• Tidak ada hasil yang ditemukan

STIE Mahardhika – Jurusan Akuntansi Reg B STIE Mahardhika 2014 031 GCG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STIE Mahardhika – Jurusan Akuntansi Reg B STIE Mahardhika 2014 031 GCG"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KETAATAN HUKUM MAMPUKAH

MEMODERASI HUBUNGAN

GOOD

CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP

AUDIT REPORT LAG

Jenis Sesi Paper :

Full paper

Lailah Fujianti

Universitas Pancasila

[email protected]

Audit Report Lag (ARL) the completion of the audit that the length of time is measured

from the date of closing of the financial year until the issuance of the audit report signed

by the auditor. Benefits of the financial statements will be reduced if the report is not

available on time. This study examines the Good Corporate Governance (GCG) mechanism

and external auditors that affect ARL including the board of directors, independent board

of director, audit committee and the external auditors and regulatory pressures. This study

sampled kompas 100 companies in Indonesia Stock Exchange, with a sample of 94. This

study was measured by using a Moderated regression analysis. These results indicate that

Partially, the board of directors, independent board of directors have a significant effect on

ARL before and after uses moderating variable legal pressure, and the audit committee,

external auditors have not a significant effect on ARL. Regulatory pressures plays a role as

a moderator variable in the relationship the ARL with the GCG

(2)

1. Pendahuluan

Laporan keuangan menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan (SAK 2015: 3). Informasi ini berguna bagi pihak-pihak

yang berkepentingan sebagai salah satu in put dalam pengambilan keputusan bisnis (Dogan et al.

2007). Informasi laporan keuangan akan lebih berguna bila di sajikan tepat waktu (Fujianti, 2016).

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan unsur penting demi berfungsinya

mekanisme pasar modal. Untuk itu badan pengawas pasar modal di berbagai negara mengeluarkan

peraturan mengenai batas akhir penyampaian laporan keuangan. Ketepatan waktu penyajian laporan

keuangan bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menurut Keputusan Ketua

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) Nomor :

Kep-346/BL/2011, Tanggal : 5 Juli 2011 adalah tiga bulan setelah tanggal laporan keuangan. Data BEI

menunjukkan jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI yang tidak tepat waktu dalam penyajian

laporan keuangan selama tiga tahun terakhir jumlahnya bervariasi yaitu pada tahun 2013 terdapat 52

perusahaan, tahun 2014 ada 49 perusahaan, pada tahun 2015 ada 52 perusahaan.

Lamanya waktu penyajian laporan keuangan sampai tanggal diterbitkannya laporan keuangan

yang telah audit disebutAudit Report Lag/ARL(Habib and Bhuiyan 2011; Reheul et al. 2013). ARL

telah menjadi objek penelitian oleh banyak peneliti di berbagai negara, baik di negara maju maupun di

negara berkembang. Beberapa peneliti yang telah meneliti ARL di negara maju seperti di Amerika

Serikat (Lee et al. 2008; Ames, 2013), New Zealand (Gilling, 1977; Walker & Hay, 2007), Australia

(Whittred & Zimmer, 1984; Wah Lai & Cheuk (2005), Perancis (Soltani, 2002), Korea (Bae dan

Woo, 2015), Yunani (Owusu-Ansah & Leventis, 2006), di Hong Kong (Ng & Tai, 1994; Jaggi &

Tsui, 1999), Canada (Ashton & Newton, 1989). Beberapa peneliti yang meneliti ARL di negara

berkembang seperti Bangladesh (Imam et al. 2001; Ahmed, 2009), Jordan (Al-Hazaimeh, 2011),

Iran (Pourali et al. 2013; Abdollahi, 2012) Zimbabwe (Owusu-Ansah, 2000), Malaysia (Ahmad &

(3)

Taylor1998); Mesir (Khlif dan Samaha, 2014, Aklee, 2011), Nigeria (Modugu et al. 2012), Palestina

(Hasan, 2016).

Variabel yang banyak dikaji dalam hubungannya dengan ARL terungkap dari penelitian

sebelumnya yaitu variabel berkaitan audit (Lee dan Jahng, 2008) seperti audit risk, audit complexity

and auditor expertise (Chan et al, 2016), tipe auditor, pergantian auditor, jenis opini audit (Ahmad dan

Hossain, 2010). Hal disebabkan karena laporan keuangan yang disajikan untuk publik harus telah

melalui proses audit oleh auditor eksternal. Auditor eksternal membutuhkan waktu untuk

menyelesaikan proses audit sehingga akan mempengaruhi ARL.

Disamping variabel audit, mekanisme Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel

yang mempengaruhi ARL juga banyak dikaji pada penelitian sebelumnya, karena mekanisme GCG

meliputi struktur kepemilikan, dewan komisaris, dewan direksi, komite audit yang berfungsi sebagai

pengawas dan pengendali tindakan manajemen dalam pengambilan keputusan operasi perusahaan.

GCG juga menfasilitasi penyajian laporan keuangan tepat waktu (Ilaboya dan Christian, 2014). Akan

tetapi hasil penelitian menujukkan adanya kontradiksi pengaruh mekanisme GCG terhadap ARL.

Azubike dan Anggreh (2014) menunjukkan adanya pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap ARL

sedangkan Nor et al. (2010) menunjukkan sebaliknya tidak ada pengaruh. Apadore dan Noor (2013)

mendukumentasikan dewan komisaris independen signifikan berpengaruh terhadap ARL sedangkan

Li et al. (2014) menunjukkan sebaliknya. Voku dan Cular (2014) menunjukkan komite audit

independen signifikan berpengaruh terhadap ARL sedangkan Aljaaidi et al (2015) menunjukkan

sebaliknya.

Salah satu variabel yang belum banyak diteliti dalam kaitannya ARL adalah tekanan ketaatan

hukum. Tekanan ketaatan hukum ini memaksa seseorang atau organisasi untuk metaatinya, sebab bila

tidak, resiko berupa saksi yang harus ditanggung oleh organisasi atau perusahaan tersebut. Lord dan

Dezoort (2001) menyatakan bahwa seorang auditor yang mendapat tekanan ketaatan baik dari

hukum/peraturan maupun dari sosial akan berpengaruh terhadap kualitas auditnya. Tekanan ketaatan

hukum ini diprediksi sangat memegang peranan penting terhadap ARL, karena GCG perusahaan

(4)

dikaji dalam hubungannya GCG terhadap ARL. Untuk itu penelitian ini akan mengkaji kembali

pengaruh variabel audit dan GCG terhadap ARL dan menguji kemampuan moderasi variabel tekanan

ketaatan hukum dalam hubungan variabel GCG terhadap ARL. Variabel ini tekanan ketaatan hukum

selanjutnya disebut ketaatan hukum merupakan variabel baru yang ditambahkan dalam penelitian ini.

2.

Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Teori Keagenan

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai

prinsipal dan manajemen sebagai agen, hubungan ini dikenal dengan nama hubungan keagenan.

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as a

contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to

perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the

agent”. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak (Wu et al. 2014) dimana principal memberikan

wewenang kepada agen untuk mengambil keputusan mengenai operasi perusahaan. Agen sebagai

pihak yang diserahi wewenang harus mempertanggungjawabkan dan melaporkan pelaksanaan

tugasnya kepada principal. Salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan

pertanggungjawaban tersebut adalah laporan keuangan.

Hubungan keagenan akan memicu timbulnya masalah keagenan. Masalah keagenan ini timbul,

bila keputusan yang diambil oleh agen mengenai operasi perusahaan tidak sejalan dengan tujuan yang

diinginkan principal yaitu memaksimalkan kemakmuran principal lewat maksimalisasi nilai

perusahaan, melainkan untuk memaksimalkan kemakmuran pribadi agen. Masalah keagenan

potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus

persen. Proporsi kepemilikan tersebut membuat agen cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi

dan bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya

keagenan (agency cost). Fama Jensen (1983) mendefinisikanagency costsebagai jumlah biaya yang

dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil bagi perusahaan

memilikizero agency costdalam rangka menjamin agen akan mengambil keputusan yang optimal

(5)

Teori keagenan merupakan teori yang relevan untuk penelitian ini karena menjelaskan fungsi

Dewan Komisaris; dewan komisaris independen dan Komite Audit dalam struktur GCG sebagai

pemonitor dari mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan. Fungsi monitoring ini berkaitan

praktek GCG dan pelaporan keuangan sebagai proses pertanggungjawaban kinerja agen (Shukeri dan

Nelson 2011).

2.2 Audit Report Lag

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan masalah umum dan penting dalam

pelaporan keuangan beberapa tahun terakhir ini. Ketepatan waktu meningkatkan kegunaan informasi

akuntansi dan menjadi elemen penting untuk menilai kualitas laporan keuangan di negara-negara

berkembang (Leventis et al., 2005). Dengan alasan tersebut penyajian laporan keuangan tepat waktu

menjadi syarat karakteristik kualitatif penyajian laporan keuangan dalam standar akuntansi yang

berlaku di beberapa negara (Eghlaiow, 2012). Investor memiliki kepentingan terhadap penyajian

laporan keuangan tepat waktu. Kepentingan tersebut ditujukan pada nilai ekonomis dari informasi

yang terkandung pada laporan keuangan. Keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan akan

menurunkan kegunaan dan nilai ekonomis dari suatu informasi (Apadore dan Noor, 2015).

ARLmerupakan periode antara akhir tahun fiskal sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan

audit yang telah ditandatangani auditor (Pizzini et al. 2015). Penekanan jangka waktu ARL

memegang peranan penting dalam penyajian laporan keuangan tepat waktu. Untuk itu penelitian

terkait variabel yang berpengaruh terhadap ARL menjadi penting guna menemukan strategi bagi

pengawas pasar modal dalam mengurangi ketidaktepatan penyajian laporan keuangan dan bahan

evaluasi bagi investor dalam memilih ke perusahaan mana investasinya akan ditujukan.

2.3 Good Corporate Governance

GCG mengatur hubungan pihak pengelola perusahaan dengan pihak lain yang berkepentingan

(stakeholder) terhadap perusahaan, sesuai dengan definisi GCG oleh Forum for Corporate

Governance in Indonesia (FCGI) yaitu “Corporate governance is assets of rules that define the

relationship between shareholders, managers, creditors, the government, emplyees and other internal

(6)

main dan prosedur yang mengatur hubungan antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak

yang melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut (Rouf, 2011).

Efektivitas GCG dalam mengawasi proses pelaporan keuangan merupakan suatu hal penting

untuk menjaga kepercayaan investor di pasar modal (Ebaid, 2013). Perusahaan dengan mekanisme

GCG yang baik diharapkan dapat meningkatkan persepsi investor dari keandalan kinerja perusahaan

yang diukur dengan laba. Penelitian terdahulu membuktikan GCG memainkan peran penting dalam

proses monitoring, dan karena itu memiliki dampak positif pada kualitas laba yang dilaporkan (Gul et

al, 2009; Jiang dan Anandarajam, 2009; Lin dan Hwang, 2010).

Informasi kualitas laba akan berguna bagi pemakai laporan keuangan jika disajikan tepat waktu

(Deachow et al. 2010), karena mekanisme GCG memiliki prinsip-prinsip yaitufairness, transparancy,

accountability, dan responsibility (Siallangan dan Januarti, 2014) maka dengan penerapan

prinsip-prinsip tersebut mekanisme GCG diharapakan mampu meningkatkan ketepatan waktu dan

meningkatkan integritas laporan keuangan (Mukhtaruddin, et al. 2014). Tiga mekanisme Mekanisme

GCG yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Dewan Komisaris (DK), Dewan Komisaris

Independen (DKI) dan Komite Audit Independen (KAI).

2.3.1

Dewan Komisaris danAudit Report Lag

Salah satu kelemahan ukuran DK yang besar adalah komunikasi dan masalah koordinasi (Nor

et al., 2010). Hal ini membuat dewan komisaris kurang mampu dan kurang efisien dalam memonitor

operasi perusahaan dibandingkan dengan ukuran dewan komisaris yang kecil (Dimitropoulos &

Asteriou, 2010). Mak dan Li (2001) berpendapat bahwa ukuran DK yang besar kurang mampu

berpartisipasi dan tidak teorganisir sehinga tidak dapat mencapai kesepakatan. Xie et al. (2003) juga

berpendapat bahwa ukuran dewan komisaris yang kecil tidak terbebani dengan masalah birokrasi,

sehingga lebih mampu memberikan laporan pengawasan keuangan yang lebih baik, untuk itu

Hipotesis 1 (H1) adalah sebagai berikut :

(7)

2.3.2

Dewan Komisari Independen danAudit Report Lag

DKI adalah dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan. Dewan ini terbukti penting

dan telah diakui bahkan diatur dalam peraturan pasar modal mengenai keharusan perusahaan

memiliki DKI. Mekanisme GCG di banyak negara memberikan perhatian khusus untuk memiliki

proporsi DKI yang wajar dalam perusahaan. DKI merupakan salah satu unsur penting dalam

mekanisme GCG serta kehadirannya dalam dewan komisaris merupakan rekomendasi dari praktisi

GCG (Zattoni & Cuomo, 2010). Regulasi dari berbagai negara mengharuskan komisaris independen

mengembang tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pengawasan yang efektif (Lazar et al.,

2014) atas prilaku direksi. DKI yang efektif memantau prilaku direksi atas kepentingan minoritas (El

Masry, 2008), untuk itu Hipotesis 2 (H2) adalah sebagai berikut :

H2 : Dewan Komisaris Indpenden berpengaruh negatif terhadapaudit report lag.

2.3.3

Komite Audit Independen danAudit Report Lag

KAI merupakan bagian yang penting dalam struktur GCG khusus yang berkaitan dengan

kualitas dan penerbitan laporan keuangan (Ika dan Ghazali, 2012) dan merupakan pemonitor penting

dalam proses pelaporan keuangan. Regulator dan investor menyerukan komite audit harus

independen dari manajemen agar mampu melakukan pemantauan yang efektif, sehingga dapat

menekan perilaku oportunistik manajemen, dan memastikan penyajian laporan keuangan yang

berkualitas (Agoglia, et al. 2011)

Komite audit ini biasanya memiliki mayoritas anggota dari eksekutif dan diharapkan melihat

urusan perusahaan dengan cara terpisah dan tidak memihak. Kualitas dan kredibilitas terhadap

pelaporan keuangan dapat menurun ketika komite audit memiliki kemandirian rendah atau tidak

independen (Habbash, 2010). Salah satu tujuan dari komite audit adalah untuk memberikan ulasan

objektif tentang informasi keuangan (Emeh, 2013) dan Archambeault et al (2008) menunjukkan

bahwa kemerdekaan komite audit mengurangi manajemen laba dan kemungkinan penyajian penipuan

pelaporan keuangan. Demikian pula, Choi et al. (2004) menemukan ketika anggota komite audit

(8)

demikian, independensi komite audit merupakan faktor kunci dalam meningkatkan perannya dalam

mencegah mispernyataan dalam laporan keuangan, untuk itu Hipotesis 3 (H3) adalah sebagai berikut :

H3 : Komite audit independen berpengaruh negatif terhadapaudit report lag.

2.4 Auditor Eksternal danAudit Report Lag

Laporan keuangan yang disajikan ke publik harus melalui proses audit oleh Auditor Ekternal

(AE) untuk memperoleh integritas dan legitimasi atas akurasi laporan keuangan tersebut. Proses audit

memerlukan waktu sehingga dapat berpengaruh ARL. Afify (2009) menyatakan bahwa perusahaan

audit yang besar memiliki motivasi yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan audit dengan tepat

waktu, guna menjaga reputasi dan nama mereka. Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) ini

merupakan sinyal bahwa KAP tersebut melakukan proses audit dengan baik sehingga dapat menjaga

kepercayaan masyarakat. KAP besar diprediksi dapat menyelesaikan proses audit lebih cepat

dibandingkan KAP kecil, karena mereka memiliki lebih banyak staf audit yang lebih berkualitas.

Keahlian auditor berdampak pada efisiensi dan efektivitas proses audit (Blankley et al. 2014).

Pengetahuan auditor yang lebih luas mengenai bidang usaha klien atau spesifikasi jenis industrinya,

memungkinkan auditor dapat mengidentifikasi dan mengatasi risiko dalam proses audit (Blankley et

al., 2015). Habib (2015) menyatakan KAP besar menghasilkan ARL lebih pendek dibandingkan

dengan KAP kecil dan menengah auditor. Lee et al. (2009); Dao, dan Pham (2014) membuktikan ada

pengaruh audit ekternal terhadap ARL, untuk itu Hipotesis (H4) adalah sebagai berikut :

H4 : Auditor eksternal berpengaruh terhadapaudit report lag.

2.5 Ketaatan Hukum danAudit Report Lag

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan mendapat perhatian dari regulator (Krishnan dan

Yang 2009; Abbott et al. 2012; Bronson et al. 2011). Perhatian ini terutama ditujukan pada batas

waktu penyajian laporan. Regulator Securities and Exchange Commission(SEC) di beberapa negara

telah menetapkan peraturan mengenai batas waktu penyajian laporan keuangan guna mengurangi

keterlambatan penyajian laporan keuangan oleh banyak perusahaan publik (Lambert et al. 2013).

(9)

keuangan bagi perusahaan yang terdaftar yaitu tanggal 31 Maret tahun berikutnya setelah tanggal

laporan keuangan berakhir. Batas waktu penyajian laporan keuangan ini menjadi tekanan bagi

perusahaan untuk mengurangi ARL, karena perusahaan yang tidak mematuhi peraturan tersebut akan

dikenakan saksi berupa denda sebesar Rp 150 juta. Oleh karenanya peraturan ini menjadi tekanan bagi

perusahaan agar mentaati peraturan tersebut. Tekanan mentaati peraturan dalam penelitian ini

diistilahkan Ketaatan Hukum (KH), untuk itu Hipotesis 5,6, dan 7 sebagai berikut :

H5 : Ketaatan hukum berpengaruh negatif terhadapaudit report lag.

H6 : Semakin Tinggi ukuran dewan komisaris dan ketaatan hukum akan

berpengaruh terhadap semakin pendeknya Audit report lag

H7 : Semakin Tinggi ukuran dewan komisaris independen dan ketaatan hukum

akan berpengaruh terhadap semakin pendeknya Audit report lag

H7 : Semakin Tinggi ukuran komite audit independen dan ketaatan hukum

akan berpengaruh terhadap semakin pendeknya Audit report lag

3. Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel

Penentuan sampel berdasarkan metode purposive sampling yaitu perusahaan yang terdaftar

dalam kelompok kompas 100 pada tahun 2013. Berdasarkan kriteria seleksi sampel diperoleh 95

perusahaan dan 5 perusahaan dikeluarkan dari pengamatan karena tidak memiliki kelengkapan data.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini diukur berdasarkan penelitian sebelumnya, kecuali untuk variabel

tekanan KH diukur berdasarkan peringkat. Peringkat 2 diberikan kepada perusahaan yang tepat

waktu menyajikan laporan keuangan pada tahun sebelumnya, 1 diberikan kepada perusahaan yang

telat menyajikan dan 0 bagi perusahaan yang tidak menyajikan. Pengukuran berdasarkan peringkat ini

didasarkan pada logika bahwa yang tepat waktu akan lebih baik dari yang tidak dan yang tidak tepat

waktu lebih baik dari yang tidak menyajikan laporan keaungan. Penelitian ini juga menyertakan

(10)

yang diukur dengan net profit margin. Ringkasan operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.1

(11)

3.3 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

3.3.1 Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau

residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dengan statistik One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test(K-S). Multikolinearitas yaitu ada hubungan linier yang pasti antara variabel bebasnya

(independent). Uji Multikolinearitas dengan Variance Inflation Factor (VIF) dibawah 10 atau nilai

tolerance diatas di atas 0,1. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode

sebelumnya (t-1). Pengambilan keputusan uji DW untuk menilai ada atau tidaknya autokorelasi.

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tersebut tetap, maka disebut homoskedastisitas. Uji ini

dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antar nilai prediksi variabel tidak bebas yaitu ZPRED

dengan residual ZRESID. Pengujian ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu dalamscatterplot.

3.3.2 Model Penelitian

Model penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dan persamaan penelitian berikutnya

Gambar 3.1

(12)

3.3 3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan uji t yaitu apakah variabel independen secara parsial memiliki pengaruh

yang signifikan atau tidak dengan variabel dependen. Kriteria Pengujian (α = 5%)

a) Ho diterima jika p value ˃ 0,05 .Ini berarti tidak ada pengaruh dari variabel bebas terhadap

variabel terikat secara parsial.

b) Ho ditolak jika p ≤ 0,05 ttabel. Ini berarti ada pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

secara parsial.

4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar dalam kompas 100 tahun 2013. Jumlah

populasi ada 100 perusahaan dikurangi 5 perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data dan 1 data

outlier, maka jumlah sampel penelitian ada 94. Tabel 4.1 menunjukkan statistik deskriptif dari

masing-masing variabel.

Variabel ARL bernilai minimum adalah 16 hari, maksimum 90 hari, rata-rata 67,362 hari dan

standar deviasi 17,495. Variabel DK bernilai minimum adalah 0,364, maksimum 2,167, rata-rata

0,915 dan standar deviasi 0,363. Variabel DKI bernilai minimum adalah 0,167, maksimum 0,800,

rata-rata 0,436 dan standar deviasi 0,118. KAI bernilai minimum adalah 0,00, artinya ada perusahaan

yang tidak memiliki komite audit independen, maksimum 1,000, artinya perusahaan memiliki

maksimum satu orang komite audit. Variabel AE bernilai minimum 0,00 dan maksimum 0,100. Nilai

0,00 berarti diaudit oleh non big four dan 1 diaudit oleh big four. Perusahaan yang diaudit oleh non

big four berjumlah 22 perusahaan dan big for 72. Variabel KH bernilai minimum adalah 1,00. Nilai

1,00 artinya perusahaan yang tidak tepat waktu dalam penyajian laporan keuangan. Perusahaan yang

tidak memenuhi tepat waktu berjumlah 25 perusahaan. Variabel KH bernilai maksimum 2,00. Nilai

2,00 artinya tepat waktu penyajian laporan keuangan tahun sebelumnya yaitu berjumlah 69

Y = a + b

1

DK + b

2

DKI + b

3

KAI+ b

4 +

b

5

AE + b

6

TA + b

7

PROFIT +b

8

KH*DK +

(13)

ARL DK DKI KAI AE KH TA PROFIT

ARL 1

DK ,019 1

DKI -,041 -,052 1

KAI ,016 ,197 -,020 1

AE -,145 -,209* -,018 ,084 1

KH -,237* -,067 ,158 -,177 ,126 1

TA -,431** -,047 ,097 ,006 ,260* ,081 1

PROFIT -,274** -,084 ,193 -,117 -,077 ,090 ,196 1

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Minimum Maximum Mean Std. Deviation ARL 16,000 90,000 67,362 17,495

DK 0,364 2,167 0,915 0,363

DKI 0,167 0,800 0,436 0,118

KAI 0,000 1,000 0,676 0,197

AE 0,000 1,000 0,660 0,476

KH 1,000 2,000 1,734 0,444

TA 5,209 8,865 7,201 0,656

PROFIT -33,240 62,900 12,579 17,010

perusahaan. Variabel TA diukur dengan logaritma natural terhadap total assets sedangkan Variabel

PROFIT diukur dengan Net Profit Margin. Nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi

dapat dilihat lebih lanjut pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

Tabel 4.2 menunjukkan korelasi matrik dari masing-masing variabel. DK berhubungan positif

tidak signifikan dengan ARL (0,019, p> 0,05). DKI berhubungan negatif tidak signifikan dengan ARL

(-0,041, p>0,05), KAI berhubungan positif tidak signifikan ARL (0,016, p>0,05). Auditor ekternal

berhubungan negatif tidak signifikan dengan ARL (-0.145, p>0,05). KH berhubungan negatif

signifikan dengan ARL (- 0,237, p<0,01). Dua variabel kontrol yaitu TA berhubungan negatif

signifikan dengan ARL (0,431, p<0,01) dan profit negatif signifikan dengan ARL (0,274, p<0,01).

Tabel 4.2

Pearson Correlation

4.2Hasil Penelitian

(14)

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) ? 183,264 22,699 8,074 ,000 **

DK ? 23,663 8,102 ,492 2,921 ,004 **

DKI - -188,989 47,738 -1,277 -3,959 ,000 **

KAI - 30,011 26,060 ,339 1,152 ,253

AE ? -3,042 3,301 -,083 -,921 ,359

KH - -21,508 7,761 -,546 -2,771 ,007 **

TA - -9,818 2,341 -,368 -4,194 ,000 **

PROFIT - -,294 ,093 -,286 -3,170 ,002 **

KH*DK ? -14,214 4,304 -,625 -3,303 ,001 **

KH*DKI ? 106,238 25,256 1,840 4,207 ,000 **

KH*KAI ? -18,392 14,211 -,454 -1,294 ,199

Adjusted R2 0,372

F Statistics 0

t Sig.

Expected Sign

* significant at the 0.05 level (2-tailed). Dependent variable ARL

Variabel

Unstandardized Coefficients

** significant at the 0.01 level (2-tailed).

DK, DKI, KH, TA, PROFIT, KH*DK, dan KH*DKI berpengaruh signifikan (p<0,01) dengan ARL,

Sedangkan KAI, AE dan KH*KAI tidak signifikan.

Tabel 4.3

Hasil Uji Regresi

4.4 Pembahasan

Variabel kontrol yaitu TA dan Profit signifikan, hal ini sejalan dengan banyak penelitian

sebelumnya yaitu Whitworth dan Lambert (2014); Munsif et al. (2012). Hasil uji regresi

menunjukkan bahwa DK berpengaruh positif signifikan terhadap ARL atau hipotesa H1 diterima.

Artinya semakin banyak anggota dewan komisaris akan memperpanjang jangka waktu ARL. Ini

berarti keberadaan DK dalam mekanisme GCG belum mampu memotivasi DK untuk melakukan

tekanan kepada manajemen agar menyajikan laporan keuangan tepat waktu atau mengurangi ARL

penyajian laporan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Azubike dan Anggreh (2014))

dan bertentangan dengan hasil penelitian (Haboya, 2014). Salah satu kelemahan ukuran dewan

komisaris yang besar adalah masalah koordinasi, komunikasi dan problem pengambilan keputusan

(Uadiale, 2010). Masalah koordinasi dan komunikasi akan memperlambat pengambilan keputusan

terutama di Indonesia. Keputusan baru akan diambil dalam rapat yang harus dihadiri minimal dua

(15)

memperlambat pengambilan keputusan termasuk dalam kaitan dengan penyajian laporan keuangan,

sehingga ukuran DK meningkatkan ARL.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa DKI berpengaruh negatif signifikan terhadap ARL atau

hipotesa H2 diterima. Artinya semakin banyak anggota DKI akan mengurangi jangka waktu ARL. Ini

berarti keberadaan DKI memberikan tekanan kepada manajemen agar menyajikan laporan keuangan

tepat waktu atau mengurangi delay penyajian laporan. Hal ini sesuai dengan anggapan bahwa DKI

akan membuat keputusan yang berbeda dan lebih baik dibandingkan dengan anggota dewan komisaris

yang berasal dari dalam perusahaan (Höffler, 2010 ). Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa

DKI dapat memainkan peran penting dan penting dalam penyelesaian masalah keagenan dan

kehadiran DKI dalam struktur GCG dapat menyebabkan lebih banyak pengambilan keputusan yang

efektif termasuk dalam kaitan dengan ARL. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

(Hasim dan Rahman 2011) dan bertentangan dengan hasil penelitian (Moghaddam, 2014)

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa KAI berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ARL

atau hipotesa H3 ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Bambang, 2013) dan

bertentangan dengan hasil penelitian (Voku dan Cular, 2014). Komite audit harusnya

bertanggungjawab dalam pemantauan kualitas keuangan dan mengawasi audit ekternal (Cohen dan

Wright, 2014). Akan tetapi dalam penelitian belum terbukti, hal ini mungkin di karenakan komite

audit di Indonesia diketuai oleh komisaris independen dan syarat untuk dipilih sebagai anggota

komite audit adalah memiliki kompetensi di bidang keuangan dan akuntansi. Kompetensi komite

audit tersebut ternyata belumlah cukup untuk memberikan peranan yang berarti dalam pelaporan

keuangan, karena di samping kompetensi tersebut dibutuhkan pemahaman operasi perusahaan. Seperti

halnya dengan komite audit di Amerika juga merupakan dewan komisaris yang berasal dari dalam

perusahaan, sehingga memiliki kompetensi di bidang keuangan, akuntansi dan operasi perusahaan.

Selain itu banyak beranggapan bahwa komite audit independen di Indoensia hanya pelengkap dalam

struktur GCG guna memenuhi peraturan yang berlaku.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa AE berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ARL

(16)

menunjukkan periode waktu audit yang pendek dibangdingkan yangnon big four.Hasil penelitian ini

bertentangan hasil penelitian Pham et al. (2014); Mitra (2015); Ayemere dan Elijah (2015).

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel KH berpengaruh negatif signifikan terhadap

ARL atau hipotesa 5 diterima. Artinya kehadiran variabel KH terbukti mampu mengurangi ARL.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Najihah and Ayoib (2012); Amirul dan Md Salleh (

2014) yang menunjukkan bahwa keberadaan peraturan atau standar seperti IFRS dapat

mempengaruhi ARL.

Hubungan DK dengan ARL adalah positif signifikan, artinya semakin banyak anggota dewan

komisaris akan memperpanjang ARL. Hubungan keduanya diperlemah dengan kehadiran variabel

moderator KH (hipotesa H6 diterima). Artinya DK akan memperpanjang ARL tetapi dapat dikurangi

dengan kehadiran Variabel KH. Hubungan DKI dengan ARL adalah negatif signifikan, artinya

semakin banyak anggota DKI akan mengurangi ARL. Hubungan keduanya diperkuat dengan

kehadiran variabel KH (hipotesa H7 diterima). Hal ini menunjukkan keberadaan DKI dalam struktur

GCG akan mengurangi ARL dan diperkuat setelah adanya variabel moderator KH. Hubungan KAI

dengan ARL adalah negatif tetapi tidak signifikan. Hubungan kedua tetap tidak signifikan walaupun

variabel moderator KH sudah dimasukkan. Artinya keberadaan KAI sebelum dan sesudah variabel

KH tetap tidak signifikan. Variabel moderator KH disebut sebagai variabel quari moderator dalam

hubungan DK dengan ARL maupun DKI dengan ARL karena kedua variabel independen DK dan

ARL signifikan sebelum dan sebelum dimasukkannya variabel moderator. Adapun dalam hubungan

KAI dan ARL, Variabel KH berpotensi menjadi variabel moderator karena sebelum dan sesudah

dimasukkan variabel KH tetap tidak signifikan.

5. Konklusi

Keberadaan batas waktu penyajian laporan keuangan di BEI menjadi faktor penentu bagi GCG

dalam mengurangi audit report delay di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan dewan

komisaris, dewan komisaris independen, komite audit tidak serta merta secara iklas menyajikan

laporan keuangan tepat waktu, melainkan harus ditekan terlebih dahulu melalui peraturan atau hukum

yang berlaku. Untuk itu Bapepan sudah tepat memberikan saksi kepada perusahaan terdaftar di BEI

(17)

menyajikan laporan keuangan melebihi batas akhir yang ditentukan yaitu 31 Maret tahun berikutnya

untuk periode tahun buku yang berakhir 31 Desember tahun sebelumnya. Dalam penelitian ini masih

ada 25 perusahaan yang menyajikan laporan keuangan melebihi batas waktu yang telah ditentukan,

untuk itu ke depan mungkin harus diberikan sanksi yang lebih keras lagi berupa pencoretan dari

perusahaan terdaftar guna mengurangi atau meminimalkan perusahaan yang tidak memenuhi

ketepatan penyajian laporan keuangan dan bila ini terpenuhi maka ARL dapat dikuragi atau

diperpendek.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, L. J., S. Parker, and G. F. Peters. 2012. Internal audit assistance and external audit timeliness. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 31, No. 4, pp: 3–20.

Abdollahi, A.F. 2012. Investigation The Effective Factors on Audit Reports Issuance Delay in Iranian Companies That Listed Tehran Stock Exchange Market. Journal of Basic and Applied Scientific Research. Vol. 2, No. 8, pp: 8429-8434, 2012

Abdulla, J. Y. A. 1996. The Timeliness of Bahrain Annual Reports. Journal of Advances in International Accounting. Vol. 9, pp: 73-88.

Afify, H.A.E. 2009. Determinants of audit report lag: Does implementing corporate governance have any impact? Empirical evidence from Egypt.Journal of Applied Accounting Research. Vol. 10. No. 1, pp:56 – 86

Agoglia, C.P., Doupnik, T.S., Tsakumis, G.T.2011.Principles-Based versus Rules-Based Accounting Standards: The Influence of Standard Precision and Audit Committee Strength on Financial Reporting Decisions.

The Accounting Review,Vol. 86, No. 3 pp. 747–767

Ahmad, R.A.R. and Kamarudin, K.A. 2003. Audit delay and the timeliness of corporate reporting: Malaysian evidence. working paper, MARA University of Technology.

Ahmed, A. A. A. 2009. The effect of timeliness regulation of corporate financial reporting: evidence from banking sector of Bangladesh.Accounting and Management Information Systems.Vol. 8, pp: 216-235. Ahmed, A.A., Hossain, Md. S. 2010. Audit Report Lag: A Study of the Bangladeshi Listed Companies. ASA

University Review, Vol. 4 No. 2 : 49-56

Akle, Y.H. 2011. The relationship between corporate governance and financial reporting timeliness for companies listed on Egytian Stock Exchane an empirical study. Internal Auditing & Risk Management VI (2): 81-90

Al-Ghanem, W., Hegazy, M.2011. An Empirical Analysis Of Audit Delays And Timeliness of Corporate Financial Reporting In Kuwait.Eurasian Business Review Volume 1, pp: 73-90

Al-Hazaimeh, A. 2011. Determinants of Aggregate Imports in Jordan: Empirical Evidence (1976-2008).Journal of Economic Development, Management, IT, Finance and Marketing. Vol. 3, No.1, pp: 18-38

Aljaaidi1, K.S., Bagulaidah, G.S, Ismail, NA., Faudziah Hanim Fadzil, F.H. 2015. An Empirical Invistigation of Determinants Associated with Audit Report Lag in Jordan. Jordan Journal of Business Administration.Vol. 11, No. 4, pp: 963-979

Ames, Daniel. 2013. Audit Report Lag and Submission Approval Lag: The Case of Insurance Companies . Journal of Applied Financial Research. 2013, Vol. 2, p10-18. 9p. ,

Amirul, A.M., Md Salleh, M.F . 2014. Convergence to IFRs and Audit Report Lag in Malaysia. Research Journal of Finance and Accounting Vol.5, No.23, pp : 9-14

Apadore, K., Noor, MM. 2013. Determinants of Audit Report Lag and Corporate Governance in Malaysia.

International Journal of Business and Management. Vol. 8. No. 15, pp: 151-163.

Apadore, K., Noor, MM. 2013. Determinants of Audit Report Lag and Corporate Governance in Malaysia.

International Journal of Business and Management. Vol. 8. No. 15, pp: 151-163.

Archambeault, D., T. DeZoort, and D. Hermanson. 2008. Audit committee incentive compensation and accounting restatements.Contemporary Accounting Research25 (4): 965-992

Ashton, R. H., Graul, P. R., & Newton, J. D. 1989. Audit delay and the timeliness of corporate reporting.

(18)

Ayemere, I.L., Elijah, A. 2015. Corporate Attributes and Audit Delay in Emerging Markets: Empirical Evidence from Nigeria. International Journal of Business and Social Research Volume 05, Issue 03, pp: 1-10

Azubike, J.U.B., Anggreh, M. 2014. Corporate Governance And Audit Delay In Nigerian Quoted Companies. European Journal of Accounting Auditing and Finance Research Vol.2, No.10, pp.22-33

Bae, C.H., Woo, Y.S. 2015. The effect of audit report lag and management discretionary report lag on analyst forecasts: evidence from Korea. Investment Management and Financial Innovations, Volume 12, Issue 1 : 318-328

Bambang, B.S., Abukosim, Mukhtaruddin, Imam Mursidi. 2013. Good Corporate Governance (GCG) Mechanism and Audit Delay: An Empirical Study on Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in the Period of 2009-2011. Journal of Modern Accounting and Auditing. Vol. 9, No. 11, pp: 1454-1468

Belkaoui, A. 2007. Accounting Theory(5th Edition, Thomson Learning, Singapore, 2007).

Blankley, A.I., Hurtt, D.N., MacGrego, J.E. 2015. Are Lengthy Audit Report Lags a Warning Signal?. American Accounting Association, Volume 9, Issue 2, pp : 19 – 28

Blankley,A.I., Hurtt, D.N., and MacGregor, J.E. 2014. The Relationship between Audit Report Lags and Future Restatements. Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 33, No. 2, pp. 27–57

Bronson, S. N., C. E. Hogan, M. F. Johnson, and K. Ramesh. 2011. The unintended consequences of PCAOB Auditing Standard Nos. 2 and 3 on the reliability of preliminary earnings releases. Journal of Accounting and Economics.Vol. 51, No. (1/2), pp: 95–114.

Chan, K.H., Luo, V.W., Mo, P.L.L. 2015. Determinants and implications of long audit reporting lags: evidence from China. Accounting and Business Research, Vol. 46, No. 2, 145–166

Che-Ahmad, Ayoib and Abidin, Shamharir. 2008. Audit Delay of Listed Companies: A Case of Malaysia.

International Business Research. Vol. 1. No. 4, pp: 32–42.

Choi,JH., Jeon, K.A., Park, J.I. 2004.The role of audit committees in decreasing earnings management: Korean evidence.International Journal of Accounting, Auditing and Performance Evaluation. Vol. 1, No. 1, pp: 37-60

Dao, M., Trung Pham, T. 2014. Audit tenure, auditor specialization and audit report lag. Managerial Auditing Journal. Vol. 29 No. 6, pp. 490-512

Dechow, P., Weili Ge. Schrand, C. 2010. Understanding earnings quality: A review of the proxies, their determinants and their consequences. Journal of Accounting and Economics.Vol. 50, No. 2–3, pp: 344–401

Dibia, N.O., Onwuchekwa, J.C. 2013. An Examination Of The Audit Report Lag Of Companies Quoted In The Nigeria Stock Exchange. International Journal of Business and Social Research (IJBSR), Volume -3, No.-9, pp: 8-16

Dimitropoulos, P. E., & Asteriou, D. (2010). The Effect of Board Composition on The Informativeness and Quality of Annual Earnings: Empirical Evidence From Greece. Research in International Business and Finance, Vol. 24, No. 2, pp. 773–784

Dogan, M., Coskun, E. and Celik, O. 2007. Is Timing of Financial Reporting Related to Firm Performance? – An Examination on Ise Listed Companies. International Research Journal of Finance and Economics. Vol. 12, pp: 220-233.

Ebaid, I.E. 2013. Corporate governance and investors' perceptions of earnings quality: Egyptian perspective. The international journal of business in society, Vol. 13 Iss 3 pp. 261 – 273

Eghlaiow, S., Wickremasinghe, G., Sofocleous, S. 2012. A Review Of The Empirical Determinants Of Audit Delay.Corporate Ownership & Control.Vol. 9. No. 2, pp: 511

El Masry, A.E. 2008. The Impact of Corporate Governance on The Timeliness of Corporate Internet Reporting By Egyptian Listed Companies, Managerial Finance, Vol. 34, No. 12, pp. 848 – 867

Emeh, Y. 2013. Audit Committee and Timeliness of Financial Reports: Empirical Evidence From Nigeria, Journal of Economics and Sustainable Development, Vol. 4, No. 20, pp. 14-25

Eugene F. Fama, E.F., Jensen, M.C. 1983. Agency Problems and Residual Claims Journal of Law and Economics, Vol. 26, No. 2, pp. 327-349

Fujianti, L. 2016. Analysis Market Reaction on Timeliness Reporting: Study on Indonesia Stock Exchange.

International Journal of Business and Management Invention.Vol 5. No. 3, pp: 01-10

Gilling, M.D. 1977. Timeliness in corporate reporting: some further comment. Accounting and Business Research. Winter, pp. 35-50.

Gul, F.A., Fung, S.Y. and Jaggi, B. (2009), ‘‘Earnings quality: some evidence on the role of auditor tenure and auditors’ industry expertise’’, Journal of Accounting and Economics, Vol. 47, pp. 265-287.

(19)

Habib, A. 2015.The New Chinese Accounting Standards and Audit Report Lag. International Journal of Auditing.Vol. 19. No. 1, pp: 1-14

Habib, A., Bhuiyan, B.U. 2011. Audit firm industry specialization and the audit report lag. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation. No. 20, pp: 32–44

Hamonangan Siallagan, H., Januarti, I. 2014. The Effect of Good Corporate Governance Implementation and Proportions of State Ownership on Banking Firms Market Value.International Journal of Business, Economics and Law.Vol. 5, No. 1, pp: 28-37

Hasan, Y.M. 2016. Determinants of audit report lag: evidence from Palestine. Journal of Accounting in Emerging Economies, Vol. 6 Iss: 1, pp.13 - 32

Hashim, U.J.B., Rahman, R.B.A. 2011. Audit Report Lag and the Effectiveness of Audit Committee Among Malaysian Listed Companies. International Bulletin of Business Administration. No. 10, pp. 50-61 Höffler, T. N., H. Prechtl, and C. Nerdel. 2010. The influence of visual cognitive style when learning from

instructional animations and static pictures.Learning and Individual Differences20 (5):479-483. Hossain, M. A. and Taylor, P. J. (1998). An Examination of Audit Delay. Evidence from Pakistan. University of

Manchester. UK. Retrieved February 19, 2008 from http://www3.bus.osakacu. ac.jp/apira98/archives/pdfs/64.pdf

Ibrahim El-Sayed Ebaid, (2013).Corporate governance and investors' perceptions of earnings quality: Egyptian perspective. The international journal of business in society, Vol. 13 Iss 3 pp. 261 – 273

Ika, S.R., Ghazali, N.A.M. 2012. Audit Committee Effectiveness and Timeliness of Reporting: Indonesian Evidence. Managerial Auditing Journal, Vol. 27, No. 4, pp. 403 – 424

Ilaboya, O. J., Christian, I. 2014. Corporate Governance and Audit Report Lag in Nigeria.International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 4, No. 13; pp:172-180

Imam, S., Ahmed, Z.U. and Khan, S.H. 2001. Association of audit delay and audit firms’ international links: evidence from Bangladesh.Managerial Auditing Journal. Vol. 16 No. 3, pp: 129-33.

Jaggi, B., & Tsui, J. 1999. Determinants of audit report lag: Further evidence from Hong Kong.Accounting and Business Research.Vol. 30. No. 1, pp: 17-28.

Jensen, M.C., Meckling, W.H. 1976.Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure.Journal of Financial Economics,October, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.

Jiang,W. and Anandarajan, A. (2009), ‘‘Shareholder rights, corporate governance and earnings quality: the influence of institutional investors’’, Managerial Auditing Journal, Vol. 24 No. 8, pp. 767-791.

Karim, W., Ahmed, K., Islam, A. 2006. The effect of regulation on timeliness of corporate financial reporting: Evidence from Bangladesh.JOAAG, Vol. 1. No. 1, pp. 15-35

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-431/Bl/2012: Tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik. http://ptba.co.id/public/uploads/peraturan

Khlif, H., and Samaha, K.Internal Control Quality, Egyptian Standards on Auditing and External Audit Delays: Evidence from the Egyptian Stock Exchange.International Journal of Auditing. 18: 139–154

Knechel, W.R. and Payne, J.L. 2001. Additional evidence on audit report lag. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 20. No. 1, pp: 137-46.

Krishnan, J., and J. S. Yang. 2009. Recent trends in audit report and earnings announcement lags.Accounting Horizons. Vol 23, No. 3, pp: 265–288.

Lambert, T. A., K. L. Jones, and J. F. Brazel. 2013. Unintended Consequences of Accelerated Filings: Are Mandatory Reductions in Audit Quality Associated with Reductions in Earnings Quality? Working paper, Lehigh University.

Lazar, C., Metzner, Y., Rapp, M. S., & Wolff, M. 2014. Remuneration of Non-Executive Directors in German Listed Firms: An Empirical Analysis From a Practitioners’ Perspective, Accounting Economics and Law. Vol. 4, No. 2, pp. 1–16.

Lee, H. and G. Jahng. 2008. Determinants of Audit Report Lag: Evidence from Korea – An Examination of Auditor-Related Factors.Journal of Applied Business Research. No. 24 2, pp: 27-44.

Lee, H. Y., V. Mande, and M. Son. 2008. A comparison of reporting lags of multinational and domestic firms.

Journal of International Financial Management & Accounting19 (1):28-56.

Lee, H.Y., Mande, V., Son, M. 2009. Do Lengthy Auditor Tenure and the Provision of Non-Audit Services by the External Auditor Reduce Audit Report Lags?. International Journal of Auditing.13:87–104 Leventis, S., Weetman, P. and Caramanis C. 2005. Determinants of Audit Report Lag: Some Evidence from the

Athens Stock Exchange.International Journal of Auditing. Vol. 9, pp: 45- 58.

(20)

meta-Lord, A.T., DeZoort, F.T. 2001. The Impact of Commitment and Moral Reasoning on auditors’ responses to social influence pressure. Accounting Organizations and Society 26: 215-235

Mak, Y.T dan Yuan Li, 2001. Determinants of Corporate Ownership and Board Structure: Evidence from Singapor, Journal of Corporate Finance, No.7, pp. 235-256

Mitra,S., Song, H., dan Yang, J.S.2015. The Effect of Auditing Standard No. 5 on Audit Report Lags. Accounting Horizons Vol. 29, No. 3 pp. 507–527

Modugu, K. Eragbe E., Ikhatua, G.2012. Determinants of audit delay: empirical evidence from Nigeria.The International Journal of Business and Finance Research.Vol. 8. No. 2, pp: 21 – 28

Moghaddam, A.G., Shakeri,M., Amani, N., Mojtaba Sane’ee Kakhki, M.S., 2014. Non-executive Directors and Audit Report Lag in the Companies Listed in Tehran Stock Exchange. Applied mathematics in Engineering, Management and Technology, Vol 2. No. 2, pp:259-266

Mukhtaruddin ., Relasari ., Felmania, M. 2014. Good Corporate Governance Mechanism, Corporate Social Responsibility Disclosure on Firm Value: Empirical Study on Listed Company in Indonesia Stock Exchange.International Journal of Finance & Accounting Studies. Vol. 2 No. 1, p: 1-10

Munsif,V., Raghunandan, K., Rama, D.V. 2012. Internal Control Reporting and Audit Report Lags: Further Evidence. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 31, No. 3. pp. 203–218

Najihah .M.Y and Ayoib.C.A .2012. Adoption of FRS 138 and Audit Delay in Malaysia. The International Journal of Economis and Finance, American Academy of Business, Cambridge * Vol. 4 * Num. 1 Najihah .M.Y and Ayoib.C.A .2012. Adoption of FRS 138 and Audit Delay in Malaysia. The International

Journal of Economis and Finance, American Academy of Business, Cambridge * Vol. 4 * Num. 1 Ng, P. H. and Tai, Y. K., 1994. An empirical examination of the determinants of audit delay in Hong Kong.

British Accounting Review. No.26, pp: 43-59.

Nor, M.N.M., Shafie, R., Wan-Husin, N. 2010. Corporate Governance And Audit Report Lag In Malaysia. Asian Academy Of Management Journal Of Accounting And Finance.Vol. 6, No. 2, 57–84 : 57-82

Owusu-Ansah, S. 2000.Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Markets: Empirical evidence from the Zimbabwe Stock Exchange.Accounting and Business Research. No. 30, pp: 241–254. Owusu-Ansah, S. and Leventis, S. 2006. Timeliness of Corporate Annual Financial Reporting in Greece.

European Accounting Review. Vol. 15. No. 2, pp: 273-287.

Pham, T., Dao, M., Brown, V.L. 2014. Investment Opportunities and Audit Report Lags: Initial Evidence. Accounting and Finance Research. Vol. 3, No. 4 pp.45-57

Pourali,M.R., Jozi,M., Rostami, K.H, Reza, G. 2013. TaherpourInvestigation of Effective Factors in Audit Delay: Evidence from Tehran Stock Exchange (TSE). Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology. Vol. 5, No. 2, pp: 405-410

Reheul, A.M., Caneghem, T.C., Verbruggen, S. 2013. Audit report lags in the Belgian non-profit sector: an empirical analysis. Accounting and Business Research. Vol. 43, No. 2, 138–158

Rouf, M.A., 2011. The Relation Between Corporate Governance and Value of Firm in Developing Countries: Eviden from Bangladesh. The International Journal of Applied Economics anf Finance. The International Journal of Applied Economics and Finance.No. 5, pp: 237-244.

Shukeri, S.W., Nelson, S.P. 2011. Corporate Governance and Audit Report Timeliness: Evidence from Malaysia, Research in Accounting in Emerging Economies, No. 11: 109 – 127.

Soltani, B. (2002). Timeliness of corporate and audit reports: Some empirical evidence in the French context.

International Journal of Accounting. No. 37, PP; 215-246.

Standar Akuntansi Keuangan : Per Efektif 1 Januari 2015, 2015.Ikatan Akuntan Indonesia, Salemba empat Trung Pham, T., Dao, M., Brown, V.L. 2014 Investment Opportunities and Audit Report Lags: Initial

Evidence. Accounting and Finance Research. Vol. 3, No. 4 pp.45-57

Vuko, T., Culat, M. 2014. Finding determinants of audit delay by pooled OLS regression analysis. Croatian Operational Research Review, 5 pp: 81_91

Wah Lai, K. and Cheuk L. M. C. 2005. Audit Report Lag, Audit Partner Rotation and Audit Firm Rotation: Evidence from Australia. https://aaahq.org/audit.

Walker, A., & Hay, D. (2007). An empirical investigation of audit report lag: the effect of non-audit services.Working paper, University of Auckland.

Whittred, G. P., & Zimmer, I. 1984. Timeliness of financial reporting and financial distress. The Accounting Review. No. 59. No. 2, pp: 287–295.

Whitworth, J.D., Lambert, T.A.2014. Office-Level Characteristics of the Big 4 and Audit Report Timeliness. Auditing:A Journal of Practice & Theory. Vol. 33, No. 3 pp. 129–152

Wu, X., Lan, Y., Liu, H. 2014. Optimal revenue-sharing contract based on forecasting effort for uncertain agency problem.Int. J. Mach. Learn. & Cyber. 5:971–979 DOI 10.1007/s13042-014-0243-3

(21)

Xie, B., Davidson, W. N., and Dadalt, P. J. (2003). Earnings Management and Corporate Governance: The Roles of The Board and The Audit Committee.Journal of Corporate Finance. Vol. 9, pp. 295-316. Zattoni, A., & Cuomo, F. 2010. How Independent, Competent and Incentivized Should Non-Executive

(22)

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

ARL 94 16,000 90,000 67,362 17,495

DK 94 0,364 2,167 0,915 0,363

DKI 94 0,167 0,800 0,436 0,118

KAI 94 0,000 1,000 0,676 0,197

AE 94 0,000 1,000 0,660 0,476

KH 94 1,000 2,000 1,734 0,444

TA 94 5,209 8,865 7,201 0,656

PROFIT 94 -33,240 62,900 12,579 17,010

KH*DK 94 0,375 4,000 1,604 0,769

KH*DKI 94 0,250 1,600 0,779 0,303

KH*KAI 94 0,000 2,000 1,177 0,432

Valid N

DK ,265 4,316 ,013 ,061 ,951

DKI 6,196 25,432 ,096 ,244 ,808

KAI -10,945 13,883 -,282 -,788 ,433

AE ,547 1,759 ,034 ,311 ,756

KH 5,923 4,135 ,343 1,433 ,156

TA 1,577 1,247 ,135 1,264 ,210

PROFIT ,070 ,049 ,156 1,420 ,159

KH*DK ,097 2,293 ,010 ,042 ,966

KH*DKI -11,170 13,455 -,441 -,830 ,409

KH*KAI 4,073 7,571 ,229 ,538 ,592

a. Dependent Variable: ABS

1 ,663a ,440 ,372 13,86189 1,919

Model Summaryb

Model

a. Predictors: (Constant), KH*KAI, TA, DK, DKI, PROFIT, AE, KH, KH*DK, KAI, KH*DKI

(23)

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Regression 12515,082 10 1251,508 6,513 ,000b

Residual 15948,620 83 192,152

Total 28463,702 93

1

a. Dependent Variable: ARL

b. Predictors: (Constant), KH*KAI, TA, DK, DKI, PROFIT, AE, KH, KH*DK, KAI, KH*DKI

ANOVAa

Model

Standardize d Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 183,264 22,699 8,074 ,000

DK 23,663 8,102 ,492 2,921 ,004 ,238 4,197

DKI -188,989 47,738 -1,277 -3,959 ,000 ,065 15,411

KAI 30,011 26,060 ,339 1,152 ,253 ,078 12,820

AE -3,042 3,301 -,083 -,921 ,359 ,835 1,197

KH -21,508 7,761 -,546 -2,771 ,007 ,174 5,753

TA -9,818 2,341 -,368 -4,194 ,000 ,876 1,141

PROFIT -,294 ,093 -,286 -3,170 ,002 ,830 1,204

KH*DK -14,214 4,304 -,625 -3,303 ,001 ,189 5,300

KH*DKI 106,238 25,256 1,840 4,207 ,000 ,035 28,333 KH*KAI -18,392 14,211 -,454 -1,294 ,199 ,055 18,215 1

ARL DK DKI KAI AE KH TA PROFIT KH*DK KH*DKI KH*KAI

Pearson Correlation

1 ,019 -,041 ,016 -,145 -,237* -,431** -,274** -,164 -,085 -,107

Sig. (2-tailed) ,857 ,694 ,876 ,163 ,022 ,000 ,008 ,114 ,415 ,306

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

,019 1 -,052 ,197 -,209* -,067 -,047 -,084 ,726** -,108 ,105

Sig. (2-tailed) ,857 ,622 ,057 ,043 ,521 ,653 ,423 ,000 ,298 ,316

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

-,041 -,052 1 -,020 -,018 ,158 ,097 ,193 -,002 ,813** ,117

Sig. (2-tailed) ,694 ,622 ,846 ,863 ,128 ,352 ,063 ,981 ,000 ,261

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

,016 ,197 -,020 1 ,084 -,177 ,006 -,117 ,075 -,112 ,690**

Sig. (2-tailed) ,876 ,057 ,846 ,421 ,088 ,954 ,261 ,475 ,281 ,000

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

-,145 -,209* -,018 ,084 1 ,126 ,260* -,077 -,098 ,077 ,156

Sig. (2-tailed) ,163 ,043 ,863 ,421 ,224 ,011 ,462 ,346 ,462 ,133

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

-,237* -,067 ,158 -,177 ,126 1 ,081 ,090 ,439** ,640** ,510**

Sig. (2-tailed) ,022 ,521 ,128 ,088 ,224 ,438 ,387 ,000 ,000 ,000

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

-,431** -,047 ,097 ,006 ,260* ,081 1 ,196 ,003 ,129 ,070

Sig. (2-tailed) ,000 ,653 ,352 ,954 ,011 ,438 ,059 ,977 ,215 ,503

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

-,274** -,084 ,193 -,117 -,077 ,090 ,196 1 -,126 ,185 -,078

Sig. (2-tailed) ,008 ,423 ,063 ,261 ,462 ,387 ,059 ,225 ,075 ,456

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

-,164 ,726** -,002 ,075 -,098 ,439** ,003 -,126 1 ,246* ,397**

Sig. (2-tailed) ,114 ,000 ,981 ,475 ,346 ,000 ,977 ,225 ,017 ,000

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

-,085 -,108 ,813** -,112 ,077 ,640** ,129 ,185 ,246* 1 ,410**

Sig. (2-tailed) ,415 ,298 ,000 ,281 ,462 ,000 ,215 ,075 ,017 ,000

N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94

Pearson Correlation

-,107 ,105 ,117 ,690** ,156 ,510** ,070 -,078 ,397** ,410** 1

(24)

Gambar

Tabel 3.1Pengukuran Variabel dan Operasional Variabel
Gambar 3.1Model Penelitian
Tabel 4.2
Tabel 4.3Hasil Uji Regresi

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun secara konsep riset metoda ilmiah dan riset metoda naturalis berbeda, tetapi sebaiknya tidak dipandang sebagai suatu yang bertentangan, karena

Pemilihan sampel yang bias yang berisi dengan perusahaan-perusahaan yang bertahan ( survivorship bias ) akan membuat sampel tidak akurat.. Sampel yang mempunyai presisi

Warkat Kliring adalah adalah alat yang digunakan alat yang digunakan dalam transaksi kliring, yaitu :.. dalam transaksi kliring,

oleh Informan 4.1 dapat memberikan gambaran proses penyusunan laporan keuangan pada Unit BLU. tempat

Abstrak: Penelitian ini berfokus pada analisis kelayakan dari sistem e-audit yang digunakan oleh Pemeriksa BPK RI untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara.. Analisis kelayakan

Then according to Ratnasari (2010) with the results of Company Size, board of commissioners and profitability have not significant effect to CSR disclosure in Sustainability

Hasil pengujian hipotesis pada studi 1 menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi antara mahasiswa dan dosen mengenai bekal yang diberikan di perguruan tinggi

Penelitian yang menunjukkan bahwa risiko perusahaan berpengaruh pada pergantian auditor hasilnya.. tidak