• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga T1 802006107 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga T1 802006107 BAB II"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

13 A. Kenakalan Remaja

1. Pengertian kenakalan remaja

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kenakalan dengan kata dasar nakal adalah perbuatan tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak menurut. Sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain atau tingkah laku yang melanggar norma kehidupan masyarakat. Definisi kenakalan remaja menurut para ahli, salah satunya adalah Kartono seorang ilmuan sosiologi mengemukakan pendapatnya bahwa kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala sosial pada remaja yang

desebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial . Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk prilaku menyimpang. Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal (Santrock, 1999)

(2)

akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya (Fuhrmann, 1990). Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma di sekitarnya (Simanjuntak, 1984). menurut White (Setyowati, 1999) adalah sebuah istilah hukum yang menunjuk pada remaja (biasanya dibawah usia 18 tahun) yang melakukan perbuatan kriminal atau penampilan variasi perilaku yang secara spesifik tidak termasuk dalam hukum kriminal seperti membolos, melanggar jam pelajaran, lari dari rumah, melakukan hubungan seks diluar nikah, menyalahgunakan alkohol dan obat terlarang.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak usia 18 tahun kebawah yang tidak dapat diterima di masyarakat karena melanggar norma yang ada dimasyarakat dan dapat merugikan diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya serta dapat menimbulkan tindak kriminal.

2. Tingkat kenakalan remaja

(3)

diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum; (2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka

keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit

(2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin

(3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.

(4)

yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

3. Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock, (1996) lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :

a. Identitas

Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja:

(1) Terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya

(2) Tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja.

(5)

berbagai peranan sosial yang dapat diterima atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan pada mereka, mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang negatif. Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif.

b. Kontrol diri

(6)

tingkah laku mereka. Hasil penelitian yang dilakukan baru-baru ini Santrock (1996) menunjukkan bahwa ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola asuh orangtua yang efektif di masa kanak-kanak (penerapan strategi yang konsisten, berpusat pada anak dan tidak aversif) berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya, dengan memiliki ketrampilan ini sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan remaja.

c. Usia

(7)

d. Jenis kelamin

Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial dari pada perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2003) pada umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok geng diperkirakan 50 kali lipat daripada geng remaja perempuan.

(8)

f. Proses keluarga

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 1996) menunjukkan bahwa pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stres yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.

g. Pengaruh teman sebaya

(9)

persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan reguler dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.

h. Kelas sosial ekonomi

Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50:1 (Kartono, 2003). Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan anti sosial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi remaja dari kelas sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan. i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

(10)

kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor-faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.

4. Bentuk dan jenis kenakalan remaja

Jensen (dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk yaitu:

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.

(11)

Hurlock (1973) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam empat bentuk, yaitu: a. Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain. b. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain,

seperti merampas, mencuri, dan mencopet.

c. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orangtua dan guru seperti membolos, mengendarai kendaran dengan tanpa surat izin, dan kabur dari rumah.

d. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa dan menggunakan senjata tajam. Dari beberapa beberapa uraian diatas dapat disimpulkan jenis kenakalan remaja yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: perilaku yang melawan status, perilaku yang tidak menimbulkan korban pihak orang selain, perilaku yang mengakibatkan korban fisik dan perilaku yang mengakibatkan korban materi (Jensen, dalam Sarwono, 2002).

B. Dukungan Sosial Orang Tua

1. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua

(12)

diberikan oleh orang-orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari- hari dalam kehidupan. Diamtteo (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja dan orang-orang lainnya.

(13)

Rook (dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari kelompok.

Mengenai pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan Orang tua artinya ayah dan ibu. (Poerwadarmita, 1987). Sedangkan Menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya (Kartono, 1982). Orang tua juga memiliki peranan yang penting bagi setiap anak-anak mereka, bila orang tua yang tidak memperdulikan anak-anaknya, orang tua yang tidak memenuhi tugas-tugasnya sebagai ayah dan ibu, akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup anak-anaknya. Terutama peran seorang ayah dan ibu adalah memberikan pendidikan dan perhatian terhadap anak-anaknya. Sebagaimana dikemukakan,

(14)

berlangsung kurang mantap akibat orang tua tidak berperan selayaknya. Naluri kasih sayang orang tua terhadap anaknya tidak dapat dimanifestasikan dengan menyediakan sandang, pangan, dan papan secukupnya. Anak-anak memerlukan perhatian dan pengertian supaya tumbuh menjadi anak yang matang dan dewasa.” (Depdikbud, 1993).

Dalam berbagai penelitian para ahli dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu di berikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebagai mana diungkapkan sebagai berikut:

1. Respek dan kebebasan pribadi.

2. Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik. 3. Hargai kemandiriannya.

4. Diskusikan tentang berbagai masalah.

5. Berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian. 6. Anak-anak lain perlu di mengerti.

7. Beri contoh perkawinan yang bahagia. (Ahmadi Abu, 1991)

(15)

yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.

2. Bentuk dan jenis dukungan sosial orang tua

Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk. Yaitu :

a. Dukungan instrumental (tangible assisstance)

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.

b. Dukungan informasional

(16)

c. Dukungan emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

d. Dukungan pada harga diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi. e. Dukungan dari kelompok sosial

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

Smet (1994) dan Sarafino (1998) membedakan empat jenis dukungan sosial yaitu :

(17)

b) Dukungan penghargaan, mencakup ungkapan hormat positif, dorongan, dan persetujuan atas gagasan atau perasaan individu. Pemberian dukungan ini membantu individu melihat segi positif dalam dirinya yang berfungsi untuk menambah penghargaan dan kepercayaan diri saat mengalami tekanan.

c) Dukungan instrumental, mencakup bantuan secara langsung sesuai dengan yang dibutuhkan individu, seperti bantuan finansial atau pekerjaan pada saat mengalami stress.

d) Dukungan informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk, saran atau umpan balik yang diperoleh dari orang lain, sehingga individu dapat mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.

3. Komponen dukungan sosial orang tua

Weiss (dalam Cutrona dkk, 1986) membagi dukungan sosial ke dalam enam bagian yang berasal dari hubungan dengan individu lain, yaitu: guidance, reliable alliance, attachment, reassurance of worth, social

integration, dan opportunity to provide nurturance.

(18)

enam komponen dukungan sosial dari Weiss (dalam Cutrona, 1986):

a. Instrumental Support

1) Reliable alliance, merupakan pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat mengandalkan bantuan yang nyata ketika dibutuhkan. Individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila ia menghadapi masalah dan kesulitan.

2) Guidance (bimbingan) adalah dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Dukungan ini juga dapat berupa pemberian feedback (umpan balik) atas sesuatu yang telah dilakukan individu (Sarafino, 1997). b. Emotional Support

Yang termasuk di dalamnya yaitu : reassurance of worth, attachment, social integration, dan opportunity

to provide nurturance.

1) Reassurance of worth

(19)

memberikan pujian kepada individu karena telah melakukan sesuatu dengan baik.

2) Attachment

Dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu (Cutrona, dkk., 1986) yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang menerima. Kedekatan dan intimacy merupakan bentuk dari dukungan ini karena kedekatan dan intimacy dapat memberikan rasa aman.

3) Social Integration

Cutrona, dkk. (1986) dikatakan dukungan ini berbentuk kesamaan minat dan perhatian serta rasa memiliki dalam suatu kelompok.

4) Opportunity to provide nurturance

Dinyatakan bahwa dukungan ini berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain.

Dari beberapa bentuk dukungan social orang tua dapat disimpulkan bahwa semuanya memiliki dampak positif bagi remaja. Jadi komponen dukungan sosial yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi : guidance, reliable alliance, attachment, reassurance of worth, social

integration, dan opportunity to provide nurturance,

(20)

instrumental support dan emotional support

(Weiss, dalam Cutrona, 1986).

4. Sumber dukungan sosial

Menurut Rook dan Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002), ada dua sumber dukungan sosial yaitu :

a. Sumber natural. Dukungan sosial yang natural diterima remaja melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non-formal.

b. Sumber artifisial Sementara itu yang dimaksud dengan dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer remaja, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber dukungan sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut terletak pada:

1) Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya

(21)

3) Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

4) Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama.

5) Sumber dukungan keluarga yang natural memiki keragaman dalam penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam. 6) Sumber dukungan keluarga yang natural terbebas

dari bebas dan label psikologis.

5. Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan sosial Sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan remaja sehingga remaja tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Menurut Ganster (dalam Pamangsah, 2008) faktor yang mempengaruhi dukungan sosial pada remja meliputi :

a. Dukungan keluarga.

(22)

akan menjadikan keluarga sebagai tumpuan harapan, tenpat bercerita dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalami masalah. b. Dukungan teman bergaul.

Orang yang bergaul membutuhkan dukungan moral dari teman bergaulnya. Bentuknya kualitas kerjasama, kehangatan berteman, dan rasa saling membutuhkan dan mempercayai serta kebanggan menjadi anggota kelompok.

c. Dukungan masyarakat atau lingkungan sekitar.

Masyarakat yang mendukung, menerima dan menyukai serta mengerti kelebihan dan kekurangan remaja, biasanya akan memberikan motivasi dalam pemenuhan kebutuhannya. Dukungan sosial dari masyarakat akan membuat individu menjadi lancar dan percaya diri dalam proses sosialisasi.

6. Fungsi dan pengaruh dukungan sosial

(23)

ketidakpuasan hidup dan adanya hambatan-hambatan dalam melakukan tugas-tugas dan pekerjaan sehari-hari.

House (dalam Quick & Quick, 1984) membagi fungsi dukungan sosial ke dalam 3 bagian, yaitu :

a) Dukungan sosial dapat mempengaruhi stres kerja secara langsung dengan mengubah tuntutan atau mengubah respon terhadap tuntutan.

b) Dukungan sosial juga dapat mempengaruhi keadaan jasmani individu dengan meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis.

c) Dukungan sosial dapat menghalangi atau menahan efek negatif dari stres kerja terhadap kesehatan individu.

C. Remaja Tengah

1. Pengertian remaja tengah

(24)

2. Batasan-batasan usia remaja

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006).

Peneliti menetapkan dalam penelitian ini subjek yang dipakai adalah remaja pertengahan yang masih berusia 15 sampai 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Monks (1999).

3. Ciri-ciri remaja tengah

(25)

awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya.

Sedangkan masa perkembangan remaja menurut Wong (2004) yaitu sebagai berikut :

a) Mencari identitas diri

b) Timbulnya keinginan untuk kencan c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak e) Berkhayal tentang aktifitas seks

4. Perkembangan remaja tengah a. Perkembangan emosional

1) “Pemberontakan” remaja merupakan pernyataan

-pernyataan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.

2) Banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan simpati dan nasihat orang tua atau guru.

(26)

dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan atau jabatan tertentu. Dwi (2012).

b. Perkembangan fisik

Pertumbuhan pubertas pada tahapan ini sudah sempurna, disisi lain pertumbuhan fisik pada perempuan mulai melambat akan tetapi pada remaja laki-laki terus berlanjut.

c. Perkembangan kognitif

Kemampuan berfikir terus meningkat, sudah mulai mampu menetapkan sebuah tujuan, tertarik pada hal-hal yang lebih rasional dan mulai berfikir tentang makna sebuah kehidupan

d. Perkembangan sosial-emosional

(27)

5. Karakteristik remaja

Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek: a. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung

pesat, proporsiukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang.

b. Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.

c. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.

d. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.

e. Perilaku kognitif

(28)

2) Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat,

3) Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.

f. Moralitas

1) Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.

2) Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilakusehari-hari oleh para pendukungnya.

3) Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.

g. Perilaku Keagamaan

1) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis.

2) Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.

(29)

h. Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian

1) Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.

2) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira, atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti.

3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.

4) Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius) meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.

D. Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja

(30)

dukungan atau bantuan yang berasal dari orang tua baik secara verbal maupun non-verbal yang berupa informasi, tingkah laku tertentu ataupun materi yang dapat menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai.

Willis (2002) menyatakan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja adalah kurangnya dukungan yang diberikan oleh keluarga. Remaja yang mendapat dukungan sosial dari orang tua, remaja akan merasa bahwa dirinya disayangi, diperhatikan, dibutuhkan. Selain itu remaja kan merasa yakin dengan kemampuan yang remaja miliki serta remaja merasa tenang karena akan ada seseorang yang dapat menolongnya ketika ia mengalami kesulitan dalam kehidupannya.

Ada dua bentuk dukungan sosial yang harus diberikan orang tua kepada remaja untuk dapat mengatasi kenakalan remaja yang diakibatkan tekanan yang dialami oleh remaja.

Pertama adalah instrumental support yang terdiri dari, reliable alliance. Guidance atau bimbingan dari orang tua

(31)

kepada remaja ketika remaja membutuhkan. Hal ini akan membuat remaja tenang, karena ada orang yang dapat diandalkan ketika ia mengalami tekanan dalam hidupnya.

Kedua adalah emotional support yang terdiri dari reassurance of worth, attachment, social integration, dan opportunity to provide nurturance. Dukungan emosi atau emosional support dari orang tua sangat penting untuk remaja

dalam menghadapi tekanan-tekanan yang terjadi dalam kehidupannya.

Reassurance of worth adalah bentuk penghargaan atau

pengakuan orang tua kepada remaja. Remaja akan merasa dirinya dihargai dan diterima oleh keluarganya ketika remaja mendapat sebuah pengakuan dan penghargaan dari orang tua nya.

(32)

Social lntegration atau kesamaan minat dengan orang tua dengan sering bersama-sama melakukan hal yang sama dengan orang tua itu sangat penting, karena hal ini dapat membuat remaja dapat meluangkan bakat dengan pemantauan orang tua sehingga remaja tidak meluangkan minatnya ditempat-tempat yang salah. Orang tua juga dapat melihat perkembangan remaja.

Opportunity to provide nurturance merupakan

perasaan bahwa remaja dibutuhkan oleh orangtua, hal ini juga sangatlah penting bagi remaja karena ketika remaja merasa bahwa dirinya dibutuhkan dan dipercaya oleh orang tua untuk membantu pekerjaan rumah atau dipercaya untuk memberikan pendapat dalam sebuah diskusi keluarga hal ini akan membuat remaja lebih merasa percaya diri ketika remaja menghadapi suatu kesulitan.

Uraian diatas juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutia (2009), menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja.

E. Hipotesis

(33)

diterima oleh remaja maka semakin rendah kecenderungan kenakalan pada remaja. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial orangtua yang diterima oleh remaja semakin tinggi kecenderungan remaja untuk melakukan perilaku kenakalan remaja.

Ha = ada hubungan hubungan negatif yang signifikan antara

dukungan sosial orangtua dengan kecenderungan kenakalan remaja

H0 = tidak ada hubungan hubungan negatif yang signifikan

Referensi

Dokumen terkait

Konstrurci sesuai SK Bupati Banyuwangi Nomor : 188/964lKEPl429'0ttl20tt tanggal t2 September 2011 telah mengadakan Rapat Pembukaan Penawaran'4. dengan dihadiri Pgserta

Artinya peneliti menggambarkan bagaimana implementasi Keputusan Gubernur No.27 Tahun 2004 Tentang Standart Peayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan Kabupaten / Kota di Jawa

1) Evaiu"tsi Metode Pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan rlleineni;lii persyaratan yang ditetapl<an cialarn dok..rr,ten lelang dan diyakirri menggambark:.lrr

Hasil Evaluasi Aritmatik ini bukan merupakan pengumuman hasil pelelangan umum, namun merupakan salah satu proses evaluasi. Selanjutnya evaluasi penawaran masih dilanjutkan

tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari.. Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang

Billing System ini telah dilaksanakan pengumuman lelang sampai dengan batas akhir pemasukan dokumen penawaran serta dilakukannya pembukaan dokumen penawaran

Akan tetapi karena pada hasil regresi dengan metode Error Correction Model didapatkan nilai Error Correction yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa model Perbedaan Suku Bunga

SKPD Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Keterangan. NO