• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled Document

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Untitled Document"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INSTRUKTUR TERHADAP PENINGKATAN NILAI UJI KOMPETENSI PESERTA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

Efron Manik

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen.

ABSTRACT

Matter of Education and Training of Professional Teacher (ETPT) is very much to be

learned for 9 days. According to various studies that teachers' performance before and after the

certification of teachers is almost no difference. The results of these studies led many to ask why

ETPT who spend a lot of money is no result. The purpose of this study was to determine whether

the discipline, passion and a way of teaching instructors can increase the value of the competence

test participant ETPT. This study reveals that the discipline, passion and way of teaching instructor

is necessary, but this is not a sufficient condition to be able to increase the value of ETPT

participants Competency Test.

Kata Kunci : PLPG, Semangat, Disiplin, Cara Mengajar, Uji Kompetensi

PENDAHULUAN

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

(PLPG) merupakan jalur yang paling banyak

dilalui oleh guru-guru yang akan mendapatkan

Sertifikat Pendidik. Walaupun ada jalur lain,

yaitu: jalur Portofolio (PF) dan jalur

Pemberian Sertifikat Pendidik secara

Langsung (PSPL), jalur PLPG lebih banyak

memberi peningkatan kompetensi bagi guru.

Menurut Fontana (Suherman, 2003), belajar

adalah proses perubahan tingkah laku individu

yang relatif tetap sebagai hasil dari

pengalaman, sedangkan pembelajaran

merupakan upaya penataan lingkungan yang

memberi nuansa agar program belajar tumbuh

dan berkembang secara optimal. Dengan

demikian proses belajar bersifat internal dan

unik dalam diri individu peserta pelatihan,

sedangakan proses pembelajaran bersifat

eksternal yang disengaja direncanakan dan

bersifat rekayasa perilaku.

Bruner (Willis, 1989) mengemukakan

bahwa: Terdapat empat tema pendidikan.

Tema pertama tentang struktur pengetahuan.

Dengan struktur ini peserta pelatihan ditolong

untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang

kelihatannya tidak berhubungan dapat

dihubungkan satu dengan yang lain. Tema

kedua tentang kesiapan untuk belajar kesiapan

terdiri atas penguasaan

ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat

mengijinkan seseorang untuk mencapai

ketrampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.

Tema yang ketiga adalah intuisi dalam proses

pendidikan tujuan intuisi untuk mengetahui

apakah formulasi-formulasi yang dibuat

merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih

atau tidak. Tema keempat adalah motivasi

untuk belajar dan cara-cara yang merangsang

(2)

pelatihan berpartisipasi secara aktif dalam

menghadapi alamnya.

Pendekatan Bruner terhadap belajar

didasarkan pada dua asumsi yaitu perolehan

pengetahuan merupakan suatu proses yang

interaktif dan orang mengkonstruksi

pengetahuannya dengan menghubungkan

informasi yang masuk dengan informasi yang

disimpan sebelumnya. Bruner yakin bahwa

orang yang belajar beriteraksi dengan

lingkungan secara aktif; perubahan tidak hanya

terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri

orang itu sendiri. Dengan demikian belajar

merupakan suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan perilaku. Perubahan ini

dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

seperti berubahnya penalaran, sikap,

kecakapan, kebiasaan, dan sebagainya.

Peristiwa belajar disertai dengan proses

pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik

daripada belajar yang hanya semata-mata dari

pengalaman dalam kehidupan sosial di

masyarakat. Belajar dengan proses

pembelajaran, di dalamnya terdapat peran

instruktur, bahan belajar, dan lingkungan

kondusif yang sengaja diciptakan, sehingga

diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang

optimal.

Strategi dalam kaitannya dengan

pembelajaran adalah siasat atau kiat yang

sengaja direncanakan oleh instruktur,

berkenaan dengan segala persiapan

pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran

berjalan dengan lancar dan tujuannya yang

berupa hasil belajar dapat tercapai secara

optimal. Strategi pembelajaran yang dilakukan

oleh instruktur sebelum melaksanakan

pembelajaran di kelas, biasanya dibuat secara

tertulis, mulai dari Telaah Kurikulum, Satuan

Acara Perkuliahan, sampai dengan Rencana

Pembelajaran. Menurut Amin Suyitno

(Suyitno, 2004) strategi pembelajaran adalah

perencanaan dan tindakan yang cermat

mengenai kegiatan pembelajaran agar

kompetensi yang diharapkan tercapai. Strategi

pembelajaran merupakan cara-cara yang akan

dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk

menyampaikan materi pembelajaran sehingga

akan memudahkan peserta didik menerima dan

memahami materi pembelajaran, yang pada

akhirnya tujuan pembelajaran dapat

dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

Agar pembelajaran dapat diserap

dengan baik oleh peserta pelatihan, selain

diperlukan strategi pembelajaran, instruktur

juga perlu memilih model pembelajaran yang

dipandang tepat dan sesuai dengan kondisi

peserta pelatihan. Istilah model pembelajaran

dibedakan dari istilah metode pembelajaran.

Model pembelajaran dimaksudkan sebagai

pola interaksi peserta pelatihan dengan

instruktur di dalam kelas yang menyangkut

strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang

diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar di kelas. Sedangkan metode

pembelajaran adalah cara menyajikan materi

yang masih bersifat umum. Jadi istilah model

pembelajaran mempunyai makna yang lebih

luas dari pada metode pembelajaran. Model

(3)

Nurhayati Abba (Abba, 2000) adalah kerangka

konseptual yang menggambarkan prosedur

yang sistematis dalam mengorganiasasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi perancang dan para pengajar dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas

belajar mengajar.

Perubahan paradigma yang sangat

mendasar dalam pembelajaran saat ini

berkaitan dengan pemilihan pendekatan

pembelajaran yaitu perubahan pilihan kegiatan

pembelajaran yang berpusat pada guru TCA

(teacher centerd approach); yang sudah

dianggap usang, dianggap tradisional, peserta

pelatihan sebagai penerima informasi secara

pasif, kurang aktif, materi yang diajarkan

kurang relevan, model pembelajaran yang

kurang inovatif bergeser menjadi pilihan

paradigma baru dan bergerak ke arah

pembelajaran yang berpusat pada peserta siswa

SCA (student centered approach); yang

memberikan kesempatan kepada peserta

pelatihan untuk aktif, ketrampilan belajar dan

berinovasi berfokus pada kreativitas, berfikir

kritis, komunikatif dan kolaborasi (Fuad

Abdul Hamied, 2008).

Trianto (2007:2) menyatakan bahwa

perubahan paradigma pembelajaran tersebut

adalah orientasi pembelajaran yang semula

berpusat pada guru (teacher centered) beralih

berpusat pada siswa (student centered).

Dengan demikian, dapat disimpulkan ada

model pembelajaran yang kurang inovatif

dengan pendekatan yang berpusat pada

instruktur, dan model pembelajaran yang

inovatif dengan pendekatan pembelajaran

yang berpusat pada peserta pelatihan . Namun

masih tetap perlu diingat bahwa setiap model

pembelajaran baik yang dianggap kurang

inovatif maupun yang inovatif memiliki

kelebihan dan kelemahan masing masing.

Semangat instruktur saat mengajar

merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan proses pembelajaran. Nuraida

(2012) mengatakan semangat dan antusiasme

bisa menular. Jika instruktur tidak semangat

maka hal itu akan menular kepada peserta

pelatihan. Sebaliknya jika instruktur semangat

maka peserta juga akan semangat juga. Bahkan

Peale (1997) mengatakan tidak akan pernah

ada yang besar bisa dicapai tanpa semangat.

Ada suatu kualitas dinamis luar biasa tentang

semangat. Semangat melenyapkan semua

hambatan di depannya, membuat kepribadian

hidup, dan menghasilkan kekuatan-kekuatan

yang aktif.

Disiplin memastikan seseorang dapat

mencapai tujuan yang sudah direncanakan.

Pavlina (2012) mengatakan disiplin adalah

kemampuan untuk mengambil tindakan

terlepas dari keadaan emosi anda. Dengan

disiplin kita dapat mencapai cita-cita dan niat

kita. Jika peserta pelatihan melihat instruktur

disiplin maka peserta akan berusaha untuk

disiplin melakukan apa yang diinginkan

instruktur.

Dari landasan teori yang diuraikan di

atas maka dapat ditarik hipotesis dalam

(4)

disiplin, semangat, dan cara mengajar

instruktur terhadap nilai Uji Kompetensi

peserta PLPG. (2) Ada perbedaan pencapaian

nilai Uji Kompetensi peserta PLPG yang diajar

oleh instruktur yang disiplin dengan yang

tidak. (3) Ada perbedaan pencapaian nilai Uji

Kompetensi peserta PLPG yang diajar oleh

instruktur yang bersemangat dengan yang

tidak.

PLPG diselenggarakan selama 9 hari

oleh Lembaga Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan (LPTK). Setiap hari peserta

diajar oleh instruktur selama 10 jam pelajaran.

Proses pembelajaran dimulai pukul 7.30

sampai dengan pukul 17.45. Setelah itu

mereka akan mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan oleh instruktur. Untuk tahun 2012

mereka belajar materi Kebijakan

Pengembangan Profesi Guru (KPPG) selama 3

jam pelajaran, dan pendalaman materi mata

pelajaran yang belum dikuasai oleh sebagian

besar guru selama 25 jam pelajaran. Selama 10

jam pelajaran berikutnya mereka belajar

tentang model-model pembelajaran inovatif,

asesmen, dan pemanfaatan media disesuaikan

dengan karakteristik isi mata pelajaran dan

peserta didik yang mengacu pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk

meningkatkan pengetahuan, teknologi, dan

seni termasuk keimanan, ketaqwaan, dan

akhlak mulia. Guru juga akan dilengkapi

dengan kemampuan untuk Penelitaian

Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan karya

ilmiah selama 6 jam pelajaran. Selanjutnya

workshop untuk membuat silabus, RPP, bahan

ajar, lembar kerja siswa (LKS) dan lain-lain

akan diakukan selama 22 jam pelajaran.

Akhirnya kegiatan pelatihan akan diakhiri

dengan pelaksanan pembelajaran

(peerteaching) selama 20 jam pelajaran.

Materi PLPG terlalu sangat banyak

untuk dipelajari selama 9 hari. Sehingga

menurut berbagai penelitian yang dilakukan

untuk mengukur kinerja guru sebelum dan

sesudah sertifikasi guru hampir tidak ada

perbedaan. Hasil tersebut membuat banyak

orang bertanya mengapa kegiatan yang

menghabiskan banyak dana menjadi terbuang

siasia. Hal ini membuat pelaksanaan sertifikasi

guru mengalami banyak perubahan dari tahun

ke tahun.

Penyelenggaraan sertifikasi guru tahun

2012 mengalami banyak perubahan. Peserta

PLPG harus mengikuti seleksi Ujian

Kompetensi Awal terlebih dahulu. Peserta

yang skornya di bawah 30 tidak dapat

mengikuti PLPG, sehingga pesertanya lebih

siap dibanding peserta tahun-tahun

sebelumnya. LPTK juga akan dinilai oleh KSG

apakah masih layak menjadi induk

penyelenggara sertifikasi guru atau tidak untuk

tahun berikutnya. Penilaiannya dilihat dari

ketaatan menjalankan aturan/prosedur dan

kemampuan LPTK meningkatkan skor Uji

Kompetensi Guru.

Untuk menjaga peningkatan mutu

penyelenggaraan, Panitia Sertifikasi Guru

Rayon 133, Universitas HKBP Nommensen,

membuat prosedur pelaksanaan PLPG yang

(5)

Pemilihan instruktur PLPG untuk tahap

berikutnya ditentukan oleh rata-rata kenaikan

skor Uji Kompetensi dari peserta kelas yang

diasuhnya, dan oleh hasil rank angket yang

disebarkan kepada peserta. Peserta diminta

untuk membuat rank dari instruktur untuk

instrumen angket yang terdiri dari 4 butir,

yaitu: (1) Instruktur yang paling semangat

pada saat mengajar di kelas, (2) Instruktur

yang mampu membuat materi yang

diajarkannya mudah dimengerti , (3) Instruktur

yang mengajar paling PAIKEM (Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan), dan (4) Instruktur yang

paling disiplin mematuhi kegiatan dan waktu

pada jadwal (Roster) PLPG.

Penelitian ini akan difokuskan untuk

peserta PLPG mata pelajaran Matematika

karena keterbatasan dana. Mata pelajaran ini

juga sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh

oleh peneliti. Sehingga kesalahan-kesalahan

yang terjadi dapat diminimumkan. Masalah

yang akan diteliti adalah ”Apakah ada

hubungan nilai rank angket instruktur mata

pelajaran Matematika dengan skor Uji

Kompetensi peserta PLPG sesuai dengan

materi yang diberikan instruktur yang

bersangkutan? Apakah perbedaan rank

instruktur menyebabkan pemahaman peserta

PLPG tentang materi yang diajarkan instruktur

juga berbeda?” Sesuai dengan latar belakang

dan perumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian ini adalah mengetahui berapa besar

pengaruh disiplin, semangat, dan PAIKEM

instruktur terhadap nilai Uji Kompetensi baik

secara bersama-sama. Hasil penelitian ini akan

memberikan manfaat untuk perbaikan angket

untuk instruktur PLPG untuk tahun-tahun

selanjutnya. Hasil ini juga dapat digunakan

sebagai bahan masukan untuk

instruktur-instruktur yang mengajar di kampus.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Universitas

HKBP Nommensen dan Lembaga Pendidikan

Perkebunan (LPP) Medan. Penelitian ini

direncanakan dilaksanakan selama enam bulan

sejak Oktober 2012 sampai dengan Maret

2013. Sampel penelitian ini adalah instruktur

dan peserta PLPG Rayon 133 tahun 2012 mata

pelajaran Matematika. Data pada penelitian

ini diperoleh dari hasil angket instruktur yang

diisi peserta PLPG, dan persentasi jumlah soal

yang dijawab peserta PLPG dengan benar

untuk setiap materi yang diajarkan instruktur

yang bersangkutan dikali dengan seratus.

Angket akan diujicoba pada peserta

mata pelajaran Matematika Tahap I untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas. Sebelum

digunakan data diuji dulu kenormalannya

dengan menggunakan uji Liliefors dan uji

Burlett digunakan untuk menguji homogenitas

dua kelompok data (Muhidin, 2007).

Selanjutnya untuk menguji ada tidaknya

perbedaan rata-rata hasil belajar dari kedua

kelompok, diuji menggunakan uji t atau uji

Mann U Whitney.

Salah satu hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 :1 2

(6)

Rumus yang digunakan: 2 1 2 1 1 1 n n s x x t  

 , dimana:

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s .

Terima Ho jika – t1-1/2α(n1+n2-2) < t

<t1-1/2α(n1+n2-2) (Sudjana, 1996). Uji t ini

digunakan apabila kedua kelompok

mempunyai varians yang sama.

Apabila secara signifikan terjadi

perbedaan varians maka uji t yang digunakan

adalah: 2 2 2 1 2 1 2 1 n s n s x x t  

 (Sudjana, 1996).

Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika

diperoleh: 2 1 1 1 1 1 w w t w t w t    dimana 1 2 1 1 n s w  ,

2 2 2 2 n s w  , t1

= t(1-α)(n1-1) , dan t2 = t(1-α)(n2-1).

Keterangan:

1

x : Nilai rata-rata kelompok eksperimen

2

x : Nilai rata-rata kelompok kontrol

2 1

s : varians data pada kelompok eksperimen

2 2

s : varians data pada kelompok kontrol

1

n : banyaknya subyek kelompok eksperimen

2

n : banyaknya subyek kelompok kontrol.

Apabila data tidak berdistribusi normal,

maka pengujian hipotesis penelitian ini

menggunakan statistik non parametrik yaitu

[image:6.595.314.537.72.345.2]

Uji U Mann-Whitney.

Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data yang

sudah diambil pada pelaksanaan Pendidikan

dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 133

Universitas HKBP Nommensen Tahun 2012.

Uji coba instrumen dilakukan pada saat

pelaksanaan PLPG Tahap I pada tanggal 4 –

13 Juni 2012. Sedangkan penelitian dilakukan

pada pelaksanaan PLPG Tahap II pada tanggal

5 – 14 Juli 2012. Kedua kegiatan ini

dilaksanakan di Lembaga Pendidikan

Perkebunan Jalan William Iskandar Sampali

Medan.

Rayon 133 Universitas HKBP

Nommensen melaksanakan PLPG untuk guru

dalam 10 Mata Pelajaran, yaitu: Mata

Pelajaran IPA, IPS, PKn, Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi,

Sejarah, dan Ekonomi. Penelitian ini hanya

(7)

Pelajaran Matematika untuk 2 tahap dari 4

tahap yang dilakukan di Rayon 133.

Kami menggunakan angket untuk

mengukur Disiplin, Semangat, dan Cara

Mengajar Instruktur. Pertanyaan/ pernyataan

yang digunakan dalam angket sebanyak 4

butir. Butir pertanyaannya adalah (1)

Instruktur yang paling semangat pada saat

mengajar di kelas, (2) Instruktur yang mampu

membuat materi yang diajarkannya mudah

dimengerti , (3) Instruktur yang mengajar

paling PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), dan (4)

Instruktur yang paling disiplin mematuhi

kegiatan dan waktu pada jadwal (Roster)

PLPG. Peserta diminta untuk menetukan rank

dari semua instruktur yang mengajar di kelas

untuk setiap butir pertanyaan/ pernyataan.

Rank dari instruktur pengajar tidak boleh sama

untuk butir pertanyaan yang sama.

Dengan  = 5% diperoleh rtabel =

0,355. Setelah dilakukan uji coba dan

perhitungan untuk instrumen angket pada

PLPG tahap pertama disimpulkan bahwa

semua butir angket valid, yaitu: butir 1 valid

karenar = 0,872 lebih besar darirtabel, butir 2

valid karenar= 0,9 lebih besar darirtabel, butir

3 valid karenar = 0,877 lebih besar dari rtabel,

dan butir 4 valid karena r = 0,872 lebih besar

dari rtabel. Dengan menggunakan perhitungan

Reliabilitas diperolehr= 0,68 sehingga angket

dinyatakan Reliabel. Jadi angket yang telah

disusun dapat dipakai untuk mengukur dalam

p-enelitian ini. Sedangkan soal yang

digunakan untuk mengukur nilai Uji

Kompetensi peserta PLPG dapat dinyatakan

valid berdasarkan Validitas Isi.

Angket dan soal yang sudah dinyatakan

valid dan reliabel digunakan dalam penelitian

untuk peserta PLPG Rayon 133 Mata

Pelajaran Matematika. Kami mengukur

Disiplin, Semangat, dan Cara Mengajar

Instruktur dengan menggunakan angket.

Rata-rata nilai Rank Instruktur dapat dilihat pada

Tabel 1. Nilai Rank Instruktur 1 disimbolkan

dengan X1, dan untuk Instruktur 2 disimbolkan

dengan X2. Kami hanya ingin menguji Rank

Instruktur terbaik (X1) dengan terjelek (X2)

apakah berbeda atau tidak secara meyakinkan.

Tabel 1. Rata-rata Rank Instruktur

No. Instruktur Rata-rata Rank

1 Instruktur 1 2,05

2 Instruktur 2 4,32

3 Instruktur 3 2,37

4 Instruktur 4 2,15

Kami lebih dahulu menguji kenormalan data

yang akan diteliti. Untuk data X1 diperoleh L0

= 0,132 dan untuk data X2 diperoleh L0 =

0,131. Untuk n = 31 dan  = 5% diperoleh

Ltabel = 0,159. Jadi data X1 dan data X2

berdistribusi Normal karena L0< Ltabel. Karena

kedua data berdistribusi normal maka akan

dilanjutkan dengan pengujian Homogenitas.

Dengan menggunakan nilai kedua varians

data, yaitu: S12 = 4,71, dan S22 = 19,52

diperoleh F = 4,15. Sedangkan untuk  = 5%

diperoleh Ftabel =3,316. Jadi kedua data Tidak

Homogen karena F > Ftabel.

Dari pembahasan di atas diperoleh

(8)

tidak homogen. Sehingga Uji Perbedaan yang

digunakan menggunakan Uji-tdengan rumus:

2 2 2

1 2 1

1 2

n s n s

x x t

 

 .

Perhitungan selengkapnya dengan

menggunakan rumus tersebut tersebut

diperoleh t = 2,57, sedangkan untuk n1 = n2,

dan  = 5% diperoleh ttabel = 2,04. Jadi

rata-rata Rank X1 lebih baik dari X2, karena t

hitung lebih besar dari pada ttabel. Berarti

rata-rata Rank Instruktur 1 lebih baik dari

Instruktur 2.

Selanjutnya peneliti akan menguji

apakah nilai Uji Kompetensi peserta PLPG

untuk topik yang diajarakan Instruktur 1 (Y1)

berbeda dengan nilai Uji Kompetensi peserta

PLPG untuk topik yang diajarakan Instruktur 2

(Y2). Sebelum dianalisa, peneliti akan terlebih

dahulu menguji kenormalan data, yaitu: untuk

data Y1diperoleh L0 = 0,1 dan untuk data Y2

diperoleh L0 = 0,153. Untuk n = 31 dan  =

5% diperoleh Ltabel= 0,159. Maka data Y1 dan

Y2berdistribusi Normal karena L0< Ltabel.

Selanjutnya akan diuji Homogenitas

data Y1 dan Y2. Variansnya adalah S12 =

3586,21, dan S22 =3032,80. Dengan

menggunakan nilai kedua varians ini, dihitung

F = 1,18. Sedangkan untuk  = 5% diperoleh

Ftabel=3,316. Jadi kedua dataHomogenkarena

F < Ftabel.

Karena kedua data Y1 dan Y2

berdistribusi normal dan homogen maka Uji

Perbedaan yang digunakan menggunakan Uji-t

dengan rumus:

2 1

2 1

1 1

n n s

x x t

 

 ,

dimana

.

2 ) 1 ( ) 1 (

2 1

2 2 2 2 1 1 2

 

   

n n

s n s n

s .

Perhitungan selengkapnya dengan

menggunakan rumus tersebut diperoleh t =

0,34, dan ½ = 2,5% diperoleh ttabel = 2,30.

Karena | t | < ttabel maka disimpulkan bahwa

tidak cukup alasan untuk mengatakan bahwa

nilai rata-rata Y1lebih besar dari nilai rata-rata

Y2.

Walaupun peserta PLPG menyatakan

bahwa Instruktur 1 lebih disiplin, dan lebih

semangat, serta cara mengajarnya (X1) juga

lebih baik dari pada Instruktur 2 (X2), tetapi

nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk

topik yang diajarakan Instruktur 1 (Y1) tidak

berbeda dengan nilai Uji Kompetensi peserta

PLPG untuk topik yang diajarakan Instruktur 2

(Y2).

Jika kita perhatikan bahwa rata-rata

nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk

topik yang diajarakan Instruktur 1 Y1 sama

dengan 57,76 tidak berbeda dengan rata-rata

nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk

topik yang diajarakan Instruktur 2 Y2 sama

dengan 52,70. Selisih rata-ratanya sebesar 5,06

tetapi selisih sebesar ini ternyata tidak cukup

untuk mengatakan hasil pengajaran Instruktur

1 lebih baik dari hasil pengajaran Instruktur 2.

Jadi disiplin, semangat dan cara mengajar

(9)

ini belum merupakan syarat yang cukup yang

dimiliki oleh seorang instruktur untuk dapat

meningkatkan nilai Uji Kompetensi peserta

PLPG.

KESIMPULAN DAN SARAN

Instruktur 1 lebih disiplin, dan lebih

semangat, serta cara mengajarnya (X1) juga

lebih baik dari pada Instruktur 2 (X2), tetapi

nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk

topik yang diajarakan Instruktur 1 (Y1) tidak

berbeda dengan nilai Uji Kompetensi peserta

PLPG untuk topik yang diajarakan Instruktur 2

(Y2). Jadi disiplin, semangat dan cara

mengajar Instruktur merupakan hal yang perlu,

tetapi hal ini belum merupakan syarat yang

cukup yang dimiliki oleh seorang instruktur

untuk dapat meningkatkan nilai Uji

Kompetensi peserta PLPG.

Pada kesempatan ini kami

menyarankan kepada Panitia PLPG untuk

memikirkan aspek-aspek lain yang

mempengaruhi nilai Uji Kompetensi guru. Hal

ini diperlukan untuk menambah butir penilaian

Angket pada PLPG yang akan datang sehingga

nilai angket benar-benar perpengaruh pada

peningkatan nilai Uji Kompetensi.

DAFTAR PUSTAKA

Abba, N. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Makalah Program Studi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNESA.

Fuad Abdul Hamied. 2008. Deputi Menko Kesra. Model Pembelajaran Inovatif

di Era Global . Seminar Nasional Model Pembelajaran Inovatif. Di Purwokerto 27 Nov. 2008.

http://ispi-banyumas.blogspot.com/2008/12/mo

del-pembelajaran-inovatif-di-era.html. 11-6-2009.

Muhidin, S.A. dan M. Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Nuraida, N. 2012. Semangat dan Antusiasme

Bisa Menular.

http://edukasi.kompasiana. com/2012/03/22/semangat-dan-antusiasme-bisa-menular/

Pavlina, S. 2012. Self Discipline: The Key to Success.

http://penyala.files.wordpress. com/ 2012/05/self-disiplin.pptx

Peale, N.P. 1997. Enam Sikap Pemenang. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Suherman, E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: UPI.

Suyitno, A. 2004.Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Trianto. 2007. ModelModel Pembelajaran Inovatif berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Willis, D.R. 1989.Teoriteori Belajar. Jakarta: Erlangga

Gambar

Gambar 1. Diagram  Alir  Metode  Penelitian

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

konsumen terhadap harga/tarif listrik yang digunakan, Format metode CV yang akan digunakan untuk memperoleh nilai WTP adalah closed-ended reforendum format

Pandangan masyarakat yang menganggap bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah urusan suami-istri yang bersangkutan, yang harus diselesaikan oleh mereka

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XII IPS-1.. SMA KRISTEN KALAM KUDUS PEMATANGSIANTAR TAHUN

Uji kompetensi meliputi uji tulis dan uji kinerja (praktik pembelajaran). Ujian tulis pada akhir PLPG dilaksanakan dengan pengaturan tempat duduk yang layak

Kami berharap dengan tersusunnya modul ekonomi ini minimal dapat menyamakan persepsi bagi para penyelenggara diklat PLPG, instruktur, dan guru sebagai peserta

Pada akhir PLPG dilakukan uji kompetensi yang meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian praktik). Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan

Lembaga Sertifikasi Profesi -Instruktur Kompeten Indonesia (LSP-IKI) oleh BNSP ditunjuk sebagai lembaga yang berwenang melakukan uji kompetensi dan memberikan

Calon peserta Uji Kompetensi Kenaikan Jenjang akan mengikuti Uji Kompetensi Online yang dilaksanakan serentak dengan calon peserta uji kompetensi Pegawai Negeri