• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Gunawan Pasaribu2) dan Sahwalita2)

ABSTRAK

Pemanfaaatan eceng gondok dan kertas bekas sebagai kertas seni sudah dilakukan Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera dengan hasil yang cukup memuaskan. Teknologi pengolahannya sangat sederhana, sehingga sangat mudah diadopsi oleh masyarakat sekitar danau. Peluang bisnis kertas seni ini cukup potensial dikembangkan di sekitar Danau Toba sebagai salah satu

daerah tujuan wisata yang memerlukan berbagai jenis souvenir etnik.

Pemanfaatan eceng gondok ini memiliki fungsi ganda yaitu dalam rangka

mengendalikan gulma di perairan dan sebagai bahan baku souvenir berbahan

dasar kertas seni.

Kata kunci : Eceng gondok, kertas seni, gulma

I. PENDAHULUAN

Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solm.) merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Eceng gondok berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2. Heyne (1987) menyatakan bahwa dalam waktu 6 bulan pertumbuhan eceng gondok pada areal 1 ha dapat mencapai bobot basah sebesar 125 ton.

Perkembangbiakannya yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng gondok telah berubah menjadi tanaman gulma di beberapa wilayah perairan di Indonesia. Di kawasan perairan danau, eceng gondok tumbuh pada bibir-bibir pantai sampai sejauh 5-20 m. Perkembangbiakan ini juga dipicu oleh peningkatan kesuburan di wilayah perairan danau (eutrofikasi), sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi lahan, berbagai aktivitas masyarakat (mandi, cuci, kakus/MCK), budidaya perikanan (keramba jaring apung), limbah transportasi air, dan limbah pertanian.

Salah satu upaya yang cukup prospektif untuk menanggulangi gulma eceng gondok di kawasan perairan danau adalah dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk kerajinan kertas seni. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena mengandung serat/selulosa (Joedodibroto, 1983). Pulp

eceng gondok yang dihasilkan berwarna coklat namun dapat diputihkan dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga dapat menyerap zat pewarna yang diberikan dengan cukup baik, sehingga berbagai variasi warna kertas dapat dihasilkan melalui proses ini. Kertas seni yang dihasilkan selanjutnya dapat

1 Makalah Utama pada Ekspose Hasil-Hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006.

(2)

112

digunakan untuk pembuatan berbagai barang kerajinan seperti kartu undangan, figura, tempat tissue dan perhiasan.

Pengusahaan kertas seni seperti halnya di kawasan wisata Danau Singkarak, Sumatera Barat memiliki beberapa keuntungan. Pertama, upaya tersebut merupakan alternatif yang sangat baik untuk mengontrol pertumbuhan gulma eceng gondok di kawasan perairan Danau Singkarak. Pengusahaan ini tentunya akan didukung oleh pemerintah daerah setempat karena berdampak positif terhadap upaya pelestarian kawasan perairan Danau Singkarak. Apabila industri kerajinan eceng gondok tersebut berkembang, maka masyarakat pengrajin akan memanen gulma tersebut dari kawasan perairan danau sebagai sumber bahan bakunya. Kedua, pengembangan industri kerajinan tersebut juga akan menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar sehingga akan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Terakhir, berkembangnya industri kerajinan di kawasan wisata Danau Singkarak akan memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat dengan penyediaan berbagai cenderamata yang berdampak positif terhadap pengembangan sektor wisata di wilayah tersebut.

Sebenarnya bisnis kertas seni sudah lama digeluti orang-orang yang disebut dengan produk kertas daur ulang. Bisnis ini sudah mulai dikenal luas dan diminati oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di perkotaan. Produk ini sudah banyak ditemui di etalase-etalase toko berupa souvenir cantik dan bernilai seni tinggi. Di perkotaan bisnis ini banyak dilakukan oleh kaum muda, mahasiswa, dan kelompok pengrajin lainnya.

Bisnis kertas seni berbahan eceng gondok dan kertas bekas ini sebenarnya suatu inovasi menggabungkan dua kepentingan. Di satu sisi produk berbahan eceng gondok ini menghasilkan kertas dengan nilai seni yang relatif lebih indah dan di sisi lain adalah upaya pengendalian gulma eceng gondok di perairan Danau Toba. Kata kunci dari bisnis ini adalah punya kemauan besar, kreatif, dan ingin maju. Kerajinan ini sebenarnya merupakan aktivitas sederhana, tapi hasilnya luar biasa dan bernilai positif. Dengan sedikit sentuhan seni, kegiatan tersebut bisa menjadi sebuah produk karya seni yang laku di pasaran dengan harga tinggi.

Produk-produk ini sudah mulai diusahakan masyarakat dalam skala industri rumah tangga (home industry) sampai skala menengah. Sebagian besar dari produk kertas daur ulang ini adalah sebagai barang kerajinan atau cenderamata. Berbagai produk yang biasa diproduksi dari bahan ini antara lain kartu-kartu ucapan, hiasan dinding, tempat pensil, amplop, blocknote, figura foto, dan lain sebagainya.

Eceng gondok jika diolah dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk, mulsa, media semai, pakan ternak, dan pulp/kertas. Di Jawa Tengah dan di Balige sendiri sudah dikembangkan sebagai bahan baku anyaman. Peluang bisnis ini relatif lebih potensial jika dikembangkan di perkotaan. Merupakan suatu tantangan berbagai stakeholder untuk mencarikan sasaran target-target pemasarannya (Muladi, 2001).

(3)

113 II. PELUANG PENGEMBANGAN KERTAS SENI DARI ECENG GONDOK A. Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Utama Masih Melimpah

Secara fisiologis, tumbuhan eceng gondok ini berkembang sangat cepat. Perkembangan dengan vegetatif sangat cepat yakni dapat melipat ganda dua kali dalam 7-10 hari. Eceng gondok pada pertumbuhan 6 bulan dapat mencapai 125 ton/ha dan dalam 1 ha diperkirakan dapat tumbuh sebanyak 500 kg/hari (Heyne, 1987). Memang hal ini terbukti, walupun tumbuhan ini sering dibersihkan dari danau, keberadaannya terus-menerus masih melimpah. Sebagai contoh, tumbuhan ini yang sangat subur tumbuh di belakang Kantor Dinas Kehutanan dan Pertanian Tobasa.

Ketersediaan bahan baku mutlak diperlukan dalam mengembangkan suatu bidang usaha. Dari segi bahan baku, dirasakan masih akan terus melimpah sampai waktu yang masih lama. Jadi belum dirasakan masalah akan pengadaan bahan baku eceng gondok ini.

Untuk meningkatkan penampilan produk kertas seni yang dihasilkan perlu dicampur dengan kertas bekas. Sumber bahan limbah ini pun akan terus menerus tersedia semisal dari kantor-kantor, koran bekas, dan sebagainya.

B. Sumberdaya Manusia

Salah satu permasalahan bangsa ini yang belum tuntas adalah masalah kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan. Karena usaha ini merupakan teknologi sederhana, dengan kemauan dan semangat, siapa pun dapat melakukannya. Di Kawasan Danau Toba masih memiliki banyak tenaga usia produktif yang belum mendapatkan kesempatan kerja. Potensi tenaga usia produktif ini menjadi salah satu modal pengembangan usaha ini.

C. Danau Toba sebagai Daerah Tujuan Wisata

Salah satu kelengkapan Obyek Tujuan Wisata (OTW) adalah tersedianya berbagai souvenir terutama dengan nuansa etnik. Potensi wisata ini dapat dimanfaatkan sebagai sasaran pemasaran dari produk kertas seni berbahan eceng gondok. Produk etnik dimaksud adalah produk-produk kerajinan dengan memasukkan unsur budaya Batak Toba seperti bentuk tulisan batak, gambar,

relief, dan lain-lain.

III. TEKNOLOGI PENGOLAHAN ECENG GONDOK SEBAGAI KERTAS SENI

Teknologi pengolahan eceng gondok sebagai bahan baku kertas seni sangat sederhana. Untuk meningkatkan mutu kertas yang diproduksi, kertas eceng gondok dicampur dengan pulp kertas bekas. Prosedur pembuatan kertas daur ulang campuran eceng gondok dan kertas bekas ditunjukkan pada Gambar 1.

A. Penyediaan Bahan Baku

(4)

114

Gambar 1. Proses pembuatan kertas eceng gondok

Bagian batang eceng gondok ini kemudian dirajang dan dikeringkan sampai mencapai kering udara. Proses ini dimaksudkan agar pada saat pemasakan, NaOH dapat diserap dengan baik oleh eceng gondok. Di samping itu, proses pengeringan ini diperlukan untuk mengurangi volume dari eceng gondok yang sangat volumenous.

Dari kegiatan penelitian yang dilakukan diketahui kadar air eceng gondok segar sebesar 1.676,56% atau mengandung air sebanyak 94,25%, dengan rendemen pulp dalam kondisi kering tanur sebesar 3,6%. Dari pemanenan seluas 1 m2 eceng gondok mempunyai bobot segar sebesar 28 kg yang sebagian besar (84%) berupa batang. Panjang batang/pelepah dapat mencapai 87 cm dengan diameter antara 1-3 cm. Dilihat dari angka tersebut diketahui rendemen yang dihasilkan sangat rendah. Kemungkinan karena hal inilah yang menyebabkan bahan baku ini kurang diminati dalam rangka produksi kertas dalam skala besar, walaupun potensi dan perkembangbiakan dari eceng gondok ini tergolong tinggi.

B. Proses Pulping Eceng Gondok

Eceng gondok yang sudah dalam keadaan kering udara dimasak dalam tong pemasak dengan perbandingan 1 kg eceng gondok : 4 lt air : 10 gr NaOH. Pemberian NaOH dimaksudkan untuk mempercepat proses pemisahan serat. Proses pulping/pemasakan dilakukan pada suhu air mendidih selama 3 jam. Pada masa 3 jam ini berakhir, akan didapat eceng gondok dalam bentuk bubur yang menyatu dengan air. Untuk menghilangkan NaOH ini dilakukan pencucian sampai bersih, agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya. Sisa larutan pemasak dapat digunakan kembali dalam proses pemasakan berikutnya.

LIMBAH KERTAS ECENG GONDOK

dirajang dirajang

DIRENDAM selama 24 jam DIMASAK + NaOH EG:Air:NaOH =1 kg:4 lt10 gr

DICUCI BERSIH

BLENDER + perekat PVAc

PEWARNAAN (Wantex)

PENGENCERAN

PENCETAKAN

(5)

115 C. Proses Penggilingan Kertas Bekas

Proses penggilingan kertas bekas yang sudah direndam, dilakukan terpisah dengan proses penggilingan eceng gondok. Pada saat penggilingan kertas bekas, ditambahkan perekat PVAc kurang lebih 5% dari berat kertas. Proses penggilingan juga masih dilakukan pada pulp eceng gondok, mengingat pada proses pulping

tidak dapat menghasilkan serat-serat lebih halus dan seragam.

Dari segi teknis produksi, kertas koran bekas lebih mudah digiling, akan tetapi lebih susah dalam pewarnaan. Waktu pencetakan lembaran lebih lama karena pengaruh serat-serat pendek dari kertas koran yang menyulitkan air keluar. Kertas bekas berwarna putih seperti HVS lebih susah digiling akan tetapi lebih mudah dalam pewarnaan dan proses pencetakan lembaran.

D. Pencetakan Lembaran

Proses pencetakan lembaran dimulai dengan melakukan pengenceran pulp

kertas bekas dan pulp eceng gondok. Persentase dari campuran pada intinya dapat dilakukan pada tingkat yang berbeda-beda tergantung hasil kertas yang kita inginkan. Untuk lebih menonjolkan serat dari eceng gondok, dibuat persentase eceng gondoknya lebih besar. Pewarnaan dapat dilakukan sebelum proses pengenceran dan diupayakan dikondisikan beberapa jam agar warna yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh pulp. Pengenceran adonan campuran

pulp ini perlu dilakukan agar dapat diproduksi kertas yang tipis. Karena alat yang digunakan adalah manual, maka ketebalan kertas yang dihasilkan akan sangat variatif antar kertas maupun dalam satu lembaran kertas. Perlu keterampilan dan pengalaman agar pada proses pencetakan dapat menghasilkan ketebalan kertas yang relatif seragam.

Sebagai gambaran produksi, dari hasil percobaan pengolahan 1 kg eceng gondok kering dapat menghasilkan 262 lembar kertas seni dengan ukuran 330 x 215 x 0,21 mm.

E. Pengeringan Kertas

Dengan menggunakan screen, kertas dicetak dan dipres pada selembar kain yang ditempatkan pada bidang yang kaku. Proses pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari. Dalam keadaan matahari terik, selama 1 jam kertas sudah dalam kondisi kering. Apabila kondisi mendung, dapat juga dilakukan pengeringan dalam ruangan dengan jalan diangin-anginkan, walaupun kelihatannya kualitas kertas di bawah sinar matahari lebih bagus. Untuk skala yang lebih besar perlu dipikirkan untuk membuat alat pengering misalnya dengan membuat ruang pengering dari plat/kaca atau dengan mengkombinasikan dengan tungku pembakaran.

F. Kualitas Kertas

(6)

116

gondok, kurang memiliki nilai artistik yang tidak jauh beda dengan kertas-kertas biasa.

IV. STRATEGI PENGEMBANGAN KERAJINAN KERTAS SENI A. Pembentukan Kelompok-Kelompok Pengrajin

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dengan membentuk kelompok-kelompok pengrajin di sekitar Danau Toba seperti Pangururan, Tomok, Parapat, Balige, dan sebagainya. Sasaran SDM yang dibutuhkan adalah kawula muda yang dianggap lebih kreatif dan inovatif. Kelompok pengrajin yang sudah ada dilakukan pelatihan-pelatihan mulai dari pembuatan kertas seni sampai pembuatan berbagai souvenir berbahan kertas seni itu. Workshop adalah salah satu bagian dari program pelatihan dimaksud. Kontinuitas pelatihan ini perlu dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dari kelompok pengrajin terutama dalam produksi souvenir dengan unsur etnik Batak Toba.

B. Pemasaran dan Promosi

Dalam ilmu pemasaran, kegiatan promosi itu merupakan bagian dan tulang punggung dari tercapainya target pemasaran di samping kualitas produk, harga, dan tempat. Kegiatan promosi dapat dilakukan melalui pameran di berbagai event

skala lokal/kabupaten, provinsi, dan nasional. Hal ini sangat diperlukan mengingat produk ini yang khas dan perlu dikenalkan kepada masyarakat secara terus-menerus. Promosi dapat juga disampaikan melalui website Pemda Sumatera Utara.

Promosi ini dapat dikombinasikan dengan kampanye penyelamatan lingkungan perairan dari gulma eceng gondok. Slogan dengan memakai produk ini dapat membantu kebersihan lingkungan perairan menjadi suatu pilihan alternatif. Hal berbau penyelamatan lingkungan ini bisa disinergikan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bidang lingkungan.

C. Nilai Kertas Seni

Semangat untuk memproduksi suatu barang sangat dipengaruhi oleh bayangan nilai jual produk itu sendiri. Sebagai contoh sederhana, untuk membuat figura foto ukuran post card, kebutuhan bahan baku dan biaya produksinya sekitar Rp 1.000,-. Namun apabila figura tersebut telah jadi dan tampil menawan, ternyata bisa laku dengan harga Rp 5.000,- per buah. Dari hasil penelitian di BP2KS, diperoleh hasil bahwa dari 1 kg campuran eceng gondok dan kertas bekas, mampu menghasilkan lembaran kertas ukuran folio sekitar 262 lembar. Dengan asumsi per lembarnya Rp 500,-, maka 1 kg campuran eceng dan kertas bekas ini mampu menghasilkan Rp 131.000,-

D. Sukses Pengembangan Kertas Daur Ulang

(7)

117

Dari Yogyakarta diperoleh informasi, sebuah pondok pesantren terkenal melatih dan memberi peluang kerja bagi para santrinya dengan memproduksi aneka cenderamata dari kertas daur ulang. Produk-produk ini pun laris dipasarkan di daerah sekitarnya dengan omzet jutaan rupiah setiap bulannya.

Produk yang mau dikembangkan ini lebih menarik dari sekedar kertas daur ulang saja. Misi yang melekat pada produk ini sebagai upaya penyelamatan lingkungan perairan diharapkan akan menjadi nilai tambah dari produk ini di samping produk ber-eceng gondok yang relatif lebih indah. Sekarang tinggal kemauan dan kerjasama dari berbagai stakeholder di Balige ini.

E. Dukungan Kelembagaan

Kelompok pengrajin yang sudah dibentuk merupakan prasyarat utama dari rencana bisnis ini. Unit bisnis kecil merupakan modal besar dalam pengembangan usaha ini. Dari berbagai unit kecil ini diharapkan dibentuk suatu wadah yang lebih besar semisal koperasi pengrajin. Koperasi ini nantinya berfungsi sebagai penampung segala hasil karya pengrajin, jadi koperasi dalam hal ini akan mencarikan jaringan pemasaran. Institusi lain yang bisa berperan dalam program ini antara lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pariwisata dan Perhubungan, DEKRANAS/DA, KADIN, LSM, dan lain-lain. Bantuan ini dapat bermacam-macam seperti mencarikan prospek pemasaran, melakukan promosi ataupun mencarikan bapak angkat bagi kelompok-kelompok pengrajin.

F. Sasaran Bisnis

Tidak bisa dipungkiri bahwa mulai dari anak-anak, remaja, orang tua yang masih berjiwa muda maupun siapa saja yang suka melihat sentuhan seni akan menjadi pasar potensial produk ini. Produk yang dibuat diupayakan unik, menarik, dan lucu agar masyarakat yang melihatnya tertarik.

Sasaran lain sesuai dengan hasil pengamatan di Medan, bahwa sekolah-sekolah banyak memakai kertas seni ini untuk keperluan bahan prakarya siswa-siswi SD/SMP/SMA. Potensi ini juga perlu dilirik.

Kawasan Danau Toba sebagai salah satu daerah tujuan wisata merupakan pasar dari produk kertas dari eceng gondok ini yang bisa dimanfaatkan sebagai cenderamata untuk wisatawan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Secara teknis, pengolahan eceng gondok sebagai bahan baku kertas seni sangat mudah dilakukan.

2. Industri kerajinan kertas seni dari eceng gondok prospektif dikembangkan di sekitar Danau Toba sebagai souvenir etnik.

3. Pengembangan usaha kecil ini dapat meningkatkan ketersediaan lapangan kerja baru.

4. Dalam hal pemasaran termasuk promosi diperlukan dukungan berbagai

stakeholder seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi

(8)

118

B. Saran

Disarankan teknologi sederhana ini bisa disosialisasikan kepada masyarakat sekitar danau yang mempunyai potensi eceng gondok. Diharapkan dengan penerapan teknologi ini dapat membantu pendapatan masyarakat sekitar dan mendukung kebersihan dan kelestarian danau sebagai daerah tujuan wisata.

DAFTAR PUSTAKA

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.

Joedodibroto, R. 1983. Prospek Pemanfaatan Eceng Gondok dalam Industri Pulp

dan Kertas. Berita Selulosa. Edisi Maret 1983. Vol. XIX No. 1. Balai Besar Selulosa. Bandung.

Gambar

Gambar 1. Proses pembuatan kertas eceng gondok

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bermanfaaat bagi mahasiswa sebagai calon guru untuk dapat melatih siswa nantinya dalam mengkomunikasikan matematis khususnya materi bangun ruang sisi

 Parameter – parameter yang mempengaruhi unjuk kerja jaringan pensinyalan yang dibahas dalam tulisan hanya terbatas pada parameter yang diperoleh dari data

Sedangkan hasil uji parsial menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara peranan bank sampah terhadap kesejahteraan masyarakat tempatan, ini diketahui dari

Upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat maupun oleh masyarakat setempat dilakukan terhadap lingkungan hutan, air, udara,

Hasil tersebut menunjukkan Stasiun Tawang memiliki jumlah spesies dan individu yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah spesies dan individu pada lokasi II (area Kampus

Pentingnya kesadaran setiap warga untuk mengetahui tentang tanggap darurat bencana (khususnya longsor) dinilai sangat penting, agar jika sewaktu- waktu terjadi longsor, maka

Pendampingan hukum hak tenaga kerja merupakan kewajiban moral bagi para akademisi hukum, dengan menjelaskan apa yang merupakan hak-hak pekerja masyarakat dapat