• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk Hukum | Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produk Hukum | Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 3 Tahun 2008 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3269);

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);

(2)

7.

8.

9.

10.

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263);

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 41);

Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Statistik serta Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 3 Seri D,

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

4. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.

5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

(3)

adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.

7. Penyidik POLRI adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981.

8. Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 jo Nomor Nomor 43 Tahun 1999.

9. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mengandung sanksi pidana.

10. Unit Kerja adalah Dinas dan Lembaga Teknis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

BAB II WEWENANG

Pasal 2

(1) PPNS memiliki kewenangan untuk menyidik pelanggaran Peraturan Daerah dalam ruang lingkup tugas unit kerjanya.

(2) Kewenangan PPNS sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah; b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat

kejadian;

c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Pasal 3

Penyidikan yang dilakukan oleh PPNS meliputi pelanggaran tindak pidana tertentu yang diatur dalam Peraturan Daerah yang untuk pelaksanaannya dilakukan oleh unit Kerja PPNS yang bersangkutan.

Pasal 4

(4)

a. meminta petunjuk dan bantuan penyidikan sesuai kebutuhan kepada Penyidik POLRI yang meliputi bantuan teknis, bantuan taktis dan bantuan upaya paksa;

b. dalam hal suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana sedang dalam penyidikan PPNS, sebelum diajukan ke Penutut Umum PPNS melapor kepada Penyidik POLRI;

c. memberitahukan penghentian penyidikan yang dilakukan kepada Korwas PPNS di Kepolisian;

d. menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI;

e. menyampaikan laporan secara periodik 3 (tiga) bulan sekali kepada Kepala Unit Kerja dan POLRI.

BAB III

PENDIDIKAN CALON PPNS DAN COACHING CLINIC Pasal 5

(1) Pendidikan calon PPNS dan coaching clinic diselenggarakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sesuai pedoman berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kurikulum pendidikan calon PPNS berpedoman pada kurikulum yang ditetapkan oleh POLRI dan materi teknis dari unit kerja yang bersangkutan.

(3) Biaya penyelenggaraan pendidikan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pasal 6

(1) Untuk mengikuti pendidikan Calon PPNS setiap calon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. serendah-rendahnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (golongan II/b);

b. berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda (D3); c. berusia setinggi-tingginya 40 tahun;

d. ditugaskan di bidang teknis operasional;

e. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dalam 2 (dua) tahun berturut-turut dengan nilai rata-rata baik;

f. lulus tes kesehatan yang dilakukan oleh Tim Dokter yang ditunjuk oleh Gubernur.

(2) Setiap peserta pendidikan calon PPNS yang dinyatakan lulus diberi sertifikat.

BAB IV

PENGANGKATAN PPNS Pasal 7

(1) Setiap PNS yang telah lulus pendidikan calon PPNS berhak diusulkan oleh Gubernur untuk diangkat menjadi PPNS.

(5)

Kejaksaan Agung dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia guna mendapatkan pertimbangan dengan melampirkan :

a. foto copy dan daftar Peraturan Daerah yang menjadi dasar hukumnya, rangkap 4 (empat);

b. Surat Keterangan Wilayah Kerja PPNS yang diusulkan, rangkap 4 (empat);

c. foto copy ijazah terakhir yang telah dilegalisir, rangkap 4 (empat);

d. foto copy Keputusan Pengangkatan dalam jabatan/pangkat terakhir yang telah dilegalisir, rangkap 4 (empat);

e. foto copy Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) selama 2 (dua) tahun terakhir yang telah dilegalisir, rangkap 4 (empat); f. Surat Keterangan Dokter, rangkap 4 (empat);

g. foto copy Foto copy Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) khusus dibidang penyidikan yang telah dilegalisir, rangkap 4 (empat);

h. pas photo:

1) ukuran 2x3 cm sebanyak 3 (tiga) buah dan 3x4 sebanyak 6 (enam) buah;

2) ukuran 6x9 cm sebanyak 2 (dua) buah.

BAB V

SUMPAH/JANJI PELANTIKAN Pasal 8

(1) Sebelum melaksanakan tugasnya, terlebih dahulu PPNS harus mengangkat sumpah/janji dan dilantik oleh Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Tata cara pengambilan sumpah/janji dan pelantikan terdiri dari : a. pembacaan Keputusan Pengangkatan PPNS;

b. pengucapan sumpah/janji di hadapan saksi rohaniawan; c. penandatanganan Berita Acara Sumpah/Janji dan Pelantikan; d. pelantikan.

(3) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini berbunyi :

“Demi Allah, saya bersumpah (bagi pemeluk agama Islam); “Demi Allah, saya berjanji (bagi pemeluk agama Kristen);

“Om Atah Paramawisesa, saya bersumpah (bagi pemeluk agama hindu);

“Demi sang Hyang Adi Budha, saya bersumpah (bagi pemeluk agama Budha);

“Demi Tuhan Yang Maha Esa, saya berjanji dengan sungguh-sungguh (bagi penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa);

Bahwa saya, untuk diangkat menjadi PPNS akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah;

Bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang-undangan dan melaksnakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab;

Bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah dan martabat PPNS serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan Negera daripada kepentingan saya sendiri, seseorang atau golongan;

(6)

sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan;

Bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara.

(4) Setiap akan melaksanakan tugasnya, PPNS yang telah dilantik oleh Gubernur harus mendapat Surat Perintah dari Kepala satuan Polisi Pamong Praja atas nama Gubernur.

BAB VI PAKAIAN DINAS

Pasal 9

Jenis-jenis pakaian dinas :

a. Pakaian Dinas Harian (PDH); b. Pakaian Dinas Lapangan (PDL); c. pakaian bebas rapi berdasi.

Pasal 10

(1) Pakaian Dinas Harian (PDH) PPNS Pria dengan atribut dan kelengkapan sebagai berikut :

a. kemeja lengan pendek, berlidah bahu, warna kaki; b. celana panjang warna kaki;

c. ikat pinggang nilon, kaus kaki, sepatu kulit bertali warna hitam; d. lencana KORPRI, papan nama, tanda lokasi, logo dan pengenal;

(2) Pakaian Dinas Harian (PDH) wanita dengan atribut dan kelengkapan sebagai berikut :

a. kemeja lengan pendek, berlidah bahu, warna kaki; b. rok 10 cm di bawah lutut, warna kaki;

c. sepatu kulit tertutup warna hitam;

d. lencana KORPRI, papan nama, tanda lokasi, logo dan pengenal;

(3) Pakaian Dinas Harian (PDH) wanita hamil dengan atribut dan kelengkapan sebagai berikut :

a. kemeja lengan pendek, tanpa lidah bahu, warna kaki; b. rok 10 cm di bawah lutut, warna kaki;

c. sepatu kulit tertutup warna hitam;

d. lencana KORPRI, papan nama, tanda lokasi, logo dan pengenal.

Pasal 11

(1) Pakaian Dinas Lapangan (PDL) PPNS pria dengan atribut dan kelengkapan sebagai berikut :

a. kemeja lengan pendek, berlidah bahu, warna kaki; b. celana panjang warna hitam;

c. ikat pinggang nilon, kaus kaki, sepatu kulit berwarna hitam; d. topi pet warna kaki tua berlogo PPNS;

e. tanda log PPNS terbuat dari kain warna dasar hijau, tulisan PPNS dan lambang kuning;

f. logo lambang daerah terbuat dari kain, dipasang pada lengan baju sebelah kiri;

g. tanda khusus PPNS berwarna biru, tulisan PPNS warna putih, dipakai di lengan baju sebelah kiri;

h. papan nama dengan tulisan warna hitam yang dibordir, dipakai papa dada sebelah kanan;

i. lencana KORPRI warna kuning emas yang dibordir, dipakai pada dada sebelah kiri.

(7)

kelengkapan sebagai berikut :

a. kemeja lengan pendek, berlidah bahu, warna kaki; b. rok 10 cm di bawah lutut, warna kaki;

c. ikat pinggang nilon, kaus kaki, sepatu kulit berwarna hitam; d. topi pet warna kaki tua berlogo PPNS;

e. tanda logo PPNS terbuat dari kain warna dasar hijau, tulisan PPNS dan lambang kuning;

f. logo lambang daerah terbuat dari kain, dipasang pada lengan baju sebelah kiri;

g. tanda khusus PPNS berwarna biru, tulisan PPNS warna putih, dipakai di lengan baju sebelah kiri;

h. papan nama dengan tulisan warna hitam yang dibordir, dipakai pada dada sebelah kanan;

i. lencana KORPRI warna kuning emas yang dibordir, dipakai pada dada sebelah kiri.

(3) Pakaian Dinas Lapangan (PDL) PPNS wanita hamil dengan atribut dan kelengkapan sebagai berikut :

a. kemeja lengan pendek, tanpa lidah bahu, warna kaki; b. rok 10 cm di bawah lutut, warna kaki;

c. ikat pinggan nilon, kaus kaki, sepatu kulit berwarna hitam; d. topi pet warna kaki tua berlogo PPNS;

e. tanda logo PPNS terbuat dari kain warna dasar hijau, tulisan PPNS dan lambang kuning;

f. logo lambang daerah terbuat dari kain, dipasang pada lengan baju sebelah kiri;

g. tanda khusus PPNS berwarna biru, tulisan PPNS warna putih, dipakai di lengan baju sebelah kiri;

h. papan nama dengan tulisan warna hitam yang dibordir, dipakai pada dada sebelah kanan;

i. lencana KORPRI warna kuning emas yang dibordir, dipakai pada dada sebelah kiri atas.

Pasal 12

Tata cara pemakaian Pakaian Dinas Harian (PDH) dan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan ini adalah:

a.Pakaian Dinas Harian (PDH) untuk dipakai sehari-hari;

b.Pakaian Dinas Lapangan (PDL) untuk dipakai pada saat melakukan penyidikan.

BAB VII

KARTU TANDA PENGENAL Pasal 13

(1) KTP diberikan kepada :

a. PNS yang telah memenuhi syarat sebagai PPNS; b. PPNS yang dimutasikan antar instansi.

(2) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, ditandatangani oleh Sekretaris Daerah;

(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal dikeluarkan;

(8)

(5) Perpanjangan KTP sebagaimana dimaksud ayat (4) Pasal ini diajukan oleh Kepala Unit Kerja yang bersangkutan kepada Gubernur melalui Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum habis masa berlakunya, dengan melampirkan :

a. foto copy Surat Keputusan Pengangkatan sebagai PPNS, rangkap 2 (dua);

b. foto copy Surat Keputusan Pengangkatan dalam jabatan/pangkat terakhir PNS, rangkap 2 (dua);

c. foto copy Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) 1 (satu) tahun terakhir, rangkap 2 (dua);

d. pas photo ukuran 2x3 cm, rangkap 2 (dua).

BAB VIII

PEMBERHENTIAN DAN MUTASI PPNS Pasal 14

(1) PPNS diberhentikan dari jabatannya karena : a. berhenti sebagai PNS;

b. atas permintaan sendiri;

c. melanggar disiplin kepegawaian;

d. tidak lagi memenuhi syarat sebagai PPNS; e. meninggal dunia.

(2) Usul pemberhentian PPNS diajukan oleh Gubernur kepada Menteri Hukum dan HAM melalui Menteri Dalam Negeri cq. Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri.

(3) Usul pemberhentian PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, disampaikan dengan pertimbangan dan atau alasan-alasan yang sah dengan dilampiri :

a. foto copy Surat Keputusan Pengangkatan sebagai PPNS; b. foto copy KTP PPNS yang masih berlaku.

Pasal 15

Dalam hal PPNS pensiun atau meninggal dunia, permohonan pemberhentian sebagai PPNS diajukan oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja kepada Gubernur dan selanjutnya Gubernur menyampaikannya kepada Menteri Hukum dan HAM melalui Menteri Dalam Negeri cq. Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri dengan melampirkan :

a. foto copy surat kematian, bagi PPNS yang meninggal dunia atau foto copy Surat Keputusan Pensiun sebagai PNS bagi PPNS yang berhenti karena pensiun atau permohonan PPNS yang bersangkutan bagi PPNS yang masih aktif sebagai PNS;

b. foto copy Surat Keputusan Pengangkatan sebagai PNS; c. foto copy KTP PPNS yang masih berlaku.

Pasal 16

Mutasi PPNS Daerah antar Kabupaten/Kota di lingkungan Pemerintah Daerah ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 17

(9)

Gubernur untuk menerbitkan Surat Keputusan mutasi dan selanjutnya Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri dan tembusannya kepada Menteri Hukum dan HAM.

Pasal 18

Setiap mutasi terhadap PNS yang menjadi PPNS agar mempertimbangkan tempat baru, sehingga PNS yang bersangkutan tetap memenuhi syarat sebagai PPNS.

Pasal 19

Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak adanya mutasi atau pensiun atau meninggal dunia, Kepala Unit Kerja PPNS yang bersangkutan wajib melaporkan kepada Gubernur cq. Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

BAB IX

MEKANISME PENYIDIKAN Bagian Pertama

Penerimaan Laporan atau Pengaduan Pasal 20

(1) Dalam hal PPNS menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya pelanggaran Peraturan Daerah, laporan atau pengaduan tersebut dituangkan dalam bentuk laporan kejadian yang ditandatangani oleh pelapor dan PPNS yang bersangkutan.

(2) Dalam hal menerima laporan atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, PPNS harus :

a. membuat Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI setempat; b. menyiapkan Surat Tugas untuk melaksanakan penyidikan; c. memanggil pemeriksaan tersangka dan saksi-saksi.

(3) Laporan atau pengaduan dapat diberikan oleh : a. masyarakat;

b. petugas.

Bagian Kedua

Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Pasal 21

(1) Dalam hal terjadi tertangkap tangan, setiap PPNS tanpa Surat Perintah berwenang melaksanakan tindakan pertama di Tempat Kejadian Perkara (TKP).

(2) Dalam hal PPNS melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, PPNS harus segera melakukan proses penyidikan.

Bagian Ketiga

Menyuruh Berhenti Seseorang Pasal 22

(10)

pengenal diri dan atau kendaraannya.

(2) Dalam hal PPNS menyuruh berhenti seseorang dan atau kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini PPNS harus segera melakukan proses penyidikan.

Bagian Keempat Penyitaan

Pasal 23

(1) Dalam hal diperlukan tindakan penyitaan, maka sebelum melakukan tindakan penyitaan, PPNS membuat Surat Permintaan ijin penyitaan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat dengan tembusan disampaikan kepada Penyidik POLRI.

(2) Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan Surat Izin terlebih dahulu, Penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan wajib segera melapor kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat guna memperoleh persetujuan.

(3) Untuk melakukan tindakan penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, apabila diperlukan, PPNS dapat meminta bantuan Penyidik POLRI.

(4) Penandatanganan Surat Perintah Penyitaan adalah sebagai berikut :

a. dalam hal atasan PPNS adalah seseorang Penyidik, maka penandatanganan Surat Perintah Penyitaan dilakukan oleh atasan PPNS yang bersangkutan;

b. dalam hal atasan PPNS bukan Penyidik, maka penandatanganan Surat Perintah Penyitaan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja selaku atasan PPNS bersama-sama dengan PPNS yang bersangkutan.

(5) Terhadap setiap benda yang disita, harus dibuat tanda terima benda sitaan dengan menyebutkan jenis, macam dan jumlah atau beratnya.

(6) Untuk benda sitaan yang mudah rusak dan atau penyimpanannya memerlukan biaya tinggi, dapat dilakukan pelelangan yang hasil pelelangannya disimpan di Kas Daerah.

Bagian Kelima Pemanggilan

Pasal 24

(1) Surat Panggilan harus diberi nomor dan tanggal sesuai ketentuan registrasi Unit Kerja PPNS yang bersangkutan.

(2) Surat Panggilan harus sudah diterima oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum tanggal yang ditentukan.

(3) Yang berwenang menandatangani Surat Panggilan adalah sebagai berikut :

a. dalam hal atasan PPNS adalah Penyidik maka penandatanganan Surat Panggilan dilakukan oleh atasan PPNS; b. dalam hal atasan PPNS bukan Penyidik maka

(11)

(4) Penyampaian Surat Panggilan dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh PPNS yang bersangkutan dengan kewajiban menyampaikan tentang arti pentingnya memenuhi panggilan tersebut.

(5) Dalam hal panggilan tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah setelah dilakukan dua kali pemanggilan, maka PPNS meminta bantuan kepada Penyidik POLRI untuk segera melakukan pemeriksaan tentang ketidakhadiran tersangka/saksi dan selanjutnya penyidikan dilakukan oleh PPNS.

(6) Dalam hal yang dipanggil berdomisili di luar wilayah kerja PPNS, pemanggilan dilakukan dengan bantuan Penyidik POLRI dan pemeriksaan selanjutnya dilaksanakan oleh PPNS.

Bagian Keenam

Pemeriksaan oleh Tenaga Ahli Pasal 25

Dalam hal diperlukan pemeriksaan barang bukti secara ilmiah, PPNS dapat mengajukan permintaan bantuan pemeriksaan oleh tenaga ahli dengan tembusan disampaikan kepada Penyidik POLRI.

Bagian Ketujuh Penghentian Penyidikan

Pasal 26

(1) Penghentian penyidikan oleh PPNS dinyatakan dengan Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan (SKPP).

(2) Penghentian penyidikan yang dilakukan oleh PPNS diberitahukan kepada Penyidik POLRI dan Penuntut Umum, tersangka dan keluarganya.

(3) Sebelum pelaksanaan penghentian penyidikan, PPNS meminta pertimbangan kepada Penyidik POLRI.

(4) Pejabat yang berhak melaksanakan penetapan penghentian penyidikan adalah sebagai berikut :

a. dalam hal atasan PPNS adalah Penyidik maka penandatanganan ketetapan penghentian penyidikan dilakukan oleh atasan PPNS;

b. dalam hal atasan PPNS bukan Penyidik maka penandatanganan ketetapan penghentian penyidikan dilakukan oleh PPNS yang bersangkutan dengan diketahui oleh Kepala Unit Kerja.

Bagian Kedelapan Pembuktian

Pasal 27

(1) Dalam hal tertentu, proses penyidikan harus dilengkapi dengan alat pembuktian baik berupa surat maupun benda.

(2) Pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dituangkan dalam bentuk Berita Acara Pemeriksaan.

(12)

Pasal 28

(1)Berita Acara Pemeriksaan tindak pidana berfungsi sebagai Berkas Perkara untuk dikirim ke siding di tempat Pengadilan Negeri, diberi nomor dan dicatat pada Buku Register Berkas Perkara.

(2)Apabila dalam proses penyidikan tindak pidana dilakukan pula upaya paksa lain seperti penyitaan, maka berkas perkara disusun sebagai berikut :

a. Berita Acara Pemeriksaan tindak pidana ringan;

b. Berita Acara Penyitaan dan surat tanda penerimaan barang bukti.

(3)Penyerahan Berkas Perkara, tersangka, barang bukti dan saksi dari PPNS atas kuasa Penuntut Umum ke Sidang Pengadilan di tempat, melalui Penyidik POLRI.

(4)Penyerahan Berita Acara, tersangka, saksi dan barang bukti kepada Penyidik POLRI dicatat dlam Register Ekspedisi Pengiriman Berkas Perkara, tersangka dan barang bukti

BAB X PEMBINAAN

Pasal 29

(1) Pembinaan umum terhadap PPNS dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri.

(2) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi.

Pasal 30

Pembinaan teknis terhadap PPNS dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM, Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan Jaksa Agung sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Pasal 31

(1) Pembinaan operasional terhadap PPNS dilakukan oleh Gubernur cq. Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bekerja sama dengan instansi terkait.

(2) Pembinaan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi :

a. pembinaan petunjuk yuridis, yaitu :

1) penetapan pembinaan teknis yuridis dan pengawasan atas pelaksanaan tugas-tugas PPNS;

2) pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja yang memiliki PPNS dalam pelaksanaan tugas-tugas operasional PPNS. b. pembinaan teknis administrasi, yaitu :

1) pembinaan administrasi atas pengusulan, pengangkatan dan pemberhentian, PPNS/Calon PPNS termasuk dalam hal terjadi mutasi, promosi, pension dan meninggal dunia;

(13)

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 32

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Ditetapkankan di Pangkalpinang pada tanggal 2009

GUBERNUR

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

EKO MAULANA ALI

Diundangkan di Pangkalpinang pada tanggal 2009

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

IMAM MARDI NUGROHO

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

terdapat upaya yang signifikan dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui.. rumah singgah dan program lainnya yang terintegrasi dengan Dinas

Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa kebutuhan yang paling banyak terpenuhi adalah kebutuhan tempat tinggal (91,2%) pada kebutuhan fisiologis, kebutuhan

Penelitian dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai mekanisme ketahanan tanaman cabai secara biokimia ketika terinfeksi Pepper yellow leaf curl Begomovirus

bahwa instrumen pengendalian moneter yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan wadi’ah berupa Sertifikat Wadi’ah Bank

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

literatur yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Untuk lebih jelasnya, sumber-sumber literatur yang penulis dapatkan. adalah