C Maya ~mbinaii,
SK
~ k i . ditulis oleh para auditor, Bahkan, mungkin akanlr. Hermita Wahyuni
Desi Intanhggraeni. S.Hut ada tulisan-tulisan yang akan kami terima dari Ardyanto Nugroho, S.Hut
I
-Anda pembaca setia Bulletin ini Dian Nugraha, S.Hut
pihak lain.
Alamat Redaksi : Untuk perbaikan ma Gedung Manggala Wanabhakti
Blok I Lantai 10 Bulletin ini, pada pd
JI. Gatot Subroto, Jakarta. melampirkan kuesioner untuk menjaring Telp (021) 5720352
Fax. (021) 5705087. masukan dari para pembaca.Apabila telah diisi Telex : 48228 PRX IA
n
n diserahk: mbali keredaksi. DIPATAHUN 2006
'9-
I
3 kasi INSPEKTORAT JENDERALDEPARTEMEN KEHUTANAN
. .
d i s m n i r a s i dsn penyebdu-n m e 4 Infoma( dl antsra pan a d b . pllktld, pansma4 dm ~ ~ i p i h a k y o n p ~ l a i s m u w y a p a n p a w e s a n d a n p e m b i - .
R
W s p e t a n p a ~ a n y a n g d i l ; e m u b b n d * a m b u M n l n i , bukanmaupaLanpendap81d.npanawanyawo*u*.Sy'md&my*
Meninpkaaan Psran Audi(ol cw:lt.&8-Um.m
E u k a p e n g w m m M i t o r ~ an:tMH+uu.
-w
cw:*.Ro.hni,U(----by
psrumvgn sasaran 18
W
1%
.
22
. , >:, , . ... . .
$&+%??; sudah -&'h
24
$>;q
,:>+*<y,: an:*tash%ml..w.
. a
; ; PBmmfaalan GPS unMc menperoleh Buklia
;?<+~.w
.:;,.:.L*,> urn*,- ~nggaranEida-Y4utanan
Credit Title :
Lay out design : Ardymto Nugroho S.Hut dun Dim N u p h a S.Hut
lnspektorat Jenderal Departemen Kehutanan sebagai lnstitusi pengawasan
intern Departemen Kehutanan mengemban tugas pokok dan fungsi pokok dan
fungsi yang tercermin pada visi pengawasan yang telah ditetapkannya. Visi
dimaksud adalah "Menjadi Pernbina dan Pengawasan dalarn pengawal
pembangunan kehutanan menuju hutan yang lestari untuk kesejahteraan
rakyat".
,
Sat& satu upaya- yang dilakswqkan
.
.,
qFeb
@q&tar;it" Jenderai aabm
4
pencapaian visi dimaksud, adalaR m e n i n g k a t ~
k@jgs5umberdaya Manusia
8.. '.a:s
yang diantaranya dilakukan melalui penerbitan "Buletin Pengawasan".
Buletin Pengawasan sebagai media informasi pengawasan kehutanan
diharapkan dapat menjadi wadah dalam menunjang pengembangan profesi
auditor melalui penyajian tulisan, khususnya yang berkaitan dengan bidang
pengawasan. Selain itu Buletin Pengawasan juga dapat berperan sebagai wahana
penyampaian idelpendapat serta peningkatan motivasi kerja dan
profesionalisme bagi para auditor maupun pejabat struktur dan non struktural
dalam rangka peningkatan kinerja lnspektorat Jenderal.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada lnspektur Jenderal yang telah
memberikan arahan dan dorongan sehingga Buletin Pengawasan dapat
diterbitkan. Ucapan senada juga disampaikan kepada Tim Redaksi yang telah
berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menyelesaikan edisi pertama ini.
Semoga buletin bermanfaat bagi seluruh pembacanya.
I
SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL Ir &us M u l y o ~ . M Kwn.
BAOLAN BAGLAN ANAUSIS RAGLAN W L A N UMUM
PROGRAM DAN LAPORAN M I L PEMANTAUAN
PEWORAN PENGAWASAN TlNDAK W U T
lr. Sli Sulawati Ir Havb Husaili, MM. lr. Nuniahiadi, M.SI
-
SuBeAGWSUBBAGMISIS SUBWLAN TATA
W O W N M I L
-
EMANTAUAN-
PERSURATANIr. M u d i o . MM. PEWWASAN I TINDAK LANJUT I DAN
Maya Ambimn, SP..M.Si Ir sit K E W O M I
-
Sarjuningtyas ha. TeUySUBBAG DATA SUsBI\GMISIS Ru-ty
-
DAN PEWORANIr k d y Wahyu
-
LI\PM(I\N PENGAWASAN I1 M I L SUBBAGLAN SUBBAGWKslyanbo, MM. lr AbubakarAssagaf PEMANTAUAN T(uMAH
-
-
TINDAK W U T I1-
TANGGADANt Hemita Wahyuni KEPEWAIAN
Dm. HBrms"
J w h m i
1. Peraturan lnspektur Jenderal Nomor
P.241111-Sek.212005 tentang Pedoman
Pengenaan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri
Sipil Lingkup Departemen Kehutanan.
Peraturan yang diterbitkan pada 28 Juli
2005 ini menjadi pedoman bagi para Auditor l n s p e k t o r a t J e n d e r a l D e p a r t e m e n
Kehutanan dalam pengenaan hukuman
disiplin PNS lingkup Departemen Kehutanan
atas pelanggaran terhadap Peraturan
Pemerintah Nomor 30Tahun 1980.
2. Keputusan lnspektur Jenderal Departemen
" WwBanan Momor SK. 34111~~5ek-212005
tanggal 31 Oktober 2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Audit&"
Inspektorat Jenderal Departernen Kehutanan. Keputusan i n i merupakarprevisi afas
pl
Keputusan lnspektur Jeiykral Departewn
Icehutanan Nomor KER09/111-Sekl2004 tanggal
25 Mei 2004.
3. Peraturan lnspektur
P.261111-Sek-112006 tanggal 21 Maret 2006
tentang K r i t e r i a dan Standar Hari
Pengawasan. Standarisasi hari pengawasan
dirnaksudkan agar pelaksanaan pengawasan menjadi efisien dan efektif. Selain itu standar
tersebut juga dipakai sebagai acuan dalam
penyusunan pembiayaan dan pelaksanaan
kegiatan.
4. Peraturan lnspektur Jenderal Nomor
1927.1 1111-Sekl2006 tanggal 31 Maret 2006
tentang *Pedoman -~e[aksana& Satuan
h n g a w a s Intern lingkup l n s p e k t o r a t .
" ~' ,
:&
an penerbitan peraturan @i
-.-
an pengawasan intern lingkup
lnspektorat Jenderal Departemen iwutanan
terlaksana secara obyektif dan berdampak
pwitif guna tercapainya efektifitas d ~ n
efisiensi dalam pelaksanaan tugas-tuia~
pemerintahan d i bidang pengawasan.
tentang hal-ha1 atau suatu tindakan yang ketiaklancaran pelayanan kepada masyarakat harus dilakukan oleh auditan (objek yang atauPun kegagalan dari suatu kegiatan. d i a u d i t ) t e r u t a m a d a l a m r a n g k a Keluarandarisuatuauditberupalaporanhasil
menghilangkan sebab (penyebab) terjadinya audit (LHA). Secara normatif, LHA harus penyimpangan. Oleh karena itu, bagaimana mengungkapkan enam unsurlelemen temuan, mencari dan menetapkan sebab (penyebab) yaitu : (1) knteria yang harus dipenuhil penyimpangan dalam audit menjadi sangat dicapai, (2) kondisi atau kenyataan yang penting. Untuk maksud itulah tulisan ini terjadi, (3) penyimpangan antara kondisi penulis sajikan. dibandingkan dengan kreteria, (4) sebab (penyebab) terjadinya penyimpangan, (5) Beberapa Pengertian dalarn Audit akibat penyimpangan tersebut, dan (6)
rekomendasi lsaran tindakperbaikan. Audit adalah kegiatan untuk menilai dengan
cara membandingkan antara keadaan
sebenarnya, baik di bidang keuangan maupun Penentuan Sebab (Penyebab)
dalam bidang teknis operasional dalam suatu Materi penyebab merupakah ha1 penting auditan. Temuan audit berpangkal dari ditinjau dari tujuan audit, yaitu untuk perbandingan kondisi (apa yang yang menghasilkan rekomendasilsaran tindak ke sebenarnya ada) dengan kriteria (apa yang arah perbaikan di masa mendatang. Dalam seharusnya ada), mengungkap akibat yang Modul Audit Operasional disebutkan, bahwa ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan p a d a d a s a r n y a m a t e r i p e n y e b a b kriteria tersebut serta mencari sebab mengungkapkan tentang mengapa terjadi (penyebabnya). ketidaksesuaian antara kondisi dengan Kondisi adalah gambaran tentang situasi yang kriteria, Yaitu mengungkapkan mengaPa : ads, yakni realita yang ads da" suatu terjadi kondisi yang tidak memuaskan; ha1 pelaksanaan kegiatan atau hasil kegiatan yang Yang seharusnya dilaksanakan tidak mencakup apa, siapa, kapan, di mana dan d i l a k s a n a k a n a t a u mengaPa Yang bagaimana.Sedangkankriteriaadabeberapa d i l a k s a n a k a n k e l i r u l m e n ~ i m ~ a n g ; pengertian yang dapat dijadikan rujukan ~engendalian manalemen Yang dici~takan dalam audit, yaitu berupa ukuran atau tidak tePat7 tidak lengka~, terlambat patokan yang menjadi dasar penilaian atau pelaksanaannya atau tidak diikuti. Kunci pencapaian sesuatu. Kriteria dapat pula Penting untuk menentukan penyebab yaitu A
berupa standar atau ketentuan yang menelusuri berbagai rangkaian kejadian seharusnya ditaati di dalam mengggunakan YanS saling berhubungan atau
A
suatu tingkat bahwa kita dapat memberikan PohonMasalah
rekomendasi yang akan memperbaiki k n ~ e b a b masalah rendahn~a Pefientase masalahlpenyimpangan yang ditemukan. hidup TUL tersebut dapat ditelusuri dengan menggunakan pohon masalah seperti disajikan dalam bagan kiri bawah.
Cara Mencari Akar Sebab (Penvebab)
Dari pengalaman prakGk, menentukan pets sebab (,-ausa,Map,
penyebab ini sering kali mengalami kesulitan knyebab rendahnva Dersentase (%, hidu sehinsga W a d i kelemahan-kelemahan. tanaman &pat dipetakan =perti gambar 1
habitat dan musim tertentu.
;-
..**.
*. ,,. .,0 m b . r I . Pd. Srbsb
4.
1
Mengapa terjadi gangguan temak
I
Karena terjadi penggembalaan
5.
1
Mengapa terjadi penggembalaan
I
Karena rnanajemen pengarnanan
Peliharalah enam hal, nlscaya akan
mendapatkan kebahagiaan yang sejati
:
1.
Berbicara yang benar
2. Tidak mengingkari janji
3. Tidak mengkhianati janji
4.
Senantiasa memalingkan pandangan dari sesuatu yang dilaran
5.
Menjaga kesucian/kemaluan
PERAN AUDITOR
Oleh
:Agus
Mulyono*
eberdayaan internal auditor (pengawas internal) pada tatanan manajemen organisasi
&
epartemen sangat diperlukan, karena ketidakberdayaan pengawas internal akan sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Untuk i t u pengawas internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan keahlian agar dapat memainkan perannya mendukung upaya-upaya manajemen, terutama dalam ha1 peningkatan:
(1) ketepatan waktu dan kualitas keandalan pertanggungjawahn pengelolaan organisasi, (2) pernenuhan terwujudnya kehematan, efisiensi dan efektifitaspengelolaan organisasi.
k
'*P z ,1Pengawasan internal merupakan suatu penilaian dan sekaligus dapat mempertanggungjawab- yans sistematis dan obyektif oleh pensawas . . kannya (accountability) . . . .
internal guna menentukan, antara Lain apakah : i . i
2. Kompeten (1) basil pelaksanaan sesuai dengan rencana dan
Seorang auditor harus kompetensi
yang
:., dapat dipercaya, (2) sumber days digunakankuat, keahlian di bidangnya. O,eh
secara efektif dan efisien, (3) ketaatan terhadap karenanya peningkatan kualitas Auditor prosedurlkebijakan internal dan eksternal , terus dikembangkan melalui pemahaman tugas
dapat dipenuhi, (4) resiko organisasi di- dan profesionalisme, diklat (pengawasan, identifikasi dan diminimalkan.
a-,
dan pendukung), serta fowm
g,
isku?i dan seminar.1. Watchdog, fungsi lnspekto
pengecekan dan pengujian atas petaksanaan kinerja; dan
ETIKA PENGAWASAN
AUDE!@OR
INSPEKTORAT JENDERAl
DEPAR'EEMEN KEHUTANAN
Oleh : Ir. Haviz Husaini, MM*), Maya Ambinari, SP.,MSi.**)
uditor sebagai Aparat Pengawas Fungsional Pemerintah dalam
menjalankan tugasnya wajib mentaati aturan yang berkaitan dengan
statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil serta harus senantiasa berupaya
untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Untuk itu diperlukan adanya Etika
Pengawasan yang menjadi pedoman Auditor dalam berperilaku agar segala
sesuatunya berjalan dengan tertib dun lancar.
PENDAHULUAN
Pengawasan sebagai salah satu fungsi managemen harus mampu memberikan kontribusi dalam mendukung kelancaran tugas pemerintahan dan pembangunan nasional. Pengawasan harus mampu mencegah terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas organisasi.
Pengawasan atas pelaksanaan kegiatan, fungsi, dan program pembangunan kehutanan semakin hari semakin kompleks baik dari segi pengelolaan keuangan, administrasi, maupun manajemen pelaksanaannya. Untuk itu, diperlukan aparat pengawasan, yaitu Auditor, yang semakin professional dan bertanggung jawabdalam menjalankan tugasnya.
lnspektorat Jenderal Departemen Kehutanan melalui Surat Keputusan Ins- pektur Jenderal Nomor SK.221111-Sekl2004 tanggal 25 Oktober 2004 telah menerbitkan Pedoman Etika Auditor guna menjadi acuan bagiAuditordalam berperilaku.
ETIKA PENGAWASAN
semua pengguna jasa audit memahami rial-na~ yang berkaitan dengan auditing. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan mengenai kinerja Auditor termasuk yang berkaitan perilaku Auditor dalam melaksanakan tugasnya.
Nilai moral minimal yang harus dipenuhi oleh Auditor pada dasarnya adalah Akhlak, Amal, Ahli, Akur, Aman, Sopan, ber- pengalaman, berinisiatif, teliti, sederhana, jujur, loyal, menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Nilai-nilai moral tersebut kemudian dijabarkan dalam Etika Pengawasan yang menjadi acuan bagi Auditor dalam berinteraksi dengan organisasi tempat kerjanya, baik dengan sesama Auditor, dengan pihak yang diaudit maupun dengan pihak- pihak terkait lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), etika adalah norma dan asas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan ukuran tingkah laku yang membedakan antara salah atau benar, buruk atau baik.
Etika pengawasan bagi Auditor lnspektorat Jenderal Departemen Kehutanan terdiri atas :
3. Etikadalam berinteraksi dengan pihak yang 2. Wajib menjelaskan kepada pihak lain yang
Diaudit terlibat dalam pemeriksaan untuk
4. Etika dalam berinteraksi dengan pihak- menjaga kerahasiaan informasi yang
Pihak lain yang terkaitlmasyarakat diperoleh.
Luas. 3. Apabila ada pihak lain yang meminta
pendapat mengenai suatu masalah yang
Etika Berkaitan Dengan Organisasi sedang diperiksa oleh Auditor lain,
Auditor tidak boleh memberikan
1. Wajib mentaati segala peraturan pandanganlsaran tanpa berkonsultasi
perundang-undangan yang berlaku dan dengan Auditor yang menangani masalah
melaksanakan tugas kedinasan yang tersebut.
dipercayakan kepadanya dengan Penuh 4. Dalam pergaulan perlu dipegA;n;i. pengabdian, kesadaran dan tanggung
1. Pemantauan
Pengawasan oleh masyarakat dapat : Dilakukan melalui pengaduan secara lisan maupun tertulis kepada lnspektur Jenderal.
* , Fmgaduan hendaknya disertai identitas
Audrtor pelaku pelanggaran, &enis pelanggaran, tempat, dan waktu kejadian. Pengaduan melalui surat dapat dikirim melalui PO BOX 1001 Jakarta.
*) Kepala Bagian Analisis iaporan Hasil
Pengawasan, ~ekretariat lnspektorat Jenderal Departemen Kehutanan
*') Kepala Sub Bagian Analisis Laporan Hasil Pengawasan I, Sekretariat lnspektorat Jenderal Departemen Kehutanan.
- . . . . : . * . r : y - . .
. ' * ' . .
,
v .;,.y4."
.,
..
s.. ; '; ': , ;$:$.
, CI'.,' , .* " ....
&#WASKAT SEJATI
Oleh
:Ir. Rosihan Indrawanto, MM*
Yulia NP, S. Hut**
E?
ngawasan melekat atau disingkat menjadi waskat, adalah akronim
yang sudah tidak asing lagi di telinga auditor. Dalam setiap tugas
pemeriksaan, rangkaian dua kata sakti ini selalu dikaitkan dengan delapan
sendi system pengendalian manajemen. Sebagai contoh, bagaimana waskat
terhadap pencatatan dokumen yang dilakukan seorang staf.
Di internal
lnspektorat Jenderal Departemen Kehutanan pun, waskat diterapkan dengan
cara seksama. Contohnya mulai dari review penyusunan Laporan Hasil Audit
secara berjenjang, sampai kepada terbentuknya Sistem Pengendalian
Internal dan Dewan Pertimbangan Audit
tt*
/
Diakui,b-&am
-famerapan sehari-hari, banyak terjadi kelemahan dalam pelaksanaan waskat berupa penyimpangan, baik karena ketidak sengajaan atau disengaja. Di mataY-
.*
* & W i , " C "* -4pimpinan, kedua sebab terjadinya kelemahan cgr&brjh, bahwa di setiaplpun&
lan-amalan baikammqrc)usi& Buku
but /(it& jli&n. sedangkan i ,.
.&. .,
eh si ~etaku ~ m p a i pads di pundak kiri manusia ada maliikit"Af%'~a'ng
dalam mencatat amalan amalan baik'
dan
melekat dj"@sarkan . .. buruk manusia, qdak perlu diragukan lagi.
Mobilitas kedua malaikat ini sangat tinggi.
ada malaikat 1a.b yanq mencatat rapi
'
. .
j sijfllin diserahkan, kembali ke pemiliknya yang sedang digembalakan kepdanya. Kata mazing-masing melilui tangan kiri. Di riwayat anak itu,"
Domba-domba ini bbkon milikku, hadits yang lain, diuraikan bahwa untuk oku hanya seorang budak".. Umar terus rnengantar kedua malaikat naik turun ke pintu membujuknya agar si anak mau menjual . .la&t ke tujuh, setiap insan muslim ieekqr saja. Kata Urnar, "Katakan kepada puasa Senin Kamis. *<,; Fuanmu, todi seekor dom
tebih
tipa$e-;P":pg
'< dad Allah
SW.
mlam setiap gera nu&,dirasakan olehnya Allah SWT hadir dalam sarnb
. . Sponten mendengar jawaba
menjumpai tuan si. amak gembala untuk
., . ,
. , , , .
memerdekakannya. . ,
. .
Apa hikmah . dillalik dua tjwayat tentqng.
(Al Hadiid, QS 57
;
4). waskat sejati ini? Bahwa ,yt~ap~*m.anu#a :'. "i i
.~ , apapun profesinya dalam melaksanakan karya ,'
.
Iesungguhnya inilah esensi dari ihsan,
dan karsanya disepanjang waktu, . ,
manusia yang sadar akan kehadiran Allah SWT diawasi Allah secara
langsung
yang selalu menatap dan mengawasi manusia
maupun melalui makhluknya yang paling dimanapun berada dan pads kesempatan spa
setia, suci dan
bersih,
yaitu Sebuah saja.aktivitas dapat bernilai ibadah atau bukan Dalam sebuah hadits Yang diriwayatkan tergantung dari niat orang yang melakukan- oleh Muslim, diceritakan bahwa suatu ketika nya. ~ i l ~ akti,,jtas itu, apapun geraknya, Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah s e m a t a h a a d i t u j k a k e
a
da
SAW yaw menyamar sebasai =orang lelaki Allah SWT dan mengharap keridhoan-~ya,
ber~akaian berambut kelam, Yang maka aktivitas tenebut akan bernilai ibadah.
sama sekali tidak banyak bekasnya bahwa dia ~ ~=baliknya, aktivitas tenebut akan t ~ ~ i
baru saja melakukan perjalanan jauh. Beliau biasa.biasa saja bila ditujukan bukan kepada bertanya kepada Rasul, "Beri t ~ h u sku Allah SWT. Seperti ingin dilihat, dipuji, dan tentang ihsan" Jawab Rasulullah, "Engkau sebagainya. semacam ini dalam
menyemboh Allah sedan-akan engkau batas-batas tertentu justru akan men-
melihot-Nya ; jika engkau tidak melihotnya, datangkan kemurkaan~llah SWT. maka sesungguhnya Allah selalu melihatmu".
Menarik bila kisah inspiratif tentang kisah ') AuditorAhli Madyapadalnspektorat IV
anak gembala yang sedang menggembalakan *') Calon Auditor pada lnspektorat IV domba milik tuannya sebanyak 700 ekor,
sebagaimana diriwayatkan dalam
SEBAGAI PIR_A]M"L"I
PERIMUSAN
PENGAWASAN YANG
rn
Oleh : Dody Wahyu*Mungkin masih ada yang belum tahu bahwa secara konkrit dijabarkan menjadi "sasaran
cakupan pengawasan dilingkup kehutanan pengawasan yang jitu".
sebenarnya sangat luas, ada 5 kebijakan Perumusan sasaran Pengawasan yang jitu
prioritas, 10 program, 22 kegiatan pokok dan "Management by Objectives" dapat dijadikan
36 kegiatan serta ratusan sub kegiatan yang salah satu pirantinya, manajemen berdasar- diselenggarakan oleh 651 satuan kerja. Dari kan sasaran didefinisikan oleh W.J. Reddin hasil koordinasi pengawasan dalam rangka adalah pembentukan wilayah efektive dan
penetapan PKPT, lnspektorat Jenderal hanya
rnampu rnelakukan pemeriksaan d i 187 satuan kerja (28,7%) seperti tabel berikut:
rencana tindakan, rnelakukan .ee$nnJauan
.'
[
4.
..
. e x .periodik dan menilai pelaks?"ian tahunan.
;:
Selanjutnya bagaimana merumuskan sasaran
pengawasan yang jitu? terdapat
yang-paling nyata untuk merurnuskan sasaran
indahkan asasmanfaat.
.
.
A
>
WASIMAS
??
SIAPA
TAKUT
awasan
<,'kegiatan pengawasan penyelenggaraan pernerintahan. Opinh yang
berkembang diantaranya adalah merepotkan dan mengganggu pelaksanaan
tugas pemerintahan, ditungganggi pihak tertentu, memanfaatkan informasi
untuk melakukan pemerasan dan masih banyak persepsi miring lainnya
Wasrnas rnerepotkan ? dari KKN pada Bab VII pasal 8 ayat (1) Hasil dari ketiga sistem pengawasan secara
umum masih jauh dari memuaskan, salah satunya adalah masih belum adanya jalinan yang signifikan anatara waskat, wasnal dan wasmas. Wasmas sangat diperlukan sebagai alat "deteksi dini", agar apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan tindakan sesuai ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu tidak "fair" apabila opini dan persepsi miring tentang wasmas tenebut dingebyah uyah" untuk menolak atau setidaknya membatasi eksistensi pelaksanaan pengawasan masyarakat. Deteksi dini hanya mungkin diwujudkan apabila "mata telinga pengawasan" ada di mana mana dan tentunya itu adalah "mata telinqa masyarakat", karena
menerangkan bahwa: peran serta masyarakat dalam penyelengggaraan negara merupakan hak dan tanggung jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan penyelenggara negara yang bersih, selanjutnya pada pasal 9 dijelaskan hak tersebut adalah mencari, memperoleh d a n m e m b e r i i n f o r m a s i t e n t a n g penyelenggaraan negara. Sedangkan secara spesifik pada sektor kehutanan, U U No 41 tahun 1999 pada Bab VII pasal 60 ayat (2) menerangkan bahwa masyarakat dan atau perorangan berperan serta dalam pengawasan kehutanan, selanjutnya pasal64: Pemerintah dan masyarakat melakukan pengawasan terhadap pengelolaan hutan yang berdampak nasional dan internasional.
mata telinga aparat pen&was fungsional sangat terbatas jumlahnya. Oleh karena itu konsep yang harus dikembangkan adalah bagaimana agar jalinan antara pengawasan melekat, pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat lebih padu dan berdaya guna.
Peraturan perundangan sudah rnengatur
Coba kita cermati bersama apa yang diamanatkan UU No 28 tahun 1999 tentang Penyelenqqaraan Neqara yanq
Dari amanat kedua undang-undang tersebut, jelas bahwa wasmas memang diperlukan, karena masyarakat yang secara langsung bersinggungan dan merasakan dampaknya apabila terjadi penyimpangan dan p e l a n g g a r a n yang d i l a k u k a n o l e h penyelenggara pemerintahan. Permasalahan- nya bagahana mengatur dan membuat sistemnya agar kegiatan pengawasan masyarakat dapat difasilitasi dengan baik, tertib, patl-- A - -
Penyebab penyimpangan dan pelanggaran
dapat dicegah
...
Apabila terjadidan pelanggaran ,
sedini mungkin segera diambil
n Waskat, Wasnal dun
k dipergunakan untuk t u n g ngangi demi kepentingan se angan maupun kelompok. a t gunakan untukajang peras memeras.
berikan untuk kegiatan wasmas ' tidak enghambat penyelenggaraan negara. dan ~.
konkrit rnenjadi pemerint$an.
, . . ..,
'; - ? - penyebabnya .+k.6i"
Sampai saat ini pasa165 UU No 41 tahun ,,
Waskat, wasnal maupun wasmas tidak 1999 yang mengamanatkan agar ketentuan a k a n m e m b u a t was was a p a b i l a lebih lanjut pengawasan kehutanan diatur penyelenggara pemerintahap-,,'dijalur yang dengan Peraturan Pemerintah belum dapat benar' serta tidak mungkid dapat diperas- diwujudkan, ha( i n i tentunya menjadi peras apabila penyeleirggara pemerintah tantangan kita bersama untuk .segera b&rsih.dari praktek<&~. Oleh karena itu merealisasikannya. Khusus t e n t a n g
penyelenggara pherintahan yang sudah pengaturan pengawasan masyarakat perlu
berada pada .jdkur yang benar dan tidak dipikirkan dengan hati-hati dan seksama agar berulah dengan praktek praktek KKN perlu tidak terjadi kerancuan ditingkat pelak-
mendapqt~'"perlindumgan" dan kenyamanan- sanaannya, tidak berbenturan kewenangan- nya ddiam melaksanakan tugas pokoknya nya, serta tata caranya elegan sehingga tidak un&& berbakti pada nusa bangsanya. Apabila mengganggu jalannya penyelenggaraan
ki@a berkunjung ke daerah ditingkat pemerintahan. Dengan demikian sistem
operasional betapa repoCnya pejabat
di
pengawasan masyarakat dapat diformulasikan daerah meiayani serbuan pertanyaan dan. seperti konsep yang dikehendaki dan dapat gugatan dari unsur-unyr masyal-akat yang memberikan manfaat secara maksimal dan berputar-putar tak kunjung selesai. Keluhan dampak negatifnya dapat ditekan seminimal"
KaSub Bagian Data dan PelaporanMATA
P E N U H ClNTA
.IM E N U T U P I SEMUA KEKURANGAN,
4
NAMUN
MATA PENUH BENCI
i
Para peserta Pendidikan dan Pelatihan Satuan Pengawasan lnternllnternal Review bagi pegawai di lingkungan Departemen Kehutanan tengah mengikuti materi pelatihan.
lnspektur Jenderal Departemen
Kehutanan didampingi ~Leh Sekretaris lnspektorat Jenderal iedang memberikan pengarahan dalam acara Pendidikan dan Pelatihan Satuan Pengawasan
lnternllnternal Review bagi pegawai di lingkungan Departemen Kehutanan di Ciawi, tanggal 5 s.d. 9 Juni
lnspektur Jenderal Departemen Kehutanan menyerahkan kenang-
Tim pemeriksa dari lnspektorat Jenderal Departemen Kehutanan sedang melakukan
pemeriksaan terhadap salah satu repeater SKRT di
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Mei 2006.
0
Inspektorat Jenderal Dalam Berita
1. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara c. Pengawasan Kinerja Organisasi m e l a l u i k e p u t u s a n N o m o r Departemen K e h u t a n a n o l e h KEP146/M.PANI412004 tanggal 26 April lnspektur 11 (13April2006).
2004 menyatakan bahwa pengawasan
melekat tidak semata-mata berupa 3. Rasa kekeluargaan di antara pegawai pengawasan yang dilakukan oleh perlu untuk dipupuk secara terus pimpinanlatasan terhadap bawahannya, menerus karena dapat menciptakan tetapi lebih menekankan pada sistem suasana kerja yang baik. Untuk itu, pengendalian intern. Untuk itu, lnspektorat Jenderal Departemen lnspektur Jenderal Departemen Kehutanan telah menjadikan acara Kehutanan melalui surat Nomor pembinaan pegawai sebagai acara yang S.1142111I-Sek-312005 tanggal 5 rutin diadakan setiap tahunnya.
Desember 2005 telah meminta seluruh Pembinaan pegawai sebagai acara yang Satuan Kerja Departemen Kehutanan rutin diadakan setiap tahunnya. Untuk
baik di Pusat maupun di daerah untuk . .
membentuk Satuan Pengawas Intern (SPI).
Diklat SPI, yang bertujuan untuk memberikan bekal kepada anggota SPI dalam melaksanakan tugas, telah dilaksanakan pada 27 Febwari 2 Maret 2006 di Pusdiklat Pengawasan BPK Bogor. Diklat tersebut diikuti oleh peserta dari Pusat dan daerah. ,Dik selanjutnya akaq.dilaksanak&.pada~ii
. , . ,2006.
2. Kegiatan PKS (Pelatihan Kantor Sendi un yang dimeriahkan dengan , ,
merupakan kegiatan yang r u t i ainan organ tunggal. Sambil nyanyi, dilaksanakan oleh lnspektorat Jenderal bisa joged bareng juga lo.. ,
4. Guna mendukung kegiatan pengawasan fungsional yang dilaksanakan oleh a u d i t o r , l n s p e k t o r a t J e n d $ r k l D e p a r t e m e n K e h u t a n a n t e l a h mengundang narasumber dari luar. Pada melaksanakan kegiatan pencermatan
!
tahun 2006 telah.., dilaksanakan PKS terhadap berbagai ha1 terkait dengan s e b w k 3 kali,dengan topik bahasan : tupoksi Departemen Kehutanan.
i
Kegiatan i n i b e r t u j u a n u n t u ka. Hasil Diklatpim~ingkdt I lnspektur II mengidentifikasi permasalahan atau
$.,
(19 Januari 2006)
,
kemungkinan terjadinya suatu hal yang t i d a k sesuai - dengan peraturan# .
LINGKUN
Oleh
:
Ir. Rosihan Indrawanto, MM*)
p
embangunan kehutanan erat kaitannya dengan lingkungan hidup.
Beberapa contoh kedekatan itu antara lain bencana banjir dan
longsor sebagai dampak negatif kegiatan konsewasi hutan dan
lahan, kebakaran hutan sebagai dampak negatif pembukaan dan alih fungsi
kawasan, pencemaran sungai dan limbah
B-3
sebagai dampak negatif dari
industri hulu kehutanan, dan ledakan hama penyakit t aman pangan sebagai
,,
dampak negatif dari perburuan predatoralaminya.
-? 1#,.
*'
' ,:, . '
+
ys
, &
Sejauh it$ tupoksi pengawasan di ~ e i ~ r t e m e n Kehutanan ada pada lnspektorat Jenderal. Dalam operasionalnya audit lingkungan belum pernah dilaksanakan. Padahal degradasi hutan seririg menjadi sasaran pahit terjadinya bencana yang silih berganti datang setiap tahun. Terdengar sayup tanpa ingin mengalihkan kambing hitam, bencana itu terjadi di luar kawasan. lronis memang, pembenaran ini justru menafikan arti sebuah daerah aliran sungai yang merupakan satu kesatuan pengelolaan lingkungan hidup.
Kenyataan ini mengharuskan auditor pada .
lnspektorat Jenderal memahami lebih lanjut tentang perlunya audit Lingkungan. Sayangnya pembekalan tentang ha1 ini baru sekali dilaksana'kan oleh Pusat Standarisasi Lingkumgan Kehutanan d i Tahun 2005. Pesertanya adalah perwakilan dari Unit PelaksanaTeknis Departemen Kehutanan yang terkait langsung dengan penanganan konse~asi, dan belum mengikutkan auditor.
F
Dplam kop$usan ini te,nci d@inisi tentang
'
audit lingkungan yaitu : P
"
Suatu olat manajemen yang meliputi evaluasi secora sistematik, terdokumentosi, periodik don obyektif tentang bagoimono suatu kinerja organisasi,
sistem monajemen,
W "
don perolotan dengan tujuan memfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan don pengkajian pentaatan kebijakon usaha atou kegioton terhadap peraturon perundang- undongan tentang pengeloloan lingkungon hidup".
Definisi lain tentangaudit lingkungan, yaitu :
"Suatu proses verifikasi secara sistemotis don terdokumentosi untuk memperoleh data don mengevaluosi bukti secoro obyektif guna menentukan apokoh sistem manajemen lingkungan yang dibuat oleh organisosi sesuai dengon kriterionyo untuk selanjutnya d i k o m u n i k o s i k a n h a s i l n y a k e p o d a monojemen".
Dari dua definisi itu pada dasarnya audit
~ ~ ~ d i i~seiarah ~ dan D~~~~ ~ lingkungan mencakup proses evaluasi dan k ~ ~ ~
.
~ ~Kebiiakannva reviu atas pelaksanaan pengelolaan
Audit lingkungan dikenal secara formal di lingkungan dari sebuah kegiatan oleh suatu
-
Indonesia melalui Keputusan Menteri unit usaha.Sejarah tentang audit lingkungan dimulai 2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
ketika BS-7750 diberlakukan di lnggris pada Hidup No. 42/MENLH/11194 tentang
tahun 1992. Kemudian secara lebih luas Pedoman Umum Pelaksanaan Lingkungan.
dikenal di Jerman dan daratan Eropa Lainnya
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan dengan istilah okoaudit. EMA-Audit (IS0 1900
Hidup No. 30 Tahun 2001 tentang EMAS, IS0 14000 dan I S 0 14001) dan ElAAudit
Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan (150-9000) adalah pengembangan dari BS-
Hidup yang diwajibkan, pasal 1 ayat (I), 7750 dan oko audit.
yaitu
:
Audit ini awalnya diturunkan dari financial audit, namun saat ini semakin berkembang dan telah memiliki spesi'ft@si teknis operasional tersendiri. Audit lingkungan
bukan merupakan alat perencanaan, tetapi %enteri atas ketidakpatuhan penanggung
berfungsi sebagai perangkat evaluasi. jawab usaha don atau kegiatan terhdap
Pelaksanaannya harus dapat mengevaluasi pelaksanaan UU di ,bidang pengelolaan
suatu kondisi yang tidak normal. lingkungan hidup y& terkait dengan
keyiatan tepbut". '
;
.,,. : :
kdapun latar belakang tentang perlunya
kebijakan audit lingkungan diberlakukan di Di bidang: kehutanan, W u h
ini tidak atiu.
Indonesia, adalah
:
belum ada , .@er?tu&n .. 'i:..
qwndang-qdanganyang khusus me6gatur ' pelaksanaarv audit
1. Pemerintah lebih banyak bersifat lingkungan kehutanan. Namun demikian
. .
regulator, oleh karena itu perlu diimbangi
lalam
beberapa
peraturan, telahdengan kebijakan yang b e r s i f a t tersebut, antaralgttp-
1:, .; <- . ' .
operasional untuk merangsang peran
,
.
-. I r . l h iserta dunia usaha. I. 4 Menhut-Il/ZOdg. tentan$ Pedoman'.
Pinjam ~ i k a i Kawafin ~ u & t a m ? & Maret 2906, d i dalamilyd, meniat'ur
,,
pedpman pinjam...
pakai kawasan hutan u n h k keg' tan pertambangan yang hanya5 .
b o l e h d ~ h e r ~ k a n dquk .keg'iHtan pertambang& t e r t u t u p ~ d i a r n kawasan hutan lindung (pasel llayat(2) huruf e).
,i ,
.
~ ' ~ e n t e r i ~ehutandhwntuk penerapan tem Pengelolaan Hutan ~ e i t a r i
w a 6
j f ~ n d a t o r y )+
-
.
..,-a. Pada hutah. alam (SK Menhut No. :
4795/~~ts-l$2002'
.
,b. Pada hutan Gnamall '(SK Menhut No. 177l~pts-1112&3)! '.
Pada IPHHk(SK .. . . Menh~it No.3031
Kpts-ll/2004)s.z.:;';* I
M a l a h lingkung kanan yang terkai
*
g.JK Menhut Yo. &L*pts-Ill2
tentang Tata ' c a r a ~ n i l a i a n Kinerjq :< Pengelolaan Hutan Alam poduksi Letsrai pada Unit ~a~aje@en,& kemudian disempurnak~m06lui SK Menhut No. 208/kkts-1112003
lp'.~$?
g it e 1 a h'
tentang Tata Cara Penilaian Kinerjarnengxtur hal-ha1 Usaha Pemanfaatan .Hasil Hutan Kayu pada Hutan 'Alam di Unit M a n a j e m e n d a l a m r a n g k a Peneglolaan Hutan secara Lestari. Di dalamnya ada 4 kriteria antar Lain kriteria ekologi yag m
: 6 ; - )
unsurnya, saling terkait dan saling
tergantung dalam keteraturan yang
a
.#.
bersifat spesifik atau antar tipe PHKA, PP No. 68 .# Tahun 1998 tentang Kawsan Suaka~lam dan ;:
ekosistem berbeda, terpadu, holistik
Kawasan Pelestarian Alam, didalamnya dan berdimensi ruang.
4. Pelaksanaan Amdal kehutanan yang mengatur tentang pelarangan terjadinya tertuang antara lain dalam : perubahan bentang alam pada kawasan
a. SK Menhut NO. 3 2 / ~ ~ t ~ - 1 1 / 2 0 0 3 tenebut d i atas yang disebabkan oleh karena tentang Pemberian lzin pada IUPHHK
pada Hutan Alam atau Hutan Tanaman melalui Penawaran dan Pelelangan.
b. SK Menhut No. 331Kpts-1112003 tentang Tata Cara Pengelolaan HPH Alam dan HPH Tanaman yang telah Mendapatkan Persetujuan Prinsip Berdasarkan Permohonan.
c. SK Menhut No. 688lKpts-11/90 tentang Peraturan Pembuatan dan Pembuatan Jalan
d. SK Menhut No. 16IKpts-1112003 tentang RKT, RKL, RKD, dan BK Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam.
e. SK Menhut No. 151tKpts-Ill2003 tentang RKT, RKL, RKD, dan BK Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman.
f. SK Menhut No. 4795tKpts-11/2002 tentang Kriteria dan lndikator Penqelolaan Hutan Alam Produksi
ada aktifitas di dalamnya.
Keterkaitan Hutan dan Linekunean
Hutan Indonesia ada seluas 120,35 juta Ha. Hutan ini termasuk kelompok hutan tropis terluas nomor tiga sedunia setelah Brazil dan Zaire. Hutan tropis berfungsi sebagai paru- paru dunia yang dpat menyeimbangkan iklim dunia. Dalam tataran global, keaneka- ragaman hayati hutan Indonesia terkaya nomor dua sedunia setelah Columbia. Oleh karena itu hasihya baik yang ternilai maupun yang maupun yang tidak ternilai, menjadi modal utama pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, mendorong pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi.
Harus diakui hutan rasional mengalami degradasi karena kelemahan dalam manajemen pengelolaan, baik di pusat, A daerah, maupun pada tingkat u n u pengelolaan usaha. Kemudia
perubahan, alih fungsi kawasan, dan b. Apakah sudah terbangun persepsi yang
kebakaran serta bencana alam lainnya. sama oleh semua stakeholder kehutanan
Degradasi ini ditindaklanjuti oleh pemerintah bahwa hutan adalah suatu aset tidak
dalam bentuk rehabilitasi hutan dan lahan. ternilai, dalam hal pembangunan
Selain itu diantisipasi oleh masyarakat dalam berwawasan lingkungan, yang untuk hat bentuk tuntutan oleh LSM dan pasar prosuksi itu pemanfaatannya perlu didasarkan atas
hasil hutan dunia. kelestarian yang berkesinambungan.
Dengan adanya dua variable yaitu berupa ~ ~~ d i i~~h~~~~~~ ~ ~ ~ k ~ ~ ~ ~ ~
peran kayu yang belum dapat digantikan oleh
barang substitusi dan posisinya yang masih Penerapan audit lingkungan kehutanan secara :&jharapkan m e n j a d i sumber dana eksplisit belum terekomendasi dalam
f : : ,
,&,bangunani maka masalah pera'tuian *: .perundang-undangan bidang
' dan d e g r a d a s i lahan, kehilangan
diperbaiki segera sebelum diaufiit- ~ l e h keanekaragaman hayati, deforestasi, dan
9
' AssesorlLembaga Penilai Independent.! meningkatny' efek rumah kac9karena s$u
/ a
bumi yang semakin tinggi.
Dari' kondisi yang t@i ini, maka semakin
k
jdas keterkaita9r;"iingkungan dan.
hutan,kait den$n kepentingan I ekonomi dan ek&&ii.
men&di dasar kon&'.
:&; ;"
.
".,.-&?hawasan ~in~@&$n~-a~au'5angunan berkela,n$tan.
I
Jika Allah menghendaki keburukan bagi
seseorang hamba, maka
:
1.
Dijadikannya orang itu sangat mencintai hartaI
2.
Dibentangkan dihadapan orang itucita-cita dan angan-angan
3.
Disibukkan orang itu dengan urusan keduniaanlagi yang kompeten iep&i
ketrampilan baik khusus maupun umum di
11t2004 seperti tersebut d i
bidang lingkungan kehutanan, basic
. S
.
pendidikan, pengalaman kerja, dan sembilan pertimbangannya hanya seb,Sp# pada .,. keindependensiannya.'
~eg&ka@~)m
':&4ak1p::,f;ys
atribut seperti etis, luwes, tegas, obyektif,
bila sewaktu-waktu
hastt:p&d&dhslyaaa~yPI.:
profesional, independen, dan selalu bekerja . . - .~ s:, ,, . ..
dipermasalahkan, statusnya teisek4 daflat;.
'W,i
atas dasar evidence based approach.
.
."*;&,
menjadi bumper. Kalau H apeRiybangpi
ci
"6
r
.k
Sesungguhnya fungsi lembaga assesor dapat independen ini saja, sesungguhnya davar$,lr.:r
', .q;
disubstitusi oleh auditor lingkup lnspektorat kode etik dan standar audit Aparat Pekeri&^;',$: Jenderal. Mereka tinggal dibekali dengan Fungsional Pemerintah (APFP) pun,
tblah:$3;
-) a&'Spengetahuan-pengetahuan tentang sistem mengaturnya. Kalau demikian "pada ,,
:'
manajemen lingkungan (IS0 14015 dan I S 0 hakikatnya fungsi tenebut bisa disubstitusi 19011) dengan design of environment (IS0 kepada auditor lnspektorat ~enderal.' ~ i n g g a l ' ' 14062), kajian daur hidup produksi (IS0 14040 lagi membandingkan berapa besar dana yang s.d. 14043), climate change (IS0 14064), dan dikeluarkan Departemen untuk membayar
evaluasi kinerja lingkungan (IS0 14031). jasa assesor dibandingkan dengan
Otoritas pemberi pembekalannya ada pada mengadakan pembekalan kepada auditor? Pusat Standarisasi Lingkungan Kehutanan
PEMANFAATAN GPS UNTUK
MEMPEROLEH BUKTI HUKUM
PELANGGARAN BIDANG KEHUTANAN
MAKALAH PKS INSPEKTUR IV
L
f i
barat rumah yang berhalaman luas, pemiliknya harus tahu persis
;
J b a t a s - b a t a s halaman rumah yang ditempatinya itu. Bila tidak maka akan
-mengundang konflik dengan tetangganya. Demikian halnya dengan hutan,
&:
Menteri Kehutanan sebagai pemimpin Departemen Kehutanan beserta
iannya yaitu : KSA dan KPA darat penetapan batas kawasan hutan temu gelang
19.806.374,57 ha), h u t a n lindung selama lima tahun terakhir (tahun 2000-2004)
(31.685.472,QZ ha), hutan produksi terbatas ada sebanyak 96 lokasi seluas 2.278.890,76
(22.923.901,26 ha), hutan produksi ha.
(35.958.779,43 ha) dan hutan produksi Menurut Kepala Badan Planologi yang
konverii (22.996.48gha). Untuk menjadi dimuat Tabloid Agro Indonesia Volume II Edisi
j
hutan tetapseb&htmana diamanatkanuu
NO. 69 tanggal 04 Oktober 2005, sampai Juli 2005 41 TaQun l$j@&)asal 15, proses pehgukuhan kegiatan tata batas hutan sudah mencapai1
e @wasan hutan harus melalui tahapan : 80%, namun yang baru disepakati oleh semua/-@'@Gkan kawasan hutan, penataan batas stakeholders baru 15%, atau seluruhnya 120
$Wasanhutan, pemetaan @wasan hutan dan dokumen berita acara. Selain itu masih ada
p e n e w kawasan hutan. Selama lima 47 dokumen berita acara yang sedang diproses
i,
hhun terakhir (tahun 2BOO-
2004), dari luas di daerah dan 33 dokumen berita acara yang tan nasional tersebut diatas telah sedang diproses di pusat.ditata batas luar sepanjang
'
*
aradi& ant&fa hutan
milik. : Konfiik t6Gadi
"?
'",*
hjF
-
. isumbfrdaya alam yang ada d i e a m n y a bebqs.3 ,
'1. , &&d.k9ki.mp:if%ntuk .,, diekploitasi. . Hal. ini,dimungkinkan ". '
kprena dalam UU No. 41 Tah'u8 1999 pasal 5
dah -+.dyat (2) keberada~h
m v , = R
setelah ada padu serasi antara TGHK dengan HPH dengan batas fungsi, batas persek~
Hingga kini Luas yang pasti tentang hutan menukar kawasan hutan de
primer, hutan sekunder, hutan rawa dan hutan.
padang ilalang terus berubah-ubah. Yang Contoh-contoh konfl
hampir pasti adalah data dari Pusat terjadi, walaupun tidak semua
lnventarisasi dan Perpetaan Kehutanan meja pengadilan, yaitu:
berupa laju deforestosi hutan per tahun, yaitu
seluas 2,8 juta haltahun. Di tengah areal 1. Masyarakat adat Meratus yang berad
hutan dengan potensi yang beragam tersebut, dalam hutan lindung G. Meratus
realitasnya ada yang berupa areal pertanian, Kalimantan Selatan yang terusik dengan
baik semusim maupun tahunan. Sudah barang keberadaan HPH Kodeco Group d i
tentu di sekitar areal pertanian itu terdapat sekitarnya.
pemukiman, termasuk berupa desa yang
sudah definitif. Lokasi-lokasi seperti ini ada 2. HPH PT. Duta Makmur Timber densan
yang sudah terbebani dengan hak masyarakat batas fungsi TN. Kerinci Seblat d i a
3. Batas persekutuan HPH PT. Bumi menjadi Taman Wisata Batu Putih di
Raya Utama dengan HPH PT. Erna Pengadilan Negeri Bitung Sulawesi Utara.
Juliawati d i Kabupaten Sanggau Dan yang paling hangat peristiwanya
Kalimantan Barat. adalah kasus Register 40 yang diserobot
perkebunan kelapa sawit milik D.L. Sitorus di
4. Sumur gas Darajat dengan CA. G. Kabupa
Papandayan Kabupaten Garut Jawa Barat.
5. Kawasan industri Dawuan (ujung Tol Provinsi
Cikampek) yang lokasi tukar gulingnya di lronis memang, keti
Kabupaten Pandeglang tidak clear dan kehutanan sudah semakin tipis isinya,
clean. pemiliknya baru sadar bahwa halaman
rumahnya belum dipagari semua. Dilema pun
TNGL oleh muncur, mana yang harus didahulukan antara
sawit PT. percepatan
peri&t#a'd
guna p , ,, ,i.
' .*p e ~ e s t a ~ ~ ~ a s a n ! beserta
eminimalkan k h k . k k h kare
obosan b w u M u p a p q u n a a
i
rcepatan pi"$elesaiannya, t
as kawasan yang rawan konflik dan pada
*. ,. , pembukaan jalur dari Dusun Batu Katak kawasan hutan yang belum tuntas
menuju Dusun Raja Bulan di TNGL dikukuhkan. Ide ini muncul setelah
berdasarkan ijin pinjam pakai yang mengambil pelajaran dari kegiatan illegal
dikeluarkan Ka Kanwil Dephutbun Sumut fishing oleh kapal-kapal ikan milik negara
di Pengadilan Negen'Medan S~matera lain. Ketika kapal asing tersebut masuk ke
Utara. perairan nasional seperti terjadi di perairan
I, 8. Gugatah S. b j u dkk atas Kampung Karuru Arafuru, dengan sigap kapal patroli
yang merubkan tanah persekutuan adat menggiringnya hingga ke luar batas. Padahal
Pung Tua Pamona Tawi Yang diklaim di perairan tersebut tidak tampak batas
Qai hutan [indung di Pengadilan fisiknya. Hal yang persis sama adalah ketika Negeri Palopo Sulawesi Selatan. pesawat tempur asing terbang diatas angkasa
Indonesia seperti yang pernah terjadi diatas P.
9.
Gugatan Ny. Sartie Ma5bman atas tanah Bawean. Armada tempur dari LanudF 'JJA!JJJJ dnyez~ualu e A u u e e a a w a T
p e l 6u!j!pa uep juaurjsnfpo luaas!s uauodwo)l .s!)e~Soa$ asoqojop
npad elu!qas sel!leny uelueSe~aqay aenqlualu ynlun eaep ueylndwnSualu
ueSuap lueae~aq SueA elep Jaqluns .J leJnye uep l e d a ~ ueSuap ledep !u! ae)v
qe~nye
3 3
s!ua[ Su!sew Su!sew y n ~ u n !$el l!lalesyepn SueA ley01 l o ~ ~ u o y y ~ ! l uenauauad .q p-E nilad eyew 'y!aeluolo eJezIas uey!se~ado!p -eAu~qaAo~d luals!s ueeunSSuad u!Su! el!qedv .a!laaes p ueynl~ad!p y~apoaS , .
;yelueS.e~aqay eped leq!yeJaq SueA
t . : . . sd3 ynaun uep wales
E
lelu!u!w ueyqnanqipueA Jesep eaad uelueSeJaqq .e ! p aedep~aa -+!q~o d e ~ a s eped ue!y!luap
:na!eA '!depeq!p ue8uaa q q ~ o 9 luelep ay !Seq~h uep
ueqeleselu~ad ede~aqaq aedep~aa luy OOZ'OZ ue!SSu!lay !p we[ 2 1 d e ~ a s !wnq :ueie"sa~uad npad d e a l unlueu !Su!l!laSuaw )!aye q!selu SueA JeameN a!laaes
ehq ueqnynsuad i!seq ueaedazI~ad pz epe !u! lees .eAu]!q~o eped JepaJaq )!aye
d. Kekurangkonsistenan hasil penafsiran yang kompeten, cukup dan relevan.
yang dilakukan oleh pihak pihak yang Seluruhnya ada tujuh jenis bukti yaitu
tidak kompeten. pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi,
Dalam ha1 terjadi konflik, GPS dapat pengamatan, pertanyaan atau wawancara,
membantu penyelesaian kepemilikan / pelaksanaan ulang dan pengujian analitis.
penguasaan oleh pihak lain karena GPS sebagai alat, terkait dengan jenis bukti
memiliki tiga fungsi tenebut (untuk pelaksanaan fisik, pelaksanaan ulang dan
,identifikasi, reposisi dan pengecekan). pengujian analitis. Bentuk fisiknya adalah
ljwtuk diketahui, peta-peta das
, , , sil editirpgdari software ygng
. .
. ~d i g u w .adql$h RBI ~pi'ffiriii-indbhe$ia, dig&
;
.;'
kurh&n"ii~'dipat. disltarakdhprod W.-(Topografii produksi J ataqsyrat setelakdilengkapi
a'
Topografi 'TNI AD), JOG ( Kontur n *li:;.:4eng$:&%arJ; , . . , ,
Kelerengan, produksi Joint Op t bukti hukum sebagaimana
Graphic-US Army) atau RepPProt (Peruntukan natkan dalam ayat (I) pasall84 KUHAP
dan Penutupan L&an, produksi Departemen
Transmigrasi). 'BAKORSURTANAL sebagai Berdasarkan klasjfikasi, GPS bisa sebagai
ukung. Semuanya tergantung
"
: Y . & . ,*.":
"""
3: Sebagai bukti pendukung, bila bukti .!. ,
;,
langsu&)&ng _1 digunaKan dalam proses':
pembuktia>betium cukup untuk suatu" fakta yang sama, walaupun karakter bukti yang satu dengan yang lainnya
berbeda.
4. Sebagai bukti utama, bila proses
pembuktian mendatangkan kepastian
yang paling kuat atas suatu fakta karena
keasliannya dan langsung mengarah pada
suatu kejadian.
5. Sebagai bukti tambahan, bila tingkat
jkeandalan untuk mendatangkan suatu
ang pasti belum meyakinkan. Bukti ini
apat digunakan bila ada kesepakatan
an bukti utama rusakatau hilang.
1.
Yang penting disini untuk menguraiI
benang merah keterkaitan antara aplikasi penggunaan GPS dengan kegiatan pengukuhandan penatagunaan kawasan hutan adalah
dengan cara meminimalkan permasalahan
dan mensepakati penyesuaian ketika GPS
diputuskan untuk digunakan sebagai alat ukur
~ a l - ha1 sebagai berikut :
a. Perlu data dasar yang sama sehingga
komunikasi dan pengelolaan antar dan
pada unit yang berbeda dapat dilakukan
dengan cepat, akurat dan konsisten.
b. Perlu standar penafsiran yang disesuaikan
dengan kondisi, antara lain kalibrasi GPS
yang rutin oleh institusi yang berwenang.
c. Perlu konsistensi dan struktur yang
terintegrasi di setiap level penafsiran
peta dasar yang masih beragam tingkat
kompetensinya, antara lain operator
yang telah memiliki sertifikat yang
diterbitkan oleh pihak yang berwenang.
d. Perlu penyamaan persepsi mengenai
konsep pengelolaan peta dengan
pengendalian terpusat. Selain itu perlu
sosialisasi yang ditujukan kepada aparat
penegak hukum bahwa GPS sebagai hasil
teknologi digital, dapat digunakan
sebagai a l a t guna p e r c e p a t a n
MENGAJUKAN RALAT ATAS TEMUAN
/
SARAN.
KENAPA TIDAK
?
Oleh
:
Hemita*
Simpulan hasil Pemeriksaan ltjen yang sasaran; 3) Kriteria dengan kondisi tidak
,. dituangkan dalam Laporan Hasil Audit (LHA) matching, sehingga temuan berkesan &:?~erdiri atas temuan dan saran. Temuan mencari-carikesalahan.
". m,. J:.?
iri atau dari sudut dilakukan auditan ?
ter$ebut sudah disetujui oleh Bupati X melalui
surdt no. 0001xyr. 'kmbelian dilakukan di
tuhkan) dan harga>bibit mengacu pada
SK
..
.
'kredibilitas. Orang yang berani mengak kekelir~annya
adalah
.
oragg;. . .ya&
.berjiwa,., ? , . .
Memperhatikan hal-ha1 besar dan.jusUu njempunyai "i!at~a$.&@'ig
*$&$
, . ' # >.:.: .., ,
~
**
% , * > * >L . L * , ,
",
.d "
ng sudah ada ? * Ka Sub Bagian ~emantauan~indakLanj'ut,ll :,
:
' + .
Apakah auditan dapat memperoleh klanfikasi . ~ dari hasil tinjauan tenebut?
Seringkali orang tidak menyukai nasehat
karena cara penyampaiannya yang kurang tepat
dan kurang berkenan di hati penerimanya.
Nasihat di hadapan orang lain sama saja
I
1
Dengan membongkar aib orang yang dinasihati
,$%ran
h a w
mngandung
kemungkinan
Meskipun
maran
ftuIrwm
=&UPk w h ,
l~ntuk dam$
diwpa5,
hfndarf
sswan
y a w
hamun
s a s a my m g
~khams
dkup
tuwes,kmh$ang
p l u dipertimhngkan rneliputi
rubahan
-perubdhasi.
k m h a
tunttftm
per u
~ b w n - ~ ~ ~ ~ g ~ ~ h ~ n
d.aLam
pr
~ y e b fWd~i,
~ p u ~ ~ . d e ~ ~ s
sasam
te):ekonaml,
reial,
pdT&
dash
teltrib
a
sumherdaya
manusfa,
sumberdana
y a wyng atau
oportunistir.
tersedfa
dan kemampuan Cnovatif teknis."Membedkan motivdsi".
SaaM
yang tepat rnamptrmengidentifikasi
>&met
yang
masu
k
akat,
rnemperhitungkan
Riasanya
sasaran
Hng
terlaluI 'I
beratdan
p~vgalarnan
praktis dan
pelbagaikrada
di luarjangkuan
kemampuananggota
;%"tiUal@stian
dan
mernberllcan peluang bagiMdak
rhemberikarr
m o t i v a s i untiuk1,
I. , I
,
'M@
gqke[itqn
y n glog&, bjrmndar
padspe"pin~q~
s e d a n ~ h
YaW terkpu: - I.
Iml
lmengenai
s u m b e r m
mmusia
yang
budahpun
mhjadi
tidak'menantang. ~ n t u k
agresif, setingkat lebih tinggi dad raw-rats
'Papat diterima oleh semuo
anggota
'"
yang
dapat dicapai danrnenyangkut
Sasaraf~ Yang diterima semua %!Pta\ kepentfngan
sernua
anggota,
memitiki dayayang
teiibat merupakan sasa
.eAunaye~ uep qelunj y!eq )!aeI!auny
ueSueqwaSuad ynaun 3ee)ueuJaq e S o u a ~ .,,UDJDSDS JDJUD UDJ,)!D~JJ)JN,
.!ede~!p ynaun !e)!uJaq aeSues uep e S ~ e q ~ a q welepuau uep yeAueq q!qal Suer( Wensas UesnunJ ueyednJau UeJeseS eAuunun Sulsew-Su!seu eyamu ueeuesyelad
,, . , , l ! S ~ $ ~ p ~ ~ 3 ~ l q ! Y ~ a g ~ !euaSua~ er(ue~0SSue e~g'@!l!lu!~ SueA y!uaJ
~ ~
# l , ,
uep )!au!&sqns u e n q ~ a W e 4 '!ses!leJauasapJaa
I..
.!el!u!p-uepdn!p
'!~@%~lb
,.
*e .)"^ aeSues-SgeA !ses!ueho uelep In$! Su!dwes!a
a. SLP sederajat
b. SLA sederajat
!>
i
c. Akaderni ID 3
d.S1
e. 52
f.53
g. lainnya, sebutkan
...
3. Usia pernbaca adalah
a. 20 tahun ke bawah b. 21 -30 tahun
c. 31 -40 tahun
d. 41 -50 tahun
e. 51 tahun ke atas
4.
Profesi pembaca adalah
a. PNS Departemen Kehutanan
b.
PNS Non Departernen Kehutanan
I
I
I
adalah
a. Cukup rnemadai
ib. Belurn rnernadai, untuk
(-)
Untuk kualitas kertas
(-)
Untuk separasai garnbar
1
8. Menurut pernbaca segala jenis artikel dan rn&l tulisan lainnya adalah
i
I
a. Sesuai narna bulletin maka artikel dan jenis tulisan yang dirnuat harap
yang terkait dengan rnasalahasalah pengawasan.
b. Bisa diperkaya dengan artikel dan jenis tulisan yang lain sepanjang
terkait pada bidang kehutanan
i.
Artikel Rohaniah
j.
Lainnya, sebutkan
... . . .
.
.
,.Terkait dengan kualitas Inform
Buletin pengawasan ini, perasaan
membac
~dalah
a.
Tidak Puas
b.
Kurang Pws
c.
Cukup Puas
d.
Pws
11
.Dapatkah pembaca menjelaskan hat-hat apa saja yang dapat rnenjadikan
pembaca pwslsangat pws sesaat setelah membaca buletin pengawasan
ini
1Z.Mchurut
p
m
m
,
sebaiknya
buletin
pengawasan
ini
terbit
berkah
a.
Bulman
b.
Tiga
W n a n
c.
E m
f h n a n
13.Terkait'
tlengan
Icepuasanlketidakpuasan
m c a
d a m
membaca
bulletin
p
e
w
ini,
aspirasi
pembaca
ke
redakturlstaf redaksi akan
disampaikan melalui
a. Telepon
b.
Fax
c.
Surat
d. Lainnya, sebutkan
.,...
14.lnginkah pembaca membaca buletin pengawasan edisi berikutnya
a. TMak lngin
b.
lngin
'
c.
Sangat
ingin
d. Lainnya, sebutkan
.,..,...
Kuesioner
yang sudah diisi dapat dikembalikan ke Redaktur Buletin
Fmgawasan
lnspektur Jenderal
Departemen
Kehutanan ke alarnat yang
4