• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebahagiaan orangtua yang memiliki anak terlambat bicara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebahagiaan orangtua yang memiliki anak terlambat bicara."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KEBAHAGIAAN ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK TERLAMBAT BICARA

SKRIPSI

Penelitian Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

INDY KHASBIYAH

B07213012

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

orangtua yang memiliki anak terlambat bicara, serta mendalami, menemukan, dan menggambarkan bagaimana karakteristik orang yang bahagia berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara yang dilakukan kepada subjek dan significant other dan didukung oleh dokumentasi. Subjek penelitian yaitu 2 orang yakni orangtua dari anak yang memiliki hambatan perkembangan yaitu terlambat bicara. Kebahagiaan pada kedua subjek di tunjukkan dengan empat karakteristik orang yang bahagia yaitu menghargai diri sendiri, optimis, terbuka, dan mampu mengendalikan diri. Dan juga berdasarkan aspek – aspek kebahagiaan yakni menjalin hubungan yang positif dengan orang lain, keterlibatan penuh, temukan makna dalam keseharian, optimis namun realistis, dan menjadi pribadi yang resilien yang ada pada orangtua yang memiliki anak yang terlambat bicara.. Dimana beberapa karakteriatik dan aspek- aspek tersebut muncul pada kedua subjekmeskipun mereka memiliki anak yang terlambat bicara.

(7)

xi ABSTRACT

The purpose of this study is to know the image of happiness that has children late to talk, and explore, discover, and describe how happy people are based on aspects of happiness. This research uses qualitative method with case study approach. Data completion technique in this research use observation method and interview conducted for subject and significant other and supported by documentation. Research subjects are 2 people from children speech delay. Happiness on both subjects is demonstrated by the four characteristics of a happy person: self-esteem, optimism, openness, and self-control. And also based on the aspects of happiness to establish a positive relationship with others, full, find the meaning in everyday, optimistic but realistic, and become a resilient person who is in the family who have children who are late to talk . Where some of the characteristics and aspects Which appear on both subjects although they have children speech delay.

(8)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Fokus Penelitian ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Keaslian Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Kebahagiaan ... 16

1. Pengertian kebahagiaan ... 16

2. Aspek – aspek kebahagiaan ... 17

3. Karakteristik orang yang bahagia ... 18

4. Faktor – faktor kebahagiaan ... 20

B. Orang tua ... 24

C. Terlambat Bicara ... 27

1. Jenis terlambat bicara ... 29

2. Faktor penyebab ... 30

3. Perspektif teoritis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 40

C. Sumber Data ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Prosedur Analisis Data ... 41

F. Keabsahan Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Subyek ... 44

B. Hasil Penelitian ... 45

(9)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orangtua sangat berperan dalam perkembangan anak, baik

perkembangan secara fisik maupun secara intelektual mereka. Orangtua

adalah ayah dan atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis

maupun sosial. Pada umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat

penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu / ayah dapat

diberikan untuk perempuan / pria yang bukan orang tua kandung (biologis)

dari seseorang yang mengisi peranan ini. Orang tua memiliki tanggung

jawab yang sangat besar kepada anak nya seperti contoh mendidik,

mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan

tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan

bermasyarakat.

Dengan demikian perkembangan anak merupakan hal yang sangat

penting dan tidak boleh lepas dari pengamatan orang tua. Perkembangan

seorang anak pertama kali dimulai dari lingkungan keluarga dan interaksi

antara anak dengan orang tua. Anak adalah seseorang yang belum

mencapai tingkat kedewasaan. Bergantung pada sifat referensinya, istilah

tersebut bisa berarti seseorang individu di antara kelahiran dan masa

pubertas, atau seseorang individu di antara kanak-kanak dan masa pubertas

(11)

2

kemudian mereka akan mendapatkan suatu stimulus dari lingkungan

tersebut, yang dari stimulus itu anak akan berusaha menirukan atau

mencontoh perilaku bahkan ucapan mereka yang berada di lingkungannya,

terutama adalah keluarga mereka.

Disisi lain kebahagiaan adalah suasana hati yang diinginkan oleh

semua orang. Dengan bahagia, hati menjadi damai tanpa ada beban yang

menggelayut. Bahagia itu ibarat candu yang terus kita cari dan ingin kita

rasakan terus menerus. Kebahagiaan menjadi target semua orang di dunia

ini. Kebahagiaan tingkat tinggi adalah kebahagiaan yang diperoleh setelah

kita melewati banyak pahit manisnya hidup. Yaitu, saat kita telah

mengalami pahitnya kegagalan, kehilangan, dan kekurangan, sehingga

nikmat apa pun yang kita dapatkan setelah itu akan membuat kita

bersyukur dan berbahagia.

Kebahagiaan seseorang terdapat pada pikirannya terhadap kehidupan

yang mereka hadapi. Menurut Aid Al-Qarni (dalam Miwa Patnani, 2014)

kebahagiaan adalah keringanan hati karena kebenaran yang dihayatinya,

kebahagiaan adalah kelapangan dada karena prinsip yang menjadi

pedoman hidup, dan kebahagiaan adalah ketenangan hati karena kebaikan

disekelilingnya. Kebahagiaan adalah sesuatu hal yang menyenangkan,

suka cita, membawa kenikmatan serta tercapainya sebuah tujuan.

Kebahagiaan pada tiap orang memang berbeda, karena kebahagiaan adalah

hal yang subjektif. Kebahagiaan tiap individu berbeda satu sama lain

(12)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahagia diartikan sebagai

keadaan Senang dan tenteram, bebas dari segala yang menyusahkan.

Aristoteles menyatakan bahwa happines atau kebahagiaan berasal dari kata

Happy atau bahagia yang berarti feeling god, having fun, having a good

time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenagkan.

Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles adalah orang yang

mempunyai good birth health, good look, good lock, good reputation, good

friends, good money and goodness.

Bahagia itu berkembang seiring dengan waktu. Yang membuat rasa

bahagia berlalu dengan cepat karena adanya unsur kepuasan tentang suka

atau tidak suka. Selain kebahagiaan dengan memiliki beberapa anak juga

menyangkut bagaimana kondisi anak tersebut. ketika anak memiliki

gangguan maka itu dapat menurunkan kebahagiaan orangtua, tetapi

bahkan juga bisa meningkatkan kebahagiaan mereka ketika anak memiliki

kelebihan-kelebihan tersendiri.

Sedangkan anak merupakan individu yang masih dalam usia tumbuh

kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis,

sosial dan spiritual, serta masa kanak - kanak merupakan proses menuju

kematangan. Sejak dini anak harus disiapkan untuk dapat berkembang

secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, namun tidak

setiap anak terlahir dalam kondisi normal. Beberapa anak terlahir dengan

kondisi mengalami hambatan dan keterbatasan dalam perkembangannya,

(13)

4

Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan anak, yaitu

kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial, karena kebutuhan

utama dalam berhubungan sosial adalah melalui berbicara. Awal

kehidupan sangat penting bagi perkembangan bicara anak, karena

perkembangan bicara terjadi pada masa tersebut. Awal masa kanak-kanak

merupakan saat berkembang pesatnya tugas pokok dalam belajar

berbicara, yaitu menambah kosakata, menguasai pengucapan kata dan

menggabungkan kata-kata menjadi kalimat. Anak akan mengalami

perkembangan berbahasa dengan cepat pada usia anak – anak yang melalui

orangtua dan lingkungannya.

Bahasa merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda-benda serta

menunjuk pada maksud tertentu (Kartono 1995). Bahasa bisa

diekspresikan melalui bicara yang berupa simbol verbal. Kemampuan

berbahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif

(mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara).

Individu dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan

menggunakan sistem lambang untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi.

Dengan begitu individu satu dengan yang lainnya akan saling memahami

dan mengerti dengan adanya suatu kontak sosial yang melewati bahasa,

baik secara verbal (ucapan) maupun nonverbal (bukan ucapan).

Untuk komunikasi dengan menggunakan bahasa verbal yakni anak

menggunakan suatu ucapan atau berbicara. Menurut Hurlock (1978) bicara

(14)

digunakan untuk menyampaikan maksud. Apabila anak mengalami

masalah dalam bicara, anak akan memisahkan diri karena lingkungan yang

tidak mendukung untuk berkembang seperti mengucilkan atau

membuatnya menjadi bahan tertawaan. Jika tidak ada yang mengerti

keinginan anak tersebut, maka dia akan berhenti untuk berusaha membuat

orang lain mengerti. Anak yang mengalami keterlambatan bicara

cenderung tumbuh dan memiliki ciri pergaulan sosial yang berbeda dengan

anak pada umumnya.

Gangguan wicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering

dialami oleh anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau prevalensi

antara 5-8 % dari anak-anak prasekolah. Berdasarkan informasi yang di

peroleh oleh peneliti dari (suaramerdeka.com) bahwa pada dasarnya

hampir semua orangtua mempunyai harapan dan keinginan untuk memiliki

anak yang normal tanpa adanya kekurangan. Namun harapan para

orangtua itu tidak seluruhnya terkabul, terkadang ada orangtua yang

memiliki anak dengan keterbatasan dan kekurangan, sehingga tidak jarang

ada yang merasa malu dan tidak tertarik untuk menyekolahkan anaknya

yang memiliki kebutuhan khusus salah satunya terlambat bicara itu ke

lembaga pendidikan. Kemudian masalah biaya juga cukup tinggi sehingga

menguatkan alasan mereka untuk tidak menyekolahkan anak mereka ke

lembaga pendidikan resmi.

Berdasarkan pengamatan pada studi awal yang dilakukan oleh peneliti

(15)

6

wicara di usianya delapan tahun berjenis kelamin laki-laki yang diasuh

sendiri oleh orangtua kandungnya. Anak tinggal dengan kedua

orangtuanya dan satu adiknya yang masih bayi berusia 10 bulan. Anak

tersebut di asuh oleh kedua orangtuanya dengan penuh kasih sayang dan

perhatian, ibu yang setiap pagi menyiapkan makanan dan keperluan

sebelum anak berangkat ke sekolah kemudian menunggu sang anak ketika

pulang dari sekolah. Ibu nya bekerja dengan berjualan ikan hias di

rumahnya dan masih dapat terus mengawasi kegiatan sang anak, ibu juga

terlihat berhubungan rekat dengan tetangga yang juga berjualan di sebelah

toko nya, ibu terlihat banyak tersenyum apalagi ketika anaknya itu di puji

karena kekreatifan nya meskipun mengalami hambatan dalam

perkembangan.

Sedangkan ayah nya bekerja di pabrik yang sangat dekat dengan

rumahnya, karena di jam istirahat ayah nya juga menyempatkan untuk

pulang ke rumah untuk makan siang dan sekedar bertemu dengan istri dan

anak, kemudian ayah nya kembali bekerja dan pulang pada sore harinya.

Ayah nya juga sangat ramah ketika bermain dengan sang anak, terlihat

mendidik dan berusaha mengajari anak sulungnya yang mengalami

hambatan dalam perkembangan untuk dapat berbicara dan berkomunikasi

dengan lingkungan sekitar.

Menurut sorang peneliti Mikko Myrskyla, dikutip dari beritasatu.com

bahwa temuan beliau mengungkap ada perubahan sementara pada tingkat

(16)

yang positif. Faktanya, kebahagiaan orangtua meningkat sebelum

kehadiran anak pertama dan kedua ini menunjukkan adanya isu yang lebih

luas pada kehadiran anak, seperti kian eratnya hubungan orangtua serta

merancang masa depan bersama. Menurut penelitian ini, kebahagiaan

orangtua sangat tergantung pada keseimbangan faktor-faktor sosioekonomi

yang bentuknya cukup beragam. Temuan ini juga mengatakan, salah satu

hal yang memengaruhi kebahagiaan orangtua adalah jumlah anak yang

mereka miliki. Dikatakan, tingkat kebahagiaan orangtua berada di titik

tertinggi setahun sebelum dan setahun sesudah kehadiran anak

pertamanya. Setelah itu, level kebahagiaan nya akan kembali ke titik yang

sama saat belum punya anak. Tingkat kebahagiaan ini kemudian naik lagi

saat tahu akan hadir anak kedua, kemudian turun lagi setahun setelah

kehadiran anak kedua. Namun, hal yang sama tak terjadi menjelang

kehadiran anak ketiga.

Faktanya menurut beritasatu.com (2014), di kalangan orangtua yang

berusia matang dan berpendidikan cukup baik, kehadiran anak akan

meningkatkan kebahagiaan. Namun, bagi kalangan muda, dengan tingkat

pendidikan di bawah rata-rata, kehadiran anak bisa membuat level

kebahagiaan menurun drastis. Hal ini bisa jadi penyebab banyak orang

yang memilih menunda memiliki anak," ungkap salah satu peneliti, Rachel

Margolis, yang juga menjabat sebagai asisten profesor di Fakultas Ilmu

(17)

8

Selain masalah usia saat menjadi orangtua, gender juga punya

pengaruh terhadap kebahagiaan orangtua. Peningkatan level kebahagiaan

seorang perempuan akan meningkat drastis ketika mengetahui dirinya

sedang mengandung dan setelah anaknya lahir, dibandingkan dengan

tingkat kebahagiaan pasangannya. Bisa jadi ini ada hubungannya dengan

hormon yang mengatur keterikatan ibu-anak, seperti hormon oksitosin,

endorfin, dan adrenalin, yang berpengaruh dalam meregulasi proses

persalinan. Oksitosin kerap disebut juga dengan hormon cinta, sebab

membawa rasa untuk mengasihi, dan terproduksi saat sedang bercinta,

melahirkan, dan ketika seorang ibu melihat bayinya untuk pertama kali.

Namun, setelah setahun kelahiran anaknya, seorang ibu akan mengalami

penurunan level kebahagiaan yang lebih tajam ketimbang pasangannya,

lalu seiring waktu, level kebahagiaan keduanya berangsur setara.

Penelitian ini di lakukan untuk menggambarkan bagaimana

kebahagiaan orang tua yeng memiliki anak terlambat bicara. Meskipun

memiliki anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan nya,

orangtua tetap memberikan perlakuan yang positif terhadap anak, dan

selalu mendukung apapun prestasi yang di alami oleh anak tersebut. Bagi

orangtua memiliki anak adalah suatu hal sangat membahagiakan, namun

jika anak tersebut memiliki keterbatasan dan hambatan, maka itu adalah

suatu kejadian yang tidak semua orangtua dapat menerimanya. Namun

pada fakta ini orangtua menunjukkan perilaku yang positif dan masih

(18)

tetangganya, dengan memberikan apresiasi ketika anak nya dapat

melakukan suatu hal yang berbeda dengan anak pada usia nya. Seperti

contoh anak memiliki kreativitas sehingga membuatnya memiliki

kelebihan yang berbeda dengan anak yang lain.

Anak tersebut berjenis kelamin laki-laki usia delapan tahun kelas 2 SD

namun belum bisa bicara dengan lancar seperti teman sebaya nya. Tetapi

anak tersebut memiliki kreativitas atau kemampuan yang lebih unggul

daripada teman seusianya, seperti contoh pada usia 5 tahun dia mampu

menguliti kabel yang tidak berfungsi sehingga bisa berfungsi lagi,

kemudian dia juga pernah merangkai mobil-mobilan dari kardus bekas dan

memberikan tape di bagian belakang mobil agar ada hiburan nya katanya,

selain itu dia juga bisa memasang tabung gas elpiji 3kg dengan kompor

gas.

Yang menarik dari penelitian ini yakni untuk memberikan informasi

kepada orangtua bahwa mereka ketika memiliki anak yang mengalami

hambatan perkembangan dan berbeda dengan teman-temannya pada

umumnya mereka akan mengalami cemas, stress, bahkan depresi namun

disini peneliti akan menggambarkan bagaimana sisi positif dari orangtua

tersebut baik dari segi ibu maupun ayah yakni kondisi kebahagiaan

mereka.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah, bagaimana kondisi

(19)

10

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penelitian

ini di susun untuk menjawab pertanyaan : Bagaimanakah kondisi

kebahagiaan orangtua yang memiliki anak terlambat bicara?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas tujuan penelitian adalah :

untuk mengetahui kondisi kebahagiaan orangtua yang memiliki anak

terlambat bicara (speech delay).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis memberikan sumbangan pada ilmu psikologi terutama

psikologi klinis dalam ranah kebahagiaan orangtua.

2. Secara praktis penelitian ini di tujukan kepada pihak yang terkait. Yakni

kepada orangtua yang memiliki anak terlambat bicara agar lebih

termotivasi dalam mengasuh anaknya yang berbeda dengan anak lain

pada umumnya. Dan memberikan beberapa motivasi positif dan tetap

bersabar ketika menghadapi anak mereka.

F. Keaslian Penelitian

Kebahagiaan adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan

individu dan merupakan suatu kondisi yang sangat ingin di capai oleh

semua orang dari berbagai umur dan lapisan masyarakat (Argyle, 2001).

Kebahagiaan bukan hanya berkisar pada fenomena perasan senang, baik

(20)

yakni sosial, fisik, emosianal, dan psikologis (Froh, Bono, & Emmons,

2010). Berikut ini beberapa penelitian mengenai kebahagiaan yang di

lakukan oleh peneliti terdahulu.

Penelitian oleh Miwa Patnani M.Si., Psi. dengan tema penelitian

kebahagiaan pada seorang perempuan dimana subjek berjumal 22 orang

perempuan 18-62 tahun dan di analisis secara kualitatif. Dengan hasil

penelitian yakni Sumber kebahagiaan yang paling utama bagi perempuan

baik dilihat dari segi usia, pekerjaan dan pernikahan adalah keluarga. Rasa

bahagia pada subyek penelitian ini baik dilihat dari segi usia,

pekerjaan dan pernikahan adalah tergolong cukup bahagia. Komponen

kebahagiaan yang secara konsisten mendukung kebahagiaan pada

perempuan adalah kognisi yang positif dan pengendalian. Sementara

komponen kebahagiaan yang tidak mendukung kebahagiaan adalah

kewaspadaan atau konsentrasi.

Kemudian penelitian oleh Alissa dan Avin dengan tema penelitian

syukur dan harga diri serta kebahagiaan seorang remaja dengan metode

kuantitatif. Memiliki hasil bahwa syukur dan harga diri bersama-sama

memunculkan emosi positif, mood positif, dan juga kognitif positif. Hal ini

akan membantu remaja untuk menghadapi berbagai situasi dan kondisi

dalam hidupnya yang mungkin di hadapi, karena remaja adalah individu

yang rentan untuk mengalami masalah dan ketidakbahagiaan. Selain itu,

syukur dan harga diri akan menyebabkan remaja memberikan evaluasi

(21)

12

Penelitian oleh Irianto dan Subandi dengan tema penelitian

Kebahagiaan seorang Guru di Papua dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif. Dengan hasil yang menunjukkan bahwa Kebahagiaan

berdasarkan perasaan positif para guru yaitu; ketika siswa-siswa di

pedalaman dapat mengikuti pelajaran yang diberikan dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dapat menunjukkan identitas

guru secara langsung di pedalaman, adanya kesatuan kerja diantara para

guru, dan mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat maupun

keluarga mereka. Perasaan positif yang dimiliki oleh guru memberikan

kebahagiaan ketika mampu menyesuaikan dirinya dengan keterbatasan

yang ada di pedalaman untuk mewujudkan peran dan fungsinya dalam

membawa perubahan dan kemajuan melalui bidang pendidikan bagi

masyarakat pedalaman.

Berbeda dengan penelitian yang dilaukan oleh Sifra Damongilala

dengan tema penelitian Status Sosial Ekonomi dengan Kebahagiaan

Kelurga Dalam Masyarakat memiliki hasil yakni bahwa tidat terdapat

hubungan antara status sosial ekonomi dengan kebahagiaan keluarga.

Karena sesuai dengan teori Aristoteles bahwa kebahagiaan itu sendiri di

maknai dengan cara pandang masing-masing individu dalam memaknai

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan mereka.

Selaras dengan penelitian oleh Desfia Mardayeti dengan tema

penelitian Kebahagiaan pada Anak Jalanan. Memiliki hasil penelitian

(22)

yang di sesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam kehidupannya. Mereka

merasa bahagia ketika mereka berada di jalanan karena mereka dapat

berkumpul dengan teman-temannya. Mereka juga bahagia karena merasa

bebas, faktor dominan dalam kehidupan anak jalanan sebagai pendukung

buat mereka untuk melanjutkan pendidikan. Anak jalanan juga memiliki

tingkat religiusitas yang rendah.

Penelitian oleh Edith, Frederick, dan Daniel pada tahun 2010 dengan

tema penelitian psikologi kebahagiaan dengan hasil penelitian yakni

pandangan holistik hidup adalah penting untuk tingkat berkelanjutan

kebahagiaan dan makna. Salah satu cara untuk berpikir tentang kehidupan

secara holistik adalah untuk berpikir dalam hal domain yang tumpang

tindih pekerjaan / karir / sekolah, rumah / keluarga, komunitas /

masyarakat, diri (pikiran / bodyy / roh). Maksudnya yakni kebahagiaan

yang mencapai pada level yang tinggi, ketika terpenuhi dengan baik yaitu

pekerjaan, keluarga, hubungan sosial, dan menanggapi diri sendiri secara

positif.

Kemudian penelitian oleh Lou Lu dan Jian Bin Shih dengan judul

sumber kebahagiaan dengan pendekatan kualitatif yang hasil nya

Kesimpulannya, konsep Barat kebahagiaan tampaknya untuk

menempatkan penekanan lebih besar pada evaluasi dan kepuasan

intrapersonal atau internal sedangkan konsepsi Cina menekankan evaluasi

antarpribadi atau eksternal dan faksi satis-. perpecahan ini konsisten

(23)

14

Namun, Cina dan konsepsi Barat kebahagiaan memiliki beberapa

kesamaan, seperti kesenangan dan positif mempengaruhi.

Penelitian oleh Barry, John, Sonja, dan Katherine yang bertema

masalah kebahagiaan dengan hasil penelitian Proses tersebut juga bisa

menghasilkan hubungan siklis, dimana individu tidak bahagia berusaha

untuk memaksimalkan (dalam upaya sesat untuk menaikkan mereka

mempengaruhi), yang mengarah ke lebih ketidakbahagiaan. Pada titik ini,

namun, kami hanya mengakui bahwa sebagaimana kebahagiaan mungkin

soal pilihan (yaitu, bagaimana-dan bahkan apakah-kita membuat pilihan

pengaruh apakah kita bahagia atau tidak), pilihan mungkin juga menjadi

masalah kebahagiaan.

Kemudian juga penelitian oleh Stewart, Maren, dan Meghana dengan

tema kebahagiaan untuk psikologi positif memiliki hasil penelitian yaitu

Popularitas gerakan psikologi positif telah mengumpulkan baik pujian

energik dan kecaman keras. Banyak kritik telah bertaruh pada dasar ilmiah

dari banyak klaim yang dibuat. Sementara kekhawatiran mungkin

didirikan baik ketika dibatasi untuk mengomentari populer literatur

non-peer-review yang luas, banyak kemajuan telah dibuat oleh para ilmuwan

psikologis mengindahkan panggilan untuk ilmu psikologi positif.

Dan yang terakhir penelitian oleh June, Alexander, Jordi, dan Iris

yang berjudul Kebahagiaan Apakah Best Kept Stabil: Positif Emosi

Variabilitas Apakah Berhubungan Dengan Termiskin Psikologis

(24)

emosi positif tampaknya memainkan peran tambahan dan penting dalam

kesehatan psikologis atas dan di luar tingkat keseluruhan emosi positif.

Secara khusus, hasil ini memberikan bukti untuk mendukung gagasan

bahwa bagaimana emosi terungkap dari waktu ke waktu (selain tingkat

rata-rata mereka) terlibat dalam kesehatan. Secara khusus, terlalu banyak

variabilitas dan tidak cukup stabilitas di perasaan positif seseorang muncul

(25)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kebahagiaan

1. Pengertian kebahagiaan

Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang

mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktifitas positif

yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Seligman

memberikan gambaran individu yang mendapatkan kebahagiaan yang

autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat mengidentifikasi dan

mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan dan

keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan

sehari-hari, baik dalam pekerjaan, cinta, permainan, dan

pengasuhan. Kebahagiaan adalah salah satu bagian penting dalam

kehidupan individu dan merupakan suatu kondisi yang sangat ingin di

capai oleh semua orang dari berbagai umur dan lapisan masyarakat

(Argyle, 2001). Kebahagiaan bukan hanya berkisar pada fenomena

perasan senang, baik atau luar biasa yang dialami, tetapi juga merasa baik

secara keseluruhan yakni sosial, fisik, emosianal, dan psikologis (Froh,

Bono, & Emmons, 2010)

Kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu

memiliki tolak ukur yang berbeda-beda. Setiap individu juga memiliki

(26)

Faktor-faktor itu antara lain uang, status pernikahan, kehidupan sosial,

usia, kesehatan, emosi negatif, pendidikan, iklim, ras, dan jenis kelamin,

serta agama atau tingkat religiusitas seseorang (Seligman,

2005). Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

kebahagiaan adalah suatu keadaan individu yang berada dalam aspek

positif (perasaan yang positif) dan untuk mencapai kebahagiaan yang

autentik, individu harus dapat mengidentifikasikan, mengolah, dan melatih

serta menggunakan kekuatan (strength) serta keutamaan (virtue) yang

dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.

2.

Aspek – aspek kebahagiaan

Menurut Seligman dkk, ada lima aspek utama yang dapat menjadi

sumber kebahagiaan sejati, yaitu :

a. Menjalin hubungan positif dengan orang lain

Hubungan yang positif bukan sekedar memiliki teman, pasangan,

ataupun anak. Status perkawinan dan kepemilikan anak tidak dapat

menjamin kebahagiaan seseorang.

b. Keterlibatan penuh

Bagaimana seseorang melibatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan

yang ditekuni. Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga

dalam aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga.

(27)

18

bersangkutan. Dengan melibatkan diri secara penuh, bukan hanya fisik

yang beraktivitas, tetapi hati dan pikiran juga turut serta.

c. Temukan makna dalam keseharian

Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan orang lain

tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni temukan makna dalam

apapun yang dilakukan.

d. Optimis, namun tetap realistis

Orang yang optimis ditemukan lebih berbahagia. Mereka tidak

mudah cemas karena menjalani hidup dengan penuh harapan.

e. Menjadi pribadi yang resilien

Orang yang berbahagia bukan berarti tidak pernah mengalami

penderitaan. Karena kebahagiaan tidak bergantung pada seberapa banyak

peristiwa menyenangkan yang dialami. Melainkan sejauh mana seseorang

memiliki resiliensi, yakni kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang

terpahit sekalipun.

2.

Karakteristik Orang Yang Bahagia

Setiap orang bisa sampai kepada kebahagiaan akan tetapi tidak semua

orang bisa memiliki kebahagiaan. Menurut David G. Myers, seorang ahli

kejiwaan yang berhasil mengadakan penelitian tentang solusi mencari

kebahagiaan bagi manusia modern. Ada empat karakteristik menurut

Myers (2012) yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan

(28)

a. Menghargai diri sendiri

Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka

cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya adalah orang yang

menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah orang

yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk menyetujui

pernyataan seperti diatas.

b. Optimis

Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis

atau pesimis, yaitu permanen (menentukan berapa lama seseorang

menyerah) dan pervasif (menentukan apakah ketidakberdayaan melebar ke

banyak situasi). Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa baik

memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk bersifat sementara

sehingga mereka berusaha untuk lebih keras pada setiap kesempatan agar

ia dapat mengalami peristiwa baik lagi (Seligman, 2005). Sedangkan orang

yang pesimis menyerah di segala aspek ketika mengalami peristiwa buruk

di area tertentu.

c. Terbuka

Orang yang bahagia biasanya lebih terbuka terhadap orang lain.

Penelitian menunjukkan bahwa orang – orang yang tergolong sebagai

orang extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata

memiliki kebahagiaan yang lebih besar.

(29)

20

Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada

hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga

biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan.

3.

Faktor –faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kebahagiaan seseorang:

1) Budaya

Triandis (2000) (dalam Carr, 2004) mengatakan faktor budaya dan

sosial politik yang spesifik berperan dalam tingkat kebahagiaan seseorang.

Hasil penelitian lintas budaya menjelaskan bahwa hidup dalam suasana

demokrasi yang sehat dan stabil lebih daripada suasana pemerintahan

yang penuh dengan konflik militer (Carr, 2004). Carr (2004), mengatakan

bahwa budaya dengan kesamaan sosial memiliki tingakat kebahagiaan

yang lebih tinggi. Kebahagiaan juga lebih tinggi pada kebudayaan

individualitas dibandingkan dengan kebudayaan kolektivistis (Carr, 2004).

Carr (2004) juga menambahkan kebahagiaan lebih tinggi dirasakan di

negara yang sejahtera di mana institusi umum berjalan dengan efisien dan

terdapat hubungan yang memuaskan antara warga dengan anggota

birokrasi pemerintahan.

2) Kehidupan Sosial

Penelitian yang dilakukan oleh Seligman dan Diener (Seligman 2005)

(30)

sedang terlibat dalam hubungan romantis. Menurut Seligman (2005),

orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan

memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas

dari mereka bersosialisasi.

3) Agama atau Religiusitas

Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan

daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Selain itu

keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama

dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut (Carr, 2004). Carr

(2004) juga menambahkan keterlibatan dalam suatu agama juga

diasosiasikan dengan kesehatan fisik dan psikologis yang lebih baik yang

dapat dilihat dari kesetiaan dalam perkawinan, perilaku sosial, tidak

berlebihan dalam makanan dan minuman, dan bekerja keras.

4) Pernikahan

Seligman (2005) mengataka bahwa pernikahan sangat erat

hubungannya dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua

penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dengan pernikahan, yaitu

orang yang lebih bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang

yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan

banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya

keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak, membangun keluarga,

menjalankan peran sebagai orang tua, menguatkan identitas dan

(31)

22

memengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan ini berlaku bagi pria

dan wanita (Seligman, 2005). Carr (2004), menambahkan orang yang

bercerai atau menjanda lebih bahagia pada budaya kolektifis dibandingkan

dengan budaya individualis karena budaya kolektifis menyediakan

dukungan social yang lebih besar daripada budaya individualis.

5) Usia

Penelitian dahulu yang dilakukan oleh Wilson mengungkapkan

kemudaan dianggap mencerminkan keadaan yang lebih bahagia

(Seligman, 2005). Namun setelah diteliti lebih dalam ternyata usia tidak

berhubungan dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Sebuah penelitian

otoratif atas 60.000 orang dewasa dari 40 bangsa membagi kebahgiaan

dalam tiga komponen, yaitu kepuasan hidup, afek positif dan afek negatif

(Seligman, 2005). Kepuasan hidup sedikitmeningkat sejalan dengan

betambahnya usia, afek positif sedikit melemah dan afek negatif tidak

berubah (Seligman, 2005). Seligman (2005) menjelaskan hal yang berubah

ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan

“mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan” berkurang

seiring dengan bertambhanya umur dan pengalaman.

6) Uang

Banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara

kebahagiaan dan uang (Seligman, 2005). Umumnya penelitian yang

dilakukan dengan cara membandingkan kebahagiaan antara orang yang

(32)

Perbandingan lintas-negara sulit untuk dijelaskan karena negara yang lebih

kaya juga memiliki angka buta huruf yang lebih rendah, tingkat kesehatan

yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, kebebasan yang lebih luas

dan barang materil yang lebih banyak (Seligman, 2005). Seligman (2005)

menjelaskan bahwa di negara yang sangat miskin, kaya berarti bias lebih

bahagia. Namun di negara yang lebih makmur dimana hampir semua

orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu

berdampak pada kebahgiaan (Seligman, 2005). Seligman (2005),

menyimpulkan penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi

kebahagiaannya lebih daripada uang itu sendiri.

7) Kesehatan

Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan

kebahagiaan (Seligman, 2005). Menurut Seligman (2005), yang penting

adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita. Berkat

kemampuan beradapatasi terhadap penedritaan, seseorang bisa menilai

kesehatannya secara positif bahkan ketika sedang sakit. Ketika penyakit

yang menyebabkan kelumpuhan sangat parah dan kronis, kebahagiaan dan

kepuasan hidup memang menurun (Seligman, 2005). Seligman (2005) juga

menjelaskan orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan,

kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu.

8) Jenis Kelamin

Jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan

(33)

24

daripada pria. Wanita lebih banyak mengalami emosi positif dengan

intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Tingkat emosi

rata-rat pria dan wanita tidak berbeda namun wanita lebih bahagia dan lebih

sedih daripada pria (Seligman, 2005).

B. Orang tua

Menurut wikipedia Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua

memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan

panggilan ibu/ayah dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan

orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini.

Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri

ayah biologis anak) dan ayah tiri (suami ibu biologis anak). Menurut Thamrin Nasution, orang tua merupakan setiap orang yang bertanggung

jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam

kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.

Orangtua dalam keluarga sebagai pimpinan keluarga sangat berperan

dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian anak, karena orangtua

merupakan pendidik, pembimbing, dan pelindung bagi anak-anaknya. Jika

menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa

anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas orang tua

melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan

memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam

(34)

anak akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena setiap keluarga

memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara

keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.

Sebagai orangtua yang bertanggung jawab terhadap anaknya maka

peran orangtua (keluarga) memegang fungsi dan peranan penting dalam

meningkatkan pendidikan anaknya. Menurut Hasbullah (1999) tanggung

jawab/peran orangtua (keluarga) adalah :

a. Pengalaman pertama masa anak-anak

Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman

pertama dan utama merupakan faktor penting dalam perkembangan

pribadi anak. Pendidikan maksudnya bahwa kehadiran anak

didunia disebabkan hubungan kedua orangtuanya dan bertanggung

jawab pada pendidikan anaknya.

b. Menjamin kehidupan emosional anak

Kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih

sayang dapat dipenuhi atau dapat berlembaga dengan baik, hal

inidikarenakan adanya hubungan darah.

c. Menanamkan dasar pendidikan moral

Penanaman moral merupakan penanaman dasar bagi anak,

yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orangtua sebagai

tauladan.

(35)

26

Perkembangan benih kesadaran sosial pada anak dapat

dipupuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluargayang

penuh rasa tolong menolong, gotong-royong secara kekeluargaan.

e. Peletakan dasar keagamaan

Nilai keagamaan berperan besar dalam proses internalisasi

dan transformasi dalam pribadi anak.

Menurut Hurlock (1987) orangtua adalah orang dewasa yang

membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

orangtua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan

dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu

anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan

pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orangtua kerena

setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan

sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.

Meskipun demikian, pada hakekatnya, setiap orangtua mempunyai

tanggung jawab yang sama terhadap pendidikan anak yang telah

dipercayakan Tuhan pada mereka. tanggung jawab tersebut ditujukan

dalam penataan perilaku anak yang disebut dengan pola asuh (Havighurst,

dalam Hurlock, 1987). Keluarga sebagai tempat pertama yang dikenal

seorang anak dalam hidupnya, mempunyai andil yang besar dalam

(36)

C. Terlambat Bicara (speech delay)

Keterlambatan bicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian sosial

dan pribadi anak, tetapi juga mempengaruhi penyesuaian akademis

mereka. Kemampuan membaca yang merupakan mata pelajaran pokok

pada awal sekolah anak. Keadaan ini dapat mempengaruhi kamampuan

anak dalam mengeja. Apabila hal ini terjadi, maka akan menimbulkan rasa

benci untuk bersekolah dan akan menghambat prestasi akademis anak.

Menurut Papalia (2008) menjelaskan bahwa anak terlambat bicara adalah

anak pada usia 2 tahun memiliki kecenderungan salah dalam menyebutkan

kata, memiliki perbendaharaan kosakata yang buruk pada usia 3 tahun atau

memiliki kesulitan menamai objek pada usia 5 tahun.

Keadaan anak yang mengalami kesuitan dalam menyusun

perbendaharaan kata tersebut nantinya mempunyai kecenderungan tidak

mampu dalam hal membaca. Hurlock (1978), mengatakan tingkat

perkembangan bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan

bicara anak yang secara umurnya sama yang dapat diketahui dari ketetapan

penggunaan kata.

Apabila pada saat teman sebaya mereka berbicara dengan

menggunakan kata-kata, sedangkan si anak terus menggunakan bahasa

isyarat dan gaya bicara bayi, maka anak tersebut dianggap orang lain

terlalu muda untuk diajak bermain. Berdasarkan pendapat Papalia (2008)

dan Hurlock (1978) yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan

(37)

28

anak akan terhambat apabila tingkat kualitas perkembangan bicara anak

berada di bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak seusianya.

Pada perkembangan bahasa sendiri merupakan salah satu parameter dalam

perkembangan anak.

Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif,

sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan

bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif

(mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara).

Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga

pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan

kemampuan berbicara.

Kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan

sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan

bahasa dan berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang

ada di sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau ditujukan

kepada anak tersebut. Dengan demikian penanganan keterlambatan bicara

dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut.

Biasanya hal ini memerlukan penanganan multi disiplin ilmu di bidang

kesehatan, dianataranya dokter anak dengan minat tumbuh kembang anak,

rehabilitasi medik, neurologi anak, alergi anak, dan klinisi atau praktisi

lainnya yang berkaitan.

(38)

Menurut Van Tiel (2011) ada beberapa jenis speech delay, antara

lain:

a) Speech and Language Expressive Disorder yaitu anak mengalami

gangguan pada ekspresi bahasa.

b) Specific Language Impairment yaitu gangguan bahasa merupakan

gangguan primer yang disebabkan karena gangguan perkembangannya

sendiri, tidak disebabkan karena gangguan sensoris, gangguan neurologis

dan gangguan kognitif (inteligensi).

c) Centrum Auditory Processing Disorder yaitu gangguan bicara tidak

disebabkan karena masalah pada organ pendengarannya. Pendengarannya

sendiri berada dalam kondisi baik, namun mengalami kesulitan dalam

pemrosesan informasi yang tempatnya di dalam otak.

d) Pure DysphaticDevelopment yaitu gangguan perkembangan bicara

dan bahasa ekspresif yang mempunyai kelemahan pada sistem fonetik.

e) Gifted Visual Spatial Learner yaitu karakteristik gifted visual

spatial learner ini baik pada tumbuh kembangnya, kepribadiannya,

maupun karakteristik giftedness-nya sendiri.

f) Disynchronous Developmental yaitu perkembangan seorang anak

gifted pada dasarnya terdapat penyimpangan perkembangan dari pola

normal. Ada ketidaksinkronan perkembangan internal dan

ketidaksinkronan perkembangan eksternal.

(39)

30

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas,

semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak,

otak, otot atau organ pembuat suara. Hal lain dapat juga di sebabkan

karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan

stimulasi yang cukup atau pemakaian dua bahasa.

Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara

adalah sebagai berikut:

a) Gangguan Pada Pendengaran

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar

pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan

bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan

pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi

bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem

pendengaran.

b) Kelainan Organ Bicara

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan

mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft

palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah

pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan

mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula

mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.Kelainan

(40)

rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi

seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.

c) Retardasi Mental

Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak

dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab

terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental,

keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang

pemecahan masalah visuo-motor.

d) Genetik Heriditer dan Kelainan Kromosom

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua.

Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil.

Biasanya keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan

kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun

dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan

Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan

bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom

47 XXX.

e) Kelainan Sentral (Otak)

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk

menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan

berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimic untuk

menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah,

(41)

32

f) Autisme

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena

autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang

ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang

kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

g) Mutism Selektif

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun,

yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila

ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang

tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak

dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau

gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan

gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit

rendah.

h) Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak

minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk

dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan

gejala tersamar lainnya.

i) Alergi Makanan

Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak,

sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah

(42)

manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi

makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di

bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat

perkembangan bicaranya.

j) Deprivasi Lingkungan

Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari

lingkungannya. Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara,

tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut

juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa

dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi

juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan yang menyebabkan anak

mengalami keterlambatan bicara antara lain :

a. Faktor Internal

Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti factor

persepsi, kognisi dan prematuritas dianggap sebagai faktor penyebab

keterlambatan bicara pada anak.

1) Persepsi

Kemampuan membedakan informasi yang masuk disebut persepsi.

Persepsi berkembang dalam 4 aspek : pertumbuhan, termasuk

perkembangan sel saraf dan keseluruhan sistem; stimulasi, berupa

masukan dari lingkungan meliputi seluruh aspek sensori, kebiasaan, yang

(43)

34

menjadikan bayi mendapat stimulasi baru yang kemudian akan tersimpan

dan selanjutnya dikeluarkan dalam proses belajar bahasa anak. Secara

bertahap anak akan mempelajari stimulasi36 stimulasi baru mulai dari

raba, rasa, penciuman kemudian penglihatan dan pendengaran . Pada usia

balita, kemampuan persepsi auditori mulai terbentuk pada usia 6 atau 12

bulan, dapat memprediksi ukuran kosa kata dan kerumitan pembentukan

pada usia 23 bulan. Telinga sebagai organ sensori auditori berperan

penting dalam perkembangan bahasa. Beberapa studi menemukan

gangguan pendengaran karena otitis media pada anak akan mengganggu

perkembangan bahasa ( Hawari).

2) Kognisi

Anak di usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam

kelompok umum maupun konsep yang lebih besar. Beberapa teori yang

menjelaskan hubungan antara kognisi dan bahasa ( Djamarah, 2002) :

a) Bahasa berdasarkan dan ditentukan oleh pikiran (cognitive

determinism)

b) Kualitas pikiran ditentukan oleh bahasa (linguistic determinism)

c) Pada awalnya pikiran memproses bahasa tapi selanjutnya pikiran

dipengaruhi oleh bahasa.

d) Bahasa dan pikiran adalah faktor bebas tapi kemampuan yang

berkaitan.

(44)

Weindrich (1987) menemukan adanya faktor-faktor yang

berhubungan dengan prematuritas yang mempengaruhi perkembangan

bahasa anak, seperti berat badan lahir, lama perawatan di rumah sakit, bayi

yang iritatif, dan kondisi saat keluar rumah sakit.

b. Faktor Eksternal ( Faktor Lingkungan )

1) Riwayat keluarga

Demikian pula dengan anak dalam keluarga yang mempunyai riwayat

keterlambatan atau gangguan bahasa beresiko mengalami keterlambatan

bahasa pula. Riwayat keluarga yang dimaksud antara lain anggota keluarga

yang mengalami keterlambatan berbicara, memiliki gangguan bahasa,

gangguan bicara atau masalah belajar.

2)Pola asuh

Law dkk juga menemukan bahwa anak yang menerima contoh

berbahasa yang tidak adekuat dari keluarga, yang tidak memiliki pasangan

komunikasi yang cukup dan juga yang kurang memiliki kesempatan untuk

berinteraksi akan memiliki kemampuan bahasa yang rendah.

3) Lingkungan verbal

Lingkungan verbal mempengaruhi proses belajar bahasa anak.

Anak di lingkungan keluarga profesional akan belajar kata-kata tiga kali

lebih banyak dalam seminggu dibandingkan anak yang dibesarkan dalam

keluarga dengan kemampuan verbal lebih rendah.

(45)

36

Studi lainnya melaporkan ibu dengan tingkat pendidikan rendah

merupakan faktor resiko keterlambatan bahasa pada anaknya.

5) Jumlah anak

Chouhury dan beberapa peneliti lainnya mengungkapkan bahwa

jumlah anak dalam keluarga mempengaruhi perkembangan bahasa seorang

anak, berhubugan dengan intensitas komunikasi antara orang tua dan anak.

6) Faktor Televisi

Anak batita yang banyak nonton TV cenderung akan menjadi

pendengar pasif, hanya menerima tanpa harus mencerna dan memproses

informasi yang masuk. Akibatnya, dalam jangka waktu tertentu yang mana

seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/orang tua

untuk kemudian memberikan feedback kembali, namun karena yang lebih

banyak memberikan stimulasi adalah televisi (yang tidak membutuhkan

respon apa-apa dari penontonnya), maka sel-sel otak yang mengurusi

masalah bahasa dan bicara akan terhambat perkembangannya.

D. Perspektif teoritis

Karakteristik orang yang bahagia menurut Myers ada empat yaitu

menghargai diri sendiri, optimis, terbuka, dan mampu mengendalikan diri.

Ketika orangtua dapat menghargai diri sendiri, orang tua dapat terbuka

kepada orang lain dan bisa mengutarakan keadaan hatinya, orangtua

memiliki optimis akan perkembangan anaknya, dan mampu

mengendalikan emosi yang sedang di alaminya, maka orangtua tersebut

(46)

Berdasarkan lima aspek kebahagiaan sejati oleh Seligman dkk yakni

ketika seseorang dapat menjalin hubungan positif dengan orang

lain,memiliki keterlibatan penuh, menemukan makna dalam keseharian,

memiliki optimis yang realistis, dan menjadi pribadi yang resiliens.

Peneliti akan berusaha mengetahui bagaimana kebahagiaan orang tua yang

memiliki anak terlambat bicara, menurut penelitian terdahulu banyak

orangtua yang cemas dan stress ketika mereka memiliki anak yang

mengalami hambatan dalam perkembangan yang salah satu nya yakni

keterlambatan bicara. Tetapi peneliti menemukan sebuah kasus dimana

orangtua memiliki anak yang terlambat bicara yang berbeda dengan anak

yang lain, anak tersebut lebih kreatif dan mampu membanggakan

orangtuanya. Maka apabila orangtua memiliki ciri-ciri tersebut di atas

maka orangtua dapat dikategorikan sebagai orangtua yang bahagia.

Terkadang orangtua dengan segala kesibukan nya baik dengan

pekerjaan ataupun kehidupan rumah tangga, terutama adalah kehadiran

seorang anak yang memiliki hambatan dalam perkembangan pasti cukup

melelahkan dan terkadang menimbulkan stress. Tetapi peneliti disini

berusaha untuk mengetahui kondisi kebahagiaan orangtua yang memilki

anak yang terlambat bicara, dan peneliti berusaha mengungkapkan bahwa

tidak semua orangtua yang memilki anak terambat bicara itu mempunyai

banyak sisi negatif tetapi mereka juga memiliki sisi positif yang dapat

(47)

38

Berdasarkan agama atau religiusitas juga dapat menentukan

kebahagiaan seseorang. Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas

terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005).

Ketika subjek memiliki religiusitas yang tinggi, maka subjek juga semakin

bahagia. Carr (2004) juga menambahkan keterlibatan dalam suatu agama

juga diasosiasikan dengan kesehatan fisik dan psikologis yang lebih baik

yang dapat dilihat dari kesetiaan dalam perkawinan, perilaku sosial, tidak

berlebihan dalam makanan dan minuman, dan bekerja keras. Pada subjek

dalam penelitian ini, ketika mereka menunjukkan kesetiaan dalam

pernikahan, memiliki hubungan sosial yang baik, tidak berlebihan dalam

hal makanan dan minuman, dan mereka mampu bekerja keras maka

mereka dapat mengasosiasikan diri dengan kesehatan fisik dan psikologis

(48)

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian

kualitatif dengan teknik observasi, wawancara kepada orang tua subjek

yang memiliki anak terlambat bicara di usia 7 tahun. Menurut Keirl dan

Miller dalam Moleong (1999) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif

adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya

sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya

dan peristilahannya”. Penelitian ini menggunakan strategi case study.

Strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat

suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu

(Creswell, 2010).

Bagian utama dari analisis kualitatif, bahan tersebut dibentuk oleh

Proses coding, yaitu menafsirkan teks dianalisis dan menghubungkan

makna (dari kata-kata kunci, gagasan, kode) ke bagian individu

masing-masing. Analisis kualitatif dari bahan dimulai dengan mendefinisikan unit

koding, diikuti oleh catatan fenomena yang tepat sesuai dengan penilaian

dan menganalisis karakteristik fenomena tersebut dan berakhir dengan

(49)

40

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di rumah subjek, di desa wringinanom

kecamatan wringinanom kabupaten Gresik. Karena kedua subjek yang

kesehariannya selalu di rumah dan sekitarnya, peneliti hanya berfokus

pada rumah dan lingkungan sekitarnya.

C. Sumber Data

Sumber data akan di ambil dari subjek yakni orangtua yang

memiliki anak terlambat bicara (speech delay) dan satu informan yaitu

tetangga dekat subjek. Untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku

subjek sehari-hari dan bagaimana aktifitasnya saat ini baik di rumah

maupun di lingkungannya. Alasan memilih subjek tersebut karena subjek

adalah orangtua yang memiliki anak terlambat bicara tetapi anak tersebut

juga memiliki kelebihan yang berbeda dengan anak seusianya. Seperti

contoh anak dapat menciptakan permainan nya sendiri meskipun tidak

dengan orang lain yaitu mampu membuat mobil-mobilan dari barang

bekas, kemudian mampu menguliti kabel yang tidak berfungsi sehingga

bisa berfungsi kembali, anak tersebut semangat sekali ketika belajar dan

cepat merespons stimulus oranglain di lingkungnnya.

Orangtua mengetahui anak mereka terlambat bicara ketika anak

berusia dua tahun, orang tua pernah membawa anak mereka yang

terlambat bicara ke salah satu rumah sakit untuk memperiksakan apakah

anak mereka mengalami penyakit serius karena masih belum mampu

(50)

mengetahui bahwa anak mereka tidak mengalami gangguan pendengaran

atau penyakit serius lain nya, orangua merasa lega. Kemudian orangtua

terus mengajari anak untuk dapat berbicara dengan cara terus mengajaknya

berkomunikasi atau berbicara. Orangtua juga bersyukur karena

kemampuan bicara anak mereka semakin meningkat dan menjadi lebih

baik sampai saat ini. Orangtua juga terbuka dengan tetangga mengenai

kondisi anak merek yang mengalami terlambat bicara. Menurut Seligman

(2005) kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif

yang di rasakan individu serta aktifitas positif. Sejauh ini menurut peneliti

kedua subjek menunjukkan emosi positif dan aktifitas yang positif ketika

mereka memiliki anak yang terlambat bicara.

D. Cara Pengumpulan Data

Cara mengumpulkan data berdasarkan dengan metode yang

peneliti pakai adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan

menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut. Metode ini di gunakan untuk mencatat hal-hal yang

terkait dengan perilaku orangtua, komunikasi orangtua dengan anak,

komunikasi orangtua dengan tetangga, dan sebagainya tentang orangtua

yang memiliki anak terlambat bicara.

(51)

42

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara). Peneliti juga menggunakan

wawancara tak terstruktur karena peneliti akan berhubungan lansung

dengan subjek dan berusaha mengungkapkan suatu keadaan tertentu dari

subjek. Metode ini di gunakan untuk memperoleh data secara jelas dan

kongkret tentang gambaran kebahagiaan orangtua yang memiliki anak

terlambat bicara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bahan tertulis baik berupa pernyataan, atau

foto dari subjek yang di teliti, perilaku yang dapat di dokumentasikan.

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti

catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data

Setelah memperoleh data yang di butuhkan, peneliti akan

menganalisis dengan analisis data, merupakan proses akhir dalam

penelitian kualitatif (Creswell, 2010). Teknik atau metode analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah induktif dengan menggunakan

prosedur studi kasus (Moelong, 2007). Teknik dipilih karena penelitian ini

akan berawal dari hasil temuan khas yang ada dilapangan yang kemudian

(52)

Menurut Creswell (2010) terdapat beberapa langkah dalam

menganalisis data sebagaimana berikut ini;

1. Mengolah dan menginterpretasi data untuk dianalisis. Langkah ini

melibatkan transkipsi wawancara, menscaning materi, mengetik

data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke

dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung sumber informasi.

2. Membaca keseluruhan data. Dalam tahap ini, menulis

catatan-catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang

diperoleh.

3. Menganalisis lebih detail dengan menkoding data. Coding

merupakan proses mengolah materi atau informasi menjadi

segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya.

4. Menerapkan proses koding untuk mendiskripsikan setting,

orang-orang, kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis.

5. Menunjukkan bagaimana diskripsi dan tema-tema ini akan

disajikan kembali dalam narasi atau laporan kualitatif.

6. Menginterpretasi atau memaknai data

Beberapa langkah dalam analisis data kualitatif di atas, akan

diterapkan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini data yang didapat

ditulis dalam transkip wawancara, lalu di koding, dipilah tema-tema

sebagai hasil temuan, dan selanjutnya dilakukan interpretasi data.

(53)

44

Creswell (2010) menjelaskan bahwa validitas kualitatif merupakan

pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan

prosedur-prosedur tertentu, sementara reliabilitas kualitatif

mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten

jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain. Gibss sebagaimana yang dikutip

oleh Creswell (2010) memerinci sejumlah prosedur reliabilitas sebagai

berikut:

1. Mengecek hasil transkrip untuk memastikan tidak adanya

kesalahan yang dibuat selama proses transkipi.

2. Memastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang

mengenai kode-kode selama proses koding. Hal ini dapat dilakukan

dengan terus membandingkan data dengan kode-kode atau dengan

menulis catatan tentang kode-kode dan definisi-definisinya.

3. Untuk penelitian yang berbentuk tim, mendiskusikan kode-kode

bersama patner satu tim dalam pertmuan rutin atau sharing analisis.

4. Melakukan cross-check dan membandingkan kode-kode yang

dibuat oleh peneliti lain dengan kode-kode yang telah dibuat

sendiri.

Langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi

penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara,

baik yang terstruktur maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual

serta usaha merancang protokol untuk merekam/mencatat informasi

(54)

sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang

berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk

membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang

dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau perspektif dari partisipan

akan menambah validitas penelitian.

Data akan di peroleh dengan menggunakan wawancara lansung

orang tua subjek, dan supaya mendapatkan data yang valid peneliti akan

menyiapkan alat tulis untuk menulis hasil dari wawancara kepada subjek

dan informan. Dan menggunakan alat untuk merekam pada saat

wawancara, seperti contoh HP atau alat rekam lainnya. Peneliti juga akan

mengobservasi subjek beserta lingkungannya, dengan mencatat dan

(55)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek

A.1 Subjek pertama

Subjek pertama adalah RO berjenis kelamin perempuan, lahir di

Gresik 11 oktober 1989 saat ini berusia 28 tahun. Anak pertama dari dua

bersaudara, beragama islam dan pendidikn terakhir adalah SMPN 01

Wringinanom. RO saat ini tinggal di desa wringinanom rt 04 rw 01

kecamatan wringinanom kabupaten Greik. RO tinggal bersama suami dan

kedua anaknya. Anak yang pertama berusia 8 tahun dan mengalami

keterlambatan dalam berbicara, anak kedua berusia 10 bulan, kedua anak

nya berjenis kelamin laki-laki. RO sehari-hari sebagai ibu rumah tangga,

dan menjaga toko ikan di depan rumahnya.

A.2 Subjek kedua

Subjek kedua adalah AM berjenis kelamin laki-laki, lahir di

Jombang 24 september 1984 saat ini berusia 32 tahun. Anak pertama dari

tiga bersaudara, beragama islam dan pendidikan terakhir adalah SMA

Negeri Jombang. AM tinggal bersama istri dan kedua anak nya, AM

adalah suami dari RO. AM bekerja di pabrik arwana di dekat rumahnya.

AM tinggal jauh dengan orangtua nya karena merantau tinggal bersama

(56)

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Temuan Penelitian

Dalam penyajian data ini, peneliti akan menggambarkan atau

mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil observasi di lapangan,

interview/wawancara, dan dokumentasi yang ada, untuk membantu

keabsahan data atau kevaliditasan data yang disajikan. Data dalam

penelitian ini adalah berdasarkan karakteristik dan aspek – aspek

kebahagiaan pada orangtua yang memiliki anak terlambat bicara.

Karakteristik orang yang bahagia ada empat, yang selalu ada pada

diri orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

a. Subjek 1

Berdasarkan karakteristik orang yang bahagia terbagi menjadi

empat macam, yakni menghargai diri sendiri, optimis, terbuka, dan

mampu mengendalikan diri. Pada seubjek 1 akan di uraikan sebagai

berikut :

1. Menghargai diri sendiri

RO yakin masih sanggup melakukan aktifitasnya sehari-hari

dengan baik, meskipun memiliki anak yang terlambat bicara.

Seberapa besar ibu menghargai diri ibu sendiri ketika memiliki anak seperti adik rito?

Ya gimana ya mbak, saya ya masih melakukan aktivitas sehari-hari, ngurusin rumah tangga, bantu suami sambil jualan ikan hias. Kan ndk boleh putus asa juga jadi ya di terima bagaimanapun keadaan rito sambil saya tetap melakukan kegiatan sehari-hari mbak. (WCR1A195)

(57)

48

Apakah rito pernah mengikuti kegiatan di sekolah ataupun di lingkungan rumah nya?

Kegiatan apa ya mbak? (WCR1A129)

Misal nya lomba-lomba atau pawai?

Iya kalau lomba pernah mbak, ikut lomba 17 an saja di depan rumah sini.

(WCR1A131)

Apakah ibu mendaftarkan sendiri lomba-lomba rito itu?

Iya mbak daftar nya ya sama saya, saya anter ke seberang situ.

(WCR1A134)

RO merasa bangga dengan keadaan rito saat ini, karena Rito dapat

membantu pekerjaan rumah tangga.

Merasa bangga kah dengan keadaan rito saat ini?

Iya bangga mbak, merasa lega sudah bisa ada kemajuan. (WCR1A165)

Kenapa bu?

Ya selain banyak kemajuan, karena anaknya itu juga bisa bantu-bantu saya mbak. bantu nyuci botol-botol ikan itu dia bisa mbak padahal banyak, ya dia itu duduk di samping saya begitu mbak terus minta ikut bersihin botol-botol ikan sampai buersih kemudian membersihkan aquarium ikan itu juga dia mau. (WCR1A170)

Menurut ibu N bahwasanya RO bahagia memiliki anak seperti

rito, dan masih dengan baik melakukan kegiatan atau aktifitas nya

sehari-hari.

Apakah ibu dan bapak rihto menghargai diri mereka sendiri ketika memiliki anak spt rihto?

Ya kalau ibunya itu kelihatan nya ya bahagia kalau punya anak spt rito itu mbak, karena ya Rito itu anak e pinter, beda sama anak lain, rito punya keterampilan ya kreatif itu bisa bikin mobil-mobilan sendiri. Kalau bapak nya itu kelihatan nya cuek mbak tapi ya mesti sering main-main sama rito kelihatan nya,tamnggungjawab juga kok orang nya mbak. (WCR2AB115)

2. Optimis

RO memiliki harapan rito di masa depan akan sekolah yang tinggi

Gambar

Gambar 1. Subjek pertama sedang berada di warung ibu N
Gambar 2. Subjek pertama sedang mengobrol dengan tetangganya.
Gambar 3. Subjek pertama atauibu RO sedang melayani pembeli
Gambar 4. Anak kedua subjek yaitu Rito sedang  memegang mainan yang di buatnya sendiri
+3

Referensi

Dokumen terkait

Seorang pasien wanita, usia 20 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan bercak- bercak putih bersisik pada kulit di seluruh tubuh.. Pada pemeriksaan KOH

Pada bidang industri pangan, senyawa komplek micro chrystalin chitin (mcc) merupakan salah satu turunan khitin yang banyak digunakan dalam industri pangan sebagai bahan

Dapat disimpulkan bahwa fatwa DSN- MUI tentang jual beli emas secara tidak tunai relevan dengan ulama mazhab yang membolehkan jual beli emas secara tidak tunai, yaitu

Mengingat fokus penelitian, merupakan artikulasi logis sikap mahasiswa dari logika berpikir, intepretasi, dan komitmen diskursif mahasiswa terhadap narasi jati diri bangsa,

Kegiatan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus III diperoleh hasil sebagai berikut: (a) keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran PKn melalui

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan fasilitas sosial ekonomi di Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga secara geospasial, mengingat kecamatan ini

Cipta Laksana Armada Harmonized in Central Kaliabang Bekasi Utara.This study aims to determine the effect of Compensation and Organizational Culture on employee performance at

Administrasi negara secara lebih khusus dapat dijelaskan sbg Apa yg dilakukan Oleh pemerintah, terutama lembaga Eksekutif (dengan sarana birokrasi ), di dalam memecahkan