• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. UPAYA REHABILITASI LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3.1. UPAYA REHABILITASI LINGKUNGAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian mengenai upaya pengelolaan lingkungan meliputi:

 Upaya rehabilitasi lingkungan

 Pelaksanaan studi AMDAL yang telah dilakukan

 Penegakan hukum

 Peran serta masyarakat

 Kelembagaan

3.1. UPAYA REHABILITASI LINGKUNGAN

Upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat maupun oleh masyarakat setempat dilakukan terhadap lingkungan hutan, air, udara, dan pesisir.

3.1.1 Pengelolaan terhadap Hutan

Upaya pengelolaan terhadap hutan dilakukan untuk memulihkan lahan hutan yang kritis melalui kegiatan reboisasi. Kegiatan reboisasi di Jawa Barat dilakukan melalui 2 macam program, yaitu GRLK (Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis) dan GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Lindung). GRLK dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi seluruh elemen masyarakat, termasuk anggota TNI/POLRI, anggota KORPRI dan pegawai BUMN/BUMD serta pegawai perusahaan swasta dan organisasi peduli lingkungan ataupun masyarakat pada umumnya.

(2)

 Melaksanakan kegiatan pemeliharaan tanaman yang sudah ditanam agar tumbuh dengan baik;

 Melaksanakan penyemaian/ pembibitan tanaman tahunan produktif meliputi tanaman kehutanan, tanaman perkebunan dan tanaman buah-buahan;

 Melaksanakan kegiatan lainnya sebagai upaya pemulihan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Tabel berikut menampilkan upaya reboisasi yang dilakukan di hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi melalui GRLK dan GNRHL sejak tahun 2006 - 2007.

Tabel 3.1

Luas Area Reboisasi di Kawasan Hutan di Jawa Barat Tahun 2006 - 2007(Ha)

Kawasan Hutan 2006 2007

1 Hutan Konservasi 4,004.00 1,488

2 Hutan Lindung 6,447.89 11,116.36

3 Hutan Produksi 23,720.42 25,872.91

Jumlah 34,172.31 38,477.27

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2008

Kegiatan reboisasi dilakukan merata di seluruh kawasan hutan di Jawa Barat sebagaimana ditampilkan pada gambar berikut.

(3)
(4)

Ditinjau dari tingkat pencapaiannya, upaya pemulihan kondisi hutan melalui reboisasi nampak masih jauh dari harapan. Pada tahun 2006 ratarata pencapaian reboisasi berkisar antara 29 -39%, sedangkan pada tahun 2007 tingkat pencapaiannya menurun menjadi antara 6 - 32 %.

Tabel 3.2

Tingkat Pencapaian Upaya Pemulihan Kondisi Tutupan Hutan.

Keterangan 2006 2007 Hutan Konservasi dan Hutan Lindung Hutan Produksi Jumlah Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Jumlah Luas Hutan 433,471.4 374,775.23 808246.63 173,030.03 260,441.37 374,775.23 808,246.37 Luas Lahan Kritis di

Dalam Hutan 34,924 59,373 94,297 21,332.57 34,400.86 95,955.82 151,689.25 Reboisasi 10,451.89 23,720.42 34,172.31 1,488 11,116.36 25,872.91 38,477.27 Tingkat Pencapaian Pemulihan Tutupan Hutan 29.93% 39.95% 36.24% 6.98% 32.31% 26.96% 25.37%

Sumber: Diolah dari data Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2008

3.1.2 Pengelolaan terhadap Lahan Perkebunan dan Lahan Kritis Milik Masyarakat

Pengelolaan terhadap lahan kritis masyarakat dilakukan melalui kegiatan rehabilitasi. Dalam rentang waktu tahun 2005 - 2006, lahan perkebunan yang direhabilitasi mengalami kenaikan dari 2.917 Ha pada tahun 2005 menjadi 3.581 Ha pada tahun 2006. Sedangkan rehabilitasi pada lahan milik masyarakat jauh lebih besar walaupun mengalami penurunan, yaitu 64.103 Ha pada tahun 2004 dan seluas 31.378 Ha pada tahun 2006.

Tabel 3.3

Kegiatan Rehabilitasi di Jawa Barat 2004 - 2006 (Ha)

Lokasi Kegiatan Rehabilitasi 2004 2005 2006

Perkebunan 0 2.917 3.581

Lahan Milik Masyarakat 64.103 40.632 31.378

Total 97.767 67.279 34.959

Sumber : Dinas Kehutanan Prov. Jawa Barat 2006 3.1.3 Pengeloaan terhadap Air

Upaya pengelolaan terhadap kuantitas dan kualitas air di Jawa Barat melalui:

 Pemantauan dan monitoring yang kontinue melalui PROKASIH (Program Kali Bersih) serta peningkatan model-model monitoring serta aplikasi berbasis GIS dalam menentukan

(5)

sumber pencemar dan titik pantau melalui sistem informasi lingkungan berbasis GIS Prokasih Jawa Barat.

 Program Superkasih di Jawa Barat dilaksanakan pada 3 DAS prioritas, yaitu DAS Citarum, Cileungsi/ Kali Bekasi dan Cilamaya, yang meliputi 7 Kabupaten Kota yaitu Kabupaten Bandung, Sumedang, Purwakarta, Subang, Bekasi, Kota Bandung dan Cimahi.

 Program EPCM (Environmental Pollutan Control Managers) yaitu peningkatan manajemen pengolahan limbah melalui peningkatan kemampuan pengelola (manajer) limbahnya.

 Normalisasi sungai.

 Kesepakatan membangun megapolitan yang ramah lingkungan yang kemudian menjadi Peraturan Presiden tentang Penataan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur (Jabodetabekjur) yang merupakan kerja sama Pemprov Jabar, Banten, dan DKI Jakarta. Kerja sama itu bertujuan untuk konservasi air, mengatasi banjir, masalah sampah, dan transportasi di Jabodetabekjur. Dibentuk tim bersama dari Pemprov Jabar, Banten, dan DKI Jakarta yang dikooordinasi oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU). Tugas tim antara lain menghidupkan kembali situ-situ (telaga) yang sudah mati dan membuat situ baru. Pemerintah pusat merehabilitasi dan membuat situ, sementara Pemprov Jabar merawat situ yang ada. Di daerah Puncak sampai Jakarta terdapat sedikitnya 150 situ. Departemen PU telah membuat 72 situ, sedangkan 78 situ lain dalam pengerjaan.

 Implementasi Program PROKASIH dan SUPERKASIH adalah :

 Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpadu bagi sektor Industri dan IPAL Komunal untuk limbah domestik.

 Pengembangan programcleaner productiondan program minimalisasi limbah lainnya.  Pengembangan embung-embung dan situ.

 Peningkatan kualitas laboratorium lingkungan dan laboratorium rujukan.  Pengelolaan daerah tangkapan air(watershed management).

 Pengelolaan daerah sempadan sumber-sumber air (sungai dan situ).  Relokasi industri pada kawasan tertentu.

(6)

tahun kemudian Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto melalui UU No. 17 tahun 2004 tentang PengesahanKyoto Protocol To The United Nations Framework C'onvention On Climate Change

(Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perubahan Iklim). Komitmen tersebut sekarang membutuhkan usaha dan tindakan nyata yang menyeluruh, mencakup segenap sektor penyumbang emisi gas rumah-kaca serta sekuestrasi karbon. Komitmen tersebut harus pula secara serentak diterapkan dengan usaha perbaikan pemenuhan syarat kualitas hidup rakyat dan kualitas lingkungan hidup, dan tercermin dalam pengelolaan sektor-sektor produksi dan konsumsi prioritas untuk tindakan mitigasi dan adaptasi.

Mitigasi perubahan iklim merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperlambat terjadinya perubahan iklim lebih lanjut. Adaptasi perubahan iklim adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi perubahan iklim yang terjadi. Berikut adalah ringkasan mitigasi terhadap pengelolaan iklim dan kualitas udara.

Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat antara lain melalui penerapan program Zero Growth pada transportasi Umum di Bandung. Untuk mengurangi emisi gas buang dari kendaraan, Pemerintah Daerah Kota Bandung telah mengurangi jumlah Angkot karena jumlah kendaraan angkot di Kota Bandung dinilai sudah terlalu banyak. Penyetopan izin penambahan jumlah angkot ini dilakukan sejak dikeluarkan SK no. 551.2 tahun 2002. Namun demikian upaya ini tidak diimbangi dengan upaya penekanan jumlah kendaraan peribadi, dimana jumlah kendaraan pribadi justru mengalami kenaikan cukup besar. Antara tahun 2002 sampai tahun 2008 telah mengalami kenaikan sebesar 45% menjadi sebanyak 3.380.071 unit, dan sepeda motor meningkat sebesar 46% menjadi 2.179.366 unit.

3.2. PELAKSANAAN STUDI AMDAL

Selama kurun waktu tahun 2007 sampai tahun 2008, terdapat 38 dokumen amdal yang disetujui oleh Komisi AMDAL Daerah Provinsi Jawa Barat, dimana 19 diantaranya merupakan dokumen AMDAL untuk sektor energy seperti pembangunan pembangkit listrik, jaringan listrik tegangan tinggi, dll. Untuk kegiatan pembangunan jalan, dokumen AMDAL terutama disusun untuk pembangunan jalan tol, sedangkan kegiatan terkait dengan sumberdaya air yang disusun dokumen AMDALnya adalah pembangunan waduk.

(7)

Tabel 3.4

Dokumen AMDAL yang Disetujui oleh Komisi Amdal Daerah Provinsi Jawa Barat

No Tahun Jalan Energi Sumberdaya Air Industri Lainnya

1. 2007 5 8 3 2 1

2. 2008 1 11 4 3 0

Sumber : BPLHD Provinsi Jawa Barat 2009

Tabel 3.5

Rekomendasi Amdal/UKL/UPL yang Ditetapkan oleh Komisi Amdal Daerah tahun 2007 - 2008

No. Jenis Dokumen Kegiatan

2007:

1 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan Jalan Tol Bogor Ring Road Sentul Selatan-Kedunghalang(R2) dan Ruas Kedunghalang-Simpang Yasmin (RO)

2 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan Jalan Bebas Hambatan dan Tol Ruas Pasteur-Cileunyi dan Cibiru-Gedebage 3 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan PLTU 2 Jawa Barat Kapasitas 3 X 4000 MW dan SUTT 150 kV

4 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan PLTU 1 Jawa Barat Kapasitas 3 X 4000 MW dan SUTT 150 kV 5 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan Jalan Tol Ciranjang - Sukabumi

6 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan PLTA Cisokan Hulu (Pumped Storage) 7 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan SUTET 500 kV Cisokan Hulu

8 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan TWA Kawah Gunung Tangkupan Perahu 9 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan Bendungan/Waduk Cipanundan 10 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan PLTU Cirebon

11 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan Waduk Sadawarna 12 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan Waduk Citepus

13 ANDAL, RKL / RPL Perubahan Bakar Penolong Pabrik Semen Citeureup 14 ANDAL, RKL / RPL Perubahan Bakar Penolong Pabrik Semen Palimanan 15 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan PLTGU dan PLTU 90 MW

16 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan Jalan Bebas Hambatan dan Tol Ruas Pasteur-Cileunyi dan Cibiru-Gedebage 17 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan PLTU 2 Jawa Barat Kapasitas 3 X 4000 MW dan SUTT 150 kV

18 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan PLTU 1 Jawa Barat Kapasitas 3 X 4000 MW dan SUTT 150 kV 19 ANDAL, RKL / RPL Rencana Pebangunan Jalan Tol Seroja

20 ANDAL, RKL / RPL Rencana Pergeseran Lokasi Sumur dan Jalan menuju Lokasi Sumur Lapangan Panas Bumi dan PLTp 2008

1 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan Techpark Cikarang

2 ANDAL, RKL / RPL Rekonduktring SUTT 150 kV Bandung Selatan-Cigereleng 3 ANDAL, RKL / RPL Rekonduktring SUTT 150 kV Jatiluhur-Padalarang 4 ANDAL, RKL / RPL Rekonduktring SUTT 150 kV Jatiluhur-Padalarang 5 ANDAL, RKL / RPL Rekonduktring SUTT 150 kV Jatiluhur-Padalarang

6 ANDAL, RKL / RPL Uprating Transmisi 70 kV menjadi 150 kV Cibadak Baru, Ciawi, Bogor Baru 7 ANDAL, RKL / RPL Pembangunan PLTU Cirebon Kapasitas 1 X 660 MW

(8)

No. Jenis Dokumen Kegiatan 17 ANDAL, RKL / RPL Perubahan Rencana Kegiatan PLTU Cirebon

18 ANDAL, RKL / RPL Rencana Pembangunan Waduk Cijurey 19 ANDAL, RKL / RPL Rencana Pembangunan Waduk Cidurian Sumber : BPLHD Provinsi Jawa Barat 2009

3.3. PENEGAKAN HUKUM

Kasus pencemaran dan atau perusakan lingkungan semakin marak terjadi, sehingga memerlukan penanganan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Pencemaran dan atau perusakan lingkungan terjadi diakibatkan manusia tidak menyadari bahwa pola kehidupan harus memperhatikan hubungan timbal balik dengan lingkungannya, yaitu satu kehidupan manusia yang seimbang dan harmonis dengan sistem alam. Ketidaktaatan manusia terhadap peraturan mengenai lingkungan hidup menjadi pemicu maraknya kasus pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Penegakan hukum mempunyai makna bagaimana hukum itu harus dilaksanakan, supaya tercipta ketertiban dalam masyarakat.

Melalui kegiatan Penegakan Hukum Lingkungan diharapkan dunia usaha dan masyarakat akan lebih sadar dan taat terhadap peraturan-peraturan di bidang lingkungan hidup yang berlaku, sehingga dapat mengurangi kasus pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang terjadi di Jawa Barat. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan lingkungan secara konsekuen dan untuk memfasilitasi permasalahan kasus Pencemaran atau perusakan Lingkungan, dimana akan menghasilkan manfaat terselesaikannya masalah Sengketa Lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah.

Hukum yang sudah dibuat

Dalam kurun waktu 9 tahun terakhir, Pemerintah Daerah Jawa Barat telah mengeluarkan berbagai produk hukum untuk mengelola lingkungan, yaitu 3 keputusan gubernur, 1 peraturan gubernur, dan 13 peraturan daerah. Produk hukum ini dikeluarkan untuk menindaklanjuti produk hukum tingkat nasional yang perlu dijabarkan lebih khusus sesuai dengan karakteristik dan permasalahan lingkungan di Jawa Barat.

(9)

Tabel 3.6

Jumlah Produk Hukum menurut Obyek Pengaturan No. Jenis Produk Hukum Umum Obyek PengaturanAir Udara Hutan

1. Keputusan Gubernur 1 2 0 0

2. Peraturan Gubernur 0 1 0 0

3. Peraturan Daerah 2 7 2 2

Sumber : Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Jawa Barat 2009 Tabel 3.7

Produk Hukum Pemerintah Daerah Jawa Barat untuk Bidang Pengelolaan Lingkungan

No. Jenis ProdukHukum Nomor Tahun Tentang

1 Keputusan Gubernur 28 2000 Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Pada Sungai Ciwulan danSungai Cilangla di Jawa Barat 2 Keputusan Gubernur 32 2000 Pedoman Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup danPenyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar

Pengadilan

3 Keputusan Gubernur 39 2000 Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Pada Sungai Citarum danAnak-anak sungainya di Jawa Barat 4 Peraturan Daerah 3 2001 Pola Induk Pengelolaan Sumber Daya Air di Jawa Barat 5 Peraturan Daerah 6 2001 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah danAir Permukaan 6 Peraturan Daerah 16 2001 Pengelolaan Air Bawah Tanah

7 Peraturan Daerah 2 2003 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 8 Peraturan Daerah 2 2004 Irigasi

9 Peraturan Daerah 3 2004 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 10 Peraturan Gubernur 69 2005 Pedoman Penentuan Status Air

11 Peraturan Daerah 2 2006 Pengelolaan Kawasan Lindung 12 Peraturan Daerah 11 2006 Pengendalian Pencemaran Udara

13 Peraturan Daerah 1 2008 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara 14 Peraturan Daerah 4 2008 Irigasi

15 Peraturan Daerah 5 2008 Pengelolaan Air Tanah

16 Peraturan Daerah 25 2008 Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda Sumber : Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Jawa Barat 2009

3.4. PERAN SERTA MASYARAKAT

(10)

Nama Penghargaan Pemberi Penghargaan

 Cukup Rubiyanto Kalpataru Presiden RI

 PT.Aneka Tambang (Antam) Tbk Proper Hijau 2008 Menteri KLH

Sebagian masyarakat membentuk badan / lembaga sebagai wadah untuk memfasilitasi mereka dalam upaya pengelolaan lingkungan. Pada umumnya lembaga ini berbentuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), forum, ataupun yayasan. Beberapa LSM yang bergerak pada lingkungan hidup antara lain adalah:

 Lembaga Alam Tropika Indonesia / LATIN  Rimbawan Muda Indonesia / RMI

3.5. KELEMBAGAAN

Kelembagaan pemerintah di Jawa Barat yang menangani masalah lingkungan dikomandoi oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD). Di Lembaga ini terdapat sejumlah tenaga professional yang terdiri atas:

 Tingkat doctor : 1 orang

 Tingkat magister : 24 orang

Gambar

Gambar 3.1 Lokasi Reboisasi Kawasan Hutan di Jawa Barat

Referensi

Dokumen terkait

PURWOREJO, FP – Dalam rangka Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari ke-64 serta memperingati Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional tahun 2016, Bhayangkari Polres Purworejo

Menurut ketiga subjek mainan yang dapat digolongkan sebagai APE adalah mainan-mainan yang tidak hanya memberikan hiburan saja tapi juga sarat akan nilai

Mengingat luasnya pembahasan mengenai kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pemasaran dan untuk menjaga agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan,

49 Produk halal adalah produk pangan, obat, kosmetika dan produk lain yang tidak mengandung unsur atau barang haram dalam proses pembuatanya serta dilarang

Dalam konteks internal, kenyataan minimnya kader perempuan KOPRI yang mampu bertahan dijenjang organisasi yang lebih tinggi (rendahnya angka keterlibatan kader

Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumargi (2010) di Surabaya dengan judul “Efektivitas pembimbingan orangtua dan pengasuh terhadap intensitas perilaku

Menurut Tarnoto (2016: 55) permasalah- an utama yang banyak dikeluhkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di seko- lah inklusi antara lain: (1) kurangnya guru pembimbing khusus;

(2-tailed) sebesar 0,005 < 0,05 dan berdasarkan nilai r hitung 0,460 > r tabel 0,334, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan