maksimum 52 knots (tgl. 5 April

2011) dan kec. Minimum 31 knots (tgl. 16

April 2011). Arah angin dominan yang bertiup dari arah Timur (Timuran). Data SWEAT bernilai rata-rata 212 menunjukkan bahwa frekuensi adanya Ts bertambah). CCL (Lapisan terbentuknya awan karena proses konvektif/pemanasan) mulai terbentuk rata-rata pada lapisan 879mb dengan lapisan dasar terendah pada lapisan 951mb dan lapisan atas tertinggi pada lapisan 812 mb Sedangkan LCL (Lapisan terbentuknya awan karena proses pengangkatan massa udara) ditunjukkan awan mulai terbentuk rata-rata pada lapisan 983mb dengan lapisan dasar terendah pada lapisan 997 mb dan lapisan atas terjadi pada lapisan 965 mb artinya proses pembentukan awan akibat proses pengangkatan massa udara lebih lebih dulu dan sering terjadi daripada pembentukan awan akibat konveksi karena lapisan dasar lebih rendah sehingga kondisi tersebut akan memberikan dampak terhadap keadaan atmosfer dan pertumbuhan awan-awan hujan baik konvektif maupun berbentuk stratiform di wilayah Sulawesi Utara dan sekitarnya. Maka dengan melihat hasil analisis data radio sonde di atas, maka pada bulan April 2011 kondisi Stabilitas Udara untuk Wilayah Sulawesi Utara pada kondisi Labil dan cenderung sama kondisinya pada awal bulan Mei 2011.

Hasil pantauan sounding udara atas menunjukkan : Jika di bandingkan dengan bulan Maret 2011 bahwa bulan April 2011 untuk Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon terlihat umumnya kecepatan angin yang bertiup cenderung menguat pada lapisan 850 mb kecepatan angin rata-rata 12 knots dengan

kec. maksimum 25 knots (tgl 1 April 2011)

dan kec. minimum 4 knots (tgl 16 April 2011)

(8)
(9)
(10)

A. Penjelasan Singkat

Distribusi curah hujan dan sifat hujan bulan Maret 2011 ialah menghitung jumlah curah hujan yang terjadi selama bulan Maret 2011 di seluruh titik pengamatan yang tersebar di Sulawesi dan Maluku dan menentukan sifat hujannya dengan rata-rata normalnya, apakah di Bawah Normal, Normal atau di Atas Normal.

B. Distribusi Curah Hujan Bulan Maret 2011

Hasil pantauan Curah Hujan yang diterima dari beberapa Stasiun Pengamatan di Sulawesi dan Maluku, maka distribusi curah hujan bulan Maret 2011 sebagai berikut :

KRITERIA (MM)

DAERAH

SULAWESI MALUKU

0 - 20 - -

21-50 - -

51 – 100 Bubung Luwuk, dan Palu -

101 – 150 Poso, dan Majene Namlea, dan Pattimura

151 – 200 Bitung, dan Tondano Geser, Amahai, dan Kairatu

201 – 300 Toli-toli, Gorontalo, dan Pomalaa, Saumlaki, Bandanaera, Labuha, dan Sanana

301 – 400 Naha, Betoambari, Kendari, Masamba,

Barombong, dan Toraja Ternate

401 – 500 Sam Ratulangi, Kayuwatu, dan Hasanuddin Tual

> 500 Winangun, Maros, Panakkukang, Paotere, dan

(11)
(12)

C. Analisis Sifat Hujan Bulan Maret 2011

Dari hasil pantauan curah hujan dari stasiun pengamatan di Sulawesi dan Maluku memberikan gambaran tentang keadaan sifat hujan yakni umumnya pada bulan Maret 2011 kondisi hujan merata antara sifat Normal (N) dan Atas Normal (AN). Distribusi sifat hujan bulan Maret 2011 selengkapnya sebagai berikut :

SIFAT HUJAN

DAERAH

SULAWESI MALUKU

Atas Normal

Palu, Toli-toli, Sam Ratulangi, Naha, Kayuwatu,

Winangun, Gorontalo, Betoambari, Kendari, Maros, Hasanuddin, Panakkukang, Paotere,

Barombong, dan Gowa

Tual, Saumlaki, Amahai, Kairatu, Bandanaera, Labuha, Sanana, Ternate

dan Galela

Normal Bitung, Tondano, Pomalaa, dan Toraja Geser, Pattimura

(13)

PRAKIRAAN OBSERVASI 0 - 20 21 - 50 51 - 100 101 - 150 151 - 200 201 - 300 301 - 400 401 - 500 > 500

0 - 20 - - - - - - - -

-21 - 50 - - 5.6% - - - - -

-51 - 100 - - 2.8% 2.8% - - - -

-101 - 150 - - - 5.6% 2.8% - - -

-151 - 200 - - - - 5.6% 8.3% - -

-201 - 300 - - - - - 5.6% 8.3% -

-301 - 400 - - - - - - 2.8% 5.6%

-401 - 500 - - - - - - 2.8% 2.8% 2.8%

> 500 - - - - - - - -

-D. Banyaknya Hari Hujan Bulan Maret 2011

Berdasarkan tingkat keseringan terjadinya hujan di wilayah Sulawesi dan Maluku selama bulan Maret 2011, maka dapat disampaikan sebagai berikut:

KRITERIA DAERAH

SULAWESI MALUKU

>= 21 hari

Palu, Toli-toli, Bitung, Sam Ratulangi, Naha,

Tondano, Kayuwatu , Betoambari, Kendari, Maros, Hasanuddin, Panakkukang, Paotere, Gowa, Masamba, Barombong, dan Toraja

Tual, Saumlaki, Amahai, Bandanaera

10 – 20 hari Pomalaa, Majene Namlea, Geser, Kairatu, Pattimura, Labuha,

Sanana, Ternate, Galela

< 10 hari - -

E. Verifikasi Prakiraan Hujan Maret 2011

Verifikasi Prakiraan Hujan Maret 2011 dihitung berdasarkan nilai Prakiraan Hujan Maret 2011 terhadap data hasil observasi hujan pada Maret 2011. Verifikasi Prakiraan Hujan yang disampaikan meliputi Verifikasi Prakiraan Curah Hujan Maret 2011 dan Verifikasi Prakiraan Sifat Hujan Maret 2011.

1. Verifikasi Prakiraan Curah Hujan Maret 2011

Berdasarkan tabel di atas, hasil Verifikasi Prakiraan Curah Hujan Maret 2011, sebagai berikut :

a. Sesuai dengan prakiraan, sebesar ... 63.9 % b. Menyimpang dari prakiraan sebesar ... 36.1 %

(14)

PRAKIRAAN OBSERVASI ATAS NORMAL NORMAL BAWAH NORMAL

ATAS NORMAL 11.1% 0.0%

-NORMAL 50.0% 8.3% 8.3%

BAWAH NORMAL - 11.1% 5.6%

2. Verifikasi Prakiraan Sifat Hujan Maret 2011

Berdasarkan tabel di atas, hasil Verifikasi Prakiraan Sifat Hujan Maret 2011, sebagai berikut :

a. Sesuai dengan prakiraan, sebesar ... 94.4 % b. Menyimpang dari prakiraan sebesar ... 5.6 %

meliputi Tual, dan Palu

F. Cuaca ekstrim yang terjadi pada bulan Maret - April 2011

Dalam bulan Maret dan April 2011 pada tanggal 16 Maret s.d. 18 April terdapat kejadian cuaca ekstrim setiap hari, dan di amati setiap hari. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

KRITERIA SUHU UDARA TANGGAL KEJADIAN TEMPAT

MAX MIN

Suhu Udara

>= 350C 35 -

18 Maret 2011 Stamet Palu

3, 6, 8 April 2011 Stamet Palu

4 April 2011 Stamar Bitung

6 April 2011 Stamet Masamba

7 April 2011 Stamet Pomalaa

7 April 2011 Stamar Kendari

15 April 2011 Stamar Paotere

1, 2, 5 April 2011 Stamet Palu

Suhu Udara

< 150C -

11 2 April 2011 Stamet Tator

12 6, 7, 16, 18 April 2011 Stamet Tator

13 16, 17, 21, 25, 27, 28, 29, 30 Maret 2011

4, 10 12, 17 April 2011 Stamet Tator

14 18, 19, 20, 22, 26, 31 Maret 2011

1, 5, 8, 11, 13, 14, 15 April 2011 Stamet Tator

(15)

KRITERIA KECEPATAN ANGIN

(KNOTS) TANGGAL KEJADIAN TEMPAT

Kec. Angin >=25 knots

27 01 April 2011 Stamar Paotere

35 02 April 2011 Stageof Tondano

35 02 April 2011 Stamar Bitung

30 02 April 2011 Stamar Paotere

28 02 April 2011 Stamet Morotai

30 06 April 2011 Stamet Hasanuddin

25 06 April 2011 Stamet Ternate

27 16 April 2011 Stamet Hasanuddin

31 18 April 2011 Stamar Paotere

INTENSITAS CURAH HUJAN YANG TERJADI

(MM/HARI) TANGGAL KEJADIAN TEMPAT

Hujan Lebat (50–100 mm/hari)

55 16 Maret 2011 Stamet Bandanaera

83 20 Maret 2011 Stamet Naha

66 20 Maret 2011 Stageof Tondano

55 20 Maret 2011 Stamet Gorontalo

50 20 Maret 2011 Stamet Sanana

67 21 Maret 2011 Stamet Pomalaa

52 22 Maret 2011 Stamet Sam Ratulangi

62 22 Maret 2011 Stageof Gowa

58 23 Maret 2011 Stamet Gorontalo

53 23 Maret 2011 Stamet Palu

53 23 Maret 2011 Stamar Kendari

70 24 Maret 2011 Staklim Kayuwatu

84 24 Maret 2011 Stamet Sam Ratulangi

67 24 Maret 2011 Stamar Bitung

53 24 Maret 2011 Stamet Toli-toli

63 24 Maret 2011 Stamet Ternate

(16)

INTENSITAS CURAH HUJAN YANG TERJADI

(MM/HARI) TANGGAL KEJADIAN TEMPAT

Hujan Lebat (50–100 mm/hari)

65 24 Maret 2011 Stamet Geser

58 25 Maret 2011 Stamar Paotere

52 25 Maret 2011 Bawil IV

62 25 Maret 2011 Stamet Tual

56 26 Maret 2011 Stamet Naha

61 26 Maret 2011 Stamar Paotere

61 26 Maret 2011 Staklim Maros

68 26 Maret 2011 Bawil IV

84 27 Maret 2011 Stageof Gowa

84 27 Maret 2011 Stamet Galela

57 27 Maret 2011 Stamet Amahai

61 28 Maret 2011 Stamar Paotere

56 28 Maret 2011 Bawil IV

74 28 Maret 2011 Stamet Namlea

62 01 April 2011 Stamet Hasanuddin

52 03 April 2011 Stamet Majene

83 04 April 2011 Stamet Tual

54 06 April 2011 Stamet Sam Ratulangi

63 09 April 2011 Stageof Tondano

59 09 April 2011 Stamet Amahai

63 10 April 2011 Stamet Tator

93 10 April 2011 Stamar Paotere

60 10 April 2011 Stamet Labuha

57 11 April 2011 Stamet Saumlaki

51 15 April 2011 Stamar Paotere

53 15 April 2011 Bawil IV

Hujan sangat lebat (>100 m/hari)

100 01 April 2011 Staklim Maros

(17)

A. PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN MEI 2011

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa serta mempertimbangkan kondisi dan dinamika atmosfer diwilayah Indonesia dan sekitarnya, maka diprakirakan sifat hujan bulan Mei 2011 di Sulawesi – Maluku umumnya bersifat Normal (N) dan Atas Normal (AN). Selengkapnya sebagai berikut :

SIFAT HUJAN

DAERAH

SULAWESI MALUKU

Atas Normal Toli-toli, Naha, Kayuwatu, Winangun, dan Toraja

Tual, Saumlaki, Namlea, Geser, Amahai, Kairatu, Pattimura,

Bandanaera dan Galela

Normal

Poso, Palu, Bitung, Naha, Tondano, Gorontalo, Betoambari, Kendari, Pomalaa, Maros, Hasanuddin,

Paotere, Gowa, Masamba, Barombong, Majene

Labuha, Sanana, dan Ternate

Bawah Normal Bubung Luwuk -

B. PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN MEI 2011

Berdasarkan hasil Perhitungan dan analisa prakiraan sifat hujan wilayah Sulawesi dan Maluku seperti pada uraian di atas, maka prakiraan Curah hujan bulan Mei 2011 di Sulawesi dan Maluku sebagai berikut :

Kriteria (mm)

DAERAH

SULAWESI MALUKU

0-20 - -

21-50 - -

51 – 100 Bubung Luwuk, Palu, Paotere, dan Barombong -

101 – 150 Panakkukang, Gowa, dan Majene -

151 – 200 Gorontalo, Betoambari, Maros, dan Hasanuddin Namlea

201 – 300 Poso, toli-toli, Bitung, Naha, Tondano, Winangun,

Kendari, dan Pomalaa Labuha, Sanana, dan Ternate

301 – 400 Sam Ratulangi, Kayuwatu, Winangun Tual, Amahai, Kairatu

401 – 500 Masamba Saumlaki, Geser, Pattimura,

Bandanaera, Galela

(18)

OT MAG DEPTH (WITA) (SR) LONG LAT (KM)

DATE EPICENTER REMARK

1 7/4/2011

Pusat gempa berada di darat 115 km Tenggara Tanjungredep, Samarinda, Kalimantan Timur

Dirasakan di Tanjungredep 2 MMI 11

19:34:25 4.5 1.25 118.02 NO

A. Gempa Bumi Dirasakan Di Wilayah Sulawesi Maluku

Berdasarkan data gempabumi yang ada, gempa bumi yang dirasakan di Sulawesi dan Maluku dengan magnitudo ≥ 4,0 Skala Richter pada bulan April 2011

Sumber :

(19)

LAMPIRAN I : PENGERTIAN ISTILAH

Curah Hujan (mm)

1. Merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap,tidak

meresap dan tidak mengalir.

2. Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar

tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

Sifat Hujan

1. Merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periade musim kemarau) dengan jumlah curah hujan

normalnya (rata-rata selama 30 tahun). 2. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu :

a. Diatas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115 % terhadap rata-ratanya. b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85 %

- 115 % terhadap rata-ratanya. c. Dibawah Normal (BN), jika nilai curah hujan

kurang dari 85 % terhadap rata-ratanya.

Rata-rata curah hujan Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan

dengan periode minimal 10 tahun.

Normal curah hujan

1. Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selam 30 tahun

2. Standard normal curah hujan bulanan yaitu : a. 1 DESEMBER 1971 s/d 31 Desember 2000

Stamet Singkatan dari Stasiun Meteorologi.

Staklim Singkatan dari Stasiun Klimatologi.

(20)

LAMPIRAN II :

KEKUATAN ANGIN DALAM SKALA BEAUFORT DI DARAT

BILANGAN

(21)

LAMPIRAN III :

KEKUATAN ANGIN DALAM SKALA BEAUFORT DI LAUT

BILANGAN BEAUFORT

NAMA

KEADAAN URAIAN GEJALA YANG DIAMATI

LAJU ANGIN

Terbentuk riak menyerupai sisik tetapi tanpa puncak busa.

Riak gelombang kecil, masih pendek tetapi lebih tampak puncak mempunyai

kenampakan bagai kaca. Riak gelombang besar, puncak puncaknya mulai memecah: busa dengan kenampakan bagai kaca : gelombang berpuncak busa yang disebut tudung putih, bertebaran.

Gelombang kecil kecil menjadi lebih panjang : adanya tudung putih cukup sering.

Gelombang sedang, bentuknya tampak lebih panjang dan jelas: banyak tudung putih.

Gelombang besar mulai terbentuk: puncak busa putih lebih besar di mana mana (mungkin dengan sedikit percikan).

Laut bergelombang bertumpuk-tumpuk keatas dan busa putih dari gelombang yang terpecah pecah mulai memercik-mercik

Gelombang tinggi, percikan busa yang rapat menurut arah angin, puncak gelombang rapat menuruti arah angin, lautan kelihatan putih, ombak laut yang menggulung-gulung menjadi lebih kuat dan menggebu-gebu, jarak pandang terpengaruh.

Ombak yang luar biasa tinggi (kapal berukuran kecil dan sedang dapat sejenak hilang dari pandangan dibelakang ombak),

(22)
(23)

KABUPATEN/

2 STAMAR KENDARI 268 228 - 308 557 2002 80 2008 313/ 24 A

3 SM. POMALAA 251 213 - 289 382 2005 153 2006 224/ 18 N

VII. SULAWESI SELATAN

1 SK. MAROS 398 338 - 458 754 2002 166 1991 578/ 24 A

2 SM. HASANUDDIN 358 304 - 412 656 2004 118 1983 440/ 24 A

3 PANAKKUKANG 356 303 - 409 607 2001 100 1983 621/ 21 A

4 STAMAR. PAOTERE 348 296 - 400 758 1987 128 1991 593/ 28 A

5 SG. GOWA 345 293 - 397 782 1984 74 1983 577/ 28 A

6 SM. MASAMBA 396 337 - 455 757 1992 186 1985 301/ 23 B

7 PANAIKANG (BALAI IV) 357 303 - 411 679 2001 82 2003 492/ 25 A

8 PONGTIKU/ TATOR 307 261 - 353 520 2010 104 2006 324/ 24 N

VIII. SULAWESI BARAT

(24)

KABUPATEN/

7 SM. PATTIMURA 385 327 - 443 873 1985 101 1997 >443 a

8 SM. BANDANAERA 299 254 - 344 613 1994 49 1997 >344 a

II. MALUKU UTARA

4 SM. TOLI-TOLI 161 137 - 185 361 1988 44 1990 >185 a

IV. SULAWESI UTARA

1 STAMAR BITUNG 198 168 - 228 440 1983 44 1980 168 - 228 n

2 SM. SAM RATULANGI 267 227 - 307 475 1963 82 1986 >307 a

3 SM. NAHA 262 223 - 301 626 2004 73 1980 223 - 301 n

4 SG. TONDANO 220 187 - 253 386 2006 110 2003 187 - 253 n

5 SK. KAYUWATU 239 203 - 275 588 2010 82 1997 >275 a

6 SG. WINANGUN 193 164 - 222 426 1987 72 1997 >222 a

V. GORONTALO

8 PONGTIKU/ TATOR 248 211 - 285 520 2010 104 2006 >285 a

VII SULAWESI BARAT

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

LAMPIRAN XI :

SKALA INTENSITAS GEMPA BUMI

MENURUT MODIFIED MARCALLI INTENSITY (MMI), 1931

Skala Modified Marcalli Intensity (MMI) lebih subyektif, karena besarnya intensitas gempa bumi tergantung dari

seberapa jauh lokasi pengamat dari pusat gempa bumi. Tingkat intensitas dari I sampai dengan XII menggambarkan akibat yang ditimbulkan oleh gempa bumi dan reaksi terhadap gempa bumi, semakin jauh

suatu tempat dari episenter (pusat gempa), maka intensitasnya semakin kecil.

I. Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang

VII. Tiap-tiap orang keluar rumah, kerusakan ringan pada rumah-rumah dan bangunan dengan

kontruksi yang baik dan tidak baik, cerobong asap pecah/retak-retak, terasa oleh orang yang

naik kendaraan.

II. Getaran dirasakan oleh beberapa orang,

benda-benda ringan yang digantung bergoyang

VIII. Kerusakan ringan pada bangunan-bangunan

dengan kontruksi yang kuat, retak-retak pada bangunan yang kuat, dinding dapat lepas dari

rangka rumah, cerobong asap dari

pabrik-pabrik dan monumen roboh, air jadi keruh

III. Getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa

getaran seakan-akan ada truk lewat

IX. Kerusakan pada bangunan yang kuat,

rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak-retak pada bangunan yang kuat, rumah tampak

agak berpisah dari pondamennya, pipa-pipa dalam tanah putus.

IV. Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah, di luar beberapa orang terbangun,

gerabah pecah, jendela, pintu gemerincing,

dinding berbunyi karena pecah

X. Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka-rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah

terbelah, rel melengkung, tanah longsor di

tiap-tiap sungai dan tanah-tanah yang curam, air bah

V. Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, jendela

dsb pecah, barang-barang terpelanting, pohon-pohon, tiang-tiang, barang besar tampak

bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti

XI. Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri, jembatan rusak, terjadi lembah, pipa

dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali

VI. Getaran dirasakan oleh semua penduduk,

kebanyakan terkejut dan lari keluar, plester

dinding terjatuh dan cerobong asap dari pabrik rusak, kerusakan ringan

XII. Hancur sama sekali, gelombang tampak pada

permukaan tanah, pemandangan menjadi gelap,

(30)

OT MAG DEPTH (UTC) (SR) LAT LONG (KM)

1 4/1/2011 10:13:59 4.6 -1.71 122.95 40 Sulawesi, Indonesia

2 4/3/2011 15:14:47 4.1 -3.19 130.63 10 Seram, Indonesia

3 4/3/2011 15:03:11 3.7 -3.13 130.56 79 Seram, Indonesia

4 4/3/2011 11:58:16 4.7 -6.81 130.64 110 Banda Sea

5 4/3/2011 8:46:45 3.1 -0.24 122.88 122 Minahassa Peninsula, Sulawesi

6 4/3/2011 1:48:27 4.0 0.82 127.29 143 Halmahera, Indonesia

7 4/4/2011 19:31:47 3.9 -4.01 129.02 20 Banda Sea

8 4/4/2011 11:48:15 4.0 0.17 120.16 10 Minahassa Peninsula, Sulawesi

9 4/4/2011 7:37:57 3.6 -2.96 129.35 10 Seram, Indonesia

10 4/5/2011 21:30:39 4.6 3.41 127.19 14 Talaud Islands, Indonesia

11 4/5/2011 17:53:48 4.7 3.11 127.16 10 Talaud Islands, Indonesia

12 4/5/2011 16:38:02 4.0 2.83 127.13 10 Northern Molucca Sea

13 4/5/2011 16:13:59 4.0 2.67 127.11 10 Northern Molucca Sea

14 4/5/2011 12:04:52 3.8 -0.75 119.91 10 Minahassa Peninsula, Sulawesi

15 4/5/2011 11:14:16 5.5 3.18 127.20 10 Talaud Islands, Indonesia

16 4/5/2011 9:34:21 4.5 -3.35 130.61 10 Seram, Indonesia

17 4/5/2011 7:46:18 5.3 3.26 127.34 10 Talaud Islands, Indonesia

18 4/5/2011 5:42:01 4.5 2.96 127.36 10 Northern Molucca Sea

19 4/5/2011 5:38:39 4.2 1.02 126.82 10 Northern Molucca Sea

20 4/6/2011 23:49:42 5.0 3.25 127.10 46 Talaud Islands, Indonesia

21 4/6/2011 21:48:47 4.0 2.06 126.38 19 Northern Molucca Sea

22 4/6/2011 20:40:30 4.0 0.28 125.60 144 Northern Molucca Sea

23 4/6/2011 20:16:24 5.1 -3.68 130.89 10 Seram, Indonesia

24 4/6/2011 19:04:27 3.6 -3.37 130.65 118 Seram, Indonesia

25 4/6/2011 18:40:10 4.3 -6.04 129.95 189 Banda Sea

26 4/6/2011 11:40:36 3.2 -2.41 121.63 10 Sulawesi, Indonesia

27 4/6/2011 10:14:47 3.5 -4.01 129.38 10 Banda Sea

28 4/6/2011 3:46:02 4.5 1.27 125.35 75 Northern Molucca Sea

29 4/6/2011 0:00:56 3.4 -0.21 123.19 91 Minahassa Peninsula, Sulawesi

30 4/7/2011 16:14:26 3.8 -2.69 122.12 10 Sulawesi, Indonesia

31 4/7/2011 13:29:19 4.7 -6.28 118.71 651 Flores Sea

32 4/7/2011 12:34:27 4.5 1.35 118.08 154 Borneo

33 4/7/2011 7:50:55 3.7 -0.88 120.27 10 Minahassa Peninsula, Sulawesi

34 4/7/2011 5:49:25 3.2 -2.57 122.60 27 Sulawesi, Indonesia

35 4/7/2011 3:35:23 3.6 -0.09 120.23 10 Minahassa Peninsula, Sulawesi

36 4/7/2011 3:05:05 3.4 -1.34 121.15 10 Sulawesi, Indonesia

37 4/7/2011 1:05:21 3.5 -2.70 121.74 10 Sulawesi, Indonesia

38 4/8/2011 14:26:12 3.6 -1.94 127.76 15 Halmahera, Indonesia

39 4/8/2011 10:06:46 3.6 0.65 122.13 197 Minahassa Peninsula, Sulawesi

40 4/8/2011 1:36:21 3.3 -0.32 121.98 10 Minahassa Peninsula, Sulawesi

41 4/8/2011 0:56:54 5.0 -7.85 123.51 232 Banda Sea

42 4/9/2011 15:16:53 4.6 1.61 128.74 10 Halmahera, Indonesia

43 4/10/2011 12:20:32 4.4 0.24 122.10 177 Minahassa Peninsula, Sulawesi

44 4/11/2011 16:24:34 2.9 -0.38 123.06 40 Minahassa Peninsula, Sulawesi

45 4/12/2011 12:27:41 2.9 -3.65 129.03 10 Seram, Indonesia

NO TANGGAL EPICENTER LOKASI

EPISENTER GEMPA BUMI DI WILAYAH SULAWESI – MALUKU

PERIODE : APRIL 2011

(31)

OT MAG DEPTH (UTC) (SR) LAT LONG (KM)

46 4/12/2011 11:20:41 4.3 0.35 125.56 10 Northern Molucca Sea

47 4/12/2011 4:07:16 3.3 -3.17 129.10 10 Seram, Indonesia

48 4/13/2011 18:17:35 3.9 -1.10 122.96 0 Sulawesi, Indonesia

49 4/13/2011 9:57:03 4.9 -4.65 126.73 367 Banda Sea

50 4/14/2011 20:56:08 4.6 -6.65 125.51 531 Banda Sea

51 4/14/2011 3:29:00 4.4 1.33 126.82 20 Northern Molucca Sea

52 4/14/2011 1:20:19 4.7 -7.32 127.27 10 Banda Sea

53 4/15/2011 20:47:38 4.6 1.49 117.03 429 Borneo

54 4/15/2011 14:56:35 3.0 -2.85 129.68 10 Seram, Indonesia

55 4/15/2011 3:10:35 5.2 -6.77 130.15 104 Banda Sea

56 4/16/2011 22:02:24 3.9 -3.93 128.42 26 Seram, Indonesia

57 4/16/2011 16:29:27 4.6 1.99 126.69 56 Northern Molucca Sea

58 4/16/2011 16:24:32 3.0 -2.42 120.87 11 Sulawesi, Indonesia

59 4/16/2011 6:29:13 3.9 -2.83 129.85 29 Seram, Indonesia

60 4/16/2011 1:25:26 4.5 0.30 126.64 10 Northern Molucca Sea

(32)
(33)
(34)

1 BANDA ACEH 95o45 ' BT 5o31 ' U 18o44 ' WIB 18o46 ' WIB 0o 3.13 ' 289o20.18 ' 285o34.68 ' -3o-45 ' Bulan Utara Matahari 3o 46 '

NO NAMA KOTA LONGITUDE LATITUDE Jarak Sudut

(35)
(36)
(37)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

DATA TERBIT MATAHARI UNTUK WILAYAH SULAWESI SELATAN BULAN : MEI 2011

(38)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

38 ' 58 " BT 17:58 17:58 17:57 17:57 17:57 17:57 17:57 17:57 17:57 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56

12 PANGKEP 4o

50 ' 17 " LS 119o

32 ' 57 " BT 17:57 17:57 17:57 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55

13 MAROS 5o 0 ' 59 " LS 119o34 ' 27 " BT 17:57 17:57 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55

14 LUWU UTARA 2o33 ' 26 " LS 120o19 ' 28 " BT 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55

15 LUWU TIMUR 2o31 ' 49 " LS 121o21 ' 22 " BT 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55

16 LUWU 3o 0 ' 24 " LS 120o13 ' 5 " BT 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55

17 SELAYAR 6o11 ' 47 " LS 120o27 ' 12 " BT 17:52 17:52 17:52 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:50 17:50 17:50 17:50 17:50 17:50 17:50

18 JENEPONTO 5o40 ' 22 " LS 119o44 ' 59 " BT 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:54 17:54 17:54 17:54 17:54 17:54 17:53 17:53 17:53 17:53

19 GOWA 5o13 ' 4 " LS 119o28 ' 9 " BT 17:57 17:57 17:57 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55

20 ENREKANG 3o33 ' 39 " LS 119o46 ' 9 " BT 17:58 17:57 17:57 17:57 17:57 17:57 17:57 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56

21 BULUKUMBA 5o31 ' 27 " LS 120o17 ' 21 " BT 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:51 17:51 17:51 17:51

22 BONE 4o33 ' 49 " LS 120o19 ' 52 " BT 17:54 17:54 17:54 17:54 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:52 17:52 17:52

23 BARRU 4o

25 ' 0 " LS 119o

36 ' 54 " BT 17:57 17:57 17:57 17:57 17:57 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:55 17:55 17:55

24 BANTAENG 5o

32 ' 25 " LS 119o

57 ' 18 " BT 17:55 17:54 17:54 17:54 17:54 17:54 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:52 17:52

LONGITUDE T A N G G A L

58 ' 38 " LS 119o53 ' 44 " BT 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:57 17:57 17:57 17:57 6 TANA TORAJA 3o 6 ' 18 " LS 119o51 ' 8 " BT 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:57 17:57 17:57 17:57 18 JENEPONTO 5o40 ' 22 " LS 119o44 ' 59 " BT 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 17:53 19 GOWA 5o13 ' 4 " LS 119o28 ' 9 " BT 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 20 ENREKANG 3o33 ' 39 " LS 119o46 ' 9 " BT 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 17:56 21 BULUKUMBA 5o31 ' 27 " LS 120o17 ' 21 " BT 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 17:51 22 BONE 4o33 ' 49 " LS 120o19 ' 52 " BT 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:52 17:53 23 BARRU 4o25 ' 0 " LS 119o36 ' 54 " BT 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:55 17:56 17:56

T A N G G A L NO. NAMA KOTA LATITUDE LONGITUDE

(39)

REPORTASE

KEGIATAN DALAM RANGKA MEMPERINGATI

HARI METEOROLOGI DUNIA KE 61

(40)

Gambar

 Gambar 1:  Anomali Suhu Muka Laut bulan April 2011
Gambar 3 : Pola arus angin 3000 feet
Gambar 4 :  Posisi gangguan tropis
Gambar 7 : Prediksi SST bulan  Mei, Juni dan Juli 2011
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jadi indeks kepadatan lalat tinggi dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan lalat pada TPS dan bila mungkin direncanakan upaya

.D Da at ta a F Fl lo ow w D Di ia ag gr ra am m ( (D DF FD D) ) 0 Aplikasi Admin Reseller Operator Username Password Data Users Data Toko Data Produk Data Rekening Hak

Terbentuknya lapisan oksida pada permukaan logam yang dianodisasi bergantung pada jenis larutan elektrolit yang digunakan, lapisan dasar oksida (barrier type oxide film) dan

Setelah lapisan ini terbentuk dan tumbuh hingga mencapai ketebalan maksimal (tergantung pada kondisi proses), maka akan terbentuk lapisan oksida (porous anodic coating). Lapisan

Pembelajaran fisika di kelas XI IPA SMA Negeri 14 Pekanbaru dengan menerapkan strategi pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) dapat meningkatkan hasil belajar

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Alat Hitung Abakus dapat digunakan untuk

Faktor-faktor tersebut adalah: biogeofisik, sosial budaya, sosial ekonomi (masuk dalam komponen lingkungan hidup); tata laksana penghijauan dan pedoman pelaksanaan (masuk

Dari hasil analisis pada penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) efektif untuk meningkatkan berfikir kritis