BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Broiler Pembibit
Ayam broiler pembibit atau parent stock merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler atau final stock, yang nantinya menjadi ayam konsumsi bagi masyarakat. Ayam broiler pembibit atau parent stock merupakan urutan ke-empat dari proses pembentukan ayam broiler atau final stock. Urutan pertama adalah pure line atau galur murni, kemudian great grand parent stock,
grand parent stock, parent stock, dan final stock (Sudaryani dan Santosa, 2003).
Setiap generasi, memiliki strain-strain yang berbeda. Dalam ayam broiler pembibit, salah satu strain yang diminati adalah strain Cobb. Strain Cobb memliki dua tipe yaitu Cobb FF (Fast Feather), dan Cobb SF (Slow Feather) (Cobb, 2011).
dan Cobb SF (Slow Feather). Perbedaan dari kedua tipe ini adalah pertumbuhan bulu dan performa dari ayam tersebut (Cobb, 2011).
2.2. Lokasi Peternakan
Pedoman pembibitan ayam ras yang baik maka harus mendirikan bangunan-bangunan disekitar farm untuk menunjang keberhasilan dalam pemeliharaan satu periode, yaitu adanya bangunan kandang pemeliharaan, kandang isolasi, ruang obat, gudang telur, menara air, ruang sanitasi area terlarang, gudang pakan, gudang peralatan, unit pengolahan limbah, kantor, mes karyawan, ruang security, tempat parkir, gardu listrik dan kantin. Pedoman pembibitan ayam ras yang baik yaitu terpisah dari lingkungan pemukiman dan berjarak minimal 500 meter dari pagar terluar, kandang tidak berada satu lokasi dengan bangunan penetasan atau berjarak minimal 500 meter, jarak antara peternakan pembibitan ayam ras dengan budidaya unggas (ayam, itik dan puyuh) minimal 1000 meter serta jarak antara peternakan pembibitan ayam ras dengan peternakan lainnya (sapi/kerbau, kambing/domba dan kuda) minimal 500 meter (Peraturan Menteri No:40/Permentan/OT.140/7/2011).
dan tenaga kerja serta menciptakan usaha peternakan yang ramah lingkungan (Endang Sujana, 2011).
2.3. Manajemen Ayam Broiler Pembibit
Manajemen di pembibitan ayam broiler adalah manajemen persiapan kandang, manajemen fase starter, manajemen fase grower, manajemen fase layer, manajemen jantan dan betina, manajmen pakan, manajemen kesehatan
(biosecurity), manajemen keseragaman (uniformity), handling telur, manajemen
bobot target, manajemen air minum, dan manajamen pencahayan (Cobb, 2011). Hal yang sangat diperhatikan dalam peternakan ayam broiler pembibit adalah
uniformity dari ayam tersebut. Karena dengan uniformity yang tinggi, akan
memaksimalkan ayam pembibit dalam menghasilkan telur, dan mempertahankan masa puncak produksi lebih lama. Uniformity sangat dipengaruhi oleh manajemen pemberian pakan, dan kontrol target bobot badan ayam (Askam, 2007).
2.4. Biosekuritas
Salah satu aspek terpenting dalam peternakan adalah manajemen pencegahan penyakit . Biosekuritas adalah suatu manajemen pencegahan penyakit klinis maupun subklinis, yang bertujuan untuk mengoptimalkan hasil produksi dan untuk mensejahterkan hewan (animal welfare) (Wingkel, 1997). Peran dari program pencegahan penyakit adalah untuk meminimalkan agen bibit penyakit untuk berkembang di area peternakan, megurangi laju penyebaran agen bibit penyakit baik dari dalam maupun luar farm dan membantu dalam pengingkatan produksi (Dwicipto, 2010).
Aspek program biosekuritas di peternakan ayam meliputi berbagai hal, diantarannya lingkungan peternakan, kandang, peralatan kandang, perlengkapan kandang, pakan, air minum, kendaraan, pegawai, dan ternak. Setiap aspek memiliki penanganan tersendiri untuk menciptakan pencegahan penyakit yang efisien (Ross, 2009). Dalam peternakan ayam broiler pembibit, program pencegahan penyakit (biosecurity) yang dilakukan meliputi, sanitasi, desinfeksi, fumigasi, vaksinasi, medikasi, dan kontrol parasit (Cobb, 2011).
2.5. Biosekuritas Sosial
dengan satu pintu utama (one way sistem) (Peraturan Menteri No:40/Permentan/OT.140/7/2011). Tujuan dari program biosekuritas adalah untuk menghindari keluhan dan ketidaknyamanan dari warga sekitar area peternakan, karena ancaman dari bibit penyakit yang disebabkan oleh peternakakan (Dirjen Peternakan, 2005).
2.6. Biosekuritas Teknis
Biosekuritas teknis adalah, program biosekuritas yang meliputi aspek dari peternakan, yaitu lingkungan peternakan, kontrol lalu lintas, kandang, peralatan kandang, pakan, air minum, dan karyawan. Biosekuritas merupakan program yang mampu meminimalkan dan menghilangkan bibit penyakit yang terdapat di lingkungan peternakan (Dwicipto, 2010). Tujuan dari biosekuritas ini adalah untuk menghilangkan atau menimalkan keberadaan mikroorganisme, yang merugikan bagi peternakan dengan cara penyemprotan desinfeksi, penyiraman, dan perendaman (Peraturan Menteri No:40/Permentan/OT.140/7/2011).
2.6.1. Biosekuritas lingkungan peternakan dan kontrol lalu lintas
kandang yang telah tidak digunakan, dibersihkan dan disimpan dalam gudang peralatan, untuk mencegah bersarangnya hewan-hewan parasit (Leeson dan Summer, 2000).
Peternakan diwajibkan dikelilingi oleh pagar tembok besar untuk memudahkan dalam mengkontrol lalu lintas area peternakan, dilengkapi oleh shower spray sebelum memasuki atau keluar area peternakan untuk meminimalkan bibit penyakit dari lingkungan luar maupun dalam. Spray tersebut menggunakan bahan desinfektan yang sesuai dengan objek yang di sterilisasi (Permentan, 2011). Dalam pendistribusian di area peternakan, menggunakan kendaraan khusus area peternakan yang kendaraan tersebut tidak dioperasikan di luar area peternakan, yang bertujuan untuk menghindari kontaminasi dari dalam maupun luar area peternakan (Cobb, 2011).
2.6.2. Biosekuritas kandang dan peralatan kandang
tidak segera dilakukan sanitasi kandang, akan cepat menimbulkan bibit penyakit (Fadilah et al, 2007).
Biosekuritas kandang yang dilakukan untuk mencegah adanya agen penyakit dan penularannya adalah melakukan pembersihan, perawatan dan penyemprotan kandang dan peralatannya, dimulai dari kering kandang sampai pasca panen. Litter kandang harus dibersihkan secara teratur karena sangat rawan bagi tumbuhnya agen penyakit. (Nuroso, 2010). Ketebalan alas litter juga akan mempengaruhi efisiensi kerja buruh, karena sering diketahui bahwa lantai kandang pada pemeliharaan ayam sering kali basah terkena air minum. Akibatnya bahan litter menjadi keras dan bila terlanjur keras segera dikeluarkan oleh pekerja kandang untuk diganti dengan yang kering (Rasyaf, 2012).
2.6.3. Biosekuritas air minum dan pakan
Biosekuritas terhadap pakan dapat dilakukan dengan mengurangi atau mencegah dampak resiko dalam terjadinya formulasi pakan, seperti menjaga kualitas bahan pakan, kelebihan penggunaan bahan adiktif, memperhatikan tempat penampungan pakan, dan melakukan quality control (QC) (Rasyaf, 2012). Agen penyakit mudah menular atau muncul dalam proses penyimpanan bahan pakan, karena gudang penyimpanan bahan pakan yang tidak terjaga kebersihannya, dan lembab (Abidin, 2003).
Aspergillosis (Sudaryani dan Santoso, 2003). Biosekuritas terhadap air dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kualitas air secara bakteriologis dan kimiawi, serta secara teratur melakukan pengglontoran air dalam kandang untuk menghilangkan residu air (Cobb, 2011).
2.6.4. Biosekuritas orang/karyawan
Biosekuritas dapat dilakukan dengan pembatasan tamu kunjung atau melakukan sanitasi terhadap tamu yang berkunjung, seperti penyemprotan desinfektan. Penggunaan atribute untuk mencegah penularan penyakit seperti baju kerja, masket, sepatu boot dan tutup kepala harus terjaga kebersihan dan kerapiannya (Fadillah et al, 2007). Peternakan yang menerapkan biosekuritas yang ketat, tidak akan memperbolehkan tamu berkunjung, dikarenakan untuk mencegah penularan agen penyakit baik dari tamu maupun ternak (Murdiyanti, 2003).
Keluar masuk kendaraan dalam area peternakan harus diperhatikan, karena dapat sebagai agen penular penyakit. Kendaraan yang masuk area harus melewati kolam desinfektan, dan penyemprotan desinfektan (Ross, 2009). Kendaraan yang sering masuk area peternakan adalah kendaraan pengangkut pakan, DOC, peralatan kandang dan kendaraan tenaga kerja (Dwicipto, 2010).
2.7. Program Sanitasi
serta orang yang keluar masuk di area perkandangan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Sanitasi adalah suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan bagi ternak dan manusia. Kegiatan sanitasi harus dijadwalkan dengan rutin dan dilaksanakan dengan benar karena kegiatan ini mempengaruhi kesehatan ternak maupun manusia (Permentan, 2011).
Kebersihan peralatan dan perlengkapan kandang harus dikontrol, terutama pada peralatan tempat makan dan minum, karena agen penyakit mudah menular saat pemberian pakan dan minum (Hubband ISA, 2005). Salah satu program biosekuritas dalam suatu breeding farm adalah kegiatan sanitasi, yang dimulai dari area kantor hingga area perkandangan. Kegiatan tersebut dilaksanakan rutin, sehingga mampu mengkontrol kondisi lingkungan secara baik (Cobb, 2011)
2.8. Program Vaksinasi
Vaksinasi merupakan cara yang paling efektif dalam upaya pencegahan penyakit. Vaksinasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan sistem kekebalan terhadap penyakit pada ayam, agar nantinya kebal terhadap suatu penyakit (Fadillah et al, 2007). Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan dan apabila diberikan kepada hewan tidak akan menimbulkan penyakit, melainkan akan merangsang pembentukan antibodi yang sesuai dengan jenis vaksinnya, sehingga nantinya ternak hewan tersebut akan kebal terhadap penyakit yang sesuai vaksin (Rasyaf 2012).
Tipe vaksin yang diberikan pada DOC antara lain vaksin virus hidup (Live
kemampuan untuk menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit (Murdiyati, 2003). Vaksin yang dilemahkan (Attenuated Vaccine) vaksin yang dibuat dengan melemahkan organisme aktif, sehingga tidak akan menimbulkan penyakit pada ayam, melainkan akan menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit,dan vaksin yang dimatikan (Killed Vaccine) menggunakan organisme untuk menghasilkan vaksin yang telah dimatikan, yang mampu memproduksi antibodi ketika vaksin digunakan (Fadillah, et al., 2007)
2.7.1. Penanganan ayam sakit
Persyaratan dalam peternakan pembibitan ayam, harus memiliki kandang karantina atau kandang isolasi yang bertujuan untuk memisahkan ayam yang sakit dengan ayam sehat, sehingga keberadaan ayam yang sakit tidak terganggu oleh ayam lain. Karena kondisi ayam yang kurang sehat, akan kalah bersaing dalam pengambilan pakan dengan ayam yang sehat (Permentan, 2011). Ayam yang sakit diberikan treatment dan medikasi sesuai dengan kondisi ayam. Treatment dan medikasi tersebut harus dengan diagnosa penyakit yang diderita ayam, sehingga akan memperoleh hasil medikasi yang maksimal (Cobb, 2011).
2.7.2. Penanganan ayam mati
(Permentan, 2011). Untuk mencegah pencemaran lingkungan dan mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar, bila ada ayam yang mati di dalam kandang, sebaiknya segera disingkirkan dan dibakar (Rasyaf, 2012).
2.8. Tolak Ukur Keberhasilan
2.8.1. Keseragaman bobot badan
2.8.2. Mortalitas