4,
LAPOR.AN
PENELITIAN KELOMPOK
MELIBATI',\N
MAHASISWA
POLITIK
PENEGAI'AN
HAK
ASASI
MANUSIA
PADA
MASA
TRANSISI
DI INDONESIA
(Studi
atas Ferurnusan Undang-Undang Pengadilan[Iak
AsasiManusia)
Oleh:
f)r.
Suharno,M.Si,
Dr.
Samsuri,ht.Ag.
Halili,
S.Pd.Trirvidarko
Saptamto IImaNur Rizkia
Dibiayai oleh:
Direktorat Jenderal Penclidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui
DIPA
Fakultasilmu
Sosial Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2013,dan beldasarkan koirtrak Nomor 9 4411JN34.14PL.12013, tanggal 1 Mei 2013, berdasarkan SK Dekan FIS Ltl"lY Nomor 95 tahun 2013, tanggal
29 Apd'l2013
FAKULTAS
ILMU
SOSIAL
ABSTRAK
Penelitian
ini
berlujuanuntuk:
1) mengungkap dan mengonstruksi dinarnikapolitik
dalam
perumusan Undang-Undang PengadilanHAM,
2)
Menganalisisimplikasi dinamika
politik
tersebut terhadap
masa depan
politik
HAM
di Indonesia.Penelitian
ini
merupakan
content
analysis/analisis konten/analisis
isi, dengan pendekatankualitatif-komparatif.
Sumberdata
yang
digunakan dalam penelitianini
adalahjenis
paper, berupa dokumen-dokumenprimer
deklarasi dan dokumen sekunder sepertibuku
dan dokumen-dokumenlain
yang memberikan data penunjang atas dokumen primer. Pengadaan data dilakukan dengan unitisasidan
pencatatan.Unitisasi dilakukan
dengan penentuan
unit
referensi,
unit
sintaksis, dan
unit
tematik. Instrumen yang digunakan dalam penelitianini
adalah peneliti sendiri dengan bantuan cheklist
dan recording note. P engtjian keabsahan data menggunakan validitas semantik danprediktif.
Hasil
penelitianini
menunjukkan bahwa:1)
Secarasubstantil
perumusan Undang-UndangNomor
26
Tahun 2000
Tentang
PengadilanHAM
memuat beberapa kelemahan fundamental, antaralain
adaptasi parsial tentangyurisdiksi
Pengadilan
HAM
dari
Statuta Roma, hukum acara PengadilanHAM
yang secarasengaja dikonstruksi
lemah
dengan
menempatkan
Komnas
HAM
hanya berwenangdi
tahap penyelidikan, sementara penyidikan oleh Kejaksaan Agung,tanpa
regulasi
lebih
derivat
dan
detil
mengenai
hal itu,
penghilangan pedanggungjawabankomando seperti
yang diatur dalam
StatutaRoma,
dan sebagainya. Banyaknya kelemahan fundamental menunjukkanbahwa
Undang-Undangini
hanyalah instmmenpolitis
penyelenggara negara pada masa transisi. RumusanUU
HAM
yang"tak
bertaring"ini
menunjukkan kemenanganelit
lama dalam ketegangan dan kontestasipolitik
denganelit politik
baru
era refotmasi.Politisasi
juga
terjadi dalam
penanganan pelanggaranHAM
berat
sebelum diundangkannyaUU
Pengadilan, yang menempatkan DPRmemiliki
kewenanganmengusulkan,
sedangkanPresiden
kewenanganmemutuskan
dalam
bentukKepres.
2)
Dinamika
politik
demikian berimplikasi pada
dua
situasi
j angka panjang, yaitu pertama, penimbunan impunitas, dan kedua, krisisnilai
HAM.
Kata Kunci:
PengadilanHAM,
DinamikaPolitik,
Impunitas, dan KrisisNilai