• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan kepadatan lalat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "laporan kepadatan lalat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

TUGAS TUGAS MATA KULIAH MATA KULIAH PENGENDALIAN VEKTOR PENGENDALIAN VEKTOR DISUSUN OLEH DISUSUN OLEH RAHMADHANIA :1613201138 RAHMADHANIA :1613201138

STIKes FOR DE KOCK

STIKes FOR DE KOCK

BUKITTINGGI

BUKITTINGGI

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

2017

2017

(2)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lalat merupakan ordo dipteral yang artinya serangga yang mempunyai dua sayap,  berbentuk membran dan saat ini diseluruh dunia dapat dijumpai sekitar ± 60.000 –  100.000 spesies lalat (Santi, 2001). Lalat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Animalia Phylum: Arthropoda Class: Hexapoda Ordo: Diptera Family: Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll. Genus: Musca, Stomoxys, Fannia, Sarcophaga, dll. Spesies: Musca domestica, Fannia canicularis, Lucilia sertica, dll.

Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan. Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan agent infection dari sumber infeksi kepada host yang rentan (Kusnoputranto, 2000).

Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah daerah tersebut  potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. Metode pengukuran kepadatan lalat

yang populer dan sederhana adalah dengan menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal. Keuntungan penggunaan flygrill diantaranya adalah mudah, cepat dan murah. Dengan demikian dapat dengan cepat menentukan kriteria suatu daerah potensial atau tidak.

Kendati demikian, flygrill mempunyai beberapa kelemahan. Utamanya adalah bahwa flygrill sangat tidak cocok untuk menghitung kepadatan lalat, dimana populasinya sangat  banyak atau sangat sedikit. Dalam kondisi seperti itu, penghitungan kepadatan lalat dengan

flygrill, hasilnya tidak dapat mewakili keadaan yang sesungguhnya.

Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat, utamanya adalah perumahan, rumah makan dan tempat pembuangan sampah. Selain itu, bisa juga dilakukan di kandang ternak yang berdekatan dengan pemukiman manusia.

(3)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui cara survey kepadatan lalat (fly indeks) dengan menggunakan fly grill

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui alat dan bahan dalam menghitung kepadatan lalat 2. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan fly trap

3. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung kepadatan lalat 4. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung fly indeks lalat

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lalat

Lalat termasuk dalam kelompok serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha dan ordo  Diptera. Secara morfologi, lalat mempunyai struktur tubuh berbulu, mempunyai antena yang berukuran pendek dan mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga kestabilan saat terbang). Lalat mampu terbang sejauh 32 km dari tempat  perkembangbiakannya. Meskipun demikian, biasanya lalat hanya terbang 1,6-3,2 km dari tempat

tumbuh dan berkembangnya lalat.

Lalat juga dilengkapi dengan sistem penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Model  penglihatan lalat ini juga menjadi “ilham” bagi ilmuwan kedokteran untuk menciptakan sebuah

alat pencitraan (scan) baru.

Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap.

2.2 Jenis

 – 

 jenis Lalat

1. Lalat Rumah ( Musca domestica)

Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek.Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke

(5)

arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri  pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya.

2. Lalat kecil ( Fannia canicularis)

Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih kecil. Mereka membiak di kotoran manusia dan hewan dan juga dibagian- bagian tumbuhan yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang membusuk.

3. Lalat kandang (Stomaxys calcitrans)

Mereka menyerupai lalat rumah biasa, tetapi mereka mempunyai kebiasaan untuk menggigit. Tempat pembiakan hanya di tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25 hari. Jenis lalat ini tidak penting untuk tranmisi penyakit manusia tetapi mereka bisa memindahkan penyakit-penyakit pada binatang.

4. Lalat hijau (Chrysomya bezziana )

Jenis-jenis ini meletakkan telur-telur mereka pada daging. Jenis-jenis lalat ini lebih jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran daripada lalat rumah biasa, karena itu mereka dianggap tidak terlalu penting sebagai vektor penyakit manusia.

5. Lalat daging (Sarcophaga)

Jenis-jenis lalat ini termasuk dalam genus Sarcophaga, artinya pemakan daging. Ukuran mereka besar dan terdapat bintik meraka pada ujung badan mereka. Larva dari banyak jenis- jenis lalat ini hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam kotoran binatang. Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan larva. Mereka jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran dan karena itu mereka tidak penting sebagai vektor mekanis  penyakit manusia. Tetapi mereka bisa menyebabkan myasis pada manusia.

2.3 Siklus Hidup Lalat

Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu  berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang

(6)

relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini  berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk  perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari.

Dalam waktu 3-4 hari, seekor lalat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 500 butir. Dengan kemampuan bertelur ini, maka dapat diprediksikan dalam waktu 3-4 bulan, sepasang lalat dapat beranak-pinak menjadi 191,01 x 1018 ekor (dengan asumsi semua lalat hidup). Bisa kita bayangkan, dengan kemampuan berkembang biak lalat tersebut dapat memberikan ancaman tersendiri.

2.4 Menghitung Kepadatan Lalat

Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah daerah tersebut  potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. Metode pengukuran kepadatan lalat yang  populer dan sederhana adalah dengan menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal.

Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat, utamanya adalah perumahan, rumah makan dan tempat pembuangan sampah.

Keuntungan penggunaan flygrill diantaranya adalah mudah, cepat dan murah. Dengan demikian dapat dengan cepat menentukan kriteria suatu daerah potensial atau tidak.

Untuk mengetahui angka kepadatan lalat disuatu wilayah dilakukan dengan cara mengukur angka kepadatan lalat. Pengukuran populasi lalat hendaknya dapat dilakukan pada:

a. Setiap kali dilakukan pengendalian lalat (sebelum dan sesudah)

 b. Memonitoring secara berkala, yang dilakukan setidaknya 3 bulan sekali.

Angka rata-rata penghitungan lalat merupakan petunjuk (indeks) populasi pada suatu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interprestasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau fly grill  adalah sebagai berikut :

(7)

a. 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah

 b. 3  –  5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembang  biakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain)

c. 6  –   20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.

d. > 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat –  tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan pengendalian lalat.

2.5 Penyakit yang disebabkan Oleh Lalat  Kolera  Thypus  Disentri  Parathypus  Conjunctivitis  Trachoma dan  Poliomyelitis  Myasis  Tulameria  Anthrax 2.6 Pemberantasan Lalat

Pemberantasan lalat melibatkan masyarakat secara keseluruhan. Sampah sangat erat hubungannya dengan timbul dan berkembangnya lalat itu sendiri. Oleh karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan –   kegiatan yang berkaitan dengan sampah, maka masalah lalat  juga merupakan masalah sosial.

Karena itu dalam penanganannya perlu melibatkan masyarakat secara bersama –   sama. Sampah yang mudah membusuk ( garbage ) merupakan media tempat berkembang biaknya lalat. Bahan  –   bahan organik yang membusuk, baunya merangsan lalat untuk dating mengerumuni, karena bahan –  bahan yang membusuk tersebut merupakan makanan mereka.

(8)

Pengendalian lalat dapat berjalan dengan baik karena system pengelolaan sampah yang  baik pula. Adapun komponen  –   komponen dalam sistem pengelolaan sampah yang harus mendapat perhatian agar lalat tidak ada kesempatan untuk bersarang dan berkembang biak adalah mulai dari :

1. Penyimpanan setempat ( onsite storage ) yang tempat penyimpana sampahdimana sampah dihasilkan ( biasanya berbentuk bak  –   bak di rumah tangga dsb ), yang harus memenuhi syarat agar lalat tidak dapat menjangkaunya diantaranya adanya bak  –   bak yang tertutup rapat, baik pada waktu kosong maupun terisi.

2. Pengumpulan sampah dari tempat penyimpanan setempat ke tempat pengumpulan sampah ( TPS ) atau langsung ke tempat pembuangan akhir, yang setidak –  tidaknya alat  pengumpul/pengangkut dipersyaratkan tertutup rapat agar tidak terjangkau lalat.

3. Transfer dan transport, yaitu tempat pengumpulan sampah dan pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir, yang di persyaratkan untuk TPS harus bersih/tersangkut ( tak ada sisa sampah pada waktu sore/malam hari, atau sebaiknya TPS terlindung tak terjangkau lalat dan binatang pengganggu lainnya.

4. Tempat pembuangan akhir ( TPA ) yang sebaiknya menggunakan metode  sanitary landfill.

Keterlambatan pengangkutan sampah juga akan menjadi peluang bagi bersarangnya lalat. Kebersihan di rumah tangga atau instansi  –   instansi pemerintah, perkantoran, tempat  –  tempat umum sebagainya merupakan syarat mutlak agar lembaga –   lembaga tersebut terbebas dari lalat. Oleh karena itu kesadaran akan perlunya berperilaku sehat dan lingkungan menjadi kewajiban seluruh komponen masyarakat. Yang perlu mendapat perhatian adlah pola berfikir  bahwa lalat harus diisolasi dari makanan mereka yang pada dasarnya lalat akan terangsan oleh  bau yang busuk, amis, anyir, dan sejenisnya. Di sampi itu pemberantasan lalat dapat juga dilakukan dengan menggunakan insektisida, sekalipun hal inii kurang efektif. Biasanya ini dilakukan di tempat –  tempat khusus seperti tempat pembuangan akhir sampah. Secara singkat tindakan –  tindakan yang diperlukan untuk pemberantasan lalat adalah :

1. Menjaga kebersihan secara umum,

2. Menempatkan sampah pada container yang tertutup rapat sebelum sampah diangkut dan dibuang ke TPA,

(9)

3. Mengadakan TPS sampah yang dilengkapi dengan kontener  –   kontener besar yang tertutup rapat,

4. Menghindari adanya dan timbulnya open dumps,

(10)

BAB III ISI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Hari/Tanggal : Sabtu / 20 Januari 2018 Waktu : 09.00 s/d selesai

Lokasi pengukuran : TPS Pasar Ibuh Payakumbuh

3.2 Alat dan Bahan

ALAT - Fly trap - Counter - Stopwatch BAHAN - Format pencatatan 3.3 Cara Kerja 1. Fly Grill

a. titik pengamatan dilakukan di pusat

 b. Pasang fly grill pada tempat yang akan ditentukan kepadatan lalatnya.

c. Hitung jumlah lalat yang hinggap pada fly grill sebanyak 10 kali dalam 30 detik

d. Ambil sebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan lalat yang tertinggi, kemudian dirata-ratakan.

e. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat atau indeks lalat

(11)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan dengan Fly Grill

Titik

Pengamatan

Jumlah Lalat 5 titik tertinggi Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pusat 3 7 5 6 8 2 4 7 5 6 8,7,7,6,6 6.8

Jumlah 6,8

Rata-rata ( Indeks Lalat ) = 6,8

Interprestasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau fly grill  adalah sebagai berikut :

a. 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah

 b. 3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat  berkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan

lain-lain)

c. 6 –  20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat  berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya  pengendaliannya.

d. > 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat – tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan  pengendalian lalat.

Hasil indeks lalat yang ditemukan sebanyak 6,8. Jadi indeks kepadatan lalat tinggi dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat  perkembangbiakan lalat pada TPS dan bila mungkin direncanakan upaya  pengendaliannya.

(12)

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) termasuk dalam ordo diphtera yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membrane . Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. Metode pengukuran kepadatan lalat yang populer dan sederhana adalah dengan menggunakan alat flygrill dan fly trap . Interprestasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau fly grill  adalah sebagai berikut :

e. 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah

f. 3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat  berkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan

lain-lain)

g. 6 –  20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat  berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya  pengendaliannya.

h. > 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat – tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan  pengendalian lalat.

Hasil indeks lalat yang ditemukan sebanyak 6,8. Jadi indeks kepadatan lalat tinggi dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan lalat pada TPS dan bila mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.

3.2 SARAN

1. Diharapkan pengelola pasar dapat menciptakan lingkungan sakitar pasar yang bersih untuk menghindari lalat berkembang biak 

2. Menjalin kerjasama antara lintas sector dengan masyarakat dan pengelola pasar dalam menjaga kebersihan pasar

(13)

DAFTAR PUSTAKA http://lingk-sehat.blogspot.com/2012/12/menghitung-kepadatan-lalat.html http://meitasarikusumastuti.blogspot.com/2012_01_01_archive.html http://kesling1.blogspot.com/2012/07/kepadatan-lalat.html http://environmentalsanitation.wordpress.com/2010/06/01/standard-operational-procedure-sanitarian/ http://cai-sl.blogspot.com/2012/06/pengertian-fly-grill-dan-metode.html http://audrywulan.blogspot.com/2009/11/pengukuran-kepadatan-lalat-di-area-tpa.html

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan lalat Musca domestica pada berbagai warna fly grill di Tempat Pembuangan Sampah Karangrejo Semarang, sehingga

berjudul HIGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN SERTA TINGKAT KEPADATAN LALAT PADA TEMPAT PEMBUATAN KERIPIK SANJAI BALADO DI KECAMATAN PAYAKUMBUH BARAT KOTA

terhadap higiene dan sanitasi pengelolaan makanan serta tingkat kepadatan lalat pada tempat pembuatan keripik sanjai balado di Kecamatan Payakumbuh Barat.

Hasil penelitian di tujuh lokasi pengukuran kepadatan lalat yang dilakukan di RSUD Dokter Tengku Mansyur yaitu pada tempat sampah ruangan instalasi gizi sebanyak

Pengukuran kepadatan lalat dilakukan menggunakan instrumen fly grill. Pengukuran kepadatan lalat dengan cara meletakkan fly grill di sekitar luar rumah responden

Lalat dapat menjadi vektor penyakit yang endemik dan perlu penanganan serius jika suatu daerah ditemukan dengan lalat kepadatan tinggi, oleh karena itu perlu diketahui keanekaragaman

Diketahui terdapat hubungan yang signifikat antara sanitasi kandang ayam dengan kepadatan lalat di Perumahan tersebut dengna nilai p value 0,001.[11] Berdasarkan hasil observasi yang

Hasil penelitian tentang Pengaruh Variasi Umpan Terhadap Kepadatan Lalat Pada Perangkap Botol Plastik Air Mineral menunjukan hasil bahwa lalat yang hinggap pada variasi umpan terbanyak