SKRIPSI
Oleh :
DAHLAN AS’ARI
NIM : D33213029
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Dahlan As’ari (D33213029), 2017, Penggunaan Student’s Smart Card dalam Layanan Pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik, Dosen Pembimbing I, Ibu Dr. Hanun Asrohah, M.Ag dan Dosen pembimbing II, Ibu Dr. Lilik Huriyah, M.Pd.I
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan Smart Card dalam layanan pendidikan yang ada di sekolah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskripstif. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara serta dokumentasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan smart card dalam layanan pendidikan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, dan dokumentasi. Dalam analisis dan intepretasi data, Peneliti menggunakan model Miles and Huberman yaitu reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Sedangkan dalam uji keabsahan data Peneliti menggunakan triangulasi berupa triangulasi sumber dan teknik.
Secara penerpannya, Smart Card salah satu system informasi yang menjadikan efektif dan efisiensi dalam proses bertransaksi, hal tersebut seperti penerapannya di sekolah ini, yang fungsi dari smart card dapat digunakan diberbagai layanan, seperti:layanan foodcourt sebagai layanan pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani warga sekolah, begitu juga dengan layanan ma’arif mart, layanan perpustakaan sebagai layanan kebutuhan warga sekolah dalam megakses pengetahuan lain melalui buku-buku yang ada di perpustakaan, layanan presensi sebagai layanan kehadiran siswa di sekolah, dan juga dapat digunakan dilayanan deposito sebagai layanan untuk pengisian saldo smart card sekaligus digunakan untuk menabung. Selain itu pengguna dari smart card tidak hanya warga sekolah tetapi dari mulai peserta didik, guru serta karyawan dan juga tamu sekolah yang berkunjung.Dari beberapa fungsi terhadap layanan tersebut, menimbulkan dampak bagi warga sekolah,yaitu menjadikan disiplin tepat waktu masuk sekolah, baik peserta didik, guru serta karyawan, dan menjadikan tertib dalam mengantri, memudahkan dalam proses pelayanan, baik dari tenaga serta waktunya.
Kata Kunci :Student’s Smart Card, Layanan Pendidikan, Smart Card dalam
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I : PENDAHULUAN A. LatarBelakangPenelitian ... 1
B. Fokus Penelitihan ... 9
C. TujuanPenelitihan ... 10
D. Manfaat Penelitihan ... 10
E. Definisi Konseptual ... 11
F. Keaslian Penelitihan ... 14
BAB II :KAJIAN PUSTAKA A. Student’s Smart Card
1. Definisi Smart Card ... 18
2. Sejarah Smart Card ... 20
3. Perkembangan Smart Card di Indonesia ... 26
4. Jenis-Jenis Smart Card ... 27
5. Cara Menggunakan Smart Card ... 30
6. Manfaat dan Resiko Penggunaan Smart Card ... 35
B. Layanan Pendidikan 1. Definisi Layanan Pendidikan ... 35
2. Macam-Macam Layanan Pendidikan ... 41
C. Pemanfaatan Student’s Smart Card pada Layanan Pendidikan 1. Pemanfaatan Smart Card pada layanan diberbagai negara ... 44
2. Alur Transaksi Smart Card pada layanan perpustakaan dan kantin 46 BAB III :METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 48
B. Lokasi Penelitian ... 50
C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 50
D. Cara Pengumpulan Data ... 53
E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 55
F. Keabsahan Data ... 57
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 66
B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Temuan Penelitian ... 71
C. Pembahasan ... 105
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 108 B. Saran ... 110
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.Guru dan Karyawan SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik ... 63
Tabel 4.2.Rekap Jumlah Keseluruhan Siswa SMA NU 1 Gresik ... 64
Tabel 4.3.Jadwal Kegiatan Wawancara ... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Alur Transaksi Peminjaman Buku Perpustakaan ... 47
Gambar 2.2 Alur Pembelian di Kantin ... 48
Gambar 4.1. Magnetic Stripe Reader ... 82
Gambar 4.2. Printer Struk ... 83
Gambar4.3. Struk ... 84
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Pedoman Teknik Pengambilan Data
Lampiran II :Transkip Hasil Wawancara dan Observasi
LampiranIII :Profil Sekolah
LampiranIV :Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Lampiran V : Daftar Peserta Didik
LampiranVI :Rombongan Belajar
LampiranVII:Sarana Prasarana
Lampiran VIII: Rekapitulasi Jumlah Siswa dan Karyawan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan teknologi telah berkembang sangat pesat hingga sekarang, dahulu manusia menciptakan teknologi karena dorongan akan hidup lebih baik. Sehingga mendorong manusia untuk membuat sebuah teknologi
yang dapat membantu mereka dalam hal pekerjaan. Sehingga munculnya teknologi hingga sekarang.
Saat ini Teknologi informasi masih berkembang pesat di segala aspek kehidupan. Dari yang sederhana, hingga yang mutakhir. Di berbagai negara maju dan berkembang, hadir teknologi-teknologi baru yang dapat membantu
dalam hal perkerjaan. Diranah perusahaan yang memanfaatkan teknologi informasi sebagai tujuan memajukan perusahaan serta memperluas jaringan.
Aktivitas yang dahulunya dikerjakan secara manual dengan perkembangan teknologi informasi menjadikan pekerjaan menjadi efektif dan efisien, seperti ketika perusahaan melakukan surat menyurat yang dahulunya dilakukan
dengan mengirimnya melalui kantor pos dan dikirim oleh kurir hingga beberapa hari dengan adanya perkembangan teknologi informasi dapat
adanya perkembangan teknologi informasi transaksi perusahaan dapat dilakukan secara langsung dengan melalui kartu ATM, Bank dll
Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 1 Ayat (1) telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman,
dan/atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya1
E-commerce adalah singkatan dari Electronik Commerce, yaitu pembelian, penjualan dan pertukaran barang atau layanan dan informasi
secara elektronik, yang melalui jaringan komputer terutama internet. E-commerce dapat diartikan dengan sangat luas, tidak hanya pembelian atau penjualan barang, tetapi juga layanan terhadap pelanggan, kerja sama dengan
rekan bisnis serta membangun transaksi secara elektronik antar organisasi2 Untuk keberhasilan suatu aplikasi, e commerce perlu adanya hal-hal lain yang mendukung seperti infrastruktur, permasalahan pembayaran elektronik, pemenuhan pesanan dan lain sebagainya. E-commerce mempunyai fungsi sebagai alat pembayaran berupa elektronik, pembayaran merupakan
bagian dari melakukan bisnis, baik pembayaran secara elektronik maupun pembayaran secara tradisional. Pembayaran secara tradisional seperti uang
tunai. Seperti pada pasar tradisional, pasar elektronik juga membutuhkan
1
Undang-Undang No 36 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1 tentang Telekomunikasi. 2
metode pembayaran. Adapun metode pembayaran tersebut adalah check elektronik, kartu kredit elektronik, pembayaran tunai elektronik, smart card, dan pembayaran antar individual.
Realita yang ada penggunaan e-commerce yang berbentuk smart card digunakan oleh mayoritas perusahaan, dan dilembaga pendidikan penggadaan smart card masih jarang digunakan, tetapi sudah ada yang menggunakan di institusi – institusi perguruan tinggi seperti di Institut Teknologi Nasional
Malang yang menggunakan teknologi informasi e-commerce yang berbentuk smart card dengan memfungsikan sebagai absensi juga dapat digunakan untuk akses pada kegiatan atau fasilitas proses pembelajaran di dalam kampus misalnya akses laboratorium, perpustakaan dan juga sebagai KTM.
Pendidikan menurut Crow dan Crow adalah proses yang berisi
berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang untuk kehidupan sosialnya dan membantu kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan
serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi3. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan (proses; perbuatan; cara mendidik)4.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dilihat pokok-pokok penting
pendidikan yaitu:
3
Sahara dan Jamal Lisman, Pengantar Pendidikan 1 (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana, 1992), 82
4
1. Pendidikan adalah proses pembelajaran. 2. Pendidikan adalah proses sosial.
3. Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia.
4. Pendidikan berusaha mengubah/mengembangkan kemampuan, sikap, dan
perilaku yang positif.
5. Pendidikan merupakan perbuatan/kegiatan sadar dan terarah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah proses sosial dalam
memanusiakan manusia melalui pembelajaran yang dilakukan dengan sadar, baik secara terencan maupun tidak.
Kottler mendefinisikan pelayanan/jasa sebagai suatu perbuatan, di mana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau
tidak berkaitan dengan fisik produk5. Stanton mengungkapkan definisi jasa adalah sesuatu yang dapat didefinisikan secara terpisah, tidak berwujud, dan
ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan di mana jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak6.
Dari pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa jasa pelayanan
adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud, namun dapat dinikmati. Keluaran dari usaha ini tidak dapat
dilihat dan diraba. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan dapat
5
Kottler, Philips. Marketing Management Millenium Edition (New Jersey: Prentice Hall Inc, 2000), 428
6
dikategorikan sebagai suatu lembaga yang termasuk kategori pemberi pelayanan jasa, sehingga apabila ingin dilihat kinerjanya berasal dari mutu
pelayanan yang dilakukannya. Dan dengan penerapan layanan yang baik akan menjadikan respon para pengguna layanan juga baik.
Secara sederhana layanan pendidikan bisa diartikan dengan jasa pendidikan. Kata jasa (service) itu sendiri memiliki beberapa arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai pada jasa sebagai suatu produk7.
Sebelum lebih jauh membahas mengenai layanan pendidikan, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian jasa menurut beberapa ahli, sehingga
pembahasan ini dapat dipahami secara komprehensif.
Selanjutnya Stanton mengungkapkan bahwa jasa diidentifikasi sebagai kegiatan tidak berwujud yang merupakan obyek utama dari transaksi yang
dirancang untuk menyediakan keinginan atau kepuasan kepada pelanggan. Sedangkan Zaithmal dan Bitner berpendapat
“include all economic activities whose output is not a physical product or construction,is generally consumed at the time it is produced,and provides added value in forms (such as convenience, amusement, timelines, comfort of health) that are essentially intangible concerns of its first purchaser”8.
Jasa pada dasarnya merupakan seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dan pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada
7
Rambat Lupiyadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta :Salemba Empat, ed II, 2006), 5
8
saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intagnible) bagi pembeli pertamanya.
Jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat, meliputi layanan untuk mengembangkan kemampuan para peserta didik untuk hidup bermasyarakat
seperti mengobservasi kehidupan petani, pengusaha/perusahaan industri, mengunjungi rumah sakit,mengunjungi rumah-rumah. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai produk jasa (service) merupakan sesuatu layanan yang tidak berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses dengan menggunakan atau tidak
menggunakan bantuan produk fisik dimana proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa yang mempunyai sifat yang tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan. Jasa bukan barang
melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud.
Dalam manajemen sumber daya, Produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan9. Dalam jasa pendidikan, produk yang ditawarkan kepada siswa ialah reputasi,
prospek, dan variasi pilihan. Sekolah yang baik menawarkan reputasi/mutu pendidikan yang tinggi, prospek bagi siswa setelah lulus, dan pilihan
konsentrasi berbagai program yang bervariasi sehingga calon siswa dapat memilih bidang yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.
9
Produk secara umum merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi
pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yangditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, organisasi, dan
ide. Produk dari sekolah adalah jasa kependidikan yang dapat dirinci sebagai berikut10:
1. Jasa kurikuler meliputi kurikulum, silabus umum, rancangan bahan
pembelajaran, penyajian bahan pembelajaran, dan evaluasi.
2. Jasa penelitian,berupa berbagai penelitian dan hasilnya atau pengembangan
kemampuan guru dalam meneliti dan membaca hasil penelitian.
3. Jasa ektrakurikuler, meliputi berbagai kegiatan pelayanan di luar jasa kurikuler, seperti kegiatan kesenian, olah raga, prakarya dan lain-lain.
4. Jasa administrasi/ketatausahaan, berupa layanan berbagai surat keterangan, surat pengantar bagi peserta didik, laporan hasil belajar.
5. Jasa layanan khusus, berupa layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan,layanan usaha kesehatan sekolah, layanan kantin, dan layanan
transportasi atau bus.
Dengan berbagai macam jasa layanan yang ada di sekolah, yang sangat berhubungan erat dengan teknologi smart card dalam prosesnya yakni jasa
10
layanan khusus. Dan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan teknologi yang berupa smart card digunakan di sektor pendidikan yang salah
satunya diterapkan di lembaga pendidikan SMANU Gresik, penerapan teknologi smart card ini dimulai pada tahun 2013 yang mana sekolah tersebut
sebelum menerapkan teknologi smart card, segala transaksi yang berhubungan dengan layanan administrasi dan layanan khusus yang ada di sekolah dirasa kurang efektif, dan rasa kepemilikan peserta didik terhadap
kartu pelajar yang berguna sebagai identitas diri sangatlah kurang, terbukti dengan fungsinya sebagai identitas saja, peserta didik dalam menjaga kartu
tersebut kurang sehingga menyebakan keteledoran seringnya hilang kartu identitas tersebut. Dan dalam melakukan transaksi pembayaran, sebelum adanya smart card peserta didik dalam transaksi pembayaran dengan tunai. Dan peserta didik dalam menyimpan uang terkadang hilang, dalam aspek kehadiran siswa, kehadirannya dilakukan secara manual yang dilakukan
ketika masuk di kelas.
Peneliti ingin mencoba melihat dan mengamati secara langsung penggunaan smart card yang selanjutnya peneliti menyebutnya dengan nama student’s smart card. Dari uraian latar belakang diatas penulis ingin mengamati “Penggunaan Student’s Smart Card Dalam Layanan
Pendidikan di SMA Nahdhatul Ulama’1 Gresik”.
B. Fokus Penelitian
Setiap pelaksanaan penelitian pada dasarnya dimulai dari sesuatu yang dianggap sebagai permasalahan yang perlu dicari jawabannya. Adapun dalam
penelitian ini, permasalahan-permasalahan yang dapat diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana penggunaan smart card dalam layanan pendidikan di
SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik?” dengan perincian sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan penggunaan student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik?
2. Bagaimana fungsi student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik?
3. Bagaimana dampak student’s smart card dalam layanan pendidikan di
SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik?
4. Bagaimana Respon Stakeholder dalam penggunaan student’s smart card
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik.
2. Untuk mengetahui fungsi student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik
3. Untuk mengetahui dampak student’s smart card dalam layanan
pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik.
4. Untuk mengetahui Respon Stakeholder dalam penggunaan student’s
smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik?
D. Manfaat Penelitian
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ilmiah tentang Penggunaan student’s smart card dalam Layanan Pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1
Gresik., manfaat yang diharapkan yaitu: 1. Dari sudut akademik
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang pelaksanaan penggunaan smart card student dalam layanan pendidikan di sekolah.
2. Dari sudut sosial praktis
a. Bagi Peneliti, Untuk memperluas wawasan tentang penggunaan smart
card student dalam layanan pendidikan, dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Manajemen Pendidikan UIN Sunan Ampel Surabaya.
b. Bagi SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik, Sebagai masukan bagi pengelola sekolah agar mengoptimalkan penggunaan smart card semakin baik dan terorganisir.
c. Bagi UIN Sunan Ampel Surabaya, untuk menambah koleksi
hasil-hasil penelitian, khususnya yang menyangkut sistem informasi manajemen di sekolah.
E. Definisi Konseptual
Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi
makna pada suatu konstruk atau variable dengan “operasi” atau kegiatan dipergunakan untuk mengukur konstruk atau variable. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal didefinisikan yang dapat
diamati atau diobservasikan atau diteliti11.
Hal ini sangat penting dilakukan selain sebagai petunjuk alat
pengumpul data (instrumen) yang cocok untuk digunakan, juga membuka kemungkinan bagi peneliti lain untuk melakukan hal yang serupa. Definisi
11
opersional juga diperlukan agar peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa tidak salah dalam menafsirkan konsep variabel yang dilakukan oleh
penulis12.
1. Penggunaan Student’s Smart Card
Smart Card Menurut Kadir, smart card adalah sebuah komputer berukuran kecil karena di lengkapi dengan chip yang mengandung prosesor, RAM dan ROM, dan bahkan sistem operasi dengan
keamanan yang sangat tinggi13.
Kartu pintar (smart card), secara fisik, adalah kartu plastik seukuran kartu kredit yang dapat diisi dengan data untuk berbagai keperluan. Sejumlah pemanfaatan kartu pintar antara lain adalah pembayaran tunai secara elektronik, sistem presensi, kartu berlangganan
tiket kereta api dan bus, pembayaran jalan tol, dan lain-lain14.
Dari beberapa pendapat tersebut maka smart cardadalah kartu plastik yang mengandung memory chip dan microprocessor. Kartu ini bisa menambah, menghapus serta mengubah informasi yang terkandung. Smart card sangat menolong saat melakukan transaksi sebab keamanan
lebih terjamin.
12
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 190. 13
Kadir, Abdul. Pengenalan Sistem Informasi ( Yogyakarta :Andi Offset. 2003), 168 14
2. Layanan Pendidikan
Menurut KBBI istilah layanan dapat diartikan sebagai cara melayani,
yaitu membantu menyiapkan (mengurus) apa yang di perlukan seseorang15 Pendidikan menurut noor syam adalah merujuk kepada aktivitas atau
usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera dan berbagai ketrampilan)16.
Jadi layanan pendidikan cara melayani atau membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang di dalam dunia pendidikan.
3. Sekolah Menengah Atas Nahdhatul Ulama’ 1 Gresik
Adalah sebuah lembaga pendidikan yang berbasiskan Islami yang berada di bawah naungan Lemabaga Pendidikan Ma’arif Nahdhatul
Ulama’ yang berada di Jalan raya
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
maksud dari judul skripsi ini adalah Bagaimana Implementasi penggunaan Student’s Smart Card dalam layanan pendidikan yang ada di lembaga
pendidikan di SMA Nahdhatul Ulama’ 1 Gresik.
15
Achmad Mansur Sutejo dkk, Layanan Cinta (Jakarta : CV Agung Seto, 2014), 80. 16
F. Keaslian Penelitian
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai sedikit relevansi dengan penelian yang sedang peneliti lakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Dr Kanti W Istidjab, M.Sc, Dr Moedjiono, M.Sc, Drs. Akmam Amir, MKOM, Drs. Dede Drajat, Drs. Parwoko, Drs. Paraden L Sidauruk, Drs. Djoko Waluyo, Drs. Heru Pudjo Buntoro, MA Atjih Ratnawati, BA
Gantyo Witarso, BA, Yan Andriariza AS, S.Kom telah melakukan penelitian dengan judul “Studi Penyusunan Kebijakan Pemerintah
Mengenai Kerangka Kerja (Framework) Penerapan Kartu Pintar (Smart Card) Di Indonesia” penelitian tersebut Memberikan kerangka kerja bagi pemerintah dalam menghasilkan kebijakan dan panduan mengenai
pemanfaatan smart card dan RFID yang optimal dalam berbagai layanan”17
2. Tantri Saraswati, Alvernia Nareswari N dan Novitarini “Penggunaan Smart Card sebagai Tiket Jalan Tol” jurnal ini membahas pembangunan sistem ticketing otomatis dengan memanfaatkan teknologi smart card sebagai alat transaksi berupa tiket jalan tol18.
17
Penelitian, Kanti W Istidjab, Moedjiono, Akmam Amir, dkk, Studi Penyusunan Kebijakan Pemerintah Mengenai Kerangka Kerja (Framework) Penerapan Kartu Pintar (Smart Card) Di Indonesia (Jakarta: Pusat Litbang APTEL SKDI, 2008)
18
3. Irmalia Suryani Faradisa, ST, MT, Irrine Budi Sulistyawati, ST, MT “Desain Sistem Absensi Mahasiswa Menggunakan Piranti Kartu Cerdas”
jurnal ini membahasuntuk absensi juga dapat digunakan untuk akses pada kegiatan atau fasilitas proses pembelajaran di dalam kampus misalnya
akses laboratorium, perpustakaan dan juga sebagai KTM19
4. Paulus Insap Santoso “Prototiep Kantin Tanpa Uang Berbasis Kartu Pintar” jurnal ini membahas tentang prototipe aplikasi desktop yang
memanfaatkan kartu pintar untuk mode pembayaran transaksi tanpa uang tunai pada sebuah kantin20
5. Endrik “Aplikasi Smart Card Untuk Prototipe Sistem Pendidikan Sekolah Dengan Berbasis Web” jurnal ini membahas perangkat lunakuntuk sistem pendidikan sekolah dengan memanfaatkan smart card sebagai kartu siswa
yang berbasis web agar dapat menghasilkan jaringan yang luas21
6. Resa Dian Pradikta, Paulus Susetyo W., ST, Reesa Akbar, ST “Rancang
Bangun Simulasi SPBU Mandiri Menggunakan Air Dengan Sistem Prabayar Berbasis Smart Card” jurnal ini membahas tentang penggunaan
smart card sebagai media transaksi di SPBU22
19
Irmalia Suryani Faradisa,Irrine Budi Sulistyawati, Desain Sistem Absensi Mahasiswa Menggunakan Piranti Kartu Cerdas, Penelitian (Malang. Institut Teknologi Malang,2009) 20
Paulus Insap Santosa, prototiep kantin tanpa uang berbasis kartu pintar, Skripsi (Yogyakarta :Kampus UGM 2010)
21
Endrik, Aplikasi Smart Card Untuk Prototipe Sistem Pendidikan Sekolah Dengan Berbasis Web, Skripsi, (Bandung, Universitas Kristen Maranatha, 2008)
22
7. Eva Khaterina Hasibuan Weny Fitriani “Smart Card Berbasis Biometrika Sidik Jari Untuk Transaksi Pembayaran Pada Transmusi Palembang”
jurnal ini membahas sistem pembayaran menggunakan sidik jari untuk transaksi pembayaran pada transmusi sehingga mempermudah pelanggan
untuk melakukan transaksi pada transmusi palembang23
8. Dessy Wulandari A.P “Identifikasi sistem pembayaran transjakarta menggunakan smart card” jurnal ini membahas kegunaan smart card
untuk penggamanan database dengan menggunakan chips mikroprosesor yang ada di dalamnya24.
Dari beberapa penelitian di atas, persamaan dari penelitian ini adalah praktik penggunaan smart card, serta yang yang membedakan dari penelitian ini penggunaan teknologi smart card dalam lembaga pendidikan
G. Sistematika Pembahasan
Untuk melengkapi penjelasan dalam pengembangan materi skripsi ini
serta untuk mempermudah dalam memahami maka pembahasan dalam penelitian ini akan dipaparkan dalam 5 bab, dengan perincian sebagai berikut:
BAB I Akan dibahas tentang Pendahuluan; dalam bab ini akan
dikemukakan latar belakang, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan.
23
Eva Khaterina Hasibuan, Weny Fitriani, Smart Card Berbasis Biometrika Sidik Jari Untuk Transaksi Pembayaran Pada Transmusi Palembang,Skrips(Palembang, STMIK PalCom Tech, 2010)
24
BAB II Akan membahas tentang Landasan Teoritis; dalam bab ini akan mengemukakan kajian teori yang mana di dalamnya menguraikan
tentang segala hal yang berkaitan dengan tinjauan tentang Penggunaan Smart card, dengan sub bab Smart Card dan layanan pendidikan.
BAB III Akan membahas tentang Metode Penelitian; dalam bab ini akan berisi tentang metode penelitian yang didalamnya membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini,
lokasi penelitian, serta dari mana saja sumber yang di peroleh sekaligus bagaimana pengumpulan data dilakukan, prosedur analisis dan intrepretasi
data dan keabsahan data dalam penelitian ini.
BAB IV Akan membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan; Dalam bab ini berisi tentang gambaran objek penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan yang terdiri dari deskripsi subjek, hasil penelitian, deskripsi hasil temuan serta analisis temuan penelitian dan pembahasan.
BAB V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian dan pembahasan.
Bagian akhir dari penelitian ini yaitu daftar pustaka yang menjadi daftar bahan
A. Student’s Smart Card 1. Smart Card
Menurut Kadir, Smart Card adalah sebuah komputer berukuran kecil karena dilengkapi dengan chip yang mengandung prosesor, RAM dan ROM, dan bahkan sistem operasi dengan keamanan yang sangat tinggi25. Smart card merupakan teknologi yang banyak digunakan saat ini.
Smart Card sering disebut sebagai chip card atau integrated circuit (IC) card. Chip card yaitu kategori umum yang mencakup smart card dan memory card.
Kartu pintar (smart card), secara fisik, adalah kartuplastik seukuran kartu kredit yang dapat diisi dengan data untuk berbagai
keperluan. Sejumlah pemanfaatan kartu pintar antara lain adalah pembayaran tunai secara elektronik, sistem presensi, kartu berlangganan tiket kereta api dan bus, pembayaran jalan tol, dan lain-lain26.
Dari beberapa pendapat tersebut maka Smart card adalah kartu plastik yang mengandung memory chip dan microprocessor. Kartu ini bisa
menambah, menghapus serta mengubah informasi yang terkandung. Smart
25
Kadir, Abdul. Pengenalan Sistem Informasi ( Yogyakarta : Andi Offset, 2003), 168. 26
card sangat menolong saat melakukan transaksi sebab keamanan lebih terjamin.
Sebagai salah satu bentuk penerapan langsung dari teknologi mikroelektronika untuk media komunikasi data yang sangat bersifat
personal mengikuti trend perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di era informasi ini, pemanfaatan smart card semakin menunjukkan peningkatan yang pesat. Kalau kita lihat contoh
penerapannya, pihak yang paling paling banyak menggunakan smart card adalah operator telefon seluler, serta kalangan perbankan untuk kartu
kredit maupun kartu debit /kartu ATM. Tidak hanya sebatas itu, potensi pemanfaatan smart card juga meluas ke berbagai mode penggunaan lainnya, yang semakin mempermudah hidup manusia. Ke depannya,
perkembangan penggunaan smart card akan mengarah pada kartu multi fungsi sehingga mampu memenuhi kebutuhan pengguna.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa institusi di Indonesia telah mencoba menggunakan smart card meskipun dalam skala yang masih terbatas, misalnya Pemerintah Kabupaten Jembrana yang
institusi lain juga sudah merencanakan untuk menggunakan smart card misalnya Kartu Tol, Kartu Subsidi BBM, dan yang lainnya, walaupun
untuk penggunaan dalam skala lebih luas (komunitas terbuka), masih banyak permasalahan non teknis yang harus diatasi untuk mendapatkan
hasil penerapan yang optimal dan berhasil baik.
Seperti yang tercantum Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 1 Ayat (1) telekomunikasi adalah
setiap pemancaran, pengiriman, dan penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi
melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya27. Maka bukan hal yang tabu apabila dengan perkembangan teknologi informasi menjadikan smart card sebagai alat efektif dalam setiap
kegiatan manusia.
2. Sejarah Smart Card
Pemanfaatan kartu plastik dimulai di Amerika Serikat pada awal tahun 1950an. Harga Plastik yang murah telah memungkinkan untuk memproduksi kartu yang kuatdan handal hingga dapat dimanfaatkan untuk
penggunaan sehari-hari dibandingkan dengan kartu yang berbahan kertas maupun karton. Kartu plastik sebagai alat pembayaran pertama kali
27
dikeluarkan oleh Diners Club pada tahun 195028. Kartu tersebut ditujukan untuk kelas individu tertentu menjadikannya sebagai suatu simbol status,
memberikan pelayanan pembayaran atas dasar “nama baik” dan bukan uang tunai. Pada awalnya hanya hotel dan restoran tertentu saja yang
menerima model pembayaran seperti itu, sehingga jenis kartu tersebut dikenal dengan sebutan “Travel And Entertainment Card”.
Dengan masuknya Visa dan MasterCard kedalam bisnis kartu
plastik telah mendorong penggunaan yang sangat cepat dari “Uang Plastik” sebagai bentuk dari kartu kredit. Peristiwa ini terjadi pertama di
Amerika Serikat kemudian menyebar ke eropa dan seluruh dunia dalam beberapa tahun kemudian.
Pertama kali fungsi kartu sangat sederhana. Kartu berfungsi
sebagai media penyimpanan data yang dirasakan aman untuk mencegah pemalsuan dan penyalahgunaan. Informasi umum seperti penerbit kartu
dicetak pada kartu dan nama pengguna serta nomor kartu diembos. Banyak kartu memiliki panel tanda tangan untuk membubuhkan tanda tangan.
Dengan fasilitas yang dimiliki dan berkembangnya pemanfaatan kartu plastik secara meluas, telah mendorong tindak kriminal dan
28
Penelitian, Kanti W Istidjab, Moedjiono, Akmam Amir, Dede Drajat, Parwoko, Paraden L Sidauruk, Djoko Waluyo, Heru Pudjo Buntoro, Atjih Ratnawati, Gantyo Witarso, dan Yan Andriariza, Studi Penyusunan Kebijakan Pemerintah Mengenai Kerangka Kerja
penyalahgunaan hingga menyebabkan kerugian yang sangat besar. Hal ini mendorong upaya untuk memanfaatkan teknologi yang dapat mendukung
dan meningkatkan sistem keamanan pada kartu plastik. Penyempurnaan pertama adalah dengan menerapkan pita magnetik dibelakang kartu yang
berfungsi untuk menyimpan data digital yang dapat dibaca dengan perangkat khusus sebagai tambahan fasilitas pada informasi visual yang tertera pada kartu plastik.
Dengan penerapan pita magnetik pada kartu dan pembacaan dengan perangkat khusus telah mendorong pengembangan sistem otorisasi
dengan elektronik hingga mengubah skema proses bisnis dari yang berbasis kertas menjadi elektronis. Hal ini telah berperan besar untuk meningkatkan aspek keamanan dalam rangka pemanfaatan kartu plastik
sebagai kartu kredit. Sejalan dengan perubahan proses bisnis yang memanfaatkan transaksi elektronik juga diterapkan sistem Personal Identification Number (PIN) sebagai kata kunci untuk dapat mengakses sistem otorisasi kartu kredit29.
Namun dalam perkembangannya, penerapan kartu magnetik
memiliki kekurangan yaitu dapat dihapus atau diganti dengan informasi lain bilamana seseorang memiliki perangkat yang dapat menembus,
membaca dan menulis informasi yang tertanam di dalam pita magnetik kartu kredit. Untuk menghindari hal tersebut informasi PIN tidak
disimpan di dalam kartu melainkan pada server penerbit kartu di dalam lingkungan yang terjaga. Pengembangan kartu pintar (smart card) adalah
sebagai hasil dari kombinasi antara teknologi kartu dengan sistem proses data elektronis (electronic data processing systems), telah menciptakan
peluang baru untuk menerapkan teknologi tersebut.
Perkembangan yang sangat cepat dari Microelectronics ditahun 1970 an telah memungkinkan untuk mengintegrasikan penyimpanan data
dan proses lojik kedalam sebuah chip silikon dalam ukuran beberapa millimetres. Ide untuk memasukan sirkuit terintegrasi (integrated circuit)
ke dalam kartu identifikasi telah dipatenkan oleh peneliti Jerman J¨urgen Dethloff and Helmut Grotrupp pada awal 1968. Paten tersebut diikuti pada tahun 1970 oleh seorang penemu Kunitaka Arimura di Jepang. Namun
perkembangan nyata pertama dalam pengembangan smart card dilakukan saat Roland Moreno mendaftarkan paten smart card di Perancis pada tahun 1974. Di mana pada saat itulah industri semi conductor dapat menyediakan integrated circuits yang dibutuhkan pada harga yang wajar30.
Penemuan teknologi smart card yang berasal dari Jerman dan Perancis, sehingga tidak mengejutkan bahwa kedua negara memimpin
dalam pengembangan dan pemasaran smart card. Terobosan terbesar dilakukan pada tahun 1984, saat French PTT (postal and
telecommunications services agency) perusahaan telekomunikasi Perancis berhasil melakukan uji coba lapangan dengan telepon kartu. Segera smart
card dapat membuktikan untuk memenuhi seluruh harapan yang tinggi terhadap kehandalan dan keamanan smart card. Sebuah pilot project dilakukan di Jerman pada tahun 1984 – 1985, menggunakan kartu telepon yang berdasar kepada beberapa teknologi yaitu Magneticstripe cards, opticalstorage (holographic) cards dan smart card, di mana pada saat pengujian smart card terbukti sebagai pemenang dari uji coba tersebut. Pengembangan selanjutnya memperlihatkan kesuksesan uji coba kartu
telepon berbasis smart card di Perancis dan kemudian di Jerman dengan kecepatan yang mengejutkan31.
Pada tahun 1986, beberapa juta kartu didistribusikan di Perancis
hingga mencapai total 60 di tahun 1990, dan akhirnya ratusan juta kartu di seluruh dunia pada 1997. Untuk alasan teknis pengguna telepon kabel
relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pengguna telepon nirkabel, halini menyebabkan perkembangan smart card menjadi lebih cepat pada implementasi teknologi telepon seluler. Keputusan ini telah menjadi
keputusan yang sangat menentukan untuk mengenalkan smart card ke jaringan telepon GSM digital. Jaringan tersebut diterapkan di Eropa pada
tahun 1991 dan berkembang hingga ke seluruh dunia dengan lebih dari 1 milyar pengguna di 170 negara.
31
Perkembangan yang lebih lambat terjadi di lingkungan perbankan sebagai akibat dari kompleksitas proses dan permasalahan yang dihadapi.
The French Banks adalah yang pertama mengenalkan teknologi ini pada tahun 1984, dan mengikuti uji coba 60.000 kartu pada tahun 1982–1983.
Di butuhkan 10 tahun sebelum seluruh bank di Perancis mengunakan teknologi tersebut32.
Batu loncatan terpenting dalam pengunaan mendunia smart card sebagai alat pembayaran adalah selesainya spesifikasi EMV yang merupakan upaya bersama Europay, Master Card and Visa. Versi pertama
spesifikasi yang diterbitkan pada tahun 1994.Spesifikasi itu berisi penjelasan detail mengenai kartu kredit yang memanfaatkan microprocessor chips, dan menjamin kompatibilitas di antara ketiga penerbit kartu terbesar tersebut.
Bagaimana pun masalah yang berkaitan dengan pembayaran
dalam jumlah kecil secara aman melalui internet belum terecahkan secara memuaskan. Smart Card dapat berperan untuk memberikan jawaban dengan memperkenalkan teknologi electronic signatures. Beberapa negara
di Eropa telah melakukan inisiatif untuk meregulasi penggunakan electronic signatures pada tahun 1999. Sebagai akibatnya hampir seluruh warga Jerman memiliki smart card.
3. Perkembangan Smart Card di Indonesia
Dalam penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian dan
pengembangan aplikasi telematika departemen komunikasi dan informatika bahwasanya data yang diperoleh mengenai pemanfaatan smart card di Indonesia sebagai berikut:
Gambaran pemanfaatan smart card dari berbagai pihak di Indonesia, yang memiliki pendekatan yang berbeda-beda pula. Jika upaya
pemanfaatan dari pemerintah lebih memiliki dimensi layanan publik atau berkaitan dengan e-government, maka pemanfaatan dari kalangan dunia usaha lebih mengedepankan faktor bisnis. Tetap saja hal ini akan dapat memberikan gambaran mengenai potensi dan permasalahan yang perlu di antisipasi dalam berbagai kebijakan pemerintah berkaitan dengan smart card yang menjadi keinginan dari studi ini.
Perkembangan smart card di Indonesia telah mulai menapak perlahan-lahan di pertengahan akhir di era 1990-an, yang kemudian tersapu oleh gelombang krisis multidimensi yang melanda Indonesia. Meskipun secara global perkembangan teknologi smart card memasuki masa yang matang sejak tahun 2000-an, namun perkembangan penerapan di Indonesia belum beranjak dari masa surut sejak krisis yang lalu. Namun
beberapa pengembang teknologi smart card yang masih setia menekuni pengembangan berbagai aplikasi maupun mencari terobosan model bisnis
yang paling menarik untuk dijalani, seperti halnya Telkom yang kemudian menelurkan unit bisnis Finnet yang memfokuskan ke dalam penerapan smart card dengan dukungan kompetensi yang telah terbina selama ini.
Yang tidak boleh dilupakan adalah keinginan dari dunia akademis di Indonesia yang ingin mengadopsi kemudahan dan kecanggihan yang
diusung oleh smart card dalam pengelolaan sumber daya manusia maupun pelanggan (dalam hal ini siswa / mahasiswa) yang berada dan memiliki
rasa saling ketergantungan di dalam komunitas tertutup namun besar yang bernama perguruan tinggi. Hal ini yang mendorong maraknya penerapan smart card di kalangan kampus-kampus ternama di tanah air sepertti di Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia.
4. Jenis Kartu Smart Card
Jenis-jenis kartu smart card sangatlah beragam, untuk mengetahui jenis-jenis smart card dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini:
a. Memory Card
dengan jumlah yang tersimpan secara elektronik di dalam chip yang menurun sesuai dengan jumlah panggilan yang dilakukan33.
Penggunaan dari kartu jenis ini juga dilakukan bukan hanya untuk panggilan telepon tetapi juga terhadap barang ataupun jasa yang dibeli
atau dipergunakan dengan cara prabayar. Sebagai contoh adalah tiket kendaraan umum, tiket kereta api, vending machine, karcis masuk taman hiburan, maupun parkir. Kerugian yang dihadapi adalah bahwa
kartu tersebut setelah dipakai tidak dapat dipergunakan kembali sehingga dibuang atau berakhir sebagai koleksi.
Penggunaan lain untuk kartu jenis ini adalah di bidang kesehatan seperti pada German health insurance card, di mana sejak di keluarkan pada tahun 1994 kepada semua orang yang yang terdaftar pada
program asuransi nasional. Informasi yang pada mulanya tersimpan pada kartu pasien, saat ini telah dapat disimpan pada chip dan tercetak
atau terukir dengan menggunakan laser pada kartu. Menggunakan chip untuk penyimpanan data membuat kartu dapat dibaca oleh mesin menggunakan perangkat sederhana.
Kesimpulannya, memory type smart card memiliki fungsi yang terbatas dan cocok untuk dipergunakan sebagai kartu prabayar atau
kartu identitas di dalam sistem di mana biaya yang murah menjadi penentu utama
b. Microprosessor Cards
Sejak microprocessor yang ditanamkan langsung di dalam kartu dapat
dengan mudah di program, daya guna dari microprocessor card terbatas hanya kepada ketersediaan ruang penyimpanan dan kapasitas
dari prosessor. Batasan imajinasi perancang pada saat menerapkan sistem smart card adalah bersifat teknologi dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan generasi terbaru integrated circuits34.
Mengikuti penurunan secara drastis biaya produksi smart card di awal 1990 akibat produksi massal, aplikasi baru terus diperkenalkantahun
demi tahun. Penggunaan smart card pada telepon genggam khususnya sangatlah penting dalam rangka pengakuan secara internasional. c. Contactless cards,
Di mana data dan energi di Transmisikan tanpa kontak elektronik di antara kartu dan terminal, telah memperoleh status produksi komersial
dalam beberapa tahun belakangan ini. Bagaimanapun, terdapat permasalahan di mana pengoperasian dari jarak jauh seperti ini dapat menimbulkan beberapa persoalan baru lainnya, sehingga memerlukan
antisipasi terhadap kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Sebagai contoh adalah aplikasi dompet elektronik di mana memuat data yang
sangat pribadi yang diperlukan dalam rangka melakukan transaksi keuangan, yang memerlukan pengamanan ekstra35.
Dengan contactless card, pengenalan identitas dan transaksi dilakukan dengan memasukan kartu pada terminal dan mengkonfirmasi jumlah
transaksi menggunakan keypad. Jika pembayaran contactless dilakukan pada jarak yang cukup jauh, sangat dimungkinkan bagi pencuri untuk mencuri uang dari jarak jauh tanpa sepengetahuan
pemilik kartu.
Dualinterface card disebut combicards menawarkan solusi kepada masalah ini. Kartu tersebut mengkombinasikan antarmuka contact and contactless dalam satu kartu. Kartu yang dapat berkomunikasi dengan terminal dengan antarmuka. Ada kemudahan yang dapat di rasakan
untuk penggunaan contactless cards di areal transportasi publik.
5. Cara menggunakan Smart Card
Bermacam-macam cara menggunakan smart card dalam beberapa layanan cara melakukan transaksinya, tetapi apapun layanannya perbedaan ketika menggunakan smart card tidak ada perbedaan signifikan. Dalam pembahasan ini akan di jelaskan cara menggunakan smart card dilayanan perpustakaan36:
35 Ibid, 16 36
a. Layanan Perpustakaan
1. Pihak-pihak yang terlibat adalah : anggota (siswa / mahasiswa),
petugas, card center, dan perpustakaan.
2. Card center dan perpustakaan mempunyai komponen modul dan
antarmuka sistem yang diatur oleh standar interoperability dan kedua pihak ini juga memiliki basis data pustaka masing-masing sesuai dengan fungsi dan kebutuhanya.
3. Perpustakaan yang telah memiliki sistem informasi yang terkomputerisasi tetap dapat menggunakan sistem informasinya
tersebut. Sistem informasinya tersebut ditambahkan sistem smart card yang sesuai dengan standar interoperability smart card.
4. Perpustakaan dan card center terhubung melalui medium publik atau jaringan komputer. Jaringan komputer digunakan untuk pengiriman data dari satu pihak ke pihak yang lain secara onlain.
6. Setiap pembacaan, penambahan, dan koreksi terhadap data pelayanan disimpan didalam basis data oleh perpustakaan melalui
fasilitas pencatatan.
6. Manfaat dan Resiko penggunaan Smart Card
Penerapan smart card membawa perubahan yang memiliki dampak baik positif atau dikenal dengan manfaat, maupun dampak negatif atau disebut dengan resiko. Kedua dampak tersebut bagaikan sisi –sisi
mata uang yang akan selalu ada. Yang menjadi tugas seluruh stakeholders adalah meningkatkan manfaat dan menghilangkan atau memperkecil
resiko. Dari sisi teknologi, smart card ini sudah demikian canggih dan memiliki tingkat keamanan yang memadai namun setiap kali justru budaya di masyarakatlah yang menjadi hambatan37.
Banyak manfaat penggunaan smart card sudah dapat dirasakan masyarakat. Hal ini nampak pada peningkatan penggunaan smart card sebagai alat pembayaran. Memang smart card apabila di implementasikan akan memiliki banyak manfaat antara lain kemudahan dalam melakukan aktifitas termasuk bertansaksi, tidak perlu membawa banyak kartu karena
sebuah smart card bisa mengganti beberapa kartu, bagi pemerintah manfaatnya adalah adanya database yang akurat sehingga mendukung
dalam pengambilan keputusan disamping turut mendukung pelaksanaan good government governance.
Belakangan ini masyarakat perkotaan di Indonesia mulai terbiasa untuk menggunakan alat pembayaran non tunai untuk berbagai keperluan
pembayaran, antara lain kartu kredit, kartu debet, kartu ATM dan kartu prabayar. Penggunaan kartu prabayar diyakini akan menjadi trend
mekanisme pembayaran di masa mendatang, misalnya untuk membayar bahan bakar di pompa bensin, tiket tol, pembelian barang dan berbagai jasa-jasa lainnya.
Semua proses aktivitas pembayaran melalui berbagai jenis alat pembayaran ini diproses oleh berbagai penyelenggara sistem pembayaran
seperti bank dan non bank. Institusi inilah yang menyelenggarakan jasa mulai proses pengiriman dana, kliring hingga settlement. Pemakaian kartu prabayar mekanisme transaksi adalah bagian dari evolusi alat pembayaran
dari uang tunai sampai ke bentuk-bentuk non-tunai. Misalnya alat pembayaran dalam bentuk kertas (paper based) seperti cek, wesel, bilyet
giro hingga ke elektronik seperti kartu prabayar hingga ke wujud digital (digital cash).
Resiko merupakan sisi tak terpisahkan atas penggunaan smart card. Banyak keluhan yang dimuat di media masa bagaimana sesorang tidak nyaman akibat menerima telepon di mobile phonenya di mana
pengguna mengeluhkan adanya hambatan dalam penggunaan bahkan ada yang dirugikan karena adanya transkasi fiktif38.
Sebagaimana hasil teknologi lainnya, kecanggihan dan kehandalan teknologi smart card, masih perlu terus dikembangkan terutama untuk mengurangi resiko penggunaannya. Namun demikian berdasarkan pengamatan sesungguhnya hambatan penerapan smart card bukan hanya teknologi saja namun kesiapan SDM baik yang bersifat social maupun
cultural. Khusus mengenai resiko penggunaan smart card ,dapat dipaparkan sebagai berikut 39:
a. Keterbukaan informasi pribadi merupakan hal yang tidak bisa terelakkan di era ICT ini. Namun demikian resiko ini bisa dieliminasi antara lain dengan PIN, finger print atau kombinasi keduanya.
b. Penyalahgunaan data pribadi memang sampai saat ini masih terjadi, terutama dilakukan oleh oknum-oknum yang mencari keuntungan dari
data ini. Titik krusialnya bukan hanya dalam penyimpanan data namun juga pada saat pengisian formulir untuk pengisian data. Oleh karena itu perlu ada pengaturan soal pengolahan data pribadi ini sehinga
betul-betul aman, misalnya pemusnahan formulir dilakukan seketika setelah selesai entri data dan dilakukan di depan pemilik data.
38
Ibid, 57. 39
c. Kehilangan dan kerusakan kartu seringkali menjadi masalah yang sangat tidak disukai. Persoalannya seringkali petugas penyelenggara
smart card kurang bisa memberikan informai dan penanganan yang memadai.
d. Permbobolan atau pencurian merupakan hal yang sangat ditakuti pengguna kartu. Pembuat smart card harus benar-benar menjamin keamanannya dengan teknologi security yang memadai.
B. Layanan Pendidikan 1. Layanan
Untuk mendapatkan gambaran yang cukup memadai tentang pengertian dari Layanan Pendidikan, maka dalam bagian ini terlebih
dahulu akan dijelaskan pengertian Layanan.
Berbagai definisi diberikan untuk menjelaskan tentang
jasapelayanan, Kottler mendefinisikan pelayanan / jasa sebagai suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok / orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan
produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk40.
Stanton mengungkapkan definisi jasa adalah sesuatu yang dapat
didefinisikan secara terpisah, tidak berwujud, dan ditawarkan untuk
40
memenuhi kebutuhan dimana jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak41.
Secara sederhana layanan pendidikan bisa diartikan dengan jasa pendidikan. Kata jasa (service) itu sendiri memiliki beberapa arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai pada jasa sebagai suatu
produk42. Sebelum lebih jauh membahas mengenai layanan pendidikan, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian jasa menurut beberapa
ahli, sehingga pembahasan ini dapat dipahami secara komprehensif. Selanjutnya Stanton mengungkapkan bahwa jasa diidentifikasi
sebagai kegiatan tidak berwujud yang merupakan obyek utama dari transaksi yang dirancang untuk menyediakan keinginan atau kepuasan kepada pelanggan. Sedangkan Zaithmal dan Bitner berpendapat
“include all economic activities whose output is not a physical product or construction, is generally consumed at the time it is produced, and provides added value in forms (such as convenience, amusement, timelines, comfort of health) that are essentially intangible concerns of its first purchaser”43
.
Jasa pada dasarnya merupakan seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dan pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi
pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.
41
Stanton, William J. Fundamentals of Marketing.(Mc: Graw Hill International:1981) 529 42
Rambat Lupiyadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta : Salemba Empat, ed II, 2006) , 5
43
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jasa mempunyai arti sama dengan layanan, pelayanan adalah usaha atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud, namun dapat dinikmati. Keluaran dari usaha ini tidak dapat
dilihat dan diraba. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan dapat dikategorikan sebagai suatu lembaga yang termasuk kategori pemberi pelayanan jasa, sehingga apabila ingin dilihat kinerjanya berasal dari
mutu pelayanan yang dilakukannya.
Untuk memperkuat pendapat tersebut, Kottler mengatakan bahwa
jasa yang diberikan kepada konsumen mengandung karakteristik44: a. Intangibility (tidak berwujud)
artinya adalah bahwa suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak
dapat dirasakan dan tidak dapat dilihat, didengar atau dicium sebelum membelinya, misalnya pasien dalam kantor psikiater tidak dapat
diramalkan hasil yang akan terjadi dari terapi pasien sebelumnya b. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)
artinya adalah bahwa pada umumnya jasa dikonsumsikan (dihasilkan)
dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya, dia akan tetap
merupakan bagian dari jasa tersebut, dan hal ini tidak berlaku bagi
44
barang fisik yang diproduksi, di tempatkan pada persediaan dan didistribusikan ke berbagai pengecer dan akhirnya dikonsumsi
c. Variability (bervariasi)
Artinya bahwa barang jasa yang sesungguhnya sangat mudah berubah
ubah, karena jasa tergantung pada siapa yang menyajikan dan di mana disajikan. Pembeli akan berhati-hati terhadap keragaman ini dan seringkali membicarakannya dengan yang lain sebelum memilih
seseorang penyedia jasa.
Di sisi lain, Kottler memberikan empat karakteristik
batasan-batasan untuk jenis- jenis pelayanan jasa sebagai berikut45:
a. jasa berbeda berdasarkan basis peralatan (equipment based) atau basis orang (people based) di mana jasa berbasis orang berbeda dari segi penyediaannya, yaitu pekerja tidak terlatih, terlatih, atau profesional.
b. beberapa jenis jasa ada yang memerlukan kehadirandari klien (client’s presence)
c. jasa juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan (personal need) atau kebutuhan bisnis (business need)
d. jasa yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non profit) dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public).
45
Dari karakteristik atau jenisnya, pendidikan merupakan bagian dari dalam layanan. Karena dalam lembaga pendidikan layanan sangatlah
banyak yang dilakukan serta diterapkan dalam berbagai program layanan yang ada disekolah.
2. Pendidikan
Sebagaimana pengertian di atas bahwa jasa pelayanan adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang
tidak berwujud, namun dapat dinikmati.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, pendidikan merupakan
proses pembelajaran individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi tentang objek-objek tertentu dan spesifik46.
Menurut Noor Syam, pendidikan merujuk aktivitas atau usaha
manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi
nurani) dan jasmani (panca indera dan berbagai ketrampilan)47.
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No.2 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
46
Basilius R Werang, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Yogyakarta:MediAkademi,2015), 14.
47
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari beberapa pendapat tentang pendidikan, dapat disimpukan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dengan sadar dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk mengubah cara berpikir, bersikap dan berprilaku demi pendewasaan dirinya dan orang lain. Pendidikan adalah sebuah proses sadar yang dilakukan seseorang
atau sekelmpok orang yang mau belajar mendewasakan dirinya dan orang lain. Kedewasaan seseorang biasanya terungkap melalui perubahan cara
orang tersebut berfikir, bersikap dan berprilaku tentang sesuatu terhadap orang lain.
Apabila diperhatikan dari berbagai pendapat yang diutarakan di
atas, dunia pendidikan merupakan bagian dari batasan tersebut. Dengan demikian, lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai lembaga
pemberi jasa pada para konsumen, dalam hal ini siswa / pelanggan. Oleh karena itu, dalam hal ini siswa atau mahasiswa, orang tua dan pemakai keluaran pendidikan adalah pelanggan dari lembaga pendidikan.Mereka
inilah yang berhak memberikan penilaian bermutu tidaknya keluaran suatu lembaga pendidikan.
dinikmati oleh pelanggan (peserta didik, stakeholder, orang tua) dalam ranah pendidikan demi mencapai proses kegiatan pendidikan.
3. Macam- Macam Layanan Pendidikan di Sekolah
Program layanan pendidikan merupakan faktor pendukung kualitas pendidikan yang diselenggaran pada sebuah sekolah. Itulah sebabnya sampai saat ini program layanan khusus masih terus digalakan
dan dilaksanakan pada hampir semua sekolah di Indonesia. Program layanan khusus kesiswaan dapat dikelompokkan ke dalam enam jenis
layanan, yaitu48:
a. Layanan Bimbingan dan Konseling b. Layanan Perpustakaan
c. Layanan Kantin d. Layanan Kesehatan
e. Layanan Koperasi Siswa
Berikut uraian singkat tentang masing-masing layanan yang
dimaksud49:
a. Layanan Bimbingan dan Konseling
48
Basilius R Werang, Manajemen Pendidikan di Sekolah(Yogyakarta:MediaAkademi,2015), 157.
49
Program layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan untuk mencapai lima kelompok sasaran berikut. Pertama siswa, siswa adalah
sasaran pertama dan terpenting dari setiap program layanan bimbingan dan konseling. Terkait siswa, program layanan bimbingan dan
konseling merupakan seperangkat layanan yang dirancang khusus untuk (a) membantu para siswa mengenal diri mereka sendiri (b) menyampaikan berbagai informasi kepada para siswa tentang
lingkungan mereka pada masa yang akan datang, (c) membantu oara siswa untuk mengambil keputusan terkait dengan kapabilitas mereka
pada masa sekarang dan masa yang akan akan datang (d) membantu para siswa dalam mencarikan pekerjaan atau perguruan tinggi yang tepat.
b. Layanan Kafetaria atau Kantin
Layanan Kafetaria atau Kantin sekolah merupakan layanan khusus
yang menyediakan makanan dan minuman untuk segenap civitas sekolah. Pemikiran dasar yang melatarbelakangi perlunya sekolah menyediakan kantin sekolah adalah supaya para siswa dan guru tidak
kekurangan energi dan kehilangan konsentrasi dalam belajar dan mengajar.
c. Layanan kesehatan
warga sekolah, terlebih khusus para siswa (William dalam kusmintardjo, 1992). Biaya pemberian layanan khusus sekolah ini
biasanya diperoleh melalui iuran wajib para siswa dan guru. d. Layanan Perpustakaan
Perpustkaan sekolah merupakan unit pelayanan sekolah untuk menunjang proses belajar mengajar di Sekolah. Perpustakaan sekolah memberikan layanan rekreatif melalui koleksi buku-buku pustaka dan
informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah.
e. Layanan koperasi siswa
Koperasi sekolah adalah koperasi yang didirikan dalam lingkungan sekolah dan beranggotakan para siswa dari sekolah tersebut. Program
layanan koperasi siswa dimaksudkan untuk: (a) menanamkan dalam diri setiap siswa tentang pentingnya jiwa demokrasi, keasadaran hidup
gotong royong, dan kesetiakawanan sosial (b) mengembangkan semangat berwirausaha di dalam diri setiap siswa (c) menanamkan sikap disiplin dan rasa tanggung jawab dalam diri setiap siswa (d)
menunjang program pembangunan pemerintah pada sektor perkoperasian melalui program pendidikan di Sekolah (e)
melayani pemenuhan kebutuhan ekonomi siswa melalui program pengembangan usaha dalam berbagai bidang50.
C. Pemanfaat Student’s Smart Card pada Layanan Pendidikan 1. Pemanfaatan Smart Card pada layanan diberbagai negara
Dalam dokumen yang dikerluarkan oleh Kantor Kabinet Pemerintah Inggris yaitu “Smart Cards :Enabling E-Government Draft Policy
Framework, july 2003” telah diuraikan inisiatif uang dilakukan oleh beberapa negara dalam penerapan smart card sebagai berikut51 :
1. Belgia. Pemerintah Belgia telah meluncurkan smart ID card yang merupakan kartu identitas pribadi warga Belgia (the Belgian Personal Identity Card : BelPIC). Smart Card ini berisi kode PIN untuk otorisasi dan menurutrencana pada saat itu akan diterapkan kepada 11 juta pengguna di tahun 2003 sebagai bagian dari program 5 tahun.
2. Austria. Masyarakat komputer Austria (Austrian Computer Society : OCG) adalah organisasi pertama di Austria yang memasukkan fungsi kartu tanda penduduk (KTP atau Bügerkarte dalam bahasa setempat) ke dalam kartu identitas berbasis chip card yang dimiliki oleh organisasi ini, yang berisi juga tandatangan digital. Kapasitas kartu tanda penduduk
juga memungkinkan badan pemerintah untuk memverifikasi tandatangan
50
Ibid, 164-166 51
digital di dalam kartu itu dengan informasi dari Badan Registrasi Pusat (Central Registration Agency), sehingga memungkinkan identifikasi terhadap penduduk. Pemerintah Austria berharap agar dapat mengintegrasikan fungsi ini ke dalam chip card lainnya meliputi kartu perbankan sebagai komponen dasar dari strategy e-government mereka.
3. China. Smart ID card mutiguna yang baru diluncurkan di pertengahan tahun 2003 untuk 6,8 juta penduduk di Hongkong. Sebagai tambahan
terhadap fitur keamanannya yang canggih, kartu ini mempunyai kapasitas untuk memasukkan layanan nilai tambah lainnya, yaitu mulai dari fungsi
sebagai kartu perpustakaan sampai ke surat izin mengemudi.
Kemudian, setelah sekian lama berlalu, paparan Greg Pote, Chairman dari Asia Pacific Smart Card Association yang berjudul “The Future of Smart Card” dalam GBDe Summit di Jepang, 9 Nopember 2007, memuat beberapa perkembangan terkini52.Di dalam paparan tersebut disebutkan bahwa smart card sekarang telah diterima di sektor publik seperti kartu identitas nasional di beberapa negara Asia, Malaysia, Brunei, Hongkong, Macau, China,Thailand telah meluncurkan program kartu identitas nasionalya, sementara
negara-negara lain seperti Korea Selatan, India, Indonesia, Filipina maupun yang lainnya juga telah mulai merencanakan untuk menerapkannya. Tujuan utama
dari pemanfaatan smart card di Negara-negara ini adalah untuk mengelola
52
identitas nasional, di mana beberapa negara menambahkan aplikasi e-government lainnya. Hal itu dapat dilihat misalnya dari Malaysia yang telah memiliki 7 aplikasi pada kartu identitas nasionalnya.
2. Alur Transaksi Smart Card pada layanan perpustakaan dan kantin Penggunaan Student’s Smart Card pada berbagai layanan merupakan
suatu kemajuan dalam melakukan transaksi, dalam ranah pendidikan pengguanaan Student’s Smart Card di implementasikan di layanan
Perpustakaan dan Kantin, dan pengguna dalam proses transaksinya harus melalui langkah sebagai berikut:
a. Alur transaksi pada perpustakaan
Di perpustakaan para peserta didik memiliki kesempatan meminjam buku yang diinginkan untuk dapat dipinjam lebih lama sesuai dengan waktu yang
telah ditentunka. Dalam prosesnya agar peserta didik dapat membawa buku yang dipinjam keluar, peserta didik harus melalui proses transaksi sebagai
berikut53:
53
Gambar 1. Alur Transaksi Peminjaman Buku Perpustakaan
b. Alur transaksi pada kantin
Kantin salah satu layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan sebagai
penunjang kebutuhan para peserta didik agar peserta didik dalam proses belajarnya berjalan lancar, karena kebutuhan jasmaninya dapat diperoleh di layanan kantin ketika peserta didik membutuhkan asupan makanan dan
minuman. Adapun alur dalam transaksi pembelian di kantin, sebagai berikut54:
54
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian atau skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu analisis yang
menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh
kesimpulan.55
Seperti yang dijelaskan oleh Bagdan dan Taylor pendekatan kualitatif ini adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data
dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata digunakan untuk menafsirkan dan menginterpretasikan data dari hasil kata-kata atau lisan
atau tertuis dari orang tertentu dan perilaku yang diamati.56
Adapun dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala-gejala tertentu.57
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan, menggambarkan atau
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 23
56
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 3. 57