ANALISIS EFEKTIFITAS PENYALURAN DANA ZAKAT
DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN PADA PROGRAM
BEASISWA YATIM PRESTASI DI YATIM MANDIRI CABANG
SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
Mochamad Imam Solichin NIM. C74213125
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Analisis Efektifitas Penyaluran Dana Zakat dalam Meningkatkan Pendidikan pada Program Beasiswa Yatim Prestasi
di Yatim Mandiri Cabang Surabaya” adalah hasil penelitian lapangan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana penyaluran dana zakat pada program Beasiswa Yatim Prestasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya dan Bagaimana analisis efektivitas penyaluran dana zakat dalam meningkatkan pendidikan pada program Beasiswa Yatim Prestasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis, yaitu menggunakan atau melukiskan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diteliti. Deskripsi di sini dimaksudkan untuk menggambarkan secara jelas mengenai objek penelitian secara komperhensif.
Data penelitian terhimpun dari wawancara secara langsung dengan pihak Yatim Mandiri Surabaya yaitu bagian kepala divisi penyaluran dana zakat untuk anak-anak yatim dhuafa yang mendapatkan dana zakat untuk peningkatan kualitas pendidikan yang biasa disebut dengan program Beasiswa Yatim Prestasi, yang didukung dengan data dokumentatif secara literatur pendukung yang relevan terhadap permasalahan yang diangkat oleh penulis. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa efektifitas penyaluran dana zakat dalam meningkatkan pendidikan pada program beasiswa yatim prestasi merupakan salah satu program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak yatim dhuafa. Dasar yang digunakan sebagai patokan Yatim Mandiri dalam menyalurkan dana zakat adalah 8 asnaf (fakir, miskin, yatim, amil, gharim, sabilillah, ibnu sabil, muallaf) sebagai penerima dana bantuan anak-anak yatim dhuafa yaitu masuk dalam kategori fakir dan miskin. Sedangkan cara penyaluran dana tersebut adalah dengan memberikan beasiswa yatim prestasi yang berupa
uang pembinaan, bimbingan belajar, pembinaan bidang al-qur’an dan
diniyah dan pelatihan kewirausahaan. Dan yang digunakan dari pihak Yatim Mandiri untuk mencari anak-anak yatim dhuafa adalah dengan melakukan sosialisasi di sekolah.
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...10
C. Rumusan Masalah ...11
D. Kajian Pustaka ...11
E. Tujuan Penelitian ...15
F. Kegunaan Hasil Penelitian ...16
G. Definisi KonseptuaL ...16
H. Metode Penelitian ...18
I. Sistematika Penulisan ...24
BAB II KERANGKA TEORITIS ...25
A. Konsep Efektifitas ...25
B. Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat ...31
ix
D. Rukun dan Syarat Zakat ...36
BAB III DATA PENELITIAN ...52
A. Gambaran Umum Yatim Mandiri Cabang Surabaya ...52
B. Penyaluran Dana Zakat pada Program Beasiswa ...63
C. Monitoring dan Evaluasi pada Penyaluran Dana Zakat ProgramBeasiswa Yatim Prestasi di Yatim Mandiri ...65
BAB IV ANALISIS DATA ...85
A. Analisis Penyaluran Dana Zakat pada Program BeasiswaYatim Prestasi di Yatim Mandiri ...85
B. Analisis Efektifitas Penyaluran Dana Zakat pada Program Beasiswa Yatim Prestasi ...88
BAB V PENUTUP ...93
A. Kesimpulan ...93
B. Saran ...93
DAFTAR PUSTAKA ...95
manusia dengan sempurna. Segala macam persoalan dalam hidup dan
penyelesaiannya telah diatur sedemikian rupa oleh Allah swt dalam kitab
Al-Qur’an maupun Al-Hadist. Salah satu persoalan yang sering kita
jumpai di masyarakat adalah masalah harta. Harta biasa dijadikan alat
untuk menuju surga, tetapi harta juga bisa menjerumuskan manusia ke
dalam api neraka, semua itu tergantung pada pemiliknya. Allah akan
menguji manusia oleh harta yang dimilikinya. Allah akan menguji oleh
harta yang dimilikinya, sebagaimana Firman Allah dalam Qur’an Surat
Ali Imran ayat 186 : dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang-orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk urusan yang patut diutamakan.1
1 Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Departemen Agama, 2015), Ali Imran
2
Penjelasan dari arti surat Ali Imran ayat 186 adalah Harta yang
telah dititipkan oleh Allah kepada manusia akan memberikan keberkahan
jika kita manfaatkan dengan baik sesuai kaidah agama. Salah satu cara
yang bisa kia lakukan dengan harta yang kita miliki yaitu dengan
menunaikan zakat. Apabila tidak memiliki cukup harta bisa kita lakukan
dengan berinfaq maupun shadaqah. Hal tersebut juga dikarenakan harta
yang kita miliki bukan semata-mata milik kita secara penuh, tetapi ada
sebagian yang harus kita keluarkan untuk orang lain yang membutuhkan.2
Zakat Secara etimologis, berasal dari kata dasar bahasa arab zaka
yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah. Sedangkan
secara terminologis di dalam fiqh, zakat adalah sebutan atau nama bagi
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT supaya diserahkan
kepada orang-orang yang berhak (mustah}iq) oleh orang-orang yang wajib
mengeluarkan zakat (muzakki).3 Zakat adalah ibadah yang berkaitan
dengan harta benda yang telah disepakati (maliyyah ijtima’iyyah) yang
memiliki posisi strategis dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran
Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.
Di dalam al-Quran, terdapat beberapa ayat yang menerangkan
secara tegas memerintahkan melaksanakan zakat. Perintah melaksanakan
zakat sering bersamaan dengan perintah melaksanakan shalat.
2 Umratul Khasanah, Manajemen Zakat Modern : Instrumen Pemberdayaan EkonomiUmat
(Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2014), 34.
3 Ismail Nawawi, Zakat dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi, (Surabaya: Putra Media
3
Hal ini menunjukkan sangat pentinsgnya peran pelaksanaan zakat dalam kehidupan umat Islam. Adapun ayat yang menjelaskan zakat
tersebut ialah Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 43
dapat pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.
Penjelasan arti dari surat Al-Baqarah ayat 45 bahwa zakat
merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah kepada orang yang
mampu mengeluarkan sebagian hartanya dijalan Allah untuk orang-orang
miskin (mustah}iq). Zakat juga dikatakan sebagai penunaian hak yang
wajib yang terdapat dalam harta. Dalam prinsip Islam, kekayaan harus
menyandang sistem kesejahteraan yang bertumpu pada zakat, sebagai
bentuk syukur atas segala anugerah dari Tuhan. Selain sebagai sarana
untuk menyucikan jiwa dan harta, ketiganya juga merupakan instrumen
pemberdayaan umat untuk mencapai kesejahteraan.4
Ibadah zakat tidak hanya sebagai ibadah pribadi sebagai tanda
kesalehan dan kepatuhan kepada Allah, namun zakat juga memiliki
dampak sosial yang signifikan sebagai distribusi kekayaan dan sebagai
realisasi dari konsep keadilan sosial ekonomi yang ada di dalam ajaran
Islam. Zakat merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki
4
posisi yang sangat penting dan strategis dari sisi ajaran Islam dan
pembangunan kesejahteraan ekonomi umat Islam.5
Dalam sejarah negara berhak memaksa dengan hukum kekerasan
supaya kewajiban zakat ini dilaksanakan sebagaimana yang dilakukan
oleh Khalifah Abu Bakar yang memerangi mereka yang enggan
mengeluarkan zakat hartanya. Sebagaimana dikatakan Alfitri bahwa
dalam pengelolaan zakat, imam / khalifah dapat mudah mengontrol
langsung. Mekanisme ini telah berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad
SAW, sahabat hingga Dinasti Otsmani. Itulah dasar yang tegas dari
kewajiban Negara dalam Islam supaya turun tangan dan mencampuri
urusan pembagian harta di antara manusia. Negara dapat menggunakan
kekuasaannya untuk memaksa orang yang mampu untuk menunaikan
kewajiban zakat ini untuk menghilangkan penderitaan masyarakat di
samping untuk membantu kepentingan Negara.6
Tabel. 1.1
Data potensi zakat di Indonesia menuut BPS Potensi zakat di Indonesia Menurut BPS (Badan Pusat Statistik)
September 2014 27,73 juta jiwa Penduduk Miskin
September 2015 28,51 juta jiwa Penduduk Miskin
Total selama 1 tahun 780 ribu jiwa Penduduk Miskin
5 Yusuf Qardawi, Sedekah cara Islam Mengentaskan Kemiskinan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya,2010, 46.
6
5
Tahun 2015 tersebar di beberapa daerah
Jawa 15,31 Juta jiwa
Sumatera 6,31 Juta jiwa
Bali dan Nusa Tenggara 2,18 Juta jiwa
Sulawesi 2,29 Juta jiwa
Maluku 1,53 Juta jiwa
Kalimatan 0,99 Juta jiwa
Sementara alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) tahun 2015 untuk pengentasan kemiskinan yang
berada di Kementerian Sosial sebesar Rp 14 triliun. 7
Berdasarkan hasil riset BAZNAS dan IPB, potensi zakat secara
nasional ditaksir mencapai Rp 217 triliun setiap tahun. Angka itu dilihat
berdasarkan produk domestik bruto (PDB). Ketika PDB naik, maka
potensi zakat juga bergerak. Jadi, itu didasarkan pada PDB tahun 2010.
Padahal setiap tahun PDB bergerak naik. Kalau memperhitungkan
pertumbuhan PDB tahun-tahun sesudahnya, maka tahun ini potensi zakat
berubah menjadi sekitar Rp 274 triliun. Potensinya besar sekali. Sangat
disayangkan bahwa potensi zakat yang besar tersebut belum dapat tergali
secara maksimal sehingga belum mampu mengentaskan kemiskinan yang
ada di Indonesia. Masalah kemiskinan merupakan hal yang krusial di
Indonesia dan angka kemiskinan di Indonesia terbilang cukup tinggi.
7
6
Meski demikian, upaya untuk menggali potensi dan optimalisasi
peran zakat di Indonesia belum sepenuhnya tergarap dengan maksimal
karena peran zakat belum terlaksana secara efektif dan efisien. Banyak
faktor yang menyebabkan manfaat dari zakat ini belum terasa maksimal,
diantaranya adalah lemahnya motivasi keagamaan dan kesadaran
keislaman pada mayoritas masyarakat sehingga rendahnya kesadaran
masyarakat dalam menunaikan kewajiban membayar zakat, kurangnya
pengawasan dari lembaga-lembaga pengelola zakat dalam pendistribusian
zakat sehingga mungkin pihakpihak yang semestinya mendapatkan zakat
tidak mendapatkan haknya, zakat itu diberikan kepada delapan golongan
jangan hanya diberikan kepada golongan fakir dan miskin saja, zakat yang
diberikan kepada para mustahik sebagian besar digunakan untuk
konsumsi sesaat sehingga tidak terjadi kegiatan ekonomi yang bisa
mengembangkan harta si mustahik, dan seharusnya zakat yang diberikan
oleh muzakki kepada mustahik jangan hanya dalam bentuk uang tetapi
juga dalam bentuk modal usaha dan beasiswa pendidikan. 8
Membangun sebuah sistem pengentasan kemiskinan berbasis
zakat tentu tidaklah mudah, perlu adanya kerja sama dengan berbagai
pihak untuk memaksimumkan peran zakat dalam mengentaskan
kemiskinan. Pembangunan sistem pengelolaan zakat yang melibatkan
struktur kemasyarakatan yang paling dekat dengan masyarakat itu sendiri
harus tetap dikerjakan dan dikembangkan walaupun membutuhkan waktu
7
yang tidak singkat. Menggali dan mengembangkan potensi zakat memang
membutuhkan waktu yang panjang tetapi masyarakat harus optimis
bahwa sistem zakat ini mampu memberikan solusi bagi masalah
kemiskinan yang sudah berlarut-larut. Potensi zakat yang sudah ada harus
tetap dipertahankan dan kesadaran untuk membayar zakat harus semakin
ditingkatkan sehingga peran zakat dalam proses mengentaskan
kemiskinan menjadi semakin diakui dan mendapat kepercayaan dari
masyarakat luas.
Potensi dan peran zakat yang ada diharapkan menjadi sarana
untuk mengentaskan kemiskinan dan mendapatkan perhatian besar,
penuntasan penanggulangan kemiskinan harus segera dilakukan dan zakat
di harapkan memiliki sumbangsi kepada kaum miskin khususnya yang
membutuhkan perhatian dari semua pihak. Seperti usaha yang di lakukan
dalam pengembangan potensi zakat melalui upaya Pinjaman Modal
Usaha, Pembibitan Ikan, Pembibitan Pertanian, Peternakan, Biaya
Pendidikan bagi anak-anak yatim dan Pendayagunaan zakat fakir miskin
untuk Pemberdayaan Keluarga Muslim. 9
Lembaga Amil Zakat Nasional Yatim Mandiri Surabaya
merupakan salah satu lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
penghimpunan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah untuk
disalurkan kepada yang berhak, terutama kepada anak-anak yatim piatu.
8
Lembaga pengelola zakat yang terletak di Perumahan Bendul Merisi
No.2A, Bendul Merisi, Wonocolo, Surabaya. Yatim Mandiri mempunyai
Salah satu program yang sudah berjalan lama adalah Program Beasiswa
yatim prestasi atau bisa disebut BESTARI.10
Program beasiswa ini adalah bertujuan memberikan bantuan biaya
untuk mendukung pendidikan anak-anak Yatim dhuafa tinggkat SD, SMP
dan SMA. Alokasi bantuan biaya tersebut terus meningkat, setidaknya
dapat dilihat dari trend peningkatan atau alokasi dana beasiswa yatim
prestasi. Berikut rend penyalurannya dapat diamati pada gambar dibawah
ini.
Tabel. 1.2 Data penyaluran Beasiswa Yatim Prestasi
Sumber : Data primer, diolah 2017
Dapat disimpulkan bahwa alokasi penyaluran dana zakat untuk
beasiswa yatim prestasi di Yatim Mandiri pada tahun ke tahun semakin
10 Imam Fachrudin, (Kepala Yatim Mandiri Cabang Surabaya), Wawancara, Surabaya, 16 Juli
2016.
Rp887,767,000
Rp905,323,000
Rp950,625,000
2013 2014 2015
9
meningkat. Pada tahun 2013 jumlah penyaluran beasiswa yatim prestasi
sebesar Rp.887.767.000, tahun 2014 sebesar Rp.905.323.000, sedangkan
pada tahun 2015 sebesar Rp.950.625.000. Selain bantuan biaya
pendidikan, melalui program ini mereka juga akan mendapatkan meteri
pembinaan dan motivasi melalui kegiatan kreatif-edukatif untuk
pengembangan life skill yang mendorong anak menjadi mandiri. Bantuan
biaya pendidikan dan beasiswa prestasi diberikan setiap satu semester. 11
Dalam sistem pengelolaan dana zakat Yatim Mandiri memiliki
divisi khusus yaitu Divisi Zisco adalah tim penjemput zakat yang
bertugas untuk menghimpun, dana Zakat untuk anak-anak yatim, kaum
dhuafa, dan korban bencana alam. Namun dalam pendistribusiannya
Yatim Mandiri lebih memprioritaskan kepada anak-anak yatim. Dana
Zakat di himpun dari berbagai Masyarakat dan juga para dermawan. Dana
tersebut diberikan setiap bulannya yang ingin menshodaqohkan hartanya.
Sedangkan dalam proses pendistribusiannya Yatim Mandiri di
wakili oleh Divisi Landing memberikan secara langsung kepada anak
yatim tersebut. Selain itu menitipkannya kepada pihak-pihak lain yaitu
seperti lembaga-lembaga Pendidikan, Sekolah dan juga panti asuhan.
Sampai dengan saat ini Yatim Mandiri Menyalurkan dana Beasiswa
Yatim Prestasi kepada lebih dari 15.500 setiap tahunnya anak yatim
dhuafa’ di seluruh Indonesia. Dan tentunya masih banyak anak-anak
yatim yang berprestasi yang belum mendapatkan bantuan beasiswa
10
tersebut di sekolah dan yayasan atau juga panti asuhan, Di Surabaya
khususnya.
Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan di atas, maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang memusatkan perhatian
kepada masalah bagaimana penyaluran dana zakat pada program
Beasiswa Yatim Prestasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya dan juga
analisis efektivitas penyaluran dana zakat dalam meningkatkan
pendidikan pada program beasiswa yatim prestasi di Yatim Mandiri
Cabang Surabaya dengan judul “ Analisis Efektivitas Penyaluran Dana
Zakat dalam Meningkatkan Pendidikan pada Program Beasiswa Yatim
Prestasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi
masalah-masalah yang terkandung di dalamnya sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
a. Potensi zakat di Indonesia.
b. Penyaluran dana zakat tidak tepat sasaran.
c. Fungsi dana zakat.
d. Bentuk-bentuk penyaluran dana zakat.
e. Teknik penyaluran dana zakat.
f. Proses penentuan mustahik dalam penyaluran dana zakat.
g. Efektivitas penyaluran dana zakat dalam meningkatkan
11
2. Batasan Masalah
Setelah diidentifikasi, ada beberapa masalah , agar penelitian ini
lebih terarah dan tefokus maka penulis membatasi
masalah-masalahnya sebagai berikut:
a. Bentuk-bentuk Penyaluran dana zakat pada program Beasiswa
Yatim Prestasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.
b. Efektivitas Program Beasiswa yatim prestasi di Yatim Mandiri
Cabang Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penyaluran dana zakat pada program Beasiswa Yatim
Prestasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.
2. Bagaimana analisis efektivitas penyaluran dana zakat dalam
meningkatkan pendidikan pada program Beasiswa Yatim Prestasi
di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Pertama penelitian yang berjudul“Pengelolaan dan Pendistribusian
Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah Pada PKPU Semarang (Studi Kasus Pos
Kemanusian Peduli Umat)” ditulis oleh M. Ridwan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah mekanisme penyaluran dana zakat pada PKPU
12
menentukan sasaran, menuangkan dalam program-program dan
pengangaran ke dalam program-program. Sedangkan kendala-kendalanya
yaitu keterbatasan dana,terbatasnya amil, terbatasnya SDM, jarak dan
waktu, dan komunikasi. Dan solusi dalam menghadapi kendala
terbatasnya dana, yaitu terus berusaha memperbesar pendapatan dana
zakat dengan cara sosialisasi kepada masyarakat agar memiliki kesadaran
dalam membayar kewajiban berzakat.12
Kedua “ Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat
(Studi pada LAZIS Masjid Sabilillah Malang Tahun 2006-2008)” ditulis
oleh Nurul Isnaini Lutviana. Hasil penelitian ini adalah dalam
penghimpunan dana zakat LAZIS Masjid Sabilillah menggunakan
layanan jemput zakat atau sistem door to door ke rumah para
muzakki.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah muzakki serta
mampu lebih mengoptimalkan penyaluran dana zakat kepada yang berhak
menerima. LAZIS Masjid Sabilillah mengadakan beberapa kegiatan
dalam penghimpunan dan zakat yaitu dengan mengadakan sosialisasi,
kerja sama dengan beberapa pihak, pemanfaatan rekening bank, dan
perekrutan muzakki. Untuk mempererat silaturrahim, LAZIS mengadakan
pertemuan antara pengurus, muzakki, dan mustahiq setiap satu bulan
sekali. Kemudian dalam penyaluran zakat bersifat konsumtif dan
produktif. Namun, dalam penyaluran dana untuk modal usaha tidak
13
langsung dari dana zakat saja melainkan gabungan antara dana zakat dan
wakaf.13
Ketiga”Mekanisme Penghimpuan dan Pendistribusian Zakat,
Infaq, dan Shadaqah (ZIS) untuk Anak Yatim Piatu pada Divisi Sosial
Baitil Maal di KJKS BMT Muamalat Limpung.”ditulis oleh Yumrotul
Khasanah. Dari hasil penelitian yang didapat peneliti berdasarkan teori
dan hasil penelitian lapangan, dapat disimpulkan bahwa KJKS BMT
Muamalat Limpung dalam mekanisme penghimpunan dan pendistribusian
dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh (ZIS) dihimpun langsung dari para
anggota karyawan, keluarga dan masyarakat sekitar melalui berbagai
proses sosialisasi yang dilakukan oleh Divisi Khusus Baitul Maal.14
Keempat “Efektifitas Penyaluran Zakat dalam Meningkatkan
Pendapatan Mustahiq pada LAZNAS Bangun Sejahtera Metra BSM
Ummat”ditulis oleh Khoirul Anam. Dari hasio penelitian ini yang
disimpulkan bahwa pola penyaluran zakat yang dilakukan adalah dalam
bentuk pemberdayaan (produktif) yang disertai target kemandirian
ekonomi bagi mustahiq serta mengupayakan adanya peningkatan
pendapatan bagi mustahiq.15
Kelima Analisis “Penyaluran Dana Hibah Dan Infak Pada Usaha
Mikro (Studi Pada Baitul Maal Hidayatullah Cabang 13 Surabaya)”ditulis
13 Nurul Isnaini Lutviana. Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat (Studi pada LAZIS Masjid Sabilillah Malang Tahun 2006-2008).Skripsi, (Malang : UIN Maliki 2011).
14 Yumrotul Khasanah. Mekanisme Penghimpuan dan Pendistribusian Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) untuk Anak Yatim Piatu pada Divisi Sosial Baitil Maal di KJKS BMT Muamalat Limpung.
Skripsi, (Semarang : IAIN Walisongo, 2011).
14
oleh Moch Zulfikar . Hasil dari penelitian ini dapat dipaparkan bahwa
konsep dan model yang digunakan dalam penyaluran dana hibah dan infak
adalah dengan menggunakan sistem pembiayaan (Bina Usaha Mandiri).
Sedangkan untuk proses penyaluran dananya adalah dengan melakukan
surve pada pengusaha yang ingin mengembangkan usaha mikro (bantuan
pemberdayaan) dan yang ingin mempunyai usaha yang ada disekitar
lingkungan BMH (pembiayaan syariah).16
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni
terletak pada objek dan fokus penelitian, skripsi yang berjudul
Pengelolaan dan Pendistribusian Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah Pada
PKPU Semarang (Studi Kasus Pos Kemanusian Peduli Umat)”
menjelaskan tentang mekanisme penyaluran dana zakat pada PKPU
Semarang ditunjukan kearah produktif dan konsumtif, dengan cara
menentukan sasaran, menuangkan dalam program-program dan
pengangaran ke dalam program-program. Sedangkan yang kedua yang
berjudul Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat (Studi pada
LAZIS Masjid Sabilillah Malang Tahun 2006-2008)”menjelaskan tentang
penghimpunan dana zakat LAZIS Masjid Sabilillah menggunakan
layanan jemput zakat atau sistem Door to Door ke rumah para muzakki.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah muzakki serta
mampu lebih mengoptimalkan penyaluran dana zakat kepada yang berhak
menerima. Yang ketiga dengan judul “Mekanisme Penghimpuan dan
15
Pendistribusian Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) untuk Anak Yatim
Piatu pada Divisi Sosial Baitil Maal di KJKS BMT Muamalat Limpung”
menjelaskan tentang KJKS BMT Muamalat Limpung dalam mekanisme
penghimpunan dan pendistribusian dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh (ZIS)
dihimpun langsung dari para anggota karyawan, keluarga dan masyarakat
sekitar melalui berbagai proses sosialisasi yang dilakukan oleh Divisi
Khusus Baitul Maal.
Yang keempat yang berjudul “Efektifitas Penyaluran Zakat dalam
Meningkatkan Pendapatan Mustahiq pada LAZNAS Bangun Sejahtera
Metra BSM Ummat” menjelaskan tentang pola penyaluran zakat yang
dilakukan adalah dalam bentuk pemberdayaan (produktif) yang disertai
target kemandirian ekonomi bagi mustahiq serta mengupayakan adanya
peningkatan pendapatan bagi mustahiq. Yang terakhir yaitu kelima
dengan judul “Penyaluran Dana Hibah Dan Infak Pada Usaha Mikro
(Studi Pada Baitul Maal Hidayatullah Cabang 13 Surabaya)” menjelaskan
tentang konsep dan model yang digunakan dalam penyaluran dana hibah
dan infak adalah dengan menggunakan sistem pembiayaan (Bina Usaha
Mandiri). Dan untuk proses penyaluran dananya adalah dengan
melakukan surve pada pengusaha yang ingin mengembangkan usaha
mikro (bantuan pemberdayaan) dan yang ingin mempunyai usaha yang
ada disekitar lingkungan BMH (pembiayaan syariah).
Dari kelima karya tulis ilmiah di atas, meskipun sama-sama
16
pembahasan berbeda. Pada skripsi ini yang menjadi objek pembahasan
adalah analisis efektifitas penyaluran dana zakat dalam meningkatkan
pendidikan pada program beasiswa yatim prestasi di Yatim Mandiri
Surabaya.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyaluran dana zakat pada program Beasiswa
Yatim Prestasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas penyaluran dana
zakat dalam meningkatkan pendidikan pada program Beasiswa Yatim
Prestasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat setidaknya
dalam dua (3) hal, yaitu:
1. Aspek Teoritis
Melatih ketajaman analisis dan menambah wawasan dan pengetahuan
seputar permasalahan yang diteliti. Dan sebagai bahan informasi yang
baik bagi penulis maupun pihak lain yang ingin mengetahui secara
mendalam tentang permasalahan tersebut.
2. Aspek Praktis
Dari hasil penulisan ini diharapkan Secara praktis penelitian ini
diharapkan dapat digunakan oleh para pengambil kebijakan suatu
17
kelembagaan dengan orientasi pemerataan penyaluran kepada
anak-anak yatim.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan dikhawatirkan
keluar dari tujuan yang sebenarnya, maka penulis merasa perlu untuk
memberikan batasan terhadap permasalah yang akan dibahas, yaitu :
Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah kunci dalam
penelitian ini, maka peneliti menjelaskan maknanya sebagai berikut :
1. Efektifitas adalah Suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Makin besar
presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Dalam
penelitian ini yang menjadi tolak ukur adalah penyaluran bantuan
beasiswa yatim kepada seluruh anak-anak yatim yang mempunyai
prestasi bagus. Dan seberapa kebermanfaatan bagi anak-anak yatim
tersebut.
2. Penyaluran adalah Penyaluran dapat diartikan juga sebagai
rencana-rencana dan tindakan terpadu yang digunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan dasar dari suatu organisasi bisnis maupun non bisnis yang
berkaitan dengan pendistribusian hasil penghimpunan dana zakat,
infaq dan shadaqah kepada para mustahiq dengan melalui berbagai
18
3. Zakat adalah Harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai
dengan syariat Islam.
4. Peningkatan Pendidikan adalah usaha yang ditujukan untuk
memberikan dan mengembangkan semua kemampuan, sikap, serta
tingkah laku seseorang yang sesuai dengan nilai atau norma yang
berahlak atau upaya mengembangkan kemampuan, sikap yang
berahlak disegala bidang untuk keberhasilan pendidikan.
5. Yatim Mandiri adalah salah satu lembaga nirlaba yang mengemban
visi dan misi untuk memandirikan anak yatim yang telah melakukan
berbagai langkah dan strategi, mulai dari kegiatan penghimpunan
dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh (ZIS) dan Wakaf (Fundraising), serta
penyaluran (landing) yang dikemas dalam berbagai macam program
dalam rangka memandirikan dan pemberdayaan anak yatim, dan
kegiatan pengelolaan dana zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf
(ZISWAF).
6. Program Beasiswa Yatim Prestasi adalah program beasiswa
pendidikan bagi anak-anak yatim usia SD, SMP dan SMA sesuai
dengan syarat-syarat tertentu. Melalui program ini diharapkan
anak-anak yatim dapat termotivasi untuk lebih meningkatkan prestasinya,
baik dalam hal akademik maupun yang lainnya.
H. Metodologi Penelitian
19
pendekatan kualitatif, yakni penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data dengan
menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk
mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan
prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada kesimpulan.
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Yayasan Yatim Mandiri
Cabang Surabaya, Jl Bendul Merisi Selatan I/2A Surabaya. Pemilihan
lokasi karena Yatim Mandiri Cabang Surabaya merupakan salah satu
lembaga amil zakat yang mempunyai manajemen sendiri serta berfungsi
mengelola dana-dana sosial (zakat, infak dan sedekah) dari para donatur
(muzakki) yang kemudian disalurkan melalui berbagai program kepada
Anak-anak yatim atau kurang mampu (mustah}iq) untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya
2. Jenis Penelitian
Berdasarkan pada obyek yang diteliti pada penelitian ini, maka
penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Metode yang paling tepat
untuk digunakan adalah metode analisis kualitatif deskriptif. Sedangkan
defenisi metode kualitatif adalah:17
20
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan kualitatif ini diarahkan pada latar dan obyek penelitian secara
holistik, sehingga tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian
dari suatu keutuhan.
3. Data dan Sumber data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini, berupa laporan
keuangan, dokumentasi-dokumentasi, program-program dan media yang
diterbitkan oleh Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Adapun sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
sumber data skunder.
a) Sumber Data Primer
Sumber data primer diperoleh peneliti secara langsung dari
lapangan, yaitu dengan menggunakan metode wawancara dengan
informan dan hasil dokumentasi. Data primer diperoleh dari Yatim
Mandiri Cabang Surabaya berupa laporan keuangan,
dokumentasi-dokumentasi seperti laporan perkembangan ekonomi, media yang
diterbitkan oleh Yatim Mandiri Cabang dan hasil wawancara dengan
divisi program terkait program Beasiswa Yatim Prestasi di Yatim
21
b) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan data penguat data primer, yang
berupa laporan-laporan,buku, atau media lainnya. Dalam penelitian ini
data sekunder berupa data-data yang didapat dari bahan pustaka dan
dokumentasi.18
c) Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ditinjau dari segi cara atau teknik
pengumpulannya dapat dilaksanakan dengan interview (wawancara),
observasi (pengamatan), dan bahan dokumenter atau gabungan dari ketiga
jenis tersebut.
1. Observasi
Salah satu pengumpulan data primer, yang sangat bermanfaat,
sistematik dan selektif dalam mengamati fenomene yang terjadi. Dalam
metode observasi ini peneliti mengamati kegiatan dalam program
beasiswa yatim prestasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam hal
ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada pimpinan
Yatim Mandiri Cabang Surabaya, bagian funding dan landing, dan
18 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
22
Karyawan guna memperoleh data yang diharapkan.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penyaluran dana zakat dalam
meningkatkan pendidikan pada program Beasiswa Yatim Prestasi di
Yatim Mandiri Cabang Surabaya.
d) Teknik Pengolahan Data
Keperluan untuk mengolah data menjadi sangat penting apabila
data telah terkumpul banyak. Data yang telah terkumpul kemudian
dipilah disesuaikan dengan keperluan yang hendak ditulis. Oleh sebab itu,
teknik pertama dalam pengolahan data dikenal dengan editing yaitu
data-data yang ada disesuaikan, diselaraskan, orisinil dan jelas. Teknik kedua
adalah proses organizing yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian
rupa sehingga dapat dideskripsikan.19
e) Teknik Analisis Data
Analisis data adalah menguraikan atau memecahkan suatu
keseluruhan menjadi bagian atau komponen yang lebih kecil. Menurut
Masri dan Sofian, analisis data adalah proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah, deskripsi analisis yaitu
menggunakan atau melukiskan secara sistematis, faktual dan aktual
23
mengenai fakta-fakta, sifta-sifat hubungan antar fenomena yang diteliti.
Diskripsi disini dimaksudkan untuk menggambarkan secara jelas
efektifitas penyaluran dana zakat yang diterapkan di Yatim Mandiri
Cabang Surabaya untuk meningkatkan pendidikan anak-anak yatim.
I. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari V (lima) bab yang dijabarkan
sebagai berikut :20
Bab satu pendahuluan merupakan bab yang akan menguraikan
mengenai latar belakang masalah serta alasan memilih judul dan
gambaran dari permasalahan yang diteliti. Permasalahan yang sudah
tergambar, dirumuskan dalam rumusan masalah, setelah itu disusun
tujuan penelitian yang merupakan hasil yang diinginkan. Kegunaan hasil
penelitian untuk mengetahui manfaat penelitan ini. Definisi operasional
untuk membatasi istilah-istilah dalam judul penelitian yang bermakna
umum atau luas. Kajian pustaka untuk menghindari kesalahpahaman dan
untuk memperjelas permasalahan yang penulis angkat. Kerangka
pemikiran untuk memberikan gambaran penelitian. Adapun sistematika
penulisan yaitu susunan skripsi secara keseluruhan.
Bab dua berisi tentang landasan teori yang merupakan hasil telaah
dari beberapa literatur yang digunakan sebagai pisau analisis terhadap
data, tujuan proses untuk membuka wawasan cara berfikir dalam
memahami dan menganalisis fenomena yang ada. Bab ini juga memuat
24
tentang teori penyaluran dana zakat
Bab tiga berisi tentang gambaran umum profil Yatim Mandir
Cabang Surabaya yang meliputi; sejarah pendirian, tempat operasional,
visi, misi, legalitas pendirian, struktur organisasi dan penyaluran dana
zakat.
Bab empat merupakan laporan penelitian, terdiri dari gambaran
umum penelitian, gambaran mekanisme penyaluran dana zakat dalam
meningkatkan pendidikan pada program Beasiswa Yatim Prestasi di
Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Selanjutnya adalah analisis data dengan
berlandaskan pada teori di bab II serta pengolahan data dengan metode
penelitian pada bab III, sehingga akan memberikan jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang telah disebutkan dalam rumusan masalah.
Bab lima berisi tentang penutup, yang di dalamnya memuat
kesimpulan dan saran yang merupakan upaya memahami
25 BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Efektif berasal dari kata bahasa Inggris effective yang artinya
berhasil. Sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Robbins yang
dikutip oleh Ismail mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat pencapaian
organisasi jangka pendek dan jangka panjang.1 Efektivitas berarti
menjalankan pekerjaan yang benar. Efektivitas berarti kemampuan untuk
memilih sasaran yang tepat. Seorang manajer yang efektif adalah manajer
yang memilih pekerjaan yang benar untuk dijalankan.
Menurut Kurniawan, efektif adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang
telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah
ditentukan terlebih dahulu. Ataupun Efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah
tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin
tinggi efektivitasnya”.2
1 Ismail Nawawi,Manajemen Publik Kajian Teori, Reformasi, Strategi dan Implementasi (Jakarta:
CV Dwiputra Pustaka Jaya, 2010), 258.
26
Kriteria atau ukuran efektif ada tiga yaitu :
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya
karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan
tujuan organisasi dapat tercapai.
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi
adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya
dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para
implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
3. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas
organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
pengendalian.
4. Kepuasan kerja, tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan
antara apa yang dia terima dan harapannya. Jika merasa puas dengan
nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar
kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
B. Konsep Zakat dalam Islam
1. Pengertian Penyaluran Dana Zakat
Dalam ilmu ekonomi distribusi mengandung arti pembagian atau
penyaluran sesuatu kepada orang atau pihak lain.3 Teori distribusi
diharapkan dapat mengatasi masalah distribusi pendapatan antara
3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
27
berbagai kelas dalam masyarakat. Teori ekonomi modern tentang
distribusi merupakan suatu teori yang menetapkan harga jasa produksi.4
Muhammad Anas Zarqa mengatakan ada bebarapa faktor yang
menjadi dasar redistribusi, yaitu: tukar menukar (exchange), kebutuhan
(needs), kekuasaan (power), sistem sosial dan nilai etika (sosial system
and ethical values). Sejalan dengan sistem pertukaran antara lain,
seseorang memeroleh pendapatan yang wajar dan adil sesuai dengan
kinerja dan kontribusi yang diberikan.5
Menurut Syafi’i Antonio, pada dasarnya Islam memiliki dua
sistem distribusi utama, yakni distribusi secara komersial dan mengikuti
mekanisme pasar serta sistem distribusi yang bertumpu pada aspek
keadilan sosial masyarakat. Sistem distribusi pertama bersifat komersial,
berlansung melalui proses ekonomi.
Adapun sistem yang kedua, yakni berdimensi sosial, yaitu Islam
menciptakannya untuk memastikan keseimbangan pendapatan di
masyarakat. Mengingat tidak semua orang mampu terlibat dalam proses
ekonomi, misalnya yatim piatu, orang jompo, dan cacat tubuh, maka
Islam memastikan bagi mereka menerima zakat atau infak dan sedekah.
Keindahan lain sistem redistribusi dalam Islam adalah warisan. Dengan
warisan, Islam ingin memastikan bahwa aset dan kekuatan ekonomi tidak
boleh berpusat pada seseorang saja, betapa pun kayanya seseorang, jika
4 M. A. Mannan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, Terjemahan, M. Nastangin (Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Wakaf, 2009), 113.
5Rahmawati Muin, “Sistem Distribusi dalam Ekonomi Islam”, (Skripsi--UIN Alaudin, Makasar,
28
seorang bapak meninggal, maka anak, istri, ibu, dan kerabat lainnya akan
kebagian harta peninggalannya.
Dengan demikian, distribusi atau penyaluran adalah salah satu
cara untuk menciptakan pemerataan pendapatan dan mengurangi
kesenjangan antara orang miskin dengan orang kaya, sehingga tercipta
kehidupan yang sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan Islam. Fazlur
Rahman menjelaskan bahwa Islam menghendaki distribusi yang adil
dengan memberikan kesamaan pada manusia dalam berusaha
mendapatkan kekayaan tanpa memandang kasta (kelas), kepercayaan dan
warna kulit.6 Sebab penyaluran atau distribusi dalam ekonomi Islam
mempunyai tujuan, yakni agar kekayaan tidak menumpuk pada sebagian
kecil masyarakat, tetapi selalu beredar dalam masyarakat. Keadilan
distribusi menjamin terciptanya pembagian yang merata dalam
kemakmuran, sehingga memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik.
2. Dasar Hukum Zakat
Seseorang yang mengeluarkan zakat, berarti dia telah
membersihkan diri, jiwa dan hartanya. Dia telah membersihkan jiwanya
dari penyakir kikir dan membersihkan hak orang lain yang ada di dalam
hartanya. Orang yang berhak menerimanya pun akan bersih jiwanya dari
penyakit dengki, iri hati terhadap orang yang mempunyai harta.7
6 Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan
Ekonomi di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013), 83.
7 Umratul Khasanah, Manajemen Zakat Modern : Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat
29
Dilihat dari satu segi, apabila seseorang mengeluarkan zakat,
maka hartanya akan berkurang. Tetapi jika dilihat dari sudut pandangan
agama islam, pahala akan bertambah dan harta pun berkembang karena zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Penjelasan Surat At-Taubah ayat 103 diatas adalah Maksudnya:
zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang
berlebih-lebihan kepada harta benda ataupun zakat itu menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda
mereka.9
8 Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Departemen Agama, 2015), At-taubah
ayat 103.
9 Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Departemen Agama, 2015), Ar-ruum
30
Artinya : Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
Penjelasan Surat Ar-Ruum ayat 39 di atas adalah zakat yang
dikeluarakan karena Allah Swt akan melipatgandakan pahala. Pahala
sudah jelas milik kita, karena sebab bencana umpamanya atau karena
sebab-sebab lainnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa apa yang
sudah kita infakkan, itulah sebenarnya milik kita, sedangkan yang
selebihnya belum tentu.
Tidak jauh beda dalam masalah penyaluran dana zakat, dimana
kesejahteraan menjadi tujuan utama. Oleh karena itu, dana hasil dari
penghimpunan zakat dari para muzakki harus disalurkan kepada
pihak-pihak yang sudah dtentukan dalam Islam melalui firman Allah pada surat
at-Taubah ayat 60;10
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
31
Penjelasan Surat At-Taubah Ayat 60 di atas adalah yang berhak
menerima zakat ialah: 1) orang fakir adalah orang yang Amat sengsara
hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi
penghidupannya. 2) orang miskin adalah orang yang tidak cukup
penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. 3) Pengurus zakat
adalah orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan
zakat. 4) Muallaf adalah orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan
orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5)
memerdekakan budak adalah mencakup juga untuk melepaskan Muslim
yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6) orang berhutang adalah orang
yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak
sanggup membayarnya.
Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat
Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu
membayarnya. 7) pada jalan Allah (sabilillah) adalah untuk keperluan
pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang
berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga
kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8 orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya.
Pada penafsiran di atas kata ءارقف ل yaitu termasuk mereka yang
tidak dapat menemukan peringkat ekonomi untuk mencukupi, نيكسملا
32
ي ع ني معلا yaitu, mereka yang bertugas menarik zakat, yang
menyalurkan, juru tulis, dan yang mengumpulkannya, ب ق ةفلؤملا yaitu,
para muallaf yang dibujuk hatinya supaya mau masuk Islam atau untuk
memantapkan keislaman mereka, atau supaya mau masuk Islam orang
orang yang serupa dengannya, agar supaya mereka melindungi kaum
muslim, قرلاا ىف yaitu, para hamba sahaya yang berstatus mukatab
نيمر غلا yaitu, mereka yang mempunyai hutang dengan syarat hutang
mereka itu bukan untuk tujuan maksiat, ه ليبس يف yaitu, mereka yang
berjuang di jalan Allah akan tetapi tidak ada orang yang membayarnya,
meskipun mereka termasuk orang-orang yang berkecukupan, ليبسلا نبا
yaitu, mereka yang kehabisan bekalnya.11
3. Rukun dan Syarat Zakat
1) Rukun Zakat
Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta),
dengan melepaskan kepemilikan terhadapanya, menjadikannya
sebagai milik orang fakir, dan menyerahkannya kepadanya atau harta
tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni imam atau orang yang
bertugas untuk memungut zakat.
2) Syarat Zakat
Zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan syarat sah.
Menurut kesepakatan ulama, syarat wajib zakat adalah merdeka,
11 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
33
muslim, baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh, mencapai
nisab, dan mencapai hawl.
1) Syarat wajib zakat, yakni kefarduannya, ialah sebagai berikut :12
a. Merdeka
Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak atas hamba sahaya karena
hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang memiliki
apa yang ada di tangan hambanya. Begitu juga, mukatib (hamba
sahaya yang dijanjikan akan dibebaskan oleh tuannya dengan cara
menebus dirinya).
b. Islam
Menurut ijma’ zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat
merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan
orang yang suci. Mazhab syafi’I berbeda dengan mazhab-mazhab yang
lainnya, mewajibkan orang murtad untuk mengeluarkan zakat
hartanya sebelum riddah-nya terjadi, yakni harta yang dimiliknya
ketika dia masih menjadi seorang muslim.
c. Baligh dan Berakal
Keduanya dipandang sebagai syarat oleh mazhab hanafi. Dengan
demikian, zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang
gila sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang
wajib mengerjakan ibadah, seperti salat dan puasa, sedangkan
menurut jumhur, keduanya bukan merupakan syarat. Oleh karena itu,
12
34
zakat wajib dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila. Zakat
tersebut dikeluarkan oleh walinya.
d. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati
Harta yang mempunyai criteria ini ada lima jenis, yaitu uang, emas,
perak, baik terbentuk uang logam maupun uang kertas, barang
tambang dan barang temuan, barang dagangan, hasil tanaman dan
buah-buahan dan menurut jumhur ulama binatang ternak yang
merumput sendiri atau menurut mazhab maliki, binatang yang diberi
makan oleh pemiliknya.
e. Harta yang dizakati telah mencapai nisab atau senilai dengannya.
Maksudnya ialah nisab yang ditentukan oleh syara’ sebagai tanda
kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut yang mewajibkannya
zakat. Penjelasan mengenai nisab-nisab yang ditentukan oleh syara’
akan dijelaskan dalam pembahasan mengenai harta-hatta yang
dizakati.13
f. Harta yang dizakati adalah milik penuh
Zakat tidak diwajibkan atas tanaman yang tumbuh di tanah yng
mubah sebab tanah tersebut tidak dimiliki. Harta yang didapatkan
dari pinjaman (utang) ini hanya wajib dizakati oleh pemiliknya yang
asli.
g. Kepimilikan harta yang mencapai setahun, menurut hitungan
tahun qamariah
35
Menurut mazhab hanafi, nisab disyaratkan harus sempurna antara dua
sisi tahun, baik pada pertengahan tahun tersebut terdapat bulan yang
nisab hartanya sempurna maupun tidak. Dengan demikian, permulaan
tahun, kemudian harta tersebut tetap utuh sampai berakhirnya tahun
tersebut, dia wajib mengeluarkan zakat.
h. Harta tersebut bukan merupakan hasil utang
Utang yang berkaitan dengan hak para hamba mencegah kewajiban
zakat, baik uatang karena allah, seperti zakat dan pajak bumi, maupun
utang untuk manusia, kendatipun utang tersebut disertai dengan
jaminan, karena kapan pun pemberi utang yang mendapat jaminan
berhak mengambil hartanya dari pengutang (atau pemberi
jaminan),merupakan utang yang ditangguhkan, atau utang tersebut
berupa mahar yang ditangguhkan dari seorang istri yang akan
dicerai,atau bahkan utang tersebut merupakan nafkah yang mesti
diputuskan oleh kadi atau perasaan saling memaafkan.14
2) Syarat-syarat sah pelaksanaan zakat
a. Niat
Para fuqaha sepakat bahwa niat merupakan syarat pelaksanaan zakat.
Pendapat ini berdasarkan sabda nabi saw berikut pada dasarnya,
amalan-amalan itu dikerjakan dengan niat. Pelaksanaan zakat
termasuk salah satu amalan. Ia merupakan ibadah seperti halnya
14
36
bsalat. Oleh karena itu, ia memerlukan adanya niat untuk
membedakan antara ibadah yang fardhu dan nafilah.
b. Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya)
Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat, yakni harta zakat
diberikan kepada mustahiqq. Dengan demikian, seseorang tidak boleh
memberikan makan (kepada mustahiqq), kecuali dengan jalan
tamlik.mazhab hanafi berpendapat bahwa zakat tidak boleh
diserahkan kepada orang gila atau anak kecil yang belum mumayyiz.
Kecuali, jika harta yang diberikan tersebut diambil oleh orang yang
berwenang mengambilnya, misalnya ayah, washiy (yang diberi
wasiat) atau yang lainnya.
4. Undang-undang pengelolaan dana zakat
Di dalam pengelolaan dana zakat, fuqaha’ menekankan tanggung
jawab pemerintah dalam mengumpulkan zakat, menyalurkannya dengan
cara yang hak pula, dan menghalanginya dari hal-hal yang batil.15 Jadi
sangat jelas bahwa peran pemerintah dalam masalah pengelolaan zakat
sangat diperlukan agar supaya implimentasinya dapat berjalan dengan
baik. Namun apabiala pemerintah tidak mau untuk melaksanakan sendiri,
maka perlu adanya pembentukan badan, instansi-instansi, asosiasi atau
panitia yang bertanggung jawab terhadap masalah ini. Semua ini harus
ada di bawah pengawasan pemerintah langsung melalui
perundang-undangan yang diberlakukan. Karena pengelolaan dana zakat meliputi
37
penghimpunan dan penyaluran kepada pihak-pihak yang berhak
menerimanya, maka akan menjadi penting adanya perundang-undangan
untuk sebuah lembaga pengelola zakat agar tidak berjalan dengan caranya
sendiri-sendiri. Saat ini sudah ada beberapa ketentuan yang menjadi
landasan hukum bagi lembaga pengelola dana zakat. Adapun
perundang-undangan yang mengatur masalah ini, yaitu; undang-undang nomor 38
tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Undang-undang nomor 17 tahun
2000 tentang perubahan ketiga atas undang-undang nomor 7 tahun 1983
tentang pajak penghasilan.
Keputusan Mentri Agama nomor 581 tahun 1999 tentang
pelaksanaan undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat kemudian diganti dengan undang-undang No 23 tahun 2011 tentang
pengelolan dana zakat.16
5. Golongan yang Berhak Menerima Zakat
a. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan usaha atau
mempunyai harta dan usaha tapi kurang dari seperdua dari
kebutuhannya, dan tidak ada orang yang memberi belanja.17
b. Miskin adalah Orang miskin juga sama halnya dengan fakir, yaitu
sama-sama mendapatkan manfaat dari dana zakat. Miskin dalam
pengertian yang sederhana adalah mencakup semua orang yang
lemah dan tidak berdaya. Oleh karenanya ulama mengkategorikan
16
M. Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat…….,155.
17 Ismail Nawawi, Zakat dalam Perspektif Fiqih, Sosial, dan Ekonomi, (Surabaya: Putra Media,
38
orang miskin yang lebih berhak mendapatkan manfaat dana zakat
terdiri dari tiga golongan, diantaranya;1) orang yang fakir dan
miskin yang lemah, 2) orang-orang fakir dan miskin yang tidak
pernah memint-minta, 3) orang-orang yang tekun menuntut
ilmu.18
c. Amil Zakat adalah orang yang secara aktif ikut serta dalam
mengumpulkan, menyimpan, menjaga, dan membagikan dana
zakat kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya secara syar’i.
Demikian juga meraka yang melakukan pekerjaan administrasi,
akuntansi, dan dakwah yang khusus berkaitan dengan zakat.
d. Muallaf adalah Orang yang baru masuk Islam atau kelompok yang
memiliki kometmen yang tinggi dalam memperjuangkan dan
menegakkan Islam. Mereka mendapatkan dana zakat untuk
melembutkan hatinya dan untuk mencegah kejahatan orang
non-muslim terhadap kaum non-muslimin.19
e. Hamba dalam bahasa lain adalah riqab yang punya arti mukatab,
yaitu budak belian yang diberi kebebasan usaha mengumpulkan
kekayaan agar dapat menebus dirinya untuk merdeka.
f. Gharim adalah orang-orang yang harta bendanya tergadai dalam
hutang, dengan syarat bahwa mereka berhutang bukan untuk
18 Umratul Khasanah, Manajemen Zakat Modern : Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat
(Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2014), 40.
39
keperluan maksiat dan bukan juga untuk bermewah-mewah atau
sebab menuju kemewahan.20
g. Sabilillah adalah jalan yang dapat menyampaikan sesuatu pada
keridhaan Allah baik berupa ilmu maupun amal. Pada zaman
sekarang ini konsep sabilillah dapat diartikan untuk membiayai
syiar Islam dan mengirim mereka ke lokasi non muslim atau
tempat minoritas muslim guna menyiarkan agama Islam yang
dilaksankan oleh lembaga-lembaga yang cukup teratur dan
terorganisir.21
h. Ibnu sabil adalah sebagai orang yang melakukan perjalanan yang
bukan bertujuan untuk bermaksiat. Selain itu, dapat diartikan juga
sebagai orang yang bepergian dan kehabisan bekal, serta terpisah
dari harta bendanya, juga karena kerusuhan yang kemudian
meninggalkan harta bendanya.
6. Sistem Organisasi Pengelolaan Dana Zakat
Dana zakat mempunyai arti yang sangat signifikan dalam
mengatasi masalah sosial-ekonomi umat (masyarakat) pada waktu itu.
Hal ini bisa terjadi kareana pada waktu itu pengelolaan zakat melibatkan
peran langsung khalifah (Negara). Lembaga-lembaga amil zakat yang ada
seluruhnya berada dalam satu atap koordinasi dan sinergi yang
dikembangkan melalui peran Negara. Akibatnya, akumulasi dana zakat
40
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kemiskinan dan pengangguran
secara agregat.22
Dengan demikian dana zakat merupakan dana kepercayaan yang
dibatasi oleh sumber zakat itu. Dana itu harus dikumpulkan dan
selanjutnya didistribusikan sesuai sasaran yang telah diketahui dan
direncanakan. Mengingat zakat adalah dana kepercayaan maka
pengelolaan dana tersebut harus ditumpukan pada proses pertanggung
jawaban agar para sumber dana yakin bahawa dana zakat yang
dikeluarkan didistribusikan dan dimanfaatkan sesuai dengan syarriah.
a. Unsur-unsur dalam zakat
1. Jenis-jenis zakat
2. Dana zakat
3. Orang-orang yang wajib membayar zakat (muzakki)
4. Orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq)
5. Orang-orang yang mengelola zakat (lembaga amil zakat)
6. Funsi pengelolaan, pendayagunaan, dan pertanggungjawaban dana
zakat.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, maka pengelolaan zakat perlu
ditangani oleh lembaga amil zakat. LAZ ini mampu nmembawa manfaaat
bagi masyarakat (umat islam) khususnya kaum dhuafa yang berhak atas
dana zakat. Manafaat tersebut dapat membantu, mendorong dan membina
kaum dhuafa sehingga mereka bisa memenuhi tuntutan pokok hidupnya
22
41
dan keluar dari kesulitan ekonomi dengan mendesak para muzakki untuk
memenuhi kewajiban zakat.23
b. Manajemen organisasi pengelola zakat
Manajemen adalah ilmu dan seni yang sangat penting yang telah
merasuki dan mempengaruhi hamper seluruh aspek kehidupan. Dengan
manajemen manusia mampu mempraktikkan cara-cara efektif dalam
pelaksanaan pekerjaan. Begitu halnya dalam pengurusan zakat,
manajemen dapat dimanfaatkan untuk merencanakan, menghimpun,
mendayagunakan dan mengembangkan perolehan dana zakat secara
efektif dan efisien.24
Unsur dan fungsi manajemen dibedakan dalam tiga aspek, yakni :
cakupan manajemen, unsur dan fungsi manajemen dan orientasi
manajemen. Cakupan manajemen adalah aplikasi manajemen yang
menyentuh semua dimensi kegiatan ekonomi dan bisnis dalam berbagai
sector seperti perindustrian, perdagangan, pemerintahan, peternakan,
pertanian, trasportasi, perbankan, perhotelan, kesejahteraan sosial,
perusahaan jasa dan dimensi kegiatan ekonomi lain beserta seluruh
aspeknya.
Dalam pengelolaan zakat, pengumpulan dan pendistribusian zakat
merupakan dua hal yang sama pentingnya. Namun, Al-Qur’an lebih
memperhatikan masalah pendistribusiannya. Hal ini mungkin disebabkan
pendistribusian mencakup pula pengumpulan. Apa yang akan
42
didistribusikan jika tidak ada sesuatu yang harus lebih dahulu
dikumpulkan atau diadakan. Zakat tidak begitu sukar dikumpulkan karena
muzakki lebih suka menyetor zakat daripada mununggu untuk dipungut,
sedangkan pendistribusiannya lebih sulit dan memerlukan berbagai sarana
dan fasilitas serta aktivitas pendataan dan pengawasan. Tanpa itu sangat
mungkin pendistribusian dana zakat diselewengkan atau kurang efektif.
Organisasi pengelola dana zakat terbagi kedalam dua jenis : Badan
Amil Zakat Nasional (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Struktur
organisasi BAZ dan LAZ disusun berdasarkan pada kebutuhan spesifik
masing-masing. Sebagai berikut Bagian penggerak dana, bagian
keuangan, bagian pendayagunaan, dan bagian pengawasan. Kecuali itu,
organisasi zakat juga harus memiliki komite penyaluran (lending
committee) dengan mekanisme agar dapat tersalurkan yang berhak. Tugas
pokok komite adalah menjadi dsaluran seleksi atas setiap distribusi dan
yang akan dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah, prioritas distribusi
perlu disusun berdasarkan survey lapangan, baik dari sisi asnaf mustahiq
maupun program pemberdayaan (ekonomi, pendidikan, dakwah,
kesehatam, sosial, dsb).25
Ruang lingkup organisasi pengelola zakat mencakup perencanaan,
pengumpulan, pendayagunaan, dan pengendalian. Dengan demikian
manajemen keuangan pun bertugas membuat perencanaan kegiatan dan
anggaran, menentukan kebijakan umum dan menyusun petunjuk teknis
43
pengelolaan zakat, serta melakukan pengendalian atas penghimpunan,
penyaluran dan saldo dana. Selain itu, Baz dan LAZ harus mempunyai
rencana kerja yang disusun berdasarkan kondisi lapangan dan kemampuan
sumber daya lembaga. Dengan dimilikinya rencana kerja, maka akivitas
organisasi akan terarah.
Apabila kinerja yang baik seperti diharapkan telah tercapai,
sebagaimana lazimnya organisasi lain, BAZ, dan LAZ perlu
mengupayakan target yang lebih besar lagi. Masih ada tugas yang harus
diemban yaitu mengupayakan dan mengembangkan perbaikan
terus-menerus, khususnya dalam kualitas pelayanan dan cara-cara kerja. Hal ini
harus timbul dari kesadaran bahwa segala sesuatu terus mengalami
perubahan, dan perubahan itu harus dicermati dampak positifnya terhadap
kinerja organisasi.26
Salah satu hal yang paling sensitif dan kritis serta sangat perlu
diperhatikan adalah system akuntansi dan manajemen keuangan
organisasi amil zakat. Sebagai sebuah lembaga public yang mengelola
dana masyarakat, BAZ dan LAZ harus memiliki system akuntansi dan
manajemen keuangan yang abaik dan menimbulkan manfaat bagi
organisasi. Manfaat tersebut antara lain mewujudkan akuntabilitas dan
transparasi secara lebih mudah dilakukan sehingga berbagai laporan
keuangan dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan tepat waktu.
Keamanan dana akan relative lebih terjamin, Karena terdapat system
44
control yang jelas. System control ini akan membuat semua transaksi
lebih mudah ditelusuri sehingga seluruh proses keuangan dan transaksi
benar-benar efektif dan efisien.27
Aspek yang tidak kalah penting dalam pengelolaan zakat adalah
pengawasan melalui auditing. Seluruh neraca keuangan BAZ dan LAZ
harus terbuka untuk diaudit. Sebagai bagian dari penerapan prinsip
transparansi, diauditnya neraca keuangan baik oleh auditor internal
maupun eksternal sudah menjadi keniscayaan. Semua program kegiatan
yang telah dilakukan harus disampaikan kepada public, sebagai bagian
dari pertanggungjawaban dan transparasi pengelolaan. Caranya dapat
memalui media masa seperti surat kabar, majalah, bulletin, radio, TV,
dikirim langsung kepada para donator, atau ditempel di papan
pengumuman yang ada dikantor organisasi pengelola zakat yang
bersangkutan. Hal-hal yang perlu dipublikasikan antara lain laporan
keuangan, laporan kegiatan, nama-nama penerima bantuan, dsb.
Pengelolaan zakat sudah seharusnya memanfaatkan manajemen
sebagai sarana untuk mencapai tujuan penunaian zakat. Selain itu, ia juga
seharusnya menjalankan fungsi-fungsi manajemen agar kinerja
pengelolaan zakat dapat dicapai secara efektif dan efisien. Bahkan BAZ
dan LAZ pun dengan sendirinya dituntut untuk mempertajam orientasi
pengelolaan zakat agar dari waktu ke waktu kinerja pemberdayaan umat
melalui pemanfaatan dana zakat bisa berkembang secara lebih sehat dan
45
dampak positifnya semakin bisa dirasakan segenap masyarakat,
khususnya oleh muzakki dan mustahiq dan lebih jauh lagi peningkatan
kualitas kesejahteraan umat dan masyarakat pada umumnya.28
c. Prinsip organisasi pengelola zakat
Organisasi amil zakat didasarkan atas sekurang-kurangnya empat
prinsip. Pertama, independen artinya lembaga ini tidak mempunyai
ketergantungan kepada orang-orang tertentu atau lembaga lain. Lembaga
yang demikian akan lebih leluasa untuk memberikan pertanggung
jawaban kepada masyarakat donator. Kedua, netral artinya lembaga ini
didanai oleh masyarakat, berarti lembaga ini milik masyarakat, sehingga
dalam menjalankan aktivitasnya lembaga tidak boleh hanya
menguntungkan golongan tertentu saja (harus berdiri di atas semua
golongan).29
Ketiga, tidak diskriminatif artinya kekayaan dan kemiskinan
bersifat universal. Dimanapun, kapanpun, dan siapapun dapat nmenjadi
kaya atau miskin. Karena itu dalam penyaluran dananya, lembaga tidak
boleh mendasarkan pada perbedaan suku atau golongan, tetapi selalu
menggunakan parameter-parameternya yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara syariah maupun manajemen.
Agar organisasi zakat berjalan dengan baik, ia harus didukung oleh
sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi tertentu. Secara umum
kualifikasi amil adalah : muslim, amanah, jujur dan paham fikih zakat.