PERAN AHMAD DALAM PENUMPASAN PKI
DI DESA GEMPOLMANIS KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 1962-1966
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Sastra Satu (S-1)
pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Oleh : NURUL ABDAR NIM: A72213142
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji tentang Peran Mbah Ahmad dalam Penumpasan PKI di Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan 1962-1966. Adapun masalah yang akan dibahas pada skripsi ini sebagai berikut: 1). Bagaimana Biografi Mbah Ahmad? 2). Bagaimana Sejarah Gerakan PKI di Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan tahun 1962-1965? 3). Apa Peran Mbah Ahmad dalam Penumpasan PKI di Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan?.
Untuk bisa menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode sejarah, metode ini menggunakan empat tahap penelitian yaitu, Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (Kritik Sumber), Intepretasi (Penafsiran Sumber, dan Historiografi (Penulisan sejarah). Pendekatan sosiologi dan biografi untuk dapat mendeskripsikan seorang tokoh Mbah Ahmad dalam Penumpasan PKI di Desa Gempol Manis tahun 1962-1965. Adapun teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori Peranan yang meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat yang dikemukakan oleh Soerjono Soekamto.
ABSTRACT
This thesis examines the role of Mbah Ahmad in PKI Crackdown in Gempol Manis Village Sambeng Sub-district, Lamongan District in 1962-1966. The problem to be discussed in this thesis as follows: 1). How is Mbah Ahmad Biography? 2). How History of the Movement of the PKI in the Village of Gempol Manis Sambeng Sub-district of Lamongan Regency in 1962-1965? 3). What is the Role of Mbah Ahmad in PKI Crackdown in Gempol Manis Village Sambeng Sub-district, Lamongan Regency ?.
To be able to answer the problem, the author uses historical method, this method uses four stages of research that is, Heuristic (source collection), Verification (Source Critique), Interpretation (Interpretation of Resources, and Historiography (Historical Writing) .Sociology and biographical approach to be able to describe A figure of Mbah Ahmad in the PKI Crackdown in Gempol Manis Village in 1962-1965. The theory used in this thesis is the role theory that covers the norms expressed by the position or place of a person in the community proposed by Soerjono Soekamto.
i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
TRANSLITERASI ... viii
ABSTRAK KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Pendekatan dan Kerangka Teoristik ... 9
F. Penelitian terdahulu ... 11
G. Metode Penelitian ... 14
H. Sistematika Pembahasan... 18
BAB II : BIOGRAFI MBAH AHMAD A. Letak Geografis ... 19
B. Geneologi ... 23
C. Latar Belakang Pendidikan ... 26
ii
BAB III: GERAKAN PKI DI DESA GEMPOL MANIS KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN 1962-1965
A. Sejarah Gerakan PKI I Desa Gempol Manis Kecamatan
Sambeng Kabupaten Lamongan 1962-1965 ... 36
B. Bentuk-bentuk Ajaran-ajaran PKI di Desa Gempol Manis
1962-1965 ... 56
C. Struktur Kepengurusan Gerakan PKI di Desa Gempol Manis
1962-1965 ... 58
D. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan Gerakan PKI
di Desa Gempol Manis ... 59
BAB IV: PERAN MBAH AHMAD DALAM PENUMPASAN PKI DI DESA GEMPOL MANIS 1962-1965
A. Peran Mbah Ahmad dalam Penumpasan PKI di Desa Gempol
Manis 1962-1965 ... 62
B. Faktor pendukung penyebaran Islam di Desa Gempol Manis
1962-1965 ... 64
C. Dampak Positif Pasca Penumpasan PKI I Desa Gempol Manis
1962-1965 ... 70
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan rekontruksi masa lalu yaitu yang sudah
dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh seseorang
sebagai ilmu, selain sejarah yang terikat dengan ilmu sosial lainnya, sejarah
juga terikat penalaran yang berdasarkan pada fakta. Kebenaran sejarah
terletak pada ketersediaan sejarawan untuk meneliti sumber yang objektif.
Sejarah juga harus memberikan informasi setuntas-tuntasnya dan
sebenarnya dengan sejelas-jelasnya sehingga memberikan kecocokan antara
pemahaman sejarawan dengan fakta.1
Awal mula muncul dan berkembangnya Partai Komunis Indonesia
yakni dibawa oleh H.J.F.M. Sneevliet pada tahun 1913. Seorang mantan
anggota Partai Buruh Sosial Demokrat yang telah tibah di pulau jawa dan
menjabat sebagai skretaris serikat dagang perusahaan belanda. Kemudian
setelah itu, ia mendirikan perkumpulan Indische Sociaal Democratische
Vereening (ISDV), bersama dengan Bersama, Brandstander, dan H.W.
Dekker, tujuan didirikannya ISDV adalah menyebarkan faham Marxisme.
Awalnya perkumpulan ini hanya beranggotakan orang-orang belanda saja,
1
2
kemudian untuk mengembangkan kelompok ini, Snevliet berusaha
mendekati Partai Serikat Islam cabang Semarang yang saat itu dipimpin
oleh Samaun dan Darsono, kedua pemuda tersebut merupakan pemuda
Indonesia yang cerdas, ulung dan pemberani. Usaha untuk mendekati
Samaun dan Darsono berhasil dengan baik. Samaun dan Darsono berhasil
dipengaruhi dan akhirnya masuk ISDV sebagai anggotanya.2
Kemenangan Partai Komunis Indonesia tak luput dari landasan yang
dikobarkan dari aliran Marxisme, bahwa kebebasan Negara-negara jajahan
akan dapat dicapai hanya dengan persatuan buruh. Dengan demikian ISDV
sangat patuh dengan faham Marxisme tersebut. Mendengar penyataan
seperti itu pemuda-pemuda Indonesia yang bergabung dengan ISDV
menjadi sangat revolusioner. Peran samaun dalam ISDV sangat
berpengaruh, pasalnya samaun menggunakan kedudukannya sebagai
komisaris Sarekat Islam cabang Semarang untuk mempengaruhi
pemimpin-pemimpin Sarekat Islam dan berhasil masuk aliran dengan faham Marxisme
1918. Perjuangan Samaun untuk mendesak para pemimpin Sarekat Islam
ditolak mentah-mentah, dan Sarekat Islam telah menetapkan sikap
kooperatifnya, sebagai bukti bahwa duduknya Cokroaminoto sebagai wakil
Sarekat Islam dan Abdul Muis sebagai wakilnya.3
2
Slamet Muljana, Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kmerdekaan (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2008), 168.
3
Partai Komunis Indonesia (PKI) yang muncul abad ke dua puluh ini
mendasarkan diri pada ideologi komunis yang pada hakekatnya adalah
marxisme- Leninisme. Bagi bangsa Indonesia Marxisme-Leninisme adalah
faham barat yang disebarkan ke Indonesia oleh orang barat. Dan dalam
menjalankan gerakan politiknya selalu berpedoman pada garis komunisme
Internasional (Komintern).4
Menurut sejarah, Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah organisasi
terlarang, karena melakukan penghianatan terhadap bangsa Indonesia
seperti: Peristiwa Madiun 1948 dan G 30 S/PKI tahun 1965, karena dengan
ajaran ideologis yang dianutnya yaitu komunis yang menjadi landasan
pemikiran serta pembenaran kegiatan-kegiatan politiknya. Hal ini dapat
dilihat dalam tap. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI.5
Pada tahun 1955 partai di Indonesia sudah mulai marak diberbagai
daerah, akan tetapi tidak menjadikan suatu pemerintahan. Dan saat itu juga
seakan-akan PKI sudah menyerbu seluruh Indonesia. Pada tahun 1961 PKI
mulai masuk desa, termasuk desa terpencil di Lamongan selatan ini yakni
desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng.6
Dengan adanya keberadaan Partai Komunis Indonesia ini maka
banyak partai-partai lain yang tidak menyukai keberadaannya terkait dengan
4
Alex Dinut,Kewaspadaan Nasional dan Budaya Laten Komunis(Jakarta: PT. Intermasa, 1997), 171.
5
Ibid., 175.
6
4
landasan partai Komunis itu sendiri. Berbagai partai dan tokoh-tokoh yang
memiliki fungsi masing-masing namun tujuan yang sama yakni
menyingkirkan atau melenyapkan partai Komunis. Diantara tokoh yang
berperan dalam penumpasan PKI di Kota Lamongan lebih tepatnya di Desa
Gempol Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan.
Mbah Ahmad adalah seorang tokoh masyarakat yang sangat
berperan penting dalam penumpasan PKI di Desa Gempol Manis
Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan pada tahun 1962 . Mbah
Ahmad atau yang biasa disebut dengan Mbah Lurah lahir di Dusun Waton
Kecamatan Mantup dengan Latar Belakang keluarga yang memiliki jiwa
kepemimpinan dari sang kakek (Marhaban) sebagai penceramah keberbagai
wilayah di Lamongan-Gresik.
Pada tahun 1955 partai di Indonesia sudah mulai marak diberbagai
daerah, akan tetapi tidak menjadikan suatu pemerintahan. Dan saat itu juga
seakan-akan PKI sudah menyerbu seluruh Indonesia. Pada tahun 1961 PKI
sudah masuk desa, termasuk desa terpencil di Lamongan selatan ini yakni
desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng.7 Dengan adanya para PKI yang
selalu memperluas wilayahnya maka dengan demikian Mbah Ahmad dan
kawan-kawan tidak pasrah begitu saja.
7
Gerakan PKI di Desa Gempol Manis 1962, bertujuan untuk mencari
lebih banyak anggota supaya gerakan PKI ini tetap hidup dan dan
berkembang agar bisa bersaing diranah perpolitikan Indonesia. Desa
Gempol Manis merupakan Desa yang mayoritasnya ialah sebagai seorang
petani sehingga PKI melakukan strateginya dengan mendirikan BTI
(Barisan Tani Indonesia). Dengan janji-janji yang yang diberikan PKI yaitu,
jika masyarakat desa Gempol Manis masuk dalam gerakan PKI maka akan
diberikan tanah, sawah, tegal yang luas serta diangkat jabatannya. Dengan
janji seperti itulah para masyarakat desa Gempol Manis
berbondong-bondong masuk dalam Partai Komunis Indonesia. Sehingga terdapat
sepertiga lebih penduduk Gempol Manis menjadi anggota PKI yaitu 179
dari 1974 warga Gempol Manis, yang akhirnya masuk dalam gerakan PKI.
Mayoritas anggota PKI ialah masyarakat yang tingkat ilmu atau
pengetahuannya rendah (ikut-ikutan), sehingga mudah untuk dipengaruhi.
Mbah Ahmad merupakan orang yang paling berjasa di desa Gempol
Manis. Pada tahun 1962 saat ia menjadi pengurus Nahdhatul Ulama tingkat
desa yang mulai mengajarkan tetang ajaran Islam beraliran Ahlussunnah
Wal Jamaah agar masyarakat Desa Gempol Manis semakin waspada
dengan adanya gerakan PKI yang selalu mengembangkan ajarannya. Selain
itu ia menjadi pemimpin yang pemberani saat melakukan penangkapan
6
Strategi Mbah ahmad dalam penumpasan PKI ada dua cara yaitu,
pertama, saat adanya PKI ia membentengi masyarakatnya dengan
mengajarkan agama Islam yang beraliran Ahlusssunnah Wal Jamaah, agar
masyarakatnya lebih waspada dan tidak terjerumus masuk dalam gerakan
PKI. kedua, saat 1965, ia sebagai pemimpin saat penangkapan secara
Langsung terhadap orang-orang PKI yang menjadi provokator dan
membahayakan. Kedua, setelah terjadi penangkapan para rekan-rekan dan
para pemuda ingin menangkap semua orang yang masuk gerakan PKI
namun Mbah Ahmad sebagai pengurus ranting saat itu, melarang
penangkapan tersebut. Menurut Mbah Ahmad cukup menangkap orang yang
menjadi ketua saja. Karena semua anggotanya ialah merupakan orang-orang
yang tidak mengerti apa itu PKI dan hanya ikut-ikutan karena terpengaruh
oleh janji-janji yang diberikan oleh PKI dan ia yakin meskipun orang-orang
itu masuk PKI namun suatu saat anak turunya akan mengerti agama yang
sesungguhnya. Dan Mbah Ahmad berharap jika orang tuanya masuk
menjadi anggota PKI akan tetapi kelak anak turunnya bisa masuk Islam..
Langkah selanjutnya setelah penumpasan PKI 1965 Mbah Ahmad
mengembangkan madrasah diniyah bersama rekan-rekannya dan
perkembangan ini menjadi madrsah Ibtidaiyah, dan Madrasah Tsanawiyah.
Hingga saat ini madrasah tersebut masih berdiri kokoh yang diharapkan
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah;
1. Bagaimana Biografi Mbah Ahmad?
2. Bagaimana Gerakan PKI di Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng
Kabupaten Lamongan tahun 1962-1965?
3. Apa Peran Mbah Ahmad dalam Penumpasan PKI di Desa Gempol
Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan tahun 1962-1965?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat di capai beberapa tujuan, di
antaranya:
1. Untuk mengetahui biografi Mbah Ahmad dalam penumpasan PKI di
Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan.
2. Untuk mengetahui Gerakan PKI di Desa Gempol Manis Kecamatan
Sambeng Kabupaten Lamongan pada tahun 1962-1965 di Lamongan.
3. Untuk mengetahui Peran Mbah Ahmad dalam penumpasan PKI dan
dampak setelah penumpasan PKI di Desa Gempol Manis Kecamatan
Sambeng Kabupaten Lamongan.
D. Manfaat Penelitian
8
a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan
tentang peran Mbah Ahmad dalam penumpasan PKI di desa Gempol
Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan.
b. Untuk menjadi bahan teoritis guna kepentingan penulisan karya
ilmiah
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Akademik
Sebagai kajian dan sumber pemikiran bagi Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sunan Ampel terutama prodi Sejarah dan
Kebudayaan Islam yang merupakan lembaga tertinggi formal dalam
mempersiapkan calon profesional dalam kajian Sejarah dan
Kebudayaan Islam di masyarakat yang akan datang.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan wawasan bagi masyarakat pada umumnya
dan bagi generasi penerus bangsa agar mengetahui sejarah
pemerintahan Islam dan dapat diambil pelajaran untuk diamalkan
c. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan penelitian tentang peran tokoh
Islam sebagai , yang dapat dijadikan bahan atau pertimbangan bagi
peneliti dan penyusunan karya ilmiah.
E. Pendekatan dan Kerangka Teoristik
Penulisan ini menggunakan pendekatan sosiologis dan pendekatan
biografi. Pendekatan sosiologis digunakan untuk menggambarkan interaksi
social yang terjadi dalam kehidupan antara individu maupun golongan
yang akan menimbulkan suatu dinamika kehidupan . kedinamikaan dan
perubahan social akan bermuara pada terjadinya mobilitas social. Seperti
apa yang telah dilakukan oleh Mbah Ahmad dalam pembubaran PKI di
desa Gempol Manis, perjuangan yang dilakukan Mbah Ahmad
memperlibatkan banyak masyarakat pribumi yang ikut serta dalam
penumpasan PKI dan penyebaran dakwah Islam di Gempol Manis,
sehingga pendekatan sosiologi ini sangat tepat karena melibatkan banyak
masyarakat untuk kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pendekatan biografi merupakan penelitian yang mempelajari seluk
beluk seorang individu berkaitan dengan pengalaman, sebagaimana yang
diceritakan oleh pelaku sejarah itu sendiri serta sumber-sumber lain yang
relevan, seperti arsip, dokumen,anggota keluarga, kolegannya dan lain lain.
10
pribadi, proses menjadi serta karakter tokoh. Dalam hal ini, peneliti bisa
lebih dalam memahami karakter, sifat dan watak tokoh agar lebih bisa
maksimal dalam memaparkan hasil penelitian. Pendekatan biografi juga
memudahkan kita untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang latar belakang
seorang tokoh yang diteliti agar mendapatkan hasil yang akurat dan yang
benar.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Weber yaitu, tujuan penggunaan
sosiologi adalah untuk memahami arti subjektif dari kelakuan social, bukan
semata-mata menyelidiki arti objeknya. Dari sini tampaklah bahwa
fungsionalisasi sosiologi mengarahkan pengkajisejarah pada pencarian arti
yang dituju oleh tindakan individual yang berkenaan dengan
peristiwa-peristiwa kolektif sehingga pengetahuan teoritislah yang akan mampu
membimbing sejarawan dalam menemukan motif-motif dari suatu tindakan
atau factor-faktor dari suatu peristiwa. Jadi pendekatan sosiologi digunakan
untuk mengetahui tujuan dari tindakan yang dilakukan oleh Kartosuwiryo
yang diteliti peristiwa yang terjadi.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan.
Teori peranan adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi
social yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh
kategori-kategori yang ditetapkan secara social misanyalnya (ibu, manager,
guru). Setiap peran social adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan,
didasarkan pada pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara
yang dapat diprediksikan, dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada
konteksnya.
Levinsen mengatakan peranan mencakup tiga hal, diantaranya:8
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membeimbing seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur social masyarakat.
Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam
harapan. Pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang
peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. Kedua, pemegang
peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajibannya.
F. Penelitian Terdahulu
Gerakan PKI sudah sangat berkembang seluruh penjuru Indonesia,
tak luput tentang sejarahnya yang berbeda antar daerah satu dengan yang
8
12
lain. Adapun penelitian terdahulu yang juga membahas tentang topik yang
sama dengan skripsi ini akan tetapi dengan latar belakang yang berbeda,
berikut beberapa penetian yang telah membahas tentang PKI:
1. Atik Kus Setiawati,“Kyai Haji Shidiq Dalam Melawan Pemberontakan
PKI di Desa Kresek Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun Tahun
1948”. Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Adab, Surabaya,
2004 Penelitian tersebut lebih memfokuskan tentang cara-cara yang
dilakukan oleh Kyai Haji Ahmad Shidiq dalam melawan pemberontakan
PKI di Madiun tahun 1948.
2. Saudah Warso, Gerakan Ansor Jawa Timur dalam penumpasan
sisa-sisa PKI tahun 1967 di Blitar. Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas
Adab, Surabaya, 1996. Penelitian tersebut membahas tentang sejarah
dan perkembangan PKI sampai pemberontakan di Blitar Selatan serta
Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur dalam penumpasan sisa-sisa PKI di
Blitar Selatan.
3. Fauzan, Peran GP Ansor dalam Menjaga keutuhan NKRI (Study
Historis Peran GP Ansor Dalam Perlawanan dan Penumpasan G 30
s/PKI Di Kecamatan Soko Kabupaten Tuban 1967-1968). Skripsi, UIN
Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2015. Penelitian tersebut lebih
fokus pada sejarah dan perkembangan GP Ansor dan Peran yang
Peran GP Ansor Dalam Perlawanan dan Penumpasan G 30 s/PKI Di
Kecamatan Soko Kabupaten Tuban 1967-1968).
4. Ahmad Marzuqi, Catatan Sejarah, Sejarah PKI di Desa Latukan
Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan (diposting: 11
Februari 2016). Penilis artikel ini membahas tentang sejarah PKI yang
berada di Desa Latukan Kecamatan Karanggeneng Kabupaten
Lamongan.9
5. Nur Lailatun Nimah, Banser dan Pembantaian Massal di Kecamatan
Karanggeneng Kabupaten Lamongan (Tragedi Bengawan solo dan
Rawa Sebanget 05-15 Oktober 1965). Penulis artikel ini membahas
tentang sejarah tragedi bengawan solo dan rawa sebenget yang menjadi
saksi terjadinya pembantaian Massal di kecamatan Karanggeneng
Kabupaten Lamongan.10
Dari penelitian terdahulu lebih fokus membahas tentang sejarah
terjadinya Gerakan PKI di berbagai Daerah yang masing-masing memiliki
kisah tersendiri dengan berbagai perlawanan dan perjuangan
masing-masing. Sedangkan Penelitian yang saya tulis yaitu tentang “Peran Mbah
9
Ahmad Marzuqi,”Sejarah PKI di Desa Latukan Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan” dalamhttp://marzuqicheos.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-pki-di-desa-latukan.html?m=i(diposting: 11 Februari 2016).
10
Nur Lailatun nimah, “Banser dan Pembantaian Massal di Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan (Tragedi Bengawan solo dan Rawa Sebanget 05-15 Oktober 1965)”, dalam http://lailahistoria-fibii.web.unair.ac.id/artikel_detail-109946-History%20sentris-PKI%20version.html
14
Ahmad Dalam Pembubaran PKI di Desa Gempol Manis Kecamatan
Sambeng Kabupaten Lamongan tahun 1962-1965” yang lebih
memfokuskan tentang peran seorang tokoh masyarakat yaitu Mbah Ahmad
dalam pembubaran PKI yang menimbulkan dampak positif setelah
lenyapnya PKI dari Desa Gempol Manis.
G. Metode Penelitian
Dalam penyusunan rencana penelitian, penulis akan dihadapkan
pada tahap pemilihan metode atau teknik pelaksanaan penelitian. Metode
yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah. Metode
penelitian sejarah secara umum adalah suatu penyelidikan/ penggalian data
yang terkait dengan peristiwa atau permasalahan yang sedang dihadapi
dengan mengaplikasikan metode sebagai pemecahannya sebagai sudut
pandang historis. Data adalah bahan atau keterangan tentang suatu obyek
peneliti yang diperoleh dilokasi penelitian. Definisi data sebenarnya hamper
sama dengan definisi informasi, hanya saja informasi lebih menonjolkan
pelayanan aspek materi hasil peristiwa sejarah.11.
Sebagai bentuk kajian sejarah yang berusaha merekonstruksikan
peristiwa-peristiwa masa lampau, penulis memakai metode sejarah yang
terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
11
1. Heuristik
Heuristik yaitu teknik mencari dan mengumpulkan
sumber-sumber sejarah atau data yang dipakai oleh penulis adalah:
a. Sumber Primer, yaitu menggunakan data kesaksian dari seorang
saksi yang menyaksikan peristiwa sejarah secara langsung atau
dengan alat mekanis seperti arsip atau foto.12Sebagai sumber utama
dalam penulisan dan sebagai sumber primer penulis menggunakan
hasil wawancara dengan Mbah Ahmad sebagai orang yang berperan
penting dalam pembubaran PKI, beliau sebagai pemimpin bagi
masyarakat desa Gempol Manis. Serta kesaksian dari beberapa
Ustadz yang dahulu direkrut oleh Mbah Ahmad sebagai pengajar di
sekolah Diniyah pertama dalam penyebaran Islam pertama di desa
Gempol Manis, seperti : bapak Ma’ruf dan Bapak Ali. Dan terdapat
data berupa tulisan yaitu berupa sertifikat atau SK (surat keputusan)
Lurah yang dimiliki Mbah Ahmad sebagai bukti bahwa beliau
dahulu memang pernah menjabat sebagi lurah yang mana perintah,
perilaku serta kebijakan-kebijakannya ditaati oleh masyarakat
termasuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
agama Islam.
b. Sumber Sekunder dalam laporan penelitian ini dibutuhkan data
yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini
12
16
penulis melakukan penggalian data melalui dua tahap, yaitu pada
tahap pertama penulis melakukan wawancara mendalam dengan
tokoh yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam sejarah sebagai sumber primer. Sedangkan sumber-sumber
sekunder didapat melalui beberapa literatur ynag digunakan sebagai
sumber pendukung dalam penulisan ini. Dan dalam penelitian ini,
sumber sekunder yang peneliti dapatkan ialah meliputi dokumen
atau SK (surat keputusan) saat Mbah Ahmad menjabat sebagai
lurah yang mampu menumpas PKI dan menyebarkan Islam di desa
Gempol Manis. sumber sekunder lainnya peneliti dapatkan dari
beberapa buku tetang Partai Komunis di Indonesia sekitar tahun
1961 di Surabaya dan sekitarnya.
2. Kritik sumber
Kritik sumber meliputi kritik eksteren dan kritik interen.
Kritik eksteren menyangkut persoalan apakah sumber tersebut
merupakan sumber yang diperlukan. Terkait hal ini kritik eksteren
menjawab tiga pertanyaan. Pertama, menanyakan relevan apa tida,
sesuai dengan obyek yang dikaji apa tidak. Kedua, mengenai asli
tidaknya suatu sumber. Ketiga, menanyakan utuh tidaknya sumber.13
13
Kritik interen berkaitan dengan persoalan apakah apakah
sumber itu dapat memberikan informasi yang kita butuhkan. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan cara. Penilaian Intrinsik, dalam hal
ini peneliti melihat latar belakang informan yang diwawancara
dengan membuktikan kesaksiannya dapat dipercaya atau tidak.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber atau data sejarah
seringkali disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini data yang
terkumpul dibandingkan dengan kemudian disimpulkan agar bisa
dibuat penafsiran terhadap data tersebut sehingga dapat diketahui
hubungan kausalitas dan kesesuaian dengan masalah yang diteliti.
Dan dari hasil wawancara dari Mbah Ahmad dan beberapa
masyarakat atau orang yang hidup dizamannya menghasilkan data
yang singkron atau sama dengan apa yang dipaparkan oleh satu orang
dengan orang lain.
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dari metode sejarah,
dimana hisoriografi itu sendiri merupakan usaha untuk
merekonstruksi kejadian masa lampau dengan memaparkan secara
sistematis, terperinci, utuh dan komunikatif. Sejarah dalam penelitian
18
H. Sistematika pembahasan
Dalam menguraikan isi materi penyajian penelitian ini mempunyai
bagian; Pengantar, Hasil Penelitian, dan Simpulan. Sistematika penulisan
dalam penelitian ini disusun untuk mempermudah pemahaman sehingga
dapat menghasilkan pembahasan yang sistematis.
Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang didalamnya terdiri
dari latar belakang masalah yang kemudian dilanjutkan dengan ruang
lingkup dan permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab Kedua, merupakan bab yang membahas biografi, latar belakang
pendidikan dan perjalanan karier Mbah Ahmad secara lebih detail.
Bab Ketiga, merupakan bab yang akan membahas tentang gerakan
PKI di desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng kabupaten Lamongan paa
tahun 1965
Bab Keempat, merupakan bab yang akan membahas tentang peran
Mbah Ahmad dalam penumpasan PKIdi Desa Gempol Manis Kecamatan
Sambeng Kabupaten Lamongan dan dampak pasca penumpasan PKI yang
Bab Kelima, merupakan bab yang akan membahas mengenai
kesimpulan dan saran yang ditulis pada bagian penutup sebagai akhir dari
✁
BAB II
BIOGRAFI MBAH AHMAD
A. Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 651’54”-723’06”
Lintang selatan dan 1123’45” Bujur Timur. Kabupaten Lamongan memiliki
luas wilayah kurang lebih 1.812.8 km² atau +3.78% dari luas wilayah provinsi
Jawa Timur, dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka luas
perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km².
Kota Lamongan merupakan kota yang memiliki Desa terbanyak
pertama se Jawa Timur yakni 475 dengan 27 Kecamatan dengan daratan
Kabupaten Lamongan dibelah oleh sungai Bengawan Solo, dan secara garis
besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu;
1. Bagian Tengah Selatan merupakan daratan yang relative agak subur yang
membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk,
Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu.
2. Bagian selatan dan utara merupakan pegunungan kapur berbatu dengan
kesuburan sedang, kawasan ini terdiri dari kecamatan Mantup, Sambeng,
3. Bagian tenah utara merupakan bagian daerah bonorowo yang seringkali
terkena banjir, kawasan ini merupakan Kecamatan Sekaran, Laren,
Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun, Glagah.
Dari letak geografis diatas, Kota Lamongan merupakan kota yang
strategis, berada diantara kota-kota lain dan memiliki perairan utara yang
cukup luas. Perairan Utara Pantai Jawa sebagai jalur pembuka bagi
perekonomian Kota Lamongan, karena menjadi basis bisnis antar pulau juga
antar Negara tetangga sejak masa Majapahit.
Kota Lamongan Merupakan suatu wilayah yang mayoritas
penduduknya adalah petani, karena dataran Kota Lamongan yang subur dan
sesuai untuk bercocok tanam dengan beberapa hutan yang rindang di
beberapa kecamatan yang ada di Lamongan seperti Kecamatan Sambeng dan
Kecamatan Ngimbang. Mata pencaharian di Kota Lamongan terbagi menjadi
dua wilayah. Pertama, wilayah utara, penduduk Lamongan yang berada
diwilayah utara lebih dominan bermatapencaharian sebagai petani tambak
(perikanan) seperti Kecamatan Turi, Paciran, Brondong, Kalitengah, Deket
dan lain-lain. Kedua, wilayah selatan yakni penduduk Lamongan yang berada
diwilayah selatan lebih banyak bermatapencaharian sebagai petani, seperti
Kecamatan Tikung, Mantup, Sambeng, Ngimbang Modo.
Kecamatan Sambeng berada di sebelah selatan Kota Lamongan,
kira-kira 50 menit dari Kota Lamongan. Kecamatan ini beriklim tropis dengan
☎☎
Sambeng kebanyakan dipenuhi dengan hutan-hutan yang rindang. Kecamatan
Sambeng Terdiri dari 22 Desa, 86 Dusun. Kepadatan penduduk 807 jiwa per
km² dari luas wilayah 144,5 km².
Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan
berada di sebelah selatan alun-alun Kota Lamongan sekitar 22 km. Di Desa
Gempol Manis terdapat seorang tokoh Masyarakat yang pada tahun 1962 ikut
serta dalam membela NKRI dengan menumpas jejak-jejak PKI dan pendiri
pendidikan pertama di wilayah Lamongan selatan ini yaitu Mbah Lurah atau
Mbah Ahmad.
Desa Gempol Manis merupakan salah satu bagian dari Kecamatan
Sambeng Kabupaten Lamongan yang luas daerahnya mencapai 204,79 ha/m².
Jarak tempuh Desa menuju Kecamatan mencapai 7 km dengan kurun waktu
20 menit, sedangkan jarak menuju ke Kabupaten mencapai 26 km dengan
jarak tempuh 1 jam. Keadaan wilayah Desa Gempol Manis terdiri dari lahan
persawahan yang mengandalkan air tadah yang luasnya mencapai 164,26
ha/m2, untuk pemukiman warga seluas 25, 92 ha/ m², untuk pekarangan,
kuburan dan perkantoran seluas 6, 47 ha/ m², sedangkan luas lahan untuk
prasarana umum lainnya mencapai 8, 463 ha/ m².14
Lahan persawahan mayoritas ditanami jagung, kacang kedelai, padi,
dan kangkung, sedangkan lahan pekarangan hanya ditanami mangga dan
pisang, untuk lahan perkebunan warga memilih menanam tebu. Ketiga hasil
14
panen dari persawahan, pekarangan dan perkebunan dijual melalui tengkulak.
Selain itu, terdapat fasilitas umum desa seperti kas desa yang menggunakan
tanah bengkok seluas 5, 474 ha/m², perkantoran pemerintahan menggunakan
lahan 0, 147 ha/ m², bangunan sekolah menggunakan lahan seluas 0, 489
ha/m² dan jalan yang menghabiskan lahan 2,5 ha/ m².
Desa yang cukup luas tersebut dibatasi oleh beberapa desa
disekitarnya, meliputi:
a. Sebelah utara Desa Sumber Bendo Kecamatan Mantup
b. Sebelah selatan Desa Barurejo Kecamatan Sambeng
c. Sebelah timur Desa Mantup Kecamatan Mantup
d. Sebelah barat Desa Nogojatisari Kecamatan Sambeng.15
Berdasarkan data administrasi dapat diketahui bahwa Desa
Gempolmanis terdiri dari 5 dusun yakni, Gempolnogo, Sidomanis, Banyulegi,
Mindahan dan Bulurejo. Yang dihuni oleh 2305 jiwa yakni terdiri dari 1185
laki-laki dan 1120 perempuan yang mencakup 635 KK. Untuk
memaksimalkan pelayanan terhadap masyarakat, pemerintahan Desa
membagi kedalam 9 Rukun Warga (RW) dengan 18/19 Rukun Tetangga
(RT)16.
15
Data profil Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan.
16
✞ ✟
B. Geneologi
Ahmad bin Abdur Rohim atau yang biasa dipanggil Mbah Lurah
dengan nama lain (Mbah Ahmad) ialah seorang yang ikut serta dalam
memperjuangkan NKRI dari keganasan PKI di Desa Gempol Manis tahun
1962, ia Lahir di Dusun Waton Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. ia
adalah seorang tokoh agama yang berpengaruh di masyarakat dalam
penumpasan PKI dan menyebarkan ajaran Islam di Desa Gempol Manis tahun
1962-1965. ia mewarisi jiwa kepemimpinannya dari sang kakek yang
bernama Marhaban yang berasal dari Sedayu Gresik. Sang kakek ialah
seorang pendakwah yang kerap kali berkeliling wilayah Kota Lamogan. Yai
Marhaban sebutan pada masa itu, yaitu sebagai seorang yai yang
menyebarkan agama Islam dengan berdakwah ke berbagai tempat, namun
ruang lingkupnya masih cukup terbatas yakni hanya di daerah Gresik dan
Lamongan saja.
Hingga suatu ketika Yai Marhaban mengaji/ceramah di Kecamatan
Kedungpring dan akhirnya ia bertemu jodohnya di kedungpring, Yai
Marhaban kemudian bertemu dengan Nyai Thahirah dan kemudian mereka
memutuskan untuk menikah lalu menetap di Dusun Waton Kecamatan
Mantup. Pernikahan sang kakek (Marhaban) dan Nyai Thahirah dikaruniai 5
putra dan putra kelima yaitu ibu siti Maria yang dipersunting oleh Abd
Kemudian Bapak Abd Rohim dan Ibu Siti Maria menikah dikaruniai
putra 6 bersaudara.
1. Sahlan
2. Solaikhan
3. Rohmah
2. Sulaiman
2. Ahmad
3. Musyarokhah
Mbah Ahmad merupakan anak ke lima dari enam bersaudara. Ia kecil
hidup di lingkungan pedesaan, kebiasaan di desa ia sebagai pengembala
kambing. Meskipun terlahir dalam kehidupan yang sederhana Mbah Ahmad
tidak miskin ilmu agama. Sang ayah Abd Rohim, sebagai seorang yang ahli
agama di Dusun Waton dan dipilih oleh masyarakat menjadi seorang
“Moden”. Dalam hal mendidik anaknya ia selalu mengedepankan urusan
agama terlebih dahulu, seperti mengaji, berakhlak dan lain-lain.17
Kemudian Mbah Ahmad menikah dengan Ibu Juwariyah, dan
Pernikahan ini dikaruniai putra dan putri sebanyak 14 anak. Berikut ialah
nama-nama putra-putri Mbah Ahmad: Fatimah, Nafiah, Sumiati, M. Mansyur,
Mahfud, Alm Hanifah, Maksum, Siti Mahmudah, Siti Ma’rifah, Aziz Khoiri,
Abdul Karim, Abdul Majid, Zakariyah, Iswatin
17
☛6
Dari ke 14 putra-putri beliau kini tumbuh dewasa dan banyak dari
mereka yang menjadi orang-orang yang sukses seperti menjadi kepala Desa,
Guru, Dokter Hewan, TNI, dan lain-lain.
Berikut adalah silsilah keluarga Mbah Ahmad.
Sampai saat ini, Alhamdulillah Mbah ahmad masih diberi kesehatan
oleh Allah SWT diusianya yang ke . Beliau sudah lama mengurangi waktu
untuk meneruskan kepemimpinannya sebagai Lurah, dan memanfaatkan hari
tuanya untuk keluarga. Kini beliau berkumpul bersama anak bungsunya yakni
Iswatin yang berprofesi sebagai guru MTS Al-Hikmah yang dahulu didirikan
oleh sang ayah. Kondisi fisik Mbah Ahmad juga masih sehat wal afiat dan
sehat bugar sehingga masih mampu menjalankan aktifitasnya: seperti
berkebun, bertani. Tidak seperti kebanyak orang tua lainnya yang semakin tua
Marhaban dan Thahirah
Siti Maria Abd Rohim
semakin banyak penyakitnya, ia sangat menjaga pola hidup yang sehat. Ia
juga masih teringat jelas kondisi dizaman perjuangan. Kerasnya kehidupan,
perjuangan dalam meraih kemerdekaan dan belenggu PKI yang memperalat
masyarakatnya. Usaha menumpas segala bentuk gerakan PKI beserta
ajarannya dan bagaimana susah payahnya memperebutkan sekolahan yang di
pakai paksa oleh orang-orang PKI. susah payahnya saat menjadi pengajar dari
rumah-kerumah, dan mencari pengajar atau guru agama pada waktu itu.18
Setiap wawancara, Mbah Ahmad ingat persis bagaimana kondisi
perjuangan beliau saat itu, Mbah Ahmad seringkali meneteskan air mata. Air
mata bahagia , karena Beliau sangat bersyukur dikehidupan saat ini hidupnya
dan masyarakatnya menjadi jauh lebih baik. Bisa terlepas dari belenggu PKI
dan masyarakat yang sudah semakin maju bukan hanya jiwa sosialnya akan
tetapi maju dalam segi ilmu pengetahuan agama dan akhlaknya.
C. Latar belakang pendidikan
Ahmad lahir pada tanggal 28 Maret 1938, (tahun dan tanggal kelahiran
ini merupakan tanggal lahir yang tertera dalam KTP namun aslinya Ahmad
lebih tua 10 tahun dengan tahun di KTP (1928)). Mbah Ahmad terlahir
dilingkungan pedesaan yang asri, dikelilingi dengan keadaan alam yang subur
nan sejuk. Ia mengenal pendidikan pertamanya dari sang ayah (Abdur
Rohim), karena sang ayah pandai dalam ilmu agama maka ia dididik tentang
18
✍8
ilmu agama. Seperti membaca Al-Qur’an. Kebiasaannya sejak kecil ialah
mengembala kambing, kira-kira umur 7 tahun ia selalu ikut sang ayah
mengembala kambing, karena dahulu sang ayah memiliki kambing yang
cukup banyak jumlahnya. Meskipun begitu ia selalu dijarkan oleh sang ayah
tentang ilmu-ilmu agama, seperti mengaji, sholat dan lain-lain.
Pada umur 12 tahun, menempuh pendidikan hanya di tingkat Sekolah
Dasar karena pada saat itu pendidikan yang berkelas hanya bias ditempuh oleh
mereka yang memiliki harta yang banyak. Sekolah Dasar saat itu jauh berbeda
dengan Sekolah Dasar yang sekarang yang lebih maju baik dari program
pembelajarannya maupun fasilitasnya. ia seharusnya menempuh pendidikan
Sekolah Dasar selama 6 tahun akan tetapi ia terhalang oleh biaya saat akan
dilaksanakan ujian dan akhirnya hanya menempuh pendidikan 18 bulan, dan
ia pulang .
Di usia 18 tahun Mbah Ahmad ingin mendaftar sebagai siswa baru di
jenjang yang lebih tinggi (Sekolah Menengah Pertama). Akan tetapi ia tidak
bisa melanjutkan pendidikannya karena ditolak oleh pihak sekolah
dikarenakan usianya yang sudah melebihi batas, sekolah tersebut menolak 4
calon siswanya yang merupakan rekan-rekan Mbah Ahmad sendiri. Yakni
yang berasal dari Dusun Waton 2 anak, Dusun Rorombo 1 dan Dusun
Sambilan 1.
Menginjak usia 22 tahun ia mulai merantau ke pondok pesantren di
diketahui nama pondok tersebut) nama Kyainya ialah, K.H Mudhafir. Pondok
Pesantren tersebut setara seperti Sekolah Menengah Atas atau Madrasah
Aliyah. Bersama dengan saudaranya Ghafur dan Abu Ali yang berasal dari
Desa Tugu Kacamatan Mantup. Beliau di Pondok Pesantren belajar ilmu
Agama dengan sangat baik selama 18 bulan.
Saat belajar di Pondok Pesantren, ia akan ada ujian kelulusan akan
tetapi ia tidak memiliki uang untuk membayar uang ujian tersebut dan
akhirnya ia pulang kerumah. Dirumah ia bertemu dengan Bapak Samsul Hadi
ayah dari Bapak chaoril, () kemudian ia ini ditanya oleh Pak Samsul Hadi
Pak Samsul Hadi : “loh dek Ahmad kok di rumah, katanya mondok di
Gresik?”
Mbah Ahmad : “Nggeh mondok Pak, tapi sekolah lak wonten bondone
to, lah kulo mboten enten bondone kok” (iyah mondok
pak, tapi sekolah ka nada modalnya, dan saya tidak ada
modalnya kok).
Kemudian ia diajak melanjutkan sekolah di Rejoso Jombang, akan
tetapi ia tidak mau. Kemudian ia dimarahi neneknya (Yai Thahirah). “kamu
nanti tidak malu kalau kumpul-kumpul saudara besar kalau kamu menulis
Basmalah saja gk bisa?
Dan akhirnya ia pergi mondok lagi diusinya yang sudah dewasa, ia
termasuk santri yang dekat dengan Yainya dan sering diajak sang Yai pergi ke
✏ ✑
tersebut sisa waktu yang dimilikinya digunakan untuk bekerja demi
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Seperti cerita yang dikatakan oleh
Mbah Ahmad,
pas wayahe isuk mbiyen nduk, kiro-kiro jam 08.00 Mbah iki muter-muter goleki lowongan kerjo, aku iki bukaki lawang-lawange pabrik siji-siji. Teros disambut ambek penjagae kun uterus takon nang Mbah iki, Mau apa kamu? (suara banter lan kenceng) Mbah Jawab, maaf tuan saya mau mencari lowongan perkerjaan terus penjaga iku langsung jawab, Gak Ada!!19(Waktu dulu nak, kira-kira jam 08.00 Mbah ini berkeliling-keliling mencari lowongan pekerjaan, saya ini membuka pintu-pintu pabrik satu persatu. Kemudian disambut sama penjaga, kemudian penjaga ini bertanya kepada Mbah, Mau Apa Kamu? (dengan suara yang lantang dan keras) Mbah menjawab, maaf tuan saya mau mencari lowongan pekerjaan terus penjaga itu langsung menjawab, Gak Ada.. !!)
Banyak kepahitan saat ia mencari lowongan pekerjaan, penolakan
bahkan caci makian ia terima demi mendapatkankan perkajaan. Namun ia
tidak putus asa demi mendapat pekerjan, dan akhirnya diterima disalah satu
pabrik yang ada di Gresik. ia diterima menjadi pegawai di sebuah pabrik
sebagai buruh nimba air. Setiap hari ia terus menerus menimba air untuk
keperluan pabrik sarung BHS hingga tangannya lecet dan berdarah Meskipun
bayaran yang tak seberapa tapi ia iklas melakukanya demi bertahan hidup
menjadi nyantri. Setelah bekerja seharian sebagai buruh ia dapat merasakan
pahit dan getirnya kehidupan dan perjuangan hidup yang amat sangat pahit.
Kemudian ia merasa keberatan dengan pekerjaannya sebagai penimba
air dan ia melihat seorang yang bekerja dengan bagian pemutar kain sarung,
19
lalu ia meminta untuk pindah bagian sebagai pemutar kain. Dan ia bisa pindah
bagian tersebut. Waktu menunjukknan pukul 12.00 yang berarti bahwa waktu
istirahat tiba, saat ia beristrahat makan dan menyempatkan untuk sholat dan
mengaji sampai akhirnya terlambat untuk kembali bekerja dan dimarahi oleh
mandornya.
Mandor:“Kamu niat kerja apa ngaji sih, jam segini baru balik”
Ahmad: “Maaf Tuan saya disini itu untuk bekerja dan mengaji jadi
saya bisa dapat dua-duannya”
Mbah Ahmad belajar di pondok pesantren Gresik, memang tidak
lama, beliau memutuskan untuk mengakhiri masa belajarnya karena sang
kakak kembali ke hadapan ilahi dan akhirnya ia tidak dapat meneruskan
pendidikan pesantrennya dan kembali menjadi pengembala kambing di
desanya. Beliau lebih memilih untuk menemani orang tuanyanya di desa.
D. Perjalanan Karier
Setelah membahas geneologi dan latar belakang pendidikan
keagamaan Mbah Ahmad selanjutnya adalah membahas tentang perjalanan
kariernya yang menjadi orang pertama dan memiliki ketegasan dalam
menegakkan kebenaran serta berjuang memberantas PKI dan menghidupkan
nilai-nilai keislaman di Desa Gempol Manis. Adapun karier-karier beliau
✔ ✕
1. Sebagai Pengurus Ranting Nahdhatul Ulama
Nahdhatul Ulama adalah organisasi Islam terbesar yang ada di
Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tanggal 31 januari 1926 di
Surabaya.20 Sesuasi dengan artinya yaitu kebangkitan para ulama, NU
dibentuk oleh sekelompok ulama terkemuka yang kebanyakan adalah seorang
pemimpin pondok pesantren traisional seperti: Kh. Hasyim Asyari (Tebu
Ireng), Kh. Wahab Chasbullah (Tambak Beras) dan Kh. Bisri Syansuri
(Mamba’ul Ma’arif Denanyar), maka dengan demikian organisasi ini direspon
bagus oleh ulama yang beraliran Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Pada dasarnya organisasi ini muncul atas dasar penyikapan golongan
ulama tradisional (penganut tradisi) kepada Raja Hijaz (Arab) yang
mempunyai niat untuk menghilangkan seluruh traisi yang bertentangan
dengan Al-Qur’an an Hadis. Melalui keinginan Raja Arab untuk membuat
khilafah. NU didirikan berbasis pendidikan agama yang mudah diterima oleh
masyarakat, maka dengan begitu perkembangan NU sungguh sangat pesat.
Pada tahun 1933 keanggotaannya diakui mencapai 40.000 dan pada tahun
1938 menjadi 100.000 dengan jumlah cabang 99 di seluruh Indonesia.
20
Faisal Ismail, Islamic Traditional in Indonesia: A Stuy of the Nahhatul Ulama’s Early History
dengan jumlah yang signifikan tersebut mengantarkan NU menjadi Ormas
Islam terbesar di Indonesia, bahkan mengalahkan ormas Islam yang terlebih
dahulu yaitu Muhammadiyah (1912).
Pada tahun 1962 Mbah Ahmad ditunjuk sebagai pengurus Ranting NU
di Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan di usia 35
tahun. Kondisi saat itu Desa Gempol Manis masih dalam polemik tentang
keberadaan PKI yang meresahkan masyarakat Desa Gempol Manis.
Ditunjuknya Mbah Ahmad sebagai pengurus NU karena sikap keberanianya
yang menentang keberadaan PKI di Desa Gempol Manis tersebut. Kemudian
diadakannya musyawarah antara pemuda Ansor dengan Bapak Camat guna
pemilihan pengurus ranting Nahdatul Ulama. Awalnya Mbah Achmad tidak
setuju atas dipilihnya ia menjadi pengurus Nahdhatul Ulama karena Mbah
Ahmad merasa ilmu agama yang dimilikinya belum cukup untung
membimbing satu Desa sebagai pengurus Ranting Nahdhatul Ulama.
Dalam kepemimpinannya Mbah Ahmad sedikit demi sedikit
membentuk program kerjanya dengan cara mengadakan pengajian disetiap
desa yang satu dengan desa yang lain secara bergantian. Mbah Ahmad
menggunakan metode penyebaran Islam secara door to door atau yang
dimaksud adalah mengajakan ajaran agama Islam secara bergantian dari satu
rumah ke rumah yang lainnya. Penyebaran agama Islam seperti ini apat
✗ ✘
Mbah Ahmad memilih cara itu karena karna beliau yakin bahwa
Masyarakat enggan menghampiri majlis-majlis yang ada di luar desanya.
Apalagi para anggota PKI yang menentang dan tidak sejalan dengan ajaran
agama Islam karena pada waktu itu masyarakat masih enggan dan tiak ada
ketertarikan untuk mengetahui ajaran Islam yang sesungguhnya. Batas
kemampuan dan wawasan masyarakat yang pada zaman itu jauh dari kodrat
hamba terhadap Tuhannya. Apalagi dengan maraknya Partai Komunis
Indonesia yang sudah merajalela sampai ke desa-desa dan meracuni fikiran
Masyarakat dengan janji-jani yang akan diberikan kepada masyarakat yang
bersedia menjadi anggota Partai Komunis Indonesia ini.
2. Sekretaris Desa
Setelah keberhasilan Mbah Ahmad dalam memimpin Masyarakat
Desa Gempol Manis dalam membimbing masyarakatnya untuk kembali ke
ajaran Islam dengan beraliran Nahdhatul Ulama yang sesungguhnya. Maka
beliau diberi tanggung jawab lebih untuk memimpin desa sebagai Sekretaris
Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng tanggal 29 Juli 1988 saat berusia
50 tahun.
Mbah Ahmad selain memiliki jiwa kepemimpinan, ia juga sebagai
orang terpandang di Desa Gempol Manis pada waktu itu. Karena semenjak ia
menikah dan berpindah ke Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng
Kabupaten Lamongan beliau sudah dikenal oleh masyarakat luas karena
Mbah Ahmad dahulu adalah orang yang memiliki kekayaan yang
cukup banyak dibandingkan dengan masyarakat yang lainnya. Ia lebih sering
menjadi tempat curhat dan tempat keluh kesah oleh masyarakat, baik
mengenai ekonomi maupun ilmu pengetahuan. Dahulu ia adalah seorang
pedagang yang menjual bahan makanan seperti: ubi-ubian, beras, palawija dan
lain-lainnya. Dengan berdagangnya ini maka ia yang notabennya sebagai
warga pendatang menjadi lebih dikenal oleh masyarakat karena seringkali
masyarakat berbelanja di tokonya tersebut. Maka keberuntungan yang ia
miliki selain memiliki harta yang cukup juga memiliki pelanggan yang setia
yang nantinya akan mempercayakannya sebagai pemimpin di Desa Gempol
Manis Kecamatan Sambeng sebagai Sekretaris Desa.
Mbah Ahmad dipercaya sebagai Sekretaris Desa karena masyarakat
percaya kepada beliau yang kesehariannya sering memanagemen keuangan
milik pribadinya (dagangannya). Selain itu, ia adalah satu-satunya yang
mampu mengurus segala tentang desa dengan didukung ilmu pengetahuan
agama yang dimilikinya. ia adalah satu-satunya pembuat jalur jalan pertama
yang ada di Desa Gempol Manis hingga saat ini, untuk menuju desa satu ke
desa yang lain. Tujuannya agar biasa menghubungkan masyarakat yang ingin
✛6
3. Kepala Desa
Pada tahun 16 Januari 1990 Mbah Ahmad diangkat menjadi Kepala
Desa Gempol Manis saat berusia 52 tahun . Dan pada tahun itu Desa Gempol
Manis sudah merupakan desa yang termasuk berkembang karena dengan
menjabatnya Mbah Ahmad menjadi Kepala Desa keadaan masyarakat sudah
semakin maju, dilihat dari perkembangan pendidikan yang didirikan oleh
Mbah Ahmad menjadi tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu Madrasah
Tsanawiyah. Dan kehidupan para masyarakat yang semakin guyup rukun.
Selain perubahan dalam hal pendidikan Mbah Ahmad saat menjadi
Kepala Desa Juga merangkap sebagai Ketua KUD (Kantor Unit Desa) dengan
wakil ketua Lasiman. KUD ini bertempat di Kecamatan Sambeng dekat
dengan Pukesmas Kecamatan Sambeng saat ini. Karena melihat bahwa
potensi di Kecamatan Sambeng kebanyakan sebagai petani karena tanahnya
yang subur ia sangat mendukung dan memfasilitasi masyarakatnya dengan
adanya KUD tersebut. Keberadaan KUD tersebut diantaranya memudahkan
para petani untuk membeli obat-obatan pertanian, pupuk, bibit tanaman.
Kemajuannya terbukti dengan terbelinya tiga truk, 1 mobil sedan dan mobil
T.300 dalam 3 periode saat ia menjadi Ketua KUD. Semua fasilitas itu untuk
kemaslahatan masyarakat Kecamatan Sambeng dalam memajukan pertanian
BAB III
GERAKAN PKI DI DESA GEMPOL MANIS KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN
A. Sejarah PKI di Desa Gempol Manis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan tahun 1962-1965.
Untuk mengetahui kapan munculnya Gerakan PKI di daerah
Lamongan, maka perlu diketahui tentang sejarah masuknya PKI di Indonesia
terlebih dahulu. Partai Komunis Indonesia adalah partai yang menganut faham
Marxisme, faham ini merekrut dari golongan proletar atau golongan bawah
(buruh). Partai komunis Indonesia merupakan bentuk revolusi 17 Oktober di
Rusia, yang berlandasan bahwa pembebasan negara-negara jajahan dapat
dicapai hanya dengan persatuan para buruh. Dengan adanya landasan itu maka
Snevliet ingin membentuk partai dengan landasan dan tujuan yang sama yakni
faham Marxisme.
Disisi lain, Gerakan Partai Komunis Indonesia adalah Gerakan yang
berfaham Marxisme. Faham Marxisme dicetuskan oleh Karl Marx dalam
teorinya yang disebut dengan teori konflik. Maksudnya adalah Konflik
muncul dalam suatu masyarakat karena perbedaan kelas, yaitu kelas antara
pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerjaan/buruh (proletar)21. Marx
21
38
berpendapat bahwa para pemilik modal memeras para pekerja dengan cara
memperpanjang jam kerja dan upah yang tidak layak, atau yang dikenal
dengan kerja lebih.22 Dengan demikian para pekerja merasa diperas lalu
muncul aksi-aksi perlawanan, dan konflik menjadi keniscayaan yang
memuncak hingga peristiwa revolusi.
Kemudian Tafsiran Lenin tentang ajaran-ajaran Marx ini diklaim
sebagai ajaran Marx murni, menganggap ajaran-ajaran Marx ini adalah ajaran
yang paling benar. Dan ajaran “Marxisme-Leninisme” atau yang dipersingkat
dengan “Komunisme”23 berhasil di kembangkan oleh Lenin dan mendapat
banyak pengikut di Uni Soviet khususnya kaum buruh, lalu melakukan
revolusi di Uni Soviet tahun 1917. Kemuian Lenin teropsesi membawa ajaran
Marxisme ke Indonesia dan mengaharap kesuksesan yang sama seperti di
Rusia.
Komunis di Indonesia dimulai dengan datangnya benih-benih faham
“Sosial Demokrat ” yang dibawa oleh Hendrieus Yosephus Fransiscus Maria
Snevliet, seorang pemimpin buruh negeri Belanda tahun 1913. Sosil
Demokrat adalah nama ajaran komunis yang telah berkembang di Eropa
Barat. Kemudian di Indonesia mendirikan organisasi Social Demokrat dengan
diberi nama Indische Sociaal Democratische Vereening(ISDV) pada tanggal
22
Karl Max, Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Buku II Proses Sirkulasi Kapital (Jakarta-Bandung: Hasta Mitra-Ultimus &Institute For Global Justice, 2006), 156-157.
23
9 Mei 1914, bersama dengan Bersama, Brandstander, dan H.W. Dekker, P.
Beigsma. Kemudian ISDV menerbitkan surat kabar Net Vrije Woord (Syarat
Kebebasan), pada tanggal 10 Oktober 1915.
Tujuan didirikannya ISDV adalah menyebarkan faham Marxisme.
Awalnya perkumpulan ini hanya beranggotakan orang-orang belanda saja,
kemudian untuk mengembangkan kelompok ini, Snevliet berusaha mendekati
Partai Serikat Islam cabang Semarang yang saat itu dipimpin oleh Samaun
dan Darsono kedua pemuda tersebut merupakan pemuda Indonesia yang
cerdas, ulet dan pemberani. Para pemimpin ISDV menganggap lebih efektif
untuk bersekutu dengan organisasi-organisasi massa lainnya agar
organisasinya bisa berkembang dan berakar didalam masyarakat Indonesia.
Usaha untuk mendekati Samaun dan Darsono berhasil dengan baik. Samaun
dan Darsono berhasil dipengaruhi dan akhirnya masuk ISDV. 24 sebagai
anggotanya yang pada waktu itu dipimpin oleh Semaun (ketua), Darsono
(wakil), Bersgama (sekretaris), Dekker (bendahara.)
Namun pada tanggal 23 Mei 1920 dalam konggres ISDV yang ketujuh
diganti namanya menjadi Partai Komunis Hindia. Dan pada bulan Desember
24
40
1920 dirubah lagi namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) yang
berafiliasi dengan Komintern.25
Dengan demikian sejak berdirinya PKI mengikuti strategi komintern
dalam sejarah nasional dinyatakan sebagai berikut: ”afisiliasi dengan
komintern” menyebabkan PKI harus menyesuaikan sikapnya yang sesuai
dengan garis politik asia dari pada komintern. Adapun perjuangannya untuk
mencapai Negara komunis masih menurut jalan pikiran
pemimpin-pemimpinnya. Dengan perubahan nama menjadi PKI, pola kerjasama dengan
Sarekat Islam mesih berlanjut. Karena perbedaan landasan dan arah
perjuangannya, maka perpecahan tidak dapat dihindarkan, sehingga
muncullah SI putih dan SI merah.26
Sarekat Islam pada awal perkebangannya masih belum memiliki
disiplin kepartaian sehingga anggotanya bisa merangkap tiga keanggotaan,
antaranya ialah Sarekat Islam, ISDV, dan Insulinde. Snevliet bermaksud
untuk menyebarkan faham Marxisme di daerah Semarang ialah agar Sarekat
Islam cabang Semarang dapat meresmikan faham Marxisme ini dilingkungan
terpelajar Islam. Dan Sarekat Islam cabang Semarang telah memiliki pengikut
yang luas, meskipun didalamnya terdapat orang yang mengaku Islam tanpa
melakukan rukunnya.
25
Sartono Kartodirjo, et al. Sejarah Nasional Indonesia, jilid V (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1995), 203
26
Kemenangan Partai Komunis Indonesia tak luput dari landasan yang
dikobarkan dari aliran Marxisme, bahwa kebebasan Negara-negara jajahan
akan dapat dicapai hanya dengan persatuan buruh. Dengan demikian ISDV
sangat patuh dengan faham Marxisme tersebut. Mendengar penyataan seperti
itu pemuda-pemuda Indonesia yang bergabung dengan ISDV menjadi sangat
revolusioner. Peran samaun dalam ISDV sangat berpengaruh, pasalnya
samaun menggunakan kedudukannya sebagai komisaris Sarekat Islam cabang
Semarang untuk mempengaruhi pemimpin-pemimpin Sarekat Islam dan
berhasil masuk aliran dengan faham Marxisme 1918. Perjuangan Samaun
untuk mendesak para pemimpin Sarekat Islam ditolak mentah-mentah, dan
Sarekat Islam telah menetapkan sikap kooperatifnya, sebagai bukti bahwa
duduknya Cokroaminoto sebagai wakil Sarekat Islam dan Abdul Muis sebagai
wakilnya.
Ir. Cramer sebagai wakil dalam Dewan Perwakilan Rakyat atau yang
disebut Volksraad dalam ISDV menanggapi sikap pemerintah. Cramer
kemudian membentuk Konsentrasi Radikal dalam Volksraad yang
didalamnya terdiri dari wakil ISDV, Sarekat Islam, Budi Utomo, dan
Insulinde, perkumpulan ini guna untuk menggalang kekuatan baik didalam
maupun diluar gedung Dewan Perwakilan Rakyat. ISDV juga bekerja sama
dengan Bumi Putra dan organisasi Belanda yang bersikap progresif. Namun
42
propaganda melalui forum lembaga kenegaraan tidak berhasil. Pemerintah
yakin bahwa keanggotaan dalam Volksraad oleh golongan komunis
digunakan sebagai kedok belaka. Ketidak berhasilan tersebut membuat ISDV
membuat taktik lain untuk menyebarkan faham Marxisme melalui
organisasi-organisasi bumi putra dan Sarekat Islam secara intensif.27
Pada tahun 1920 Indonesia masih bernama Hindia Belanda, dan secara
resmi ISDV menjadi anggota Komunis Internasional pada tanggal 24
Desember 1920, kemudian tanggal 23 Mei 1923 berubah nama menjadi Partai
Komunis Hindia (PKH). Pemerintah Hindia Belanda melihat gelagat Snevliet
dalam ISDV, dan menganggap Snevliet adalah biang keladinya. Kemudian
pemerintah bersikap tegas dan mengambil keputusan keras kepada pemimpin
ISDV, karena Snevliet yang mengadakan tindakan propaganda Marxisme
dikalangan Angkatan Darat Kerajaan Belanda, kemudian Snevliet ditangkap
dan diusir dari pemerintahan Hindia Belanda tahun 1920. Snevliet pergi ke
Rusia dan kemudian menjadi anggota Komintern. Akan tetapi dengan
perginya pencetus faham Marxisme di Indonesia ini para pengikut yang masih
terselubut dalam masyarakat tetap menyebarkan faham Marxisme secara
sembunyi-sembunyi bahkan hingga saat ini.
Pada tahun 1955 untuk pertama kalinya Indonesia mengadakan
pemilihan umum yang dimenangkan oleh 4 partai besar, yaitu: PNI, Masyumi,
27
NU, PKI. Keempat partai pemenang pemilu pertama ini kemudian
dibentuklah Kabinet Ali Sastroamijoyo II tahun 1956. Kabinet ini hanya
beranggotakan ketiga partai tanpa PKI yang memunculkan pertentangan dari
pihak PKI sendiri. Penolakan yang terjadi dalam peresmian kabinet ini
dikarenakan Masyumi menolak adanya PKI disebabkan akibat insiden PKI di
Madiun tahun 1948 menjadi korban, bukan hanya umat Islam tetapi juga
bangsa Indonesia. Hal ini membuat PKI pada akhirnya juga merasa
tersisihkan dan menolak keputusan tersebut, namun Presiden Soekarno tetap
menyetujui peresmian kabinet ini.28
Partai Komunis Indonesia adalah partai yang menganut faham
Marxisme, faham ini merekrut dari golongan proleter atau golongan bawah
(buruh). Partai komunis Indonesia merupakan bentuk revolusi 17 Oktober di
Rusia, yang berlandasan bahwa pembebasan Negara-negara jajahan dapat
dicapai hanya dengan persatuan para buruh. Dengan adanya landasan itu maka
Snevliet ingin membentuk partai dengan landasan dan tujuan yang sama yakni
faham Marxisme. Maksud daripada Komunis ini adalah kebebasan bernegara
yaitu: para penguasa tidak hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang
berdasi atau berpenjabat akan tetapi bisa dilakukan oleh para buruh atau bisa
dikatakan dari golongan bawah. Dan kesatu para buruh ini dapat
28
44
Menggoyahkan pemerintahan Indonesia yang saat itu dipimpin oleh
pemerintahan Soeharto.
Dalam penelitian tertulis yang pernah ada, peradaban di Kota Lamongan
dalam sejarahnya dimulai sejak sebelum datangnya ajaran Islam yang
dibawah oleh para Wali Songo. Sebelum Islam datang di Kota Lamongan.
Lamongan merupakan Kota Adipura yang menganut kepercayaan animesme
dan dinamisme. Pada saat itu Hindu dan Budha sudah lebih dahulu menyebar
ke berbagai penjuru negeri termasuk Kota Lamongan. Peristiwa ini ditandai
adanya prasati Airlangga dan Prasasti di Kecamatan Bluluk Kabupaten
Lamongan yang dikeluarkan Hayam Wuruk. Setelah itu dilanjutkan
penyebaran Islam Oleh Sunan Drajat, Sendang Duwur serta Tumenggung
Ronggo Hadi.29 Kemudian dilanjutkan dengan masa kolonial di Kota
Lamongan, dibuktikan dengan arsip pemerintah Belanda yang di simpan di
Kantor Kearsipan Jawa Timur di Surabaya (Eerste Jaarverslag de te
Lamongan gevestigde Stiching Ziekenhuis Wismo Joewono 1941) Rumah
Sakit Darurat Darma Joewana, Kantor Pos Lamongan dan Monumen Kapal
Van Der Wijck, dan beberapa peninggalan Sekolah Angka 1. 30
Namun penulis lebih fokus tentang masa setelah Kemerdekaan, yaitu
Masa gerakan PKI tahun 1962-1965 di Desa Gempol Manis Kecamatan
29
Mohamad faried,Lamongan: Meyayu Raharjanening Praja(Lamongan. : Badan Perpustakaan dan Arsip daerah Lamongan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan, 1994), 33.
30
Sambeng Kabupaten Lamongan. Keberadaan gerakan PKI di kota Lamongan
ditandai dengan adanya peristiwa-peristiwa keganasan yang di lakukan PKI di
berbagai daerah di Kota Lamongan. Seperti Sungai Bengawan Solo yang
menjadi saksi bisu adanya pembantaian masal di Kecamatan Karanggeneng
Kabupaten Lamongan. Adapula tragedi kemanusian di Kecamatan Sekaran
Kabupaten Lamongan.31 Sejarah PKI di Desa Latukan Kecamatan
Karanggeneng kabupaten Lamongan.32 Menurut sudut pandang penulis,
semua peristiwa-peristiwa keganasan yang dilakukan PKI yang di lakukan di
berbagai wilayah Lamongan merupakan bentuk apresiasi dari Gerakan PKI
yang ingin meberontakan dan mengambil alih pemerintahan Indonesia. begitu
pula kondisi PKI di Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan. Jika dalam
penelitian sebelumnya tentang adanya gerakan PKI di daerah Lamongan
seperti yang disebutkan di atas, begitu juga penelitian ini tentang penumpasan
PKI di Desa Gempol Manis tahun 1962.
Dalam penelitian ini penulis mencari data ke beberapa instansi terkait,
seperti Koramil Kecamatan Sambeng, Kodim Kabupaten Lamongan.
Keterangan dari bebebapa Instansi tersebut memang sangat akurat, karena
dalam Negara Republik Indonesia telah menyimpan data atau nama-nama
31
Nasihin,“Tradisi Kemanusiaan di Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan 1962-1966”, (Skripsi, Universitas Jember, Jember, 2006), 99.
32
46
orang yang masuk dalam gerakan PKI tahun 1965, sampai sekarang
nama-nama itu masih diintai/diawasi oleh pihak Intel, dan nama-nama-nama-nama tersebut
masih tersimpan rapi dalam rahasia Negara Republik Indonesia. Namun
berhubungan dengan hal tersebut penulis tidak mendapat data atau dokumen
dikarenakan data tersebut merupakan dokumen Negara yang sangat rahasia.33
Keganasan Gerakan PKI di Kabupaten Lamongan menyisakan luka di
masa kelam, termasuk diberbagai wilayah di Kota Lamongan memiliki
peristiwa-peristiwa tersendiri tentang adanya gerakan PKI tersebut. Puncak
peperangan yang dilakukan masyarakat Lamongan ialah setelah adanya
keputusan G 30 S PKI, pemerintah Kabupaten Lamongan pada saat itu di
pimpin oleh R. soeparngadi Sosrowardojo (1960-1969). Seletah G 30 S PKI
para komponen masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Kabupaten
Lamongan bergerak dan ikut memerangi orang-orang PKI.
Masuknya gerakan PKI di Desa Gempol Manis tidak diketahui dari
mana gerakan ini berasal, namun menurut Mbah Ahmad gerakan PKI ini
sudah ada sejak tahun 1960an bahkan mungkin sudah ada sejak 5 tahun
kebelakang (1955). Ditandai adanya PKI di Desa Gempol Manis ini yakni
adanya perebutan gedung madrasah diniyah yang didirikan oleh Mbah
Ahmad, dan saat itu ia sedang menjabat sebagai pengurus ranting Nahdhatul
Ulama (Tanfidziyah), gedung madrasah yang digunakan oleh anak didik dari
33
masyarakat Nahdhatul ulama bertempat di Desa Gempol Nogo, pembuatan
gedung Madrasah menghabiskan kayu jati dari lima kuburan dengan tenaga
para masyarakat non PKI (Nahhatul Ulama). Namun dalam strategi ini, PKI
merusak dari dalam madrasah yakni melalui guru-guru di Marasah, tiba-tiba
guru-guru madrasah menghilang dan tidak ada kabarnya sehingga kegiatan
belajar mengajar terpaksa di hentikan karena tidak ada pengajarnya.34 Dari
kasus tersebut, Mbah Ahmad sebagai pengurus Tanfidziyah Nahdtahul Ulama
mengadakan musyawarah yang di ikuti oleh Komandan Koramil (M.Bajuri)
Bapak Camat ( Sateb) dengan pengawalan polisi. Dalam musyawarah tersebut
ia menyampaikan niatnya untuk merebut kembali hak atas gedung madrasah
tersebut yang kini diambil alih oleh orang-orang PKI. Namun keputusan
terakhir dari musyawarah itu ialah kepemilikan gedung tetap dimiliki oleh
PKI dan Mbah Ahmad akhirnya mengalah dan membuat kembali Madrasah
diniyah. Keputusan itu memang mengganjal namun jika ilihat kedepannya
ternyata Bapak Camat tersebut adalah termasuk anggota PKI yang
terselubung.35
Pada tahun 1963 gerakan PKI di Desa Gempol Manis benar-benar
sudah menampakkan kebenciannya, beberapa tindakan yang dilakukan PKI
sangat meresahkan bagi masyarakat non PKI. Dusun Gempol Nogo
merupakan Masyarakat yang paling banyak menjadi anggota PKI, kecuali 1
34
Ahmad, Wawancara, Lamongan, 14 Desember 2016.
35Ma’ruf,