• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEGIATAN PENGUKURAN KEPADATAN DAN PENGENDALIAN LALAT

N/A
N/A
Nisma Naila

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN KEGIATAN PENGUKURAN KEPADATAN DAN PENGENDALIAN LALAT"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN

PENGUKURAN KEPADATAN DAN PENGENDALIAN LALAT BALAI BESAR KEKARANTINAAN KESEHATAN KELAS 1 MAKASSAR

WILAYAH KERJA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

AYU FIRNANDA : C20015

ANISA : C20016

SUWANDI : C20019

NURHASLINDA DARWIS : C20026 SABRIANI KADIR : C20032 MUHAMMAD ASGAR : C20037

NISMAWATI : C20042

LINDA SARI : C20048

NURHIDAYA : C20051

WAHYUNI BINTI S. : C20065 FITRA SARI PALIMBONG : C20087

RAHMAT : C20096

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

STIKES BINA BANGSA MAJENE TAHUN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas hidayah dan rahmat- Nya, kami dapat menyelesaikan tugas laporan kegiatan yang berjudul

“Pengukuran Kepadatan dan Pengendalian Lalat”.

Tersusunnya laporan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan baik dari pembimbing maupun teman-teman kelompok. Oleh karena itu penyusun

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontrubusi dalam penyelesaian laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna baik dari sisi penulisan maupun isi, oleh karena itu kami terbuka untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca agar dapat menjadi pembelajaran dan perbaikan kedepannya.

Makassar, 23 Juni 2023

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

LAPORAN KEGIATAN...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...iv

A. LATAR BELAKANG...1

B. TUJUAN...3

C. WAKTU PELAKSANAAN...3

D. METODE PELAKSANAAN...4

E. STANDAR BAKU MUTU...5

F. HASIL KEGIATAN...6

G. PEMBAHASAN...12

H. REKOMENDASI...18

LAMPIRAN...19

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk vektor lalat...6

Tabel 2 Hasil pengukuran kepadatan lalat di TPS Insinerator Bandara Baru ...6

Tabel 3 Hasil pengukuran kepadatan lalat di TPS BMKG...7

Tabel 4 Hasil pengukuran kepadatan lalat di TPS Terminal Keberangkatan...8

Tabel 5 Hasil pengukuran kepadatan lalat di TPS Taksi Bandara...9

Tabel 6 Hasil pengukuran kepadatan lalat di TPS Basarnas...9

Tabel 7 Hasil pengukuran kepadatan lalat di TPS KKP Bandara ...10

Tabel 8 Survey Vektor Lalat di wilayah kerja Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar...11

(5)

A. LATAR BELAKANG

Kantor Kesehatan Pelabuhan, yang selanjutnya disingkat KKP, adalah Unit Pelaksana Teknis yang melaksanakan upaya mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehehatan masyarakat di wilayah kerja pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara (PERMENKES RI No 33 Tahun 2021).

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang berupa terminal dan tempat berlabu kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayanan dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat

perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Sedangkan Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya (PERMENKES RI No 44 Tahun 2014).

Pelabuhan dan bandara merupakan pintu gerbang lalu lintas barang, orang dan alat transportasi, baik dari dari dalam maupun luar negeri.

Sehingga dengan perkembangan teknologi seperti saat ini maka kemungkinan terjadinya penularan penyakit akan semakin meningkat. Penularan penyakit dapat disebabkan oleh bintang maupun vektor pembawa penyakit yang terbawa oleh alat transportasi maupun oleh vektor yang telah ada di pelabuhan laut atau bandara. Serangga yang termasuk vektor penyakit diantaranya yaitu nyamuk, lalat, kecoa, pinjal dan tungau.

(6)

Salah satu tugas pokok KKP yaitu upaya cegah tangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan di wilayah kerja pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara melalui

Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL) dibidang pengendalian vektor dan binatang penular penyakit serta pembinaan sanitasi dampak risiko

lingkungan.

Dalam PERMENKES RI No 374/MENKES/PER/III/2010,

pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk :

1. Menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau

2. Menghindari kontak dengan vekor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicapai dengan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) merupakan pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan

mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.

Salah satu vektor pembawa penyakit yaitu lalat. Lalat merupakan salah satu vektor penting dalam penyebaran penyakit dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sering dijumpai dalam keseharian kita. Lalat dapat berperan pada ekosistem dalam proses pembusukan, sebagai predator, parasit pada serangga, sebagai polinator, dapat berperan sebagai vektor penyakit saluran pencernaan salah satunya diare.

(7)

Menurut RISKESDAS Prevalensi diare di indonesia berdasarkan diagnosis NAKES mengalami peningkatan dimana pada tahun 2013 tercatat sebayak 4,5% dan pada tahun 2018 mengalami peningkatan sebanyak 2,3%

yaitu 5,8%.

Untuk mengurangi prevalensi penyakit akibat vektor lalat maka perlu dilakukan upaya pengendalian lalat baik secara fisik, kimia, maupun biologi.

Untuk menentukan metode yang akan dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat kepadatan lalat agar nantinya pengendalian yang diberikan sesuai dan efektif dalam mengurangi populasi lalat.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui mengetahui kepadatan dan metode pengendalian lalat di Wilayah kerja Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kepadatan lalat di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di wilayah kerja Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin

b. Untuk mengetahui metode pengendalian lalat di wilayah kerja Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin

C. WAKTU PELAKSANAAN 1. Pengukuran kepadatan lalat

Kegiatan pelaksanaan pengukuran kepadatan lalat di wilayah kerja Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin dilaksanakan pada :

(8)

Hari : Kamis

Tanggal : 22 juni 2023

Waktu : 08:30-selesai

Tempat : TPS (Insinerator Bandara Baru, BMKG, Terminal Keberangkatan, Taksi Bandara, Basarmas, KKP)

2. Pengendalian Lalat (Spraying)

Kegiatan pelaksanaan pengukuran kepadatan lalar di wilayah kerja Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin dilaksanakan pada

Hari : Jumat

Tanggal : 23 juni 2023

Waktu : 09:15-selesai

Tempat :TPS ( Insenerator Bandara Baru, Terminal Keberangkatan, Basarnas )

(9)

D. METODE PELAKSANAAN

a. Pelaksana Kegiatan Pembimbing : Rajiman

Kaimuddin

Pelaksana : Kegiatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa peserta magang Prodi Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Lingkungan STIKes BINA BANGSA MAJENE

b. Alat dan Bahan

Pengukuran kepadatan lalat

1. Alat

Fly Grill

 Envirometer

 Hand Counter

 Stopwatch

 Alat Tulis

2. Bahan

(10)

 Lalat

Pengendalian lalat (Spraying)

1. Alat

 Handsprayen

 Handscoons

 Masker

2. Bahan

 insektisida

c. Prosedur Kerja

Pengukuran kepadatan lalat

1. Disiapkan alat yang digunakan.

2. Ditentukan titik pengukuran tingkat kepadatan lalat (ditepi-tepi atau tempat yang bersudut tajam)

3. Sebelum pengukuran angka kepadatan lalat, terlebih dahulu dilakukan pengukuran lingkungan fisik (suhu, kecepatan angin, kelembaban, pencahayaan)

(11)

4. Diletakkan fly grill pada tempat yang telah di tentukan minimal 1 meter pada daerah yang akan diukur.

5. Dilakukan pemasangan fly grill dengan hati-hati.

6. Disesuaikan masing-masing bilah kayu pada tempat atau lubangnya jangan sampai terjadi ketimpangan.

7. Dihitung lalat yang hinggap dengan alat penghitung (hand counter) selama 30 detik.

8. Dicatat hasil dan jumlah lalat yang hinggap di fly grill setelah 30 detik pertama pada tabel pencatat hasil yang telah disediakan.

9. Dilakukan pemindahan fly grill yakni dengan memundurkannya dari jarak semula kira-kira 1-3 meter setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan (10 kali selama 30 detik).

Pengendalian lalat (Spraying)

1. Siapkan alat dan bahan

2. Lakukan perhitungan kebutuhan bahan

3. Buat pengeceran sesuai dengan hasil perhitungan kebutuhan

4. Hasil pengeceran dimasukkan di masukkan kedalam alat sprayer

5. Tutup alat alat sprayer

(12)

6. Pompa smapai jarum tekanan menujukkan angka 55 psi

7. Bawa alat sprayer dengan menggengdong alat tersebut

8. Lakukan penyemprotan pada tempat sampah pada bagian luar dalamnya

E. STANDAR BAKU MUTU

Standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk vektor dan binatang pembaa penyakit terdiri dari jenis, kepadatan dan habitat perkembangbiakan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 tentang standard baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vektor dan binatang pembawa penyakit serta

pengendaliannya adalah :

Tabel 1

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Untuk Vektor Dan Binatang Pembawa Penyakit

N

o Vektor Parameter Satuan Ukur Nilai Baku

Mutu 1. Lalat Indeks populasi

lalat

Angka rata-rata populasi lalat <2

Interpretasi hasil pengukuran angka kepadatan lalat pada setiap lokasi adalah (Depkes RI, 1992):

0-2 ekor : rendah

3-5 ekor : sedang

(13)

6-20 ekor : tinggi/padat

>20 ekor : sangat tinggi/sangat padat F. HASIL KEGIATAN

a. Pengukuran kepadatan lalat

Berikut hasil survey kepadatan lalat yang dilakukan diwilayah kantor kesehatan pelabuhan Makassar yang dilaksanakan pada tanggal 22 juni 2023 yang dilakukan menggunakan alat fly grill pada 6 lokasi yang berbeda yang yang ada di Wilayah Kerja Bandara Internasional Sultan Hasanuddin yang dianggap sebagai sumber perkembangbiakan lalat diwilayah kantor kesehatan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

1) TPS Insinerator Bandara Baru

Tabel 2

Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di TPS Insinerator Bandara Baru Jenis/nama fly

grill

Hasil pengukuran

Total T

1 T2 T3 T

4 T5 T

6 T7 T8 T

9 T1

0

Putih 6 3 5 5 7 9 0 15 13 12 75

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan Tabel 2. tentang hasil pengukuran kepadatan lalat menggunakan alat fly grill di dapatkan titik 1 sebanyak 6 lalat, titik 2

(14)

sebanyak 3 lalat, titik 3 sebanyak 5 lalat, titik 4 sebanyak 5 lalat, titik 5 sebanyak 7 lalat, titik 6 sebanyak 9 lalat, titik 7 sebanyak 0 lalat,titik 8 sebanyak 15 lalat, titik 9 sebanyak 13 lalat, titik 10 sebanyak 12, sehingga total lalat yang hinggap pada fly grill putih sebanyak 75 lalat. Dari 10 titik tersebut didapatkan 5 titik pengukuran kepadatan lalat tertinggi yaitu pada titik 8 sebanyak 15, titik 9 sebanyak 13, titik 10 sebanyak 12, titik 6 sebanyak 9, titik 5 sebanyak 7. Sehingga total lalat sebanyak 56.

Perhitungan lalat:

T = 56 5

= 11,2

Hasil perhitungan kepadatan lalat pada fly grill putih di TPS Insinerator bandara baru yaitu: 11,2

2) TPS BMKG

Tabel 3

Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di TPS BMKG Jenis/nama

fly grill

Hasil pengukuran

Tota l

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T1

0

Putih 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 3

Sumber : Data Primer, 2023

(15)

Berdasarkan Tabel 3 tentang hasil pengukuran kepadatan lalat alat fly grill di dapatkan di titik 1 sebanyak 0 lalat, titik 2 sebanyak 0 lalat, titik 3 sebanyak 0 lalat, titik 4 sebanyak 0 lalat, titik 5 sebanyak 0 lalat, titik 6 sebanyak 0 lalat, titik 7 sebanyak 1, titik 8 sebanyak 2 lalat, titk 9

sebanyak 0 lalat, titik 10 sebanyak 0 lalat, sehingga total lalat yang hinggap pada fly grill sebanyak 3 lalat tertinggi.dari sepuluh titik tersebut di dapat 2 titik pengukuran kepadatan lalat tertinggi yaitu pada titik 8 sebanyak 2 lalat, titik 7 sebanyak 1 lalat sehingga total lalat sebanyak 3.

Perhitungan lalat:

T = 3 5

= 0,6

Hasil perhitungan kepadatan lalat di TPS BMKG Yaitu 0,6

3) TPS Terminal Keberangkatan

Tabel 4

Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di Terminal Keberangkatan Jenis/nama fly

grill

Hasil pengukuran

Tota l T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10

Putih 1 4 5 9 2 5 6 1 1 0 34

(16)

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan Tabel 4 tentang hasil pengukuran kepadatan lalat alat fly grill di dapatkan di titik 1 sebanyak 1 lalat, titik 2 sebanyak 4 lalat, titik 3 sebanyak 5 lalat, titik 4 sebanyak 9 lalat, titik 5 sebanyak 2 lalat, titik 6 sebanyak 5 lalat, titik 7 sebanyak 6, titik 8 sebanyak 1 lalat, titk 9

sebanyak 1 lalat, titik 10 sebanyak 0 lalat, sehingga total lalat yang

hinggap pada fly grill sebanyak 34 lalat tertinggi.dari sepuluh titik tersebut di dapat 5 titik pengukuran kepadatan lalat tertinggi yaitu pada titik 4 sebanyak 9 lalat, titik 7 sebanyak 6, titik 3 sebanyak 5 lalat, titik 6 sebanyak 5 lalat titik 5 sebanyak 2, sehingga total lalat sebanyak 29.

Perhitungan lalat:

T = 29 5

= 5,2

Hasil perhitungan kepadatan lalat di TPS Terminal Keberangakatan yaitu 5,2

4) TPS Taksi Bandara

Tabel 5

(17)

Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di Taksi bandara Jenis/nama

fly grill

Hasil pengukuran

Tota T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 l

Putih 1 1 0 1 6 2 2 1 1 0 15

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan Tabel 5 tentang hasil pengukuran kepadatan lalat alat fly grill di dapatkan di titik 1 sebanyak 1 lalat, titik 2 sebanyak 1 lalat, titik 3 sebanyak 0 lalat, titik 4 sebanyak 1 lalat, titik 5 sebanyak 6 lalat, titik 6 sebanyak 2 lalat, titik 7 sebanyak 2 lalat, titik 8 sebanyak 1 lalat, titk 9 sebanyak 1 lalat, titik 10 sebanyak 0 lalat, sehingga total lalat yang

hinggap pada fly grill sebanyak 15 lalat tertinggi.dari sepuluh titik tersebut di dapat 5 titik pengukuran kepadatan lalat tertinggi yaitu pada titik 5 sebanyak 6 lalat, titik 6 sebanyak 2, titik 7 sebanyak 2 lalat, titik 8 sebanyak 1 lalat titik 9 sebanyak 1. sehingga total lalat sebanyak 12.

Perhitungan lalat:

T = 12 5

= 2,4

Hasil perhitungan kepadatan lalat pada fly grill putih TPS Taksi Bandara yaitu: 2,4

5) TPS Basarnas

Tabel 6

(18)

Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di TPS Bandara Jenis/nama

fly grill

Hasil pengukuran

Tota

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T1 l

0

Putih 5 4 25 8 0 1 33 0 8 1 85

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan Tabel 6 tentang hasil pengukuran kepadatan lalat alat fly grill di dapatkan di titik 1 sebanyak 5 lalat, titik 2 sebanyak 4 lalat, titik 3 sebanyak 25 lalat, titik 4 sebanyak 8 lalat, titik 5 sebanyak 0 lalat, titik 6 sebanyak 1 lalat, titik 7 sebanyak 33, titik 8 sebanyak 0 lalat, titk 9

sebanyak 8 lalat, titik 10 sebanyak 1 lalat, sehingga total lalat yang

hinggap pada fly grill sebanyak 85 lalat tertinggi.dari sepuluh titik tersebut di dapat 5 titik pengukuran kepadatan lalat tertinggi yaitu pada titik 7 sebanyak 33 lalat, titik 3 sebanyak 25, titik 9 sebanyak 8 lalat, titik 4 sebanyak 5 lalat titik 1 sebanyak 5 lalat. sehingga total lalat sebanyak 79 Perhitungan lalat:

T = 79 5 = 15,8

Hasil perhitungan kepadatan lalat di TPS Basarnas yaitu: 15,8 6) TPS KKP Bandara

Tabel 7

Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di TPS KKP Bandara

Jenis/nama fly grill

Hasil pengukuran Tota

l T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10

(19)

Putih 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 3 Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan Tabel 7 tentang hasil pengukuran kepadatan lalat alat fly grill di dapatkan di titik 1 sebanyak 0 lalat, titik 2 sebanyak 0 lalat, titik 3 sebanyak 2 lalat, titik 4 sebanyak 0 lalat, titik 5 sebanyak 1 lalat, titik 6 sebanyak 0 lalat, titik 7 sebanyak 0, titik 8 sebanyak 0 lalat, titik 9

sebanyak 0 lalat, titik 10 sebanyak 0 lalat, sehingga total lalat yang hinggap pada fly grill sebanyak 3 lalat tertinggi.dari sepuluh titik tersebut di dapat 2 titik pengukuran kepadatan lalat tertinggi yaitu pada titik 3 sebanyak 2 lalat, titik 5 sebanyak 1. sehingga total lalat sebanyak 3.

Perhitungan lalat:

T = 3 5

= 0,6

Hasil perhitungan kepadatan lalat pada fly grill putih TPS KKP yaitu: 0,6

Tabel 8 Survey Vektor Lalat di wilayah kerja Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar

Lingkungan Fisik Standar

Baku Mutu

Rata- Rata

Interpretas No Lokasi i

Pengamatan (°C) (RH) (M/S) (LUX) Jenis Sampah 1 Insinerator

Bandara Baru 30 68 0 930 Organik dan

Anorganik <2 11,2 TMS

2 BMKG 30 65,7 0 370 Organik dan

Anorganik <2 0,6 MS

3 Terminal

Keberangkatan 32 66 0 517 Organik dan

Anorganik <2 5,8 TMS

4 Taksi Bandara 33 59 0 771 Organik dan

Anorganik <2 2,4 TMS

5 Basarnas 34 57 0 1397 Organik dan

Anorganik <2 15,8 TMS

6 Kantor Kesehatan

34 54 0 516 Organik dan

Anorganik

<2 0,6 MS

(20)

Pelabuhan Bandara

Rata-rata 6,06 TMS

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 8 hasil observasi diketahui, suhu di beberapa titik diantaranya TPS incinerator bandara baru 30°C, BMKG 30°C, terminal keberangkatan 32°C, taksi bandara 33°C, basarnas 34°C dan kantor kesehatan pelabuhan badara 34°C. Kelembaban dibeberapa titik didapatkan TPS incinerator bandara baru 68, BMKG 65,7, terminal keberangkatan 66, taksi bandara 59, basarnas 57 dan kantor kesehatan pelabuhan badara 54. Kecapatan angin diseluruh titik berdasarkan hasil observasi didapatkan 0 M/S. Pencahayaan angka rendah di TPS BMKG 370 dan tertinggi TPS basarnas 1397. Densitas (kepadatan) lalat untuk wilayah kerja Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin dapat diketahui bahwa tidak semua memenuhi syarat. Dari hasil observasi densitas berdasarkan hasil rata-rata perhitungan didapatkan hasil

pengukuran kepadatan lalat di wilayah kerja Bandara Internasional Sultan Hasanuddin tidak memenuhi syarat sesuai dengan standar baku mutu kesehatan lingkungan vektor yang menunjukkan bahwa standar baku mutu lalat adalah <2.

b. Pengendalian lalat dewasa

Kegiatan pengendalian lalat dilakukan dengan penyemprotan udara atau pengasapan (Spraying), di tiga titik lokasi dengan angka kepadatan lalat tertinggi (Basarnas, Insinerator Bandara Baru, Terminal Keberangkatan).

Pada saat proses pengendalian lalat digunakan insektisida dengan campuran dosis 1:25

G. PEMBAHASAN a. Suhu

Suhu adalah ukuran kuantiati dari temperatur, panas atau dingin dan di ukur menggunakan termometer. Suhu menjadi besaran dan akan

menyatakan ukura derajat dingin dan panas suatu benda selain bisa

(21)

dinyatakan secara kualitatif, suhu juga dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan satuan derajat tertentu (Zulkarnain, 2023).

Berdasarkan tabel 8 suhu di beberapa titik diantaranya TPS insinerator bandara baru 30°C, BMKG 30°C, terminal keberangkatan 32°C, taksi bandara 33°C, basarnas 34°C dan kantor kesehatan pelabuhan badara 34°C.

b. Kelembaban

Kelembaban adalah kandungan dari uap air yang berada dalam udara, makin tinggi suhu maka banyak kandungan uap air. Faktor yang memengaruhi kelembaban udara antara lain suhu, tekangan udara, pergerakan udara yang tidak stabil, kerapatan udara, ketinggian tempat, radiasi matahari, kuantitas dan kualitas peninaran dan vegetasi. Ada dua jenis kelembaban udara yaitu kelembaban apsolut dan kelembaban relatif.

Kelembaban absolut adalah bilangan yang menunjukkan jumlah uap air dalam satuan gram. sedangkan kelembaban relatif (relative humidity) adalah perbandingan antara banyaknya uap air diudara, dangan banyaknya uap air maksimum diudara pada suhu dan tekanan yang sama.

Berdasarkan tabel 8 Kelembaban dibeberapa titik didapatkan TPS incinerator bandara baru 68, BMKG 65,7, terminal keberangkatan 66, taksi bandara 59, basarnas 57 dan kantor kesehatan pelabuhan badara 54.

c. Kecepatan angin

Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter meter per detik (m/s), kilometer per jam (km/h), dan mil per jam (mi/h).

Berdasarkan tabel 8 Kecapatan angin diseluruh titik berdasarkan hasil observasi didapatkan 0 M/S.

d. Pencahayaan

Lux merupakan satuan intensitas cahaya yang diterima oleh suatu permukaan benda.

Berdasarkan kabar 8 Pencahayaan angka rendah di TPS BMKG 370 dan tertinggi TPS basarnas 1397.

(22)

e. Pengukuran kepadatan lalat

Metode yang digunakan untuk mengukur dan menghitung kepadatan lalat, salah satunya adalah dengan menggunakan alat fly grill. Fly grill diletakkan kemudian didiamkan selama 30 detik sambil dihitung jumlah lalat yang hinggap dengan menggunakan counter. Dilakukan replikasi pengukuran pada titik yang berbeda sampai 10 kali. Kemudian diambil 5 titik dengan jumlah lalat terbanyak, itulah rata-rata dan hasilnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepadatan lalat maka diketahui berdasarkan hasil rata-rata perhitungan didapatkan hasil pengukuran kepadatan lalat di wilayah kerja Bandara Internasional Sultan Hasanuddin tidak memenuhi syarat sesuai dengan standar baku mutu kesehatan lingkungan vektor yang menunjukkan bahwa standar baku mutu lalat adalah <2. Serta hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa kepadatan lalat pada lokasi pengukuran masuk pada golongan padat menurut Standar DIRJEN PPM dan PLP (1992) oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengendalian.

Penyebab kepadatan lalat dibeberapa titik adalah sebagian besar terdiri dari sampah organik (sisa makanan) dan sampah anorganik (wadah / tempat makanan atau minuman yang masih terdapat sisa) serta tidak diterapkan system pengelolaan sampah yang sesuai standar

kesehatan seperti menggunakan tempat sampah yang tidak menggunakan penutup, pemilahan sampah, perawatan, pemantauan kondisi tempat sampah dan jadwal pengangkutan dari TPS (tempat pembuangan sementara) pada area Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.

b. Pengendalian lalat

Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan (PERMENKES RI NO 50 TAHUN 2017).

(23)

Tindakan pengendalian lalat bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat dengan cara menurunkan tingkat kepadatanya.

Menurut Sang Gede purnama (2015, h.74) cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara fisik, cara kimiawi, dan cara biologi.

1. Cara fisik

Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman, tetapi kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi.

Cara ini hanya cocok untuk digunakan pada skala kecil. Berikut merupakan contoh pemberantasan lalat secara fisik :

 Perangkap lalat (fly trap)

Fly trap adalah sebuah model perangkap yang terdiri dari container gelap plastik. Lalat dapat ditangkap dengan alat ini dan countainer harus terisi separo dengan umpan yang akan luntur tekstur dan kelembabannya contoh yang paling cocok yaitu sampah basah dari dapur seperti sayuran hijau, sereal dan buah-buahan. Setelah beberapa hari umpan akan berisi larva yang jumlahnya sangat banyak.

Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan terus menumpuk hingga kepuncak dan akan segera mati. Tangki harus segera dikosongkan, perangkap harus ditempatkan di udara terbuka di bawah sinar cerah matahari jauh dari keteduhan (Depkes RI,20030)

 Umpan kertas lengket berbentuk pita atau lembaran

(24)

Alat ini banyak tersedia di pasar menarik lalat karena kandungan gulanya dan lalat yang hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi beberapa minggu jika tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang terperangkap

 Perangkap dan pembunuh elektronik (lighttrap)

Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan jeruji yang bermuatan listrik.

 Pemasangan kasa/kawat

Pemasangan kasa/kawat pada pintu atau jendela serta lubang angin/ventilasi.

 Membuat pintu dua lapis

Daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri. Hal ini sering di jumpai di kota-kota besar atau gedung-gedung bertingkat.

2. Cara kimia

Pemberantasan lalat dengan insektisida. Insektisida meliputi insektisida nabati contohnya daun suren, daun selasih, daun trengguli dan insektisida buatan contohnya, malation dan ronnel. Untuk membasmi lalat menggunakan insektisida bisa di lakukan dengan cara :

 Larva

(25)

Penyemprotan pada tempat perkembangbiakan, dengan menggunakan malation (sebagai emulsi).

 Lalat dewasa

Untuk pembasmian lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara atau pengasapan (space spraying). Pengasapan biasanya dengan menggunakan suspensi atau larutan dari synergizing agent,

malathion, atau ronnel (Depkes RI.2001.h.9)

3. Cara biologi

Salah satu contohnya dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwarna hitam, dapat mengurangi populasi lalat rumah di tempattempat sampah (Levine,1990).

(26)
(27)

G. SIMPULAN

1. Dari hasil perhitungan rata-rata kepadatan lalat pada fly grill putih

dibelakang kantor insinerator bandara baru yaitu 11,2. Hasil menunjukkan kepadatan lalat melebihi standar baku mutu. Hasil pengukuran juga menujukkan bahwa lalat pada lokasi pengukuran masuk pada golongan tinggi atau sangat padat.

2. Dari hasil perhitungan rata-rata kepadatan lalat pada fly grill putih dibelakang kantor BMKG yaitu 0,6. Hasil menunjukkan kepadatan lalat tidak melebihi standar baku mutu. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa lalat pada lokasi pengukuran masuk dalam kategori rendah.

3. Dari hasil perhitungan rata-rata kepadatan lalat pada fly grill putih di samping terminal keberangkatan yaitu 5,8. Hasil menunjukkan kepadatan lalat melebihi standar baku mutu. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa lalat pada lokasi pengukuran masuk pada golongan tinggi dan padat.

4. Dari hasil perhitungan rata-rata kepadatan lalat pada fly grill putih dibelakang taksi bandara yaitu 2,4. Hasil menunjukkan kepadatan lalat melebihi standar baku mutu. Hasil juga menunjukkan bahwa lalat pada lokasi pengukuran masuk dalam kategori sedang. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa lalat pada lokasi pengukuran masuk dalam kategori rendah.

5. Dari hasil perhitungan rata-rata kepadatan lalat pada fly grill putih dibelakang Basarnas yaitu 15,8. Hasil menunjukkan kepadatan lalat

(28)

melebihi standar baku mutu. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa lalat pada lokasi pengukuran masuk pada golongan tinggi dan padat.

6. Hasil dari perhitungan rata-rata kepadatan lalat pada fly grill putih dibelakang kantor kesehatan pelabuhan bandara yaitu 0,6. Hasil menunjukkan kepadatan lalat tidak melebihi standar baku. Hasil

pengukuran juga menujukkan bahwa lalat pada lokasi pengukuran masuk dalam kategori rendah.

7. Jadi, hasil perhitungan rata-rata kepadatan lalat di wilayah kerja Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar yaitu 6,06 sehingga hasil dikategorikan dalam skala tinggi dan padat / tidak memenuhi syarat (TMS)

8. Berdasarkan kegiatan lapangan pengendalian lalat menggunakan cara kimia yang dilakukan dengan penyemprotan udara atau pengasapan (space spraying) di titik lokasi dengan angka kepadatan tertinggi.

H. REKOMENDASI

1. Perlu melakukan upaya pengendalian dan pemberantasan lalat dari sumbernya di empat lokasi dengan cakupan kepadatan lalat tertinggi (taksi bandara, terminal keberangkatan, kantor insinerator bandara baru,

basarnas) melalui kegiatan pengukuran kepadatan lalat secara berkala dan dapat mengambil tindakan pengendalian sesuai pedoman teknis tentang pengendalian lalat.

2. Dari hasil pengukuran tingkat kepadatan lalat yaitu dikategorikan tinggi dan padat. Kondisi lingkungan yang tidak bersih sehingga lalat banyak sebaiknya lingkungan harus bersih terutama tempat sampah harus dalam

(29)

kondisi tertutup dan dilakukan pengolahan sampah secara terpadu sesuai standar kesehatan termasuk kegiatan pengangkutan sampah secara rutin.

(30)

L A M

P

I

R

A

N

(31)

Gambar 1

Lokasi Survey Kepadatan Lalat di TPS Insinerator Bandara Baru

(32)

Gambar 2

Lokasi survey kepadatan lalat di TPS BMKG

(33)

Gambar 3

Lokasi survey kepadatan lalat di TPS Terminal Keberangkatan

Gambar 4

Lokasi survey kepadatan lalat di TPS Taksi Bandara

(34)

Gambar 5

Lokasi survey kepadatan lalat di TPS Basarnas

(35)

Gambar 6

Lokasi survey kepadatan lalat di TPS KKP Bandara

(36)

Gambar 7

Foto dokumentasi pengendalian lalat dengan metode Spraying

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menyatukan persepsi semua stakeholder (pihak yang terkait) serta masyarakat dalam hal penanganan lalat buah di Kabupaten Karo,

Menurut Aini (2012) ampas tebu digunakan sebagai umpan umpan dalam menggunakan Fly trap karena ampas tebu marupakan makanan yang manis, dan lalat sangat menyukai

Dapat disimpulkan bahwa dosis 6 5 gram kapur tohor dan 5 gram kapur barus menjadi kelompok perlakuan paling efektif dalam menurunkan kepadatan lalat pada sampah organik dengan rata-rata