• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga T1 132010010 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga T1 132010010 BAB I"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah saja tentu akan membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar atau senang karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Dengan demikian kegiatan belajar akan lebih efektif.

Belajar yang efektif harus dimulai dari pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga dalam pengajaran dari pada tanpa dibantu dengan alat pengajaran. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berusaha untuk menampilkan rangsangan (stimulus), yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.

(2)

keterbelakangan mental. Jika kita renungkan lebih dalam, ternyata bukan mereka yang bermasalah, melainkan sebenarnya mereka mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru.

Saat ini sebagai orang tua tentunya juga merasakan beratnya tugas yang harus diemban ketika membantu anak belajar di rumah. Kadang kala kita protes terhadap materi yang “mungkin tidak sesuai dengan ukuran

pola pikir anak”. Ini yang memungkinkan timbulnya “school stress” pada

(3)

Ternyata, banyaknya siswa yang dianggap lambat dan gagal menerima materi dari guru disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, jika gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Guru akan merasa senang karena menganggap semua siswanya cerdas dan berpotensi untuk sukses pada jenis kecerdasan yang dimilikinya.

Kita harus mulai menggunakan cara-cara belajar dan mengajar yang membuat anak tidak merasa menjadi beban. Kita mulai dari diri kita sebagai orang tua maupun sebagai guru untuk mengubah pola pikir kita dalam membelajarkan anak. Anak bukanlah gelas kosong yang bisa kita isi apapun. Setiap anak adalah istimewa. Mereka mempunyai kemampuan masing-masing sesuai dengan gaya belajarnya. Kita tidak bisa memaksakan gaya belajar kita kepada kita atau kepada murid kita.

(4)

Kata media berasal dari Bahasa Latin medium yang berarti „perantara‟ atau „pengantar‟. Banyak definisi atau pengertian media yang

dikemukakan oleh para ahli. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam proses penyajian informasi dalam AECT Task Force (dalam Dwikurnaningsih, 2012). Rumusan ini mengandung arti bahwa media berarti segala sesuatu yang dapat mengantarkan informasi atau pesan antara pemberi pesan dan penerima pesan. Menurut Fleming (dalam Dwikurnaningsih, 2012), menyebut media sebagai mediator yaitu penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Sebagai mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pengajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut sebagai media. Jadi guru dengan segala gaya dan perilakunya juga dikategorikan sebagai media.

(5)

dan setelah tiga hari kemudian diingat 65%. Dilihat dari proporsi penggunaan alat inderanya, ada beberapa gaya pengamatan individu. Ada gaya pengamatan visual, yaitu orang yang akan lebih banyak memperoleh kesan dari pengamatannya dengan lebih banyak menggunakan indera penglihatan. Gaya auditorial yaitu gaya pendengaran yang lebih banyak menggunakan alat pendengaran karena suara merupakan rangsangan yang paling dominan. Gaya taktil yaitu gaya pengamatan melalui indera perabaan atau penciuman dengan demikian bagi orang yang bergaya taktil segala sesuatu akan mudah dan jelas diamati apabila mendapat kesempatan meraba atau menciumnya. Gaya kinestetik yaitu pengamatan melalui gerakan dengan demikian bagi orang yang bergaya kinestetik segala sesuatu akan dapat diamati dengan mudah dan jelas apabila disertai dengan gerakan-gerakan.

(6)

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dan pengamatan penulis terhadap pemberian layanan bimbingan dan konseling di kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga, banyak siswa yang tidak mempunyai semangat dalam pemberian layanan bimbingan konseling dengan metode ceramah saja. Akibatnya, mereka mungkin tidak dapat menyerap atau mencerna dan mengingat materi yang disampaikan oleh guru bimbingan dan koseling pada saat pemberian layanan karena mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Mereka sudah mengerti arti dari gaya belajar itu seperti apa tetapi mereka belum mengerti gaya belajar mereka masing-masing. Sebagian dari mereka dapat menyerap pelajaran yang disampaikan guru hanya dengan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan cara ceramah, tetapi sebagian lagi tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru tersebut.

Anggraeni (2011) melakukan penelitian “Pengembangan Model

Bimbingan Belajar Berdasarkan Analisis Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 2 Jatinom Tahun Ajaran 2010/2011” ditemukan bahwa belum ada

media yang dikembangkan untuk mengoptimalkan gaya belajar siswa agar hasil belajar atau prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas

(7)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan media

video audio visual modalitas belajar untuk siswa kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengembangkan media video audio visual modalitas belajar untuk siswa kelas VIIIC SMPN 9 Salatiga.

1.4.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat mempermudah peserta didik dalam memahami modalitas belajar dan memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya penggunaan media.

2. Manfaat Praktis

(8)

1.5. Spesifik Produk yang Diharapkan 1.5.1. Jenis Produk

Jenis produk yang dikembangkan berupa media video audio visual modalitas belajar untuk siswa. Produk yang dihasilkan diharapkan memiliki spesifikasi yaitu (1) mudah digunakan atau di akses (2) bisa digunakan siapa saja (3) menarik (4) berguna.

1.5.2. Desain Bentuk dan Isi 1.5.2.1. Desain

Media video ini dirancang untuk memberikan pemahaman tentang modalitas belajar siswa, dengan video ini, diharapkan siswa dapat memahami modalitas belajar yang mereka miliki dan dapat menerapkan modalitas belajar yang sesuai dengan modalitas belajarnya sehingga prestasi belajar mereka menjadi lebih baik.

1.5.2.2. Isi produk

(9)

1.6. Pentingnya Pengembangan

Pengembangan media video audio visual akan membawa manfaat sebagai berikut:

a. Memberikan kemudahan siswa dalam memahami modalitas belajar yang mereka miliki dan dapat menerapkan modalitas belajar yang sesuai dengan modalitas belajarnya sehingga prestasi belajar mereka menjadi lebih baik.

b. Media video akan menjadi terobosan baru sebagai media yang memberikan informasi tentang modalitas belajar.

1.7. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1.7.1. Asumsi

Asumsi-asumsi penelitian pengembangan ini sebagai berikut:

1. Video ini merupakan media penyampaian materi siswa kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga.

2. Video ini menyajikan informasi tentang macam-macam dan ciri-ciri modalitas belajar.

(10)

1.7.2. Keterbatasan Pengembangan

Terdapat beberapa keterbatasan dalam pengembangan media video, yaitu:

1. Pengujian yang digunakan adalah uji ahli, uji konselor sekolah, dan uji siswa. Pengujian masksimal sampai pada uji siswa, oleh karena itu diperlukan uji coba lanjutan.

2. Penelitian ini hanya sampai tahap revisi produk operasional , sehingga perlu ditindak lanjuti sampai tahap implementasi di lapangan.

1.8. Definisi Istilah

Beberapa istilah teknis dalam penelitian ini yang perlu dikembangkan, antara lain:

1.8.1. Pengembangan Media

(11)

1.8.2. Video

Media video menurut Jerrold E. Kemp (dalam Dwikurnaningsih, 2012) merupakan media yang dapat menyajikan gambar bergerak dan suara secara bersama-sama. Arsyad (dalam Dwikurnaningsih, 2012) adalah media yang dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai, sehingga memberikan daya tarik tersendiri.

Media video dapat diklasifikasikan ke dalam media audio visual dinamis yang diproyeksikan, yang dapat memberi pengalaman tentang kenyataan atau realitas melalui rekaman audio dan gambar bergerak, videodapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah, narasi yang sesuai, dan musik yang mendukung. Dalam video juga bisa menampilkan grafik, animasi, maupun teks.

1.9. Sistematika Penulisan

Bagian ini terdiri atas 5 bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, Rumusan masalah, tujuan pengembangan, Spesifik produk yang diharapkan,pentingnya pengembangan, Asumsi dan keterbatasan pengembangan , definisi istilah dan sistematika penulisan.

(12)

Bab III Metode Pengembangan, meliputi Model pengembangan, Prosedur Pengembangan, ujicoba produk: ( desain, subjek, jenis data, teknik analisis) .

Bab IV Hasil Pengembangan, memaparkan media pembelajaran yang dihasilkan, kelebihan dan kekurangan, beserta pembahasannya.

Referensi

Dokumen terkait

(5) Penyusunan standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan pedoman tertentu yang diatur lebih lanjut dalam

Untuk memperoleh data yang lebih akurat dan agar data yang telah diperoleh tidak hilang maka Peneliti melakukan perekaman data dengan cara membuat catatan hasil yang

Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi dan rekomendasi yang dapat digunakan untuk menciptakan penelitian dan

[r]

[r]

Peserta yang ikut dalam pelatihan sebagian adalah bukan guru-guru Penjaskes melainkan guru kelas sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimal. Kegiatan pelatihan tentang

Hal ini bukan menguatkan posisi budak dalam Islam, tetapi lebih pada peng- gambaran yang terjadi di masyarakat yang dihadapi oleh Ra- sulullah yang masih menganut sistem

Dari penelitian yang telah dilakukan pada kolektor surya v -corrugated absorber dengan penambahan obstacle dan fins berbentuk setengah silinder yang disusun secara staggered